• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAMPANYE GAYA HIDUP SEHAT MELALUI OLAHRAGA FREELETICS PADA MASYARAKAT DI KOTA BANDUNG FEELETICS SPORT FOR HEALTHY LIFE STYLE CAMPAIGN IN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAMPANYE GAYA HIDUP SEHAT MELALUI OLAHRAGA FREELETICS PADA MASYARAKAT DI KOTA BANDUNG FEELETICS SPORT FOR HEALTHY LIFE STYLE CAMPAIGN IN BANDUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KAMPANYE GAYA HIDUP SEHAT MELALUI OLAHRAGA FREELETICS PADA

MASYARAKAT DI KOTA BANDUNG

FEELETICS SPORT FOR HEALTHY LIFE STYLE CAMPAIGN IN BANDUNG

Kartika Kusumadewi1, Ilhamsyah2, Siti Desinta3

Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom

ABSTRAK

Keseharian masyarakat yang memiliki aktifitas padat dalam bekerja, menjadikan masyarakat kurang melakukan aktiftas gerak yang aktif. Kurangnya aktifitas gerak dapat menimbulkan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Freeletics adalah sebuah olahraga fisik, berintensitas tinggi, serta dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Olahraga ini masih terbilang baru di Indonesia, sehingga tidak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan olahraga freeletics. Keberadaan aplikasi yang telah tersedia, kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai pemula olahraga freeletics. Kampanye gaya hidup sehat melalui

freeletics, sebagai solusi untuk mengajak masyarakat hidup lebih sehat dengan berolahraga. Aplikasi mobile

digunakan sebagai media utama untuk menyampaikan kampanye, dengan konten yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Metode SWOT digunakan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan media yang digunakan. Metode AISAS digunakan untuk menganalisis seluruh media yang akan digunakan dalam kampanye, sehingga pesan kampanye dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kampanye gaya hidup sehat ini, diharapkan menjadi awal dari efek jangka panjang pada masyarakat untuk lebih peduli pada kesehatan yang akan menjadi investasi jangka panjang setiap manusia.

Kata kunci: Olahraga, Freeletics, Kampanye

Abstract

People’s daily routines nowadays have been making them less active. Not enough body movement will trigger dangerous disease that can cause death. Freeletics are physical sports with hig-intensity which can be done anywhere, everywhere. These sports are quite recent in Indonesia, not so many people know its existence. The application which is provided is not suitable for people’s need as freeletics amateurs. The healthty life style campaign through freeletics, is a solution to persuade people to have healthier life with exercise. Mobile application is functioned as a main idea for the campaign, with the suitable content of what people need. SWOT method is used for analysing the strenght and weakness of the media which is used. AISAS method is used for analysing the entire media which is used in the campaign, therefore the message can be delivered well to people. This healthy lifestyle campaign hopes to be the beginning of a long-term effect to people, to gain their awareness of their healthwhich is an every person’s long-term investment.

Keywords: Sports, Freeletics, Campaign.

I. Pendahuluan

Kesehatan merupakan suatu kondisi dimana organ dan jiwa dalam keadaan stabil atau normal. Pada dasarnya kesehatan harus selalu dijaga, karena kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah mempermudah kehidupan manusia hampir di segala bidang. Tanpa disadari perkembang tersebut membuat kita semakin jarang bergerak untuk mengerjakan sesuatu hingga mempengaruhi kesehata tubuh. Menurut Dr. Michael Triangto, Pola hidup manusia yang kurang aktif bergerak, jelas dapat merugikan kesehatan manusia. Gaya kurang aktif bergerak dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit yang berbahaya hingga mematikan.

(2)

Muncul Istilah Chair Syndrom yang banyak ditemukan pada pekerja kantoran yang sebagian besar melakukan kegiatan di meja kerja lebih dari 5-8 jam kerja, tanpa melakukan aktifitas yang aktif. Tanpa disadari Chair Syndrom menimbulkan banyak penyakit berbahaya yang dapat menyerang kesehatan para pekerja kantoran tersebut. Para pakar kesehatan seperti dokter, sangat menganjurkan masyarakat untuk berolahraga sehingga tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Masyarakat urban di Kota Bandung khususnya, mengikuti fitness di berbagai tempat gym untuk menjaga kesehatan. Padatnya jadwal, waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk pergi ke tempat gym, terkadang menjadi hambatan sehingga membuat olahraga semakin sulit dilakukan. Kini muncul jenis olahraga baru yang fleksibel untuk dilakukan yaitu

freeletics.

Freeletics adalah olahrag fisik berintensitas tinggi, yang dilakukan dengan mengandalakan beban

tubuh tanpa menggunakan alat bantu, Jenis olahraga yang fleksibel (gerakan,waktu, dan tempat), dan dapat dilakukan oleh setiap orang. Inti latihan yang dilakukan untuk melatih kekuatan dan pembentukan otot, ketahanan tubuh, dan pembakaran lemak dalam satu waktu. Gerakan dasar yang dilakukan seperti

burpees,squats,dan situps dengan pengulangan sebanyak tiga kali, repetisi yang meningkat, dan berpacu

dengan waktu. Keberadaan aplikasi olahraga ini telah tersedia, namun kurang terpakai di masyarakat Indonesia karena kurang sesuai dengan kebutuhan sebagai pemula dalam olahraga ini.

Freeletics dapat dijadikan salah satu alternatif olahraga untuk mencegah penyakit yang timbul karena

kurangnya aktifitas gerak, serta dapat menjaga stamina tubuh pada masyarakat yang tidak memilki banyak waktu untuk berolahraga. Dibutuhkan sebuah kampanye sosial untuk mencapai aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap olahraga freeletics yang relatif baru demi keterbukaan cara hidup sehat di kalangan masyarakat urban.

II. Cara Pegumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap narasumber dari pendiri komunitas freeletics di Kota Bandung yaitu Aditama dan Billy, serta pakar kesehatan olahraga yaitu Prof. Dr. dr. Purba M.sc, AIFO, dengan metode wawancara tidak terstruktur. Wawancara beserta menyebar kuesioner juga dilakukan kepada anggota komunitas dengan metode wawancara terstruktur. Sedangkan strategi kreatif yang dipakai adalah dengan mengambil strategi SWOT (Strength,Weakness,Opportunities,Threats) dan AISAS

(Attention, Interest, Search, Action, Share). III. Tinjauan Teori

Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Hal ini dikemukakan oleh Rogers dan Storey (1987) dalam buku Manajemen Kampanye (Venus, 2012: 7). Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yang meliputi bahwa kampanye yang ditunjukan adalah untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, mempunyai jumlah khalayak sasaran yang besar, mempunyai jangka waktu dalam kurun tertentu, dan juga harus melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.

Dalam membangun sebuah kampanye, tentunya diperlukan sebuah media dimana media tersebut yang akan menjadi penunjang keberhasilan sebuah kampanye. Media menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perantara, penghubung atau alat komunikasi yang terletak diantara dua pihak (orang atau golongan). Menurut Rogers (1987) kampanye memerlukan media massa karena sasaran kampanye adalah orang banyak, publik dann masyarakat. Untuk tercapainya mereka, maka kampanye mengutamakan media massa sebagai saluran utamanya. Media massa tersebut dibagi menjadi media lini atas (above the line) dan media lini bawah (below the line). Renald Khasali (1995:23) menerangkan apa saja media yang termasuk pada lini atas dan lini bawah, yaitu:

1. Above the Line (Iklan Lini Atas), diantaranya adalah Media elektronik (televisi, radio, internet), media cetak (majalah, surat kabar, tabloid), media luar ruang (billboard, poster, bulletin board), media transportasi (bis, kereta api, trem, kapal laut, pesawat terbang, stasiun, terminal, bandara, pelanuhan laut).

2. Below the Line (Iklan Lini Bawah), diantaranya adalah Sarana promosi penjualan, sponsor dan pameran-pameran (Leaflet, folder, brochure atau booklet, flyer, catalog, spanduk, baligo, stiker,

(3)

Perancangan media tentunya membutuhkan tinjauan teori DKV mendalam mengenai warna, layout, bentuk, ruang, titik, garis, ilustrasi, dan tipografi. Menurut Lia Angraini dan Kirana Nathalia (2014:15) ada beberapa fungsi dasar DKV, seperti branding,sarana informasi, sarana motivasi, sarana pengutaraan emosi, sarana presentasi dan promosi.

IV. Pembahasan

Data Produk: Freeletics berasal dari kata “free” dan “athletics” yang berarti olahraga bebas. Bebas diartikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (Aditama,2014). Freeletics dapat juga diartikan sebagai bentuk serangkaian olahraga body weight training yang dirancang khusus untuk pembentukan tubuh, dengan program latihan intensitas tinggi atau high intensity workout program, dan hanya mengandalkan beban tubuh. Didirikan oleh Andre Matjiczak, Joshua Cornelius, dan Mehmet Yilmaz pada tahun 2013 di Munchen, Jerman. Pelakunya disebut free-athlete. Olahraga ini dapat membantu pembentukan tubuh dalam waktu yang singkat tanpa suplemen atau obat-obatan yang merangsang pembentukan tubuh yang ideal. Program freeletics juga tidak membentuk otot berlebihan pada wanita, karena kadar hormon tostesteron pada wanita tidak sebanyak pada pria. Program yang dilakukan dalam olahraga ini sangat berpacu dengan waktu di setiap gerakannya dan disesuaikan dengan kemampuan orang yang melakukan olahraga ini. Efektivitas freeletics memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan signifikan, dengan melakukan program latihan secara rutin dan tidak pantang menyerah.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 2014:19). Metode analisis ini digunakan untuk memaksimalkan hal-hal penting dalam perancangan kampanye yang meliputi kekuatan (strength), kesempatan (opportunity), dan meminimalkan kelemahan (weakness), dan hambatan (threat) yang mungkin terjadi.

1. Strength (Kekuatan) : Freeletics adalah olahraga yang dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan biaya yang minim. Tanpa perlu menggunakan alat bantu olahraga lainnya, karena olahraga ini hanya menggunakan beban tubuh pelakunya sebagai alat beban. Gerakan yang dilakukan relatif mudah, karena merupakan gerakan dasar dari olahraga fisik yang diadaptasi dari gerakan fitnes. Dalam waktu singkat dan gerakan yang sedikit sudah mencakup pembakaran lemak, kekuatan, dan pembentukan. 2. Weakness (Kelemahan) : Freeletics masih terbilang baru di Indonesia, minimnya pengetahuan tentang

manfaat dan keberadaan olahraga ini di masyarakat luas.

3. Opportunities (Peluang) : Keberadaan aplikasi yang tersedia kurang terpakai di Indonesia khususnya kota Bandung, karena aplikasi kurang sesuai untuk pemula yang akan memulai olahraga fleksibel ini. 4. Threats (Kendala) : Minimnya informasi tentang olahraga freeletics saat ini, sehingga masih banyak

masyarakat yang tidak mengetahui olahraga baru ini. Dengan adanya aplikasi yang tersedia, tidak banyak membantu masyarakat untuk lebih mengetahui tentang freeletics.

Pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat merupakan hasil dari analisis SWOT sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang ada bahwa masyarakat jarang berolahraga karena tidak memiliki waktu khusus untuk berolahraga, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang olahraga freeletics, maka didapatlah solusi pesan kampanye ini. Solusinya adalah memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat khususnya target audiens tentang olahraga freeletics, agar masyarakat dapat berolahraga tanpa perlu mengkhawatirkan waktu, tempat, maupun biaya.

Dari ide solusi tersebut didapat sebuah pesan untuk kampanye ini yaitu, “10 menit sehat, tanpa masalah”. Berdasarkan hasil analisis dan teori, perancangan kampanye ini dibuat menggunakan model AISAS, berikut penjabarannya.

1. Attention :

Pembangunan awareness masyarakat dengan meluncurkan print ad, poster dan billboard di tempat yang strategis. Print ad ini akan mengawali kampanye iklan masyarakat untuk membuat masyarakat penasaran dengan kampanye tersebut.

2. Interest :

Membangun ketertarikan masyarkat untuk melihat kampanye ini dengan menyebarkan bentuk print ad melalui media sosial agar dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat dan membuat mereka penasaran akan isi pesan yang disampaikan. Pada tahap ini juga akan disebarkan link download aplikasi agar audiens bisa mulai mencari dan mengunduh aplikasi.

(4)

2. Search :

Menggunakan internet untuk menyebarkan infomasi mengenai kampanye ini. Khususnya pada sosial media yang sangat dekat dengan target audiens. Setelah penyebaran informasi dilakukan, diharapkan masyarakat akan segera mencari tahu tentang kampanye tersebut lebih lanjut melalui media internet.

3. Action :

Audiens akan mendapatkan pesan dari iklan yang sudah diluncurkan. Diharapkan adanya perubahan perilaku dalam hal ini adalah mengubah kebiasaan malas berolahraga untuk menjaga kesehatan. Kampanye ini ditunjang dengan adanya aplikasi yang dapat diunduh dan digunakan audiens melalui smartphone, agar audiens mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai olahraga freeletics. Aplikasi ini sebagai bentuk dari feedback masyarakat atas pesan yang mereka dapat.

4. Share :

Melalui media internet khususnya sosial media, konsumen diharapkan dapat berbagi cerita atau pengalaman yang didapat dari pesan kampanye tersebut, atau juga bagaimana tanggapan mereka atas iklan dan aplikasi yang telah mereka rasakan.

V. Hasil Perancangan Media Utama Mobile Apps

Media utama dalam kampanye ini adalah mobile apps. Aplikasi Freeletics yang didasari kampanye gaya hidup sehat untuk berolahraga selama 45 menit ini, dapat digunakan pada smartphone dengan sistem operasi iOS yang nantinya juga akan tersedia pada sistem Android.

Media Pendukung

a. Billboard

Gambar yang besar dan mencolok ini akan ditempatkan pada jalanan yang paling sering di lalui oleh target pada kesehariannya. Poster diterapkan pada tahap attention untuk menyadarkan.

b. Poster

Poster berukuran A3 akan ditempatkan dibeberapa titik keramaian yang sesuai dengan lokasi target sasaran seperti di tempat hang out yang sering dikunjungi target sasaran dan di beberapa GOR Olahraga atau event olahraga. Poster diterapkan pada tahap attention untuk menyadarkan.

c. Print ads

Penempatan print ads akan diletakan di majalah yang sering dibaca oleh target sasaran, dengan ukuran yang disesuaikan dengan majalah bersangkutan. Untuk menjadi pengingat serta menjadi informasi penerus dari billboard dan print ads, ditempatkan pada tahapan attention.

d. Rich Banner

Media ini juga sebagai buzzer yang akan muncul pada web yang sering target sasaran kunjungi, seperti Yahoo. Pada tahap ini khalayak sasaran dapat langsung terhubung Apps Store untuk mengunduh aplikasi dengan mengklik Rich Banner tersebut.

e. Facebook Ads, Path ads, Instagram ads

Facebook Ads, Path ads, Instagram ads akan menjadi buzzer untuk menarik perhatian khalayak

sasaran. Facebook Ads, Path ads, Instagram ads merupakan media pendukung yang terdapat pada aplikasi smartphone.

f. Buku Saku

Buku saku ini sebagai buzzer untuk para pemula yang belum mengenal atau belum pernah melakukan

freeletics. Berisi gerakan awal yang baik dilakukan untuk pemula, dijelaskan dalam bentuk

langkah-langkah gerakan yang baik dan benar. Untuk gerakan dan program selanjutnya, target diarahkan untuk mengunduh aplikasi agar mendapatkan informasi secara lengkap.

g. QR Code

Media ini akan ditempatkan di beberapa titik keramaian seperti di PVJ, TSM, BIP, Ciwalk dan beberapa arena olahraga seperti Sabuga, Saparua, serta event-event olahraga untuk menarik perhatian target sasaran untuk men-scan kode dan mengunduh aplikasi FREELETICS.

(5)

h. Sticker

Media ini sebagai media gerilya, yang akan disebar pada event-event olahraga. Diharapkan media ini sebagai pengingat dan juga buzzer untuk yang belum mengetahui kampanye ini.

i. Baju latihan dan tumbler

Media ini sebagai merchandise olahraga yang bisa didapat pada komunitas freeletics. Diharapkan media ini sebagai pengingat dan juga buzzer untuk yang belum mengetahui kampanye ini.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan serta pengkajian perancangan kampanye tentang gaya hidup sehat dengan olahraga freeletics yang sesuai dengan masyarakat urban, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran sebuah kampanye dalam memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengingatkan atau

memberikan solusi memulai hidup sehat sedari dini melalui olahraga, menjadi suatu cara yang efektif karena menggunakan ilmu Desain Komunikasi Visual dalam pelaksanaannya sehingga target audience dapat tercapai.

2. Pemilihan media untuk kampanye merupakan hal yang sangat penting, karena media yang dipilih harus mencapai masyarakat terutama target audiens. Visual yang digunakan memerlukan penyesuaian karakter dengan dengan target audience. Dalam tugas akhir ini media mobile apps, billboard, print ads, dan beberapa media pendukung lainnya, merupakan media yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Maka dari itu, media yang digunakan dianggap efektif untuk dijadikan solusi pada kampanye ini.

VII. Daftar Pustaka

1. Anggraini, Lian dan Nathalia, Kirana. 2013. Desain Komunikasi Visual. Bandung: Nuansa Cendikia. 2. Burton, Philip Ward., dan J Stewart Riley. 1990. Advertising Copywriting. Colombus, Ohio: Grid Publising

Inc.

3. Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

4. Djaslim, Saladin. 2003. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian.

Edisi Kedua. Bandung: CV. Linda Karya.

5. Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Anem

Kosong Anem.

6. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Edisi Milenium. Erlangga. 7. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI. 8. Morissan. 2013. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

9. Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated Marketing

Communication. Jakarta: Gramedia.

10. Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT. Jakarta: Gramedia.

11. Rustan, Surianto. 2009. Layout, dasar dan & penerapannya. Jakarta: Gramedia.

12. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta 13. Tandjung, Jenu Widjaja. 2013. Stop Promotion Start Communication. Jakarta: Gramedia. 14. Watono, Adjie dan Watono, Maya. 2011. IMC That Sells. Jakarta: Gramedia.

15.

Winardi. 1992. Promosi dan Reklame. Bandung: Mandar Maju

.

Sumber Lain

1. Apriyanti, Dewi. 2012. “Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat Tingkat Kesegaran Jasmani Dan

Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Depok”. Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta.

2. Nurgroho, Widyo. 2011. “Copywriter, Copywriting Dan Bahasa”. Depok.

3. Adiwaluyo, Eko. 2013. Anda Pekerja Kantoran? Hati-hati dengan Obesitas. www.the-marketeers.com. Diakses pada tanggal 20 desember 2014.

4. Anwar. 2012. Kurang Konsumsi Air Putih? Kurang Bergerak Badannya?Myalgia Menanti Anda. www.jhonlinmagz.com. Diakses pada tanggal 20 desember 2014.

5. Nasir. 2013. Sindrom Kursi : Penyakit Baru Pekerja Kantoran. www.dokternasir.web.id. Diakses pada tanggal 20 desember 2014.

6. Tubuh Kurang Gerak Timbun Penyakit. 2014. www.waspada.co.id. Diakses pada tanggal 20 desember 2014.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perbedaan Model Altman Z-Score dengan Model Springate untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek. Indonesia

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANGATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH :

Mata kuliah ini membahas tentang konsep dasar daya pikir yang meliputi: pengertian dan periode perkembangan kognitif; Implikasi teori perkembangan kognitif :

Mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian lebih dari satu kali dengan derajat kecemasan akademik yang

Tujuan percobaan ini adalah untuk : (1) mengetahui jaringan batang yang terbaik sebagai bahan setek pada tanaman gambir, (2) mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan

From the data that the writer had gathered, there are some important findings which are teacher feedback is firstly, helpful for the students, the students need a

Gambar 4.3 Grafik rata – rata delay client 1dari 10 kali pengujian Pada tabel di atas merupakan rata - rata dari 10 kali percobaan untuk tiap bandwith, dari hasil pengukuran

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa fenomena alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo akibat dari kebijakan pembangunan bandara baru yang