• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen EKSISTENSI DAN SEBARAN NYAMUK (Halaman 35-41)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

IV.2 Pembahasan

Hasil pemasangan ovitrap di lima lokasi sampling menunjukkan bahwa baik nyamuk Ae. aegypti maupun Ae. albopictus telah ditemukan hidup dan berkembangbiak baik di dalam maupun di luar ruangan kampus Universitas Hasanuddin. Sedangkan sampling dengan metode survei di lima lokasi sampling pada 2 jenis tempat penampungan air (bak mandi dan ember), juga telah ditemukan nyamuk Ae. aegypti, tetapi hanya pada dua lokasi yaitu Worshop dan Fak. Mipa, dan untuk nyamuk Ae. albopictus tidak ditemukan pada kelima lokasi sampling.

Penggunaan metode pemasangan Ovitrap dilakukan karena kebanyakan tempat penampungan air yang disurvei tidak ditemukan kedua jenis nyamuk tersebut. Ovitrap merupakan alternatif cara untuk menentukan sebaran dan fluktuasi populasi musiman dari nyamuk Ae aegypti/Ae. albopictus. Dengan Ovitrap dapat diperkirakan populasi nyamuk dewasa yang ada pada suatu daerah dengan jalan menghitung jumlah telur yang diletakkan dalam ovitrap (Ginny Tan dan Song, 2000 dalam Khim, 2007).

Eksistensi nyamuk di dalam Kampus Universitas Hasanuddin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

- Adanya manusia yang hidup dan berada di sekitar kampus dan melakukan aktifitas,

24

- Adanya vegetasi yang berfungsi sebagai habitat/perlindungan bagi nyamuk dewasa, - Terdapatnya berbagai tempat penampungan air berupa ember, dan bak mandi yang

digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.

Menurut Departemen Kesehatan (2004), manusia dan hewan merupakan inang bagi kehidupan nyamuk, kegiatan manusia juga secara tidak langsung menyebabkan terciptanya habitat perkembangbiakan nyamuk seperti pembuatan saluran irigasi, tambak, pembukaan hutan, dan lain-lain. Sedangkan untuk tempat penampungan air seperti bak mandi, drum air, ember, tempayan, kaleng bekas, dan vas bunga yang berisi air adalah tempat-tempat yang selalu digunakan oleh nyamuk Aedes untuk berkembangbiak (Hasyimi, 2004).

Eksistensi nyamuk Ae. aegypti di dalam ruangan (indoor) baik dalam gedung PKP, Workshop, Fak. MIPA, Fak. Peternakan maupun Fak. Hukum, tentunya terkait dengan eksistensi manusia yang sehari-hari melakukan aktivitas di dalam kampus, dengan demikian manusia dapat dijadikan sebagai host/inang bagi nyamuk. Namun terkhusus di Fak.

Peternakan disamping terdapat aktivitas manusia juga dijumpai adanya aktivitas hewan mamalia besar berupa sapi. Menurut WHO (2005) dan Soegianto (2006), nyamuk Ae.

aegypti betina bersifat antropofilik (lebih menyukai darah manusia) dan cenderung menghisap darah di dalam rumah (endofilik) (Soekamto, 2007; Ponlawat dan Harrington, 2005). Keberadaan berbagai tempat penampungan air berupa bak mandi dan ember juga mendukung kehidupan nyamuk tersebut, karena wadah tersebut dijadikan nyamuk sebagai tempat beristirahat/meletakkan telurnya. Saniambara,dkk. (2003), menemukan nyamuk Ae.

aegypti dapat berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan tidak beralaskan tanah, seperti bak mandi/wc, drum dan kaleng bekas, tempat minum burung dan pot tanaman hias.

25

Tingginya persentase nyamuk Ae. aegypti yang ditemukan di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) disamping disebabkan karena faktor yang telah diuraikan sebelumnya juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya keberadaan pakaian yang tergantung di dalam ruangan, banyaknya terdapat barang-barang bekas,yang dapat dijadikan sebagai tempat beristirahat nyamuk tersebut. Disamping itu, karena letak Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) berseberangan dengan danau buatan Unhas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supartha (2008) dan Suyasa, dkk. (2008), yang menemukan nyamuk Ae. aegypti yang suka beristirahat pada pakaian yang tergantung di dalam rumah. Sebaliknya rendahnya persentase Ae. aegypti yang ditemukan di Fak. Peternakan disebabkan kurangnya ditemukan tempat penampungan air dan manusia yang melakukan aktivitas meskipun diwilayah tersebut terdapat hewan mamalia seperti sapi, kambing, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai darah manusia (antrophilic) dibandingkan darah hewan (Ponlawat dan Harrington, 2005), sehingga dilokasi Fak. Peternakan persentase nyamuk Aedes aegyti rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ponlawat dan Harrington yang dilakukan sekitar tahun 2003 dan 2004 di Thailand menunjukkan bahwa Ae. aegypti hampir sepenuhnya (99%) menghisap darah manusia dan 1% pada hewan.

Eksistensi nyamuk Ae. albopictus di dalam ruangan (indoor) di, Fak. Peternakan,Fak.

MIPA,maupun Fak. Hukum didukung oleh adanya tempat penampungan air (bak mandi dan ember) yang dapat digunakan sebagai tempat beristirahat/meletakkan telurnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Ae. albopictus berkembangbiak dalam rumah (Hoeck dalam Wongkoon, 2007) pada tempat-tempat penampungan air seperti ember, baskom, bak mandi (Dieng dkk., 2010), vas bunga dan sumur (Syahribulan, 2011; Syahribulan dkk., 2012).

26

Tingginya persentase Ae. albopictus di dalam ruangan Fak. Hukum tentunya disebabkan karena adanya faktor lingkungan yang mendukung seperti adanya tempat penampungan air (seperti ember, botol/kaleng bekas)dan juga tempat pembuangan sampah yang terdapat didalam ruangan. Sebaliknya rendahnya persentase Ae. albopictus di Fak.

MIPA disebabkan kurangnya tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat peristirahatan/

meletakan telur habitat perkembangbiakan seperti vas bunga, sumur, ember dan pakaian yang tergantung, demikian halnya dalam area gedung PKP dan workshop. tidak ditemukan jenis nyamuk Ae. albopictus. Hal ini menarik karena ditemukannya habitat perkembangbiakan nyamuk Ae. albopictus didalam ruangan PKP dan workshop, namun tidak ditemukan adanya nyamuk Ae. albopictus pada saat pemasangan ovitrap, tampaknya untuk mengetahui hal ini perlu kajian lebih lanjut.

Eksistensi nyamuk Ae. aegypti di luar/sekitar Workshop, Fak. MIPA, Fak.

Peternakan dan Fak. Hukum disamping dipengaruhi oleh keberadaan manusia yang dapat dijadikan sebagai inang, juga dipengaruhi oleh adanya berbagai macam limbah padat hasil aktivitas manusia, seperti kaleng, botol bekas, tempurung kelapa, ember dan lain-lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti. Demikian pula dengan keberadaan dan tingkat kerapatan tumbuhan dari berbagai jenis, yang tumbuh di sekitar lokasi penelitian juga mendukung iklim mikro nyamuk dewasa Ae. aegypti untuk tetap eksis dan berkembangbiak di lokasi sampling, karena akan menjadi habitat, tempat hinggap ataupun tempat beristirahat.

Tingginya persentase nyamuk Ae. aegypti yang ditemukan di sekitar Workshop tentunya ini didukung oleh karena pada area ini terdapat tempat pembuangan sampah secara terbuka (dekat area persawahan dan samping rumah warga) dan berbagai limbah padat,

27

seperti botol dan barang bekas hasil kegiatan masyarakat kampus. Posisi Workshop yang berdekatan dengan pondokan mahasiswa yang suasananya rapat sehingga tercipta ruang-ruang yang kurang sehat, yang dapat menciptakan tempat-tempat perkembangbiakan bagi nyamuk tersebut. Disamping itu di sekitar Workshop juga banyak terdapat tumpukan barang-barang bekas seperti bangku dan meja, yang dapat digunakan oleh nyamuk sebagai tempat hinggap/beristirahat. Menurut Soegijanto (2006), nyamuk Ae. aegypti biasanya ditemukan hidup di dalam dan di sekitar rumah dan erat kaitannya dengan manusia, sedangkan menurut Womack (1993), keberadaan genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan dan lain-lain, dapat menunjang kehidupan nyamuk. Demikian halnya di sekitar PKP, yang ditumbuhi banyak pepohonan rimbun yang menciptakan habitat perlindungan bagi nyamuk tersebut.

Eksistensi nyamuk Ae. albopictus di luar ruangan (outdoor) pada kelima lokasi sampling menunjukkan bahwa nyamuk ini bersifat eksofilik (aktif menghisap darah di luar rumah) dan zoofilik (menghisap darah hewan dan manusia) (Depkes, 2005). Nyamuk Ae.

albopictus juga ditemukan hidup di pohon atau kebun dan kawasan pinggir hutan sehingga sering sebut nyamuk kebun (Hawley, 1998; Supartha, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sekitar lokasi sampling, seringkali dijumpai beberapa jenis hewan, misalnya : kucing, anjing dan hewan ternak yang merumput, baik sekitar Gedung Fak. MIPA, gedung PKP, sedangkan disekitar Fak. Peternakan yang memang terdapat kandang ternak. Nyamuk Ae. albopictus disamping manghisap darah manusia, juga ditemukan menghisap darah berbagai jenis hewan, misalnya sapi, burung, tikus, anjing dan kucing (Niebylski dkk, 1994).

Seperti halnya Ae. aegypti eksistensi nyamuk Ae. albopictus di luar ruangan dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang ada di kawasan kampus yang menghasilkan berbagai macam

barang-28

barang bekas berupa potongan-potongan kayu, botol/kaleng bekas, dan lain-lain, yang menjadi habitat perkembangbiakannya.

Hasil survei terhadap tempat-tempat penampungan air menunjukkan bahwa dari jumlah total tempat penampungan air yang disurvei sebanyak 52 buah, yang ditemukan positif keberadaan jentik Ae. aegypti, ada 5 (lima) bak mandi dan 11 (sebelas) ember yang terdapat di dalam gedung/ruangan Workshop dan MIPA. Survei pada tempat-tempat penampungan air merupakan salah satu metode umum yang digunakan untuk mendeteksi eksistensi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Depkes, 2005). Tidak ditemukannya jentik nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada tempat penampungan air dalam bak mandi dan ember di gedung PKP, Workshop, Fak. MIPA, Fak. Peternakan dan Fak. Hukum disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai TPA (Tempat Penampungan Air) yang terletak didalam rumah seperti ember, gentong, dan kakus. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Soegijanto (2003), pada berbagai tempat penampungan air di kota Surabaya desa Brojowali, yang menunjukkan bahwa kontainer air didalam rumah ditemukan jentik Ae.

aegypti dengan jumlah 32 dan Ae. albopictus 0. Sedangkan nyamuk Ae. albopictus merupakan nyamuk yang hidup diluar rumah, pada semak-semak belukar, atau dipohon-pohon dan tanaman. Ae. albopictus ditemukan hidup di berbagai tempat, misalnya : di perkotaan, daerah pertanian, atau di hutan dan utamanya berkem-bang biak di lubang-lubang pohon (Usinger, 1944 dalam Gratz, 2004; Devi dan Jauhari, 2007). Larvanya ditemukan hidup dipelepah daun dan potongan bambu yang berisi air hujan (Wongkoon dkk., 2007).

29 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen EKSISTENSI DAN SEBARAN NYAMUK (Halaman 35-41)

Dokumen terkait