• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI DAN SEBARAN NYAMUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKSISTENSI DAN SEBARAN NYAMUK"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

EKSISTENSI DAN SEBARAN NYAMUK Aedes aegypti DAN Aedes albopictus DI KAMPUS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

YOSEFINA DOTA T.

H411 08 008

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

EKSISTENSI DAN SEBARAN NYAMUK Aedes aegypti DAN Aedes albopictus DI KAMPUS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Biologi

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pertama

Dr. Syahribulan, M.Si Drs. Muh. Ruslan Umar, M.Si NIP. 19670827 199702 2 001 NIP. 19630222 198903 1 003

Makassar, Maret 2013

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kasih dan Karunia-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Hubertus Tallulembang dan Ibunda Yolanda Mareyke yang tak henti-hentinya mendoakan, memberikan nasihat, motivasi, serta dukungan baik moral dan materil kepada penulis. Kepada saudara - saudaraku Julian Richard T, S.T, Steven Adolf T, dan Gracelia Miranda T, yang senantiasa memberi semangat dan doa kepada penulis. Bagi penulis keluarga adalah sumber motivasi dan inspirasi dalam karya penulis. Semoga damai sejahtera Tuhan yang menaungi segenap keluarga penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis haturkan kepada :

 Ibu Dr. Syahribulan, M.Si (pembimbing utama) dan Bapak Drs. Muh. Ruslan Umar, M.Si

(pembimbing pertama) yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, gagasan serta bimbingannya, selama penyusunan rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.

 Ibu Prof. Dr. Hj. Dirayah R. Husain, DEA, Ibu Dr. Hj. Zohra Hasyim, M.Si, Bapak Dr.

Eddyman W. Ferial, M.Si, Ibu Dr. Rosana Agus, M.Si, Bapak Dody Priosambodo, S.Si, M.Si, selaku tim penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya yang sangat berarti dalam memberikan kritikan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

 Bapak Rektor Universitas Hasanuddin (Prof. Dr. Dr. Idrus Paturusi, Sp.B, Sp.BO), Dekan Fakultas MIPA (Prof. Dr. H.Abd. Wahid Wahab, M.Sc), Ketua Jurusan Biologi (Dr.

(4)

iv

Eddy Soekendarsi, M.Sc), Sekretaris Jurusan Biologi (Dr. Hj. A. Masniawati, M.Si), Bapak dan Ibu dosen lainnya dijurusan Biologi, dan para staf jurusan biologi yang telah memberi kesempatan kepada penulis dalam menimba ilmu pada program sarjana Biologi (S1), di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

 Teman-teman “MASTOIDEUS” (Biologi 08 Unhas) yang telah banyak menorehkan

kesan dan kenangan. Kawan, tak terasa waktu begitu cepat berlalu, terima kasih untuk kebersamaan selama ini, setiap peristiwa yang telah terjadi akan menjadi kenangan yang selalu terukir sepanjang masa.

 Teman-teman yang tergabung dalam ”Entolomology club” Andi Darmawansyah, Eni

Rahmawati, Marwa Deviana, Fince Marthen Biu, S.Si, dan atas segala dukungan, candaan, dan persahabatan yang tidak akan pernah penulis lupakan mulai dari awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.

 Sahabat-sahabatku: Sartika S. Pasimbong, Novita Paelongan, S.Si, Fince Marthen Biu,

S.Si, Jepi Kendek T. L. S.Si, Olvin Patawaran S.Si, Regista S.Si, Rimba Boroh, S.Si, Ririn Dwi Ayu, S.Si, dan Wasti Sareong S.Si, untuk semua yang boleh kita lalui dalam suka dan duka. Semoga persahaban ini tak akan pernah lekang oleh waktu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada semua pihak. Semoga skripsi ini bisa menjadi acuan yang bermanfaat dikemudian hari bagi siapapun yang membutuhkan terutama bagi pembangunan kesehatan dilingkungan.

Tuhan memberkati kita semua Amin.

Makassar, Maret 2013 Penulis

(5)

v ABSTRAK

Telah dilakukan penetitian mengenai Eksistensi dan Sebaran Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi dan sebaran Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dalam kampus Universitas Hasanuddin. Pengambilan sampel dilakukan pada lima titik/lokasi yaitu pada a) Bagian Utara : Fakultas Peternakan, b) Bagian timur : Fakultas Hukum, c) Bagian Selatan : Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP), d) Bagian Barat : Dekat Pondokan (Workshop) dan e) Bagian Tengah : Fakultas MIPA dengan menggunakan metode ovitrap dan survei terhadap tempat penampungan air. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ditemukan hidup dan berkembang biak dalam kampus Universitas Hasanuddin, Makassar. Hasil sampling di dalam ruangan menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan di dalam gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) sedangkan Aedes albopictus lebih banyak di Fakultas Hukum, sedangkan di luar ruangan menunjukkan nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan hidup di area Workshop sedangkan Aedes albopictus lebih banyak di area Pusat Kegiatan Penelitian (PKP). Eksistensi dan sebaran kedua jenis nyamuk tersebut di pengaruhi keberadaan aktivitas manusia baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, dan adanya berbagai tempat penampungan air baik buatan (bak mandi, ember) maupun barang bekas (botol/kaleng bekas, tempurung kelapa), vegetasi/tanaman dan berbagai macam hewan yang berada di sekitaran kampus.

Kata kunci : Eksistensi, Sebaran, Ae. aegypti, Ae. albopictus, Kampus Unhas

(6)

vi ABSTRACT

A research was done about the existence and distribution of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitos have been done in the Hasanuddin University, Makassar. The research aim to determine the existence and distribution of Ae. aegypti and Ae. albopictus in Hasanuddin University. Samples of Ae. aegypti and Ae. albopictus were captured at five locations, a) Northern area in the Faculty of Husbandry, b). Eastern area in the Faculty of Law, c). Southern area in the Research of activities center (PKP), d) western area in the near of dormitory (Workshop) and e) Middle area in the: Faculty of Mathematics and Natural Science (MIPA) and ovitrap using a survey of water reservoirs. The results showed that the mosquito Ae. aegypti and Ae. albopictus more found in the areas of Hasanuddin University, Makassar. The result of indoor sampling showed that Ae. aegypti was found more at in the Research Center, other wise was found more in the Faculty of Law. The results of outdoor showed that Ae. aegypti was found more at the workshop area Ae. albopictus was found more at other wise Research Center (PKP). The existence and distribution of the mosquito were influenced by the human activity both indoors and outdoors, and variety of artificial water reservoirs, vegetation/plants and various animals that were around at the campus enviroment.

Keywords: Existence, Distribution, Ae. aegypti, Ae. Albopictus, Unhas

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB. I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Tujuan Penelitian... 2

I.3. Manfaat Penelitian... 2

I.4. Waktu dan Lokasi Peneltian... 3

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA... 4

II.1 Tinjauan Umum Nyamuk Aedes... 4

II.2 Habitat Nyamuk Aedes... 5

II.3 Klasifikasi ilmiah Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus ... 6

II.4. Morfologi... 6

a. Ae. aegypti... 6

b. Ae. albopictus... 7

II.5 Siklus Hidup Aedes ... 8

a. Telur... 9

(8)

viii

b. Larva... 10

c. Pupa... 11

d. Imago / Nyamuk Dewasa... 12

II.5 Perilaku Nyamuk Aedes... 13

II.6 Faktor Ekologis Keberadaan Aedes pada suatu wilayah... 14

BAB. III METODE PENELITIAN... 17

III.2 Alat dan Bahan... 17

III.1 Jenis Penelitian... 17

III.3 Metode Kerja... 17

a. Penentuan Lokasi Penelitian/pengambilan sampel... 17

b. Pemasangan Ovitrap... 18

c. Pengambilan sampel telur/larva... 18

d. Analisis Data... 19

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

IV.1 Hasil Penelitian... 20

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 20

B. Eksistensi dan Sebaran Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus... 20

IV.2 Pembahasan... 24

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN... 30

V.1 Kesimpulan... 30

V.2 Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA... 30

LAMPIRAN... 35

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nyamuk Dewasa Aedes aegypti... 7

2. Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus... 8

3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes... 8

4. Telur Nyamuk Aedes... 9

5. Larva Nyamuk Aedes... 11

6. Pupa Nyamuk Aedes... 12

7. Peta Lokasi Penelitian di kampus Universitas Hasanuddin Makassar... 18

8. Perbandingan persentase nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang hidup di dalam ruangan dan luar ruangan di lima lokasi sampling... 22

(10)

x DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Persentase nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh dengan menggunakan ovitrap di dalam ruangan (indoor) Nyamuk Dewasa

Aedes aegypti... 21 2 Persentase nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh

dengan menggunakan ovitrap di luar ruangan (outdoor) Karakteristik

Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus... 21 3 Persentase nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada berbagai tempat

penampungan air di dalam ruangan (indoor) di setiap lokasi penelitian

Siklus Hidup Nyamuk Aedes... 23

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

a. Pembuatan atraktan ... 35

b. Pemasangan Ovitrap di luar ruangan (Outdoor) ... 35

c. Pemasangan Ovitrap di dalam ruangan (Indoor) ... 35

d. Sampel Telur Aedes ... 35

e. Sampel Larva Aedes ... 35

f. Pengamatan/identifikasi sampel ... 35

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan dua spesies nyamuk yang berperan dalam hal penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat di daerah tropis dan subtropis yang disebabkan oleh adanya vektor penyebarnya. Penanggulangan dan pencegahan lebih banyak mengandalkan pada pemutusan rantai penularan melalui pengendalian Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus hidup pada wadah buatan manusia yang berada di dalam dan luar rumah.

Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari berbagai arbovirus.

Arbovirus (arthropod-borne viruses), genus flavivirus dari family flaviviridae merupakan virus yang ditularkan melalui gigitan arthropoda, misalnya nyamuk. Demam berdarah merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat yang cenderung meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Depkes RI, 1995).

Kenampakan permukaan bumi yang cukup luas, sesuai dengan kenampakan sebenarnya di lapangan merupakan parameter utama yang berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat ditinjau, seperti vegetasi, persebaran permukiman, kepadatan permukiman, tata letak, serta pola permukiman. Pertumbuhan penduduk dan pemukiman yang terus meningkat dan

(13)

1

pengelolaan lingkungan perkotaan yang belum optimal serta ditunjang oleh kondisi iklim, akan mempercepat persebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) secara luas (Respati, 2007). Hal ini dapat diketahui dengan semakin sering nyamuk menghisap darah maka semakin tinggi potensi penularan dan kepadatan populasi nyamuk. Akibat dari semakin tinggi kepadatan populasi nyamuk menyebabkan potensi kontak vektor (nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus) dengan manusia semakin sering sehingga akan mempercepat penyebaran virus dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Eksistensi dan sebaran nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti di kampus Universitas Hasanuddin hingga saat ini belum diketahui secara pasti karena belum pernah diadakan penelitian. Mengingat bahwa kampus ini terletak tidak jauh dari Rumah Sakit, pondokan mahasiswa, tempat pemeliharaan ternak, yang memungkinkan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian mengenai eksistensi dan sebaran nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus di kampus Universitas Hasanuddin.

I.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui eksistensi dan sebaran nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar.

I.3 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah kampus, bagi dinas terkait dengan eksistensi dan sebaran nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus, sehingga dapat dilakukan antisipasi

(14)

2

penanggulangan, mengingat nyamuk ini merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

I.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Oktober 2012. Pengambilan sampel dilakukan di area kampus Universitas Hasanuddin dan pengamatan dilakukan di laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan (ILK), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

(15)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Nyamuk Aedes

Nyamuk merupakan serangga tergolong ordo Diptera, famili Culicidae yang memiliki ciri dengan sepasang sayap dan ditemukan hidup pada berbagai habitat (Clements, 1999). Nyamuk Aedes merupakan jenis nyamuk yang umumnya ditemukan di kawasan tropis dan subtropis. Kata aēdēs (bahasa Yunani) yang artinya "unpleasant" atau

"odious" (tidak menyenangkan), karena nyamuk ini menyebarkan beberapa penyakit berbahaya seperti demam berdarah dan demam kuning. Aedes terdiri atas lebih dari 700 jenis yang dibagi menjadi beberapa sub genus diantaranya Aedes, Diceromyia, Finlaya, Stegomyia, dan lain-lain (Rueda, 2004).

Nyamuk Aedes dikenali dengan adanya ciri-ciri seperti belang hitam putih pada badan dan kakinya, biasanya menghisap darah pada awal pagi dan waktu senja, dan berkembang biak dalam air jernih yang ditampung, baik di dalam maupun di luar rumah.

Predator larva nyamuk Aedes cukup banyak, seperti cicak, katak dan laba-laba (Depkes, 2002).

Salah satu metode pengendalian nyamuk Aedes yang banyak diterapkan oleh para ahli adalah dengan penggunaan attraktan. Attraktan adalah senyawa yang bersifat menarik penciuman bagi serangga, khususnya nyamuk. Attraktan dapat dibuat dari berbagai senyawa gas, amonia, dan sebagainya, baik dalam bentuk murni maupun dari bahan organik seperti air rendaman jerami, rumput Panicum maximum, air rendaman udang/kerang, dan lain-lain. Selain itu untuk menurunkan populasi vektor DBD di beberapa

(16)

4

negara digunakan perangkap telur (Sayono, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Nunung (2007), di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan lebih banyak populasi Aedes albopictus di kampus tersebut dibandingkan Aedes aegypti. Sedangkan Sayono (2008), dalam penelitiannya menggunakan attraktan ovitrap di Pedurungan, Semarang memperoleh hasil bahwa populasi Ae. albopictus lebih dominan dibandingkan Ae.aegypti, disamping itu juga ditemukan pula nyamuk Culex.

II.2 Habitat Nyamuk Aedes

Eksistensi Aedes di alam dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan biologis, nyamuk ini tersebar diantara garis isotherm 200C antara 450LU dan 350LS pada ketinggian kurang dari 1000 m dari permukaan air laut. Lama hidup nyamuk dewasa di alam masih sulit ditentukan, namun demikian nyamuk Aedes berumur rata-rata 1 bulan (Depkes RI, 1995).

Ae. aegypti hidup di pemukiman padat penduduk di perkotaan dan pedesaan (Braks dkk, 2003; Nagao dkk, 2003). Hidup pada berbagai tempat penampungan air, misalnya bak mandi, drum, tempayan, kaleng bekas, vas bunga, lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa yang berisi air untuk tempat bertelur (Salim dan Milana, 2005).

Nyamuk Aedes lebih menyukai tempat yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Habitat perkembangbiakan nyamuk tersebut dapat berada di dalam maupun di luar rumah. Juga dapat ditemukan pada berbagai penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-pelepah daun (Soegijanto, 2006).

Ae. albopictus ditemukan hidup di berbagai tempat, misalnya di perkotaan, daerah pertanian, atau di hutan dan utamanya berkembang biak di lubang-lubang pohon (Usinger, 1944 dalam Gratz, 2004; Devi dan Jauhari, 2007). Larvanya ditemukan hidup di pelepah

(17)

5

daun dan potongan bambu yang berisi air (Wongkoon dkk, 2007). Kusumawathie (2007) di Srilanka melaporkan bahwa baik larva Ae. aegypti maupun Ae. albopictus ditemukan berkembangbiak pada tempat penampungan air buatan (bak mandi) dan barang bekas (misalnya ban, kaleng).

II.3 Klasifikasi Ilmiah Ae. aegypti dan Ae. albopictus

Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. adalah sebagai berikut (Meigen, 1818; Gandahusada dkk., 1992).

Kingdom : Animalia Philum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Familia : Culicidae Genus : Aedes Spesies : - Ae. Aegypti

- Ae. albopictus II.4 Morfologi

a. Ae. aegypti

Perbedaan antara nyamuk Ae. aegypti antara jantan dan betina dapat dengan mudah dilihat dari segi antena. Antena pada nyamuk jantan memiliki rambut-rambut yang lebih banyak disebut plumose, sedangkan antena nyamuk betina memiliki rambut-rambut yang sedikit dan berukuran lebih pendek disebut pilose (Christophers 1960).

Nyamuk dewasa Ae. aegypti memiliki ciri khas yaitu bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya. Nyamuk dewasa memiliki bercak putih keperakan atau

(18)

6

kekuningan pada tubuhnya yang berwarna hitam. Pada bagian kepala terdapat probosis yang pada nyamuk betina berfungsi untuk menghisap darah, sementara pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap nektar/sari bunga. Terdapat pula palpus maksilaris yang terdiri dari empat ruas yang berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan. Pada palpus maksilaris Ae. aegypti tidak tampak tanda-tanda pembesaran, ukuran palpus maksilaris ini lebih pendek dibandingkan dengan proboscis (Rueda, 2004).

Pada umumnya nyamuk Ae. aegypti memiliki warna dasar tubuh hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan pada kakinya, dan yang dikenal sebagai lyre berwarna putih dipunggungnya. Telur Ae. aegypti mempunyai lapisan luar bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Larvanya memiliki ciri comb scale/sisik yang tajam seperti duri (Rueda, 2004).

Gambar 1. Nyamuk dewasa Aedes aegypti L. (Rueda, 2004).

b. Ae. albopictus

Ukuran nyamuk dewasanya adalah panjang 3-4 mm dan terdapat bintik hitam dan putih pada badan dan kakinya (Rueda, 2004). Namun dapat dibedakan dari strip putih yang

Kaki Belakang mkk

Proboscis Antenna

Kaki depan

Sayap

Pembuluh Darah Paha

mkk Sekat Perut mkk Kaki Tengah mkk

KEPALA

DADA

PERUT

(19)

7

terdapat pada bagian skutumnya. Skutum/toraks Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih yang tebal di bagian dorsalnya (Supartha, 2008).

Gambar 2. Karakteristik nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus, (Supartha, 2008).

II.5 Siklus Hidup Aedes

Umumnya Aedes memiliki persamaan siklus hidup dengan serangga lainnya.

Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus terdiri dari telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa, seperti yang terlihat pada gambar 3, (Clements, 1999).

Gambar 3. Siklus hidup nyamuk aedes (http://www.denguevirusnet.com/life-cycle-of- aedes-.htm, 2012).

(20)

8 a. Telur

Telur Ae. aegypti dan Ae. albopictus berbentuk lonjong seperti torpedo dan berwarna hitam, panjang ± 0,6 – 0,8 mm dengan berat 0,0113 mg. Jumlah telur dalam sekali bertelur, sekitar 100-300 butir, rata-rata 150 butir. Frekuensi nyamuk betina bertelur 2-3 hari sekali (Hasyimi, 1992). Telur biasanya diletakkan di dekat permukaan air dan akan menetas bila tergenang/terendam air karena di tempat yang keberadaannya kering menyebabkan telur akan rusak dan mati (WHO, 2006).

Umumnya nyamuk Aedes meletakan telur pada suhu sekitar 20°-30°C. Pada suhu 30°C, telur akan menetas setelah 1-3 hari dan pada suhu 16°C akan menetas dalam waktu 7 hari. Survei telur dapat digunakan untuk menentukan distribusi dan fluktuasi populasi musiman dari nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Dengan survei telur dapat diperkirakan populasi nyamuk dewasa yang ada pada suatu daerah dengan jalan menghitung jumlah telur yang diletakkan dalam ovitrap (Ginny Tan dan Song, 2000 dalam Khim, 2007). Telur nyamuk Ae. aegypti sangat tahan terhadap kekeringan sampai beberapa hari, beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun (Sudarmaja dan Mardihusodo, 2009).

Gambar 4. Telur nyamuk Aedes (Sivanathan, 2006).

(21)

9 b. Larva

Ciri-ciri larva Aedes yaitu pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3, bentuk comb scale seperti duri, pada sisi toraks terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan ada sepasang rambut di kepala, dan terdapat corong udara atau sifon yang dilengkapi pecten (Clements 1999). Pada perkembangan stadium larva nyamuk Aedes tumbuh menjadi besar dengan panjang 0,5-1 cm. Larva nyamuk selalu bergerak aktif ke atas air. Larva nyamuk Aedes paling banyak berkembang biak di genangan air dan di hutan (Borror et al. 1992). Larva memiliki empat tahap perkembangan. Jangka waktu perkembangan larva tergantung pada suhu, keberadaan makanan, dan kepadatan larva dalam wadah. Dalam kondisi optimal waktu yang dibutuhkan sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa berkisar tujuh hari termasuk dua hari masa pupa. Pada suhu rendah, diperlukan waktu beberapa minggu (Cahyati dan Suharyo, 2006).

Larva nyamuk bernafas terutama pada permukaan air, melalui satu buluh pernapasan pada ujung posterior tubuh (sifon). Saluran pernafasan pada Aedes secara relatif pendek dan gembung. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air (Borror et al. 1992). Stadium larva memerlukan waktu satu minggu untuk perkembangannya. Larva tidak menyukai genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, kelembaban, dan nutrisi (WHO, 2006).

(22)

10

Gambar 5. Larva nyamuk aedes (http://dinkeskotapadang1.wordpress.com, 2008).

c. Pupa

Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, yang sangat aktif dan sering kali disebut akrobat (tumbler). Bernafas pada permukaan air melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada toraks (Rueda, 2004). Pupa berbentuk koma, gerakan lambat, sering ada di permukaan air. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh, maka pupa akan bergerak cepat untuk menyelam dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air dalam wadah (Cahyati dan Suharyo, 2006).

Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Lama fase pupa tergantung suhu air dan jenis nyamuk yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu (Supartha, 2008).

Gambar 6. Pupa aedes (http://www.denguevirusnet.com/lifecycleof-aedes. htm,2009).

(23)

11

Stadium pupa yang berlangsung pada daerah tropis hanya memerlukan waktu sekitar 2 - 3 hari sedangkan di daerah yang bersuhu lebih rendah (di bawah 100C) maka lamanya stadium pupa dapat diperpanjang sampai 10 hari (Service, 1986). Pupa berukuran besar memiliki panjang 4,15 ± 0,24 mm dengan diameter kepala 1,45 ± 0,38 mm dan pupa kecil dengan panjang 3,30 ± 0,25 mm dan diameter 1,03 ± 0,17 mm. Sebanyak 92 % pupa yang berukuran besar kemudian akan menjadi nyamuk betina dewasa dan 92 % pupa berukuran kecil menjadi nyamuk jantan dewasa. Pada waktu menetas kulit pupa tersobek (ekslosi) oleh gelembung udara dan oleh kegiatan bentuk dewasa yang berusaha untuk membebaskan diri (Rahmawati, 2004).

Pupa terdiri atas 3 bagian yaitu cephalothoraks, abdomen dan kaki pengayuh.

Cephalothoraks mempunyai sepasang corong pernafasan yang berbentuk segitiga. Pada bagian distal abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat untuk menyelam selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air (Sungkar, 2005).

d. Nyamuk Dewasa

Setelah nyamuk keluar dari selonsong pupa, nyamuk berdiam beberapa saat, kemudian sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang untuk mencari makan. Perkawinan nyamuk jantan dengan betina terjadi biasanya pada waktu senja dan hanya sekali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah. Umur nyamuk jantan lebih pendek dibanding umur nyamuk betina yakni nyamuk jantan 3-6 hari sedangkan nyamuk betina 8-15 hari. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (antropofilik), sedang nyamuk jantan hanya makan cairan buah-buahan dan bunga. Nyamuk betina memerlukan darah untuk mematangkan telurnya agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk

(24)

12

jantan dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur, mulai nyamuk menghisap darah sampai telur biasanya 3-4 hari, waktu ini disebut siklus gonotropik (Depkes RI, 1995).

II.6 Perilaku Aedes

Ae. aegypti dan Ae. albopictus jantan mempunyai persamaan perilaku makan yaitu mengisap darah dan tanaman sebagai sumber energinya. Imago betina juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan produksi (anautogenous) dan proses pematangan telurnya, yang diperoleh dari cairan darah. Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Nyamuk betina menghisap darah setiap 2-3 hari sekali pada pagi hari dan sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00. Nyamuk betina mendapatkan darah dengan menghisap lebih dari satu orang (multiple bitter), sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah seperti nyamuk betina. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter dan umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan. Pada proporsi tertentu nyamuk betina akan menusukkan proboscis lebih dari satu kali. Pada keadaan baik nyamuk betina akan menghabiskan waktu 2 sampai 5 menit untuk menghisap darah (Clements, 1999).

Cara mengisap nyamuk betina adalah kapiler feeder, dimana stilet akan menembus kapiler darah untuk menghisap. Nyamuk betina akan menghisap darah setidaknya 1-3 hari setelah terjadinya perkawinan. Pada saat kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telur. Nyamuk betina meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat permukaan media. Tempat istirahat yang disukai Ae. aegypti adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, kakus dan di dalam rumah seperti baju yang digantung,

(25)

13

kelambu, dan tirai, sedangkan Ae. albopictus di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah (Mullen dan Durden, 2002).

II.7 Faktor ekologis keberadaan Aedes pada suatu wilayah a. Inang/Host

Keberadaan nyamuk pada suatu daerah umumnya dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan (manusia atau hewan). Kegiatan manusia juga secara tidak langsung menyebabkan terciptanya habitat perkembangbiakan nyamuk seperti pembuatan saluran irigasi, tambak, pembukaan hutan, dan lain-lain (Depkes RI, 2004).

b. Habitat perkembangbiakan

Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes yang berupa Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan seperti drum, tempayan, bak mandi, bak kakus, ember dan sejenisnya. Tempat perkembangbiakan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya (Depkes RI, 2004).

Penelitian yang dilakukan Wongkoon (2007) di Kepulauan Samui, Thailand dan Nugroho (2009), di Kec. Nogosari dan Kec. Boyolali Indonesia, masing-masing menemukan larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus berkembangbiak pada tempayan, bak mandi, dan ember yang terletak dalam rumah, sedangkan di luar rumah ditemukan juga pada kaleng, botol plastik, pot bunga, dan pelepah pinang. Selain itu nyamuk ini juga ditemukan berkembangbiak dalam talang air dan lembaran plastik (Koh et all.,2008).

Banyaknya tanaman hias berarti akan menambah tempat bagi nyamuk dewasa untuk hinggap, dan berlindung bagi larvanya. Jenis tumbuhan pada suatu tempat juga dapat

(26)

14

dijadikan sebagai indikator keberadaan jenis-jenis nyamuk tertentu, misalnya Ae. albopictus menggunakan tumbuhan bambu sebagai tempat berlindung bagi nyamuk dewasa dan habitat bagi larvanya (Supartha, 2008).

c. Suhu dan kelembaban

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap kelimpahan Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Penelitian yang dilakukan oleh Chang dkk. (2006) di Taiwan menemukan Ae. aegypti lebih peka terhadap suhu rendah dibandingkan dengan Ae. albopictus. Laju ketahanan hidup larva Ae. albopictus instar I dan IV lebih baik pada suhu 10C dibandingkan larva Ae. aegypti. Pada suhu 2,5C dan 5.0C larva Ae. albopictus instar I menunjukkan ketahanan hidup lebih tinggi dibandingkan larva Ae. aegypti instar I, sebaliknya dengan larva Ae. aegypti instar IV.

Uji laboratorium yang dilakukan Promprou dkk. (2005), melaporkan bahwa pada suhu minimum 22.030C/maks. 34.510C, kelembaban relatif 80.85%, dan curah hujan 204.03 mm, menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian DBD di perbatasan Laut Andaman. Demikian pula di daerah Peninsula Thailand Selatan dilaporkan bahwa suhu min 22.210C/ maks33.720C, jumlah hari hujan 13.32 mm dan kelembaban relatif 79.19%

menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian penyakit DBD.

Monteiro dkk (2007), menunjukkan bahwa larva Ae. albopictus yang dipelihara pada suhu 25ºC berkembangbiak dua kali lebih banyak dibandingkan pada larva yang dipelihara pada suhu 35ºC. Menurut Micieli dan Campos dalam Vezzani dan Carbajo (2008), bahwa di kota Buenos Aires, keberadaan Ae. aegypti tergantung kepada rata-rata suhu tahunan dan jumlah tempat perkembangbiakan.

(27)

15 d. Curah hujan

Di India dilaporkan bahwa populasi Ae. aegypti berfluktuasi seiring dengan curah hujan dan perilaku menyimpan air (Trpis, M., 1972). Sedangkan menurut Promprou dkk.

(2005), bahwa hujan mengakibatkan meningkatnya jumlah tempat perkembangbiakan nyamuk. Di negara-negara lain di Asia Tenggara dimana curah hujan tahunan lebih dari 200 cm ditemukan populasi Ae. aegypti lebih stabil dan beradaptasi pada daerah perkotaan/urban, semi urban dan pedesaan (WHO, 2006).

(28)

16 BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu ovitrap (perangkap telur), pipet plastik, dan micro tube, mikroskop Dyno Lite AM-451. Sedangkan bahan penelitian adalah sebagai berikut :kayu, tali, air rendaman rumput belulang Eluisine Indica L. (atraktan), sampel telur/larva nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus

III.2 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan penelitian ekploratif yang dilakukan dengan cara pengamatan dan penangkapan terhadap sampel nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus di lapangan, dan mengumpulkan data ekologis habitat nyamuk. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah jumlah sampel nyamuk Ae .aegypti dan Ae. albopictus yang didapatkan dilapangan, sedangkan data sekunder adalah faktor - faktor ekologis habitat nyamuk seperti vegetasi dan lain-lain.

III.3 Tahapan Penelitian

a. Menentukan lokasi penelitian/pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara sistematis dengan menggunakan alat ovitrap dan pemeriksaan terhadap tempat penampungan air di lima lokasi sampling dalam area kampus Universitas Hasanuddin yaitu :

- Bagian Utara : Fakultas Peternakan, sekitar kandang ternak, - Bagian timur : Fakultas Hukum,

- Bagian Selatan : Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP), - Bagian Barat : Dekat Pondokan (Workshop) dan

(29)

17 - Bagian Tengah : Fakultas MIPA.

Peta posisi ke lima lokasi yang dijadikan tempat sampling penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 7. Peta lokasi Penelitian di Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar. (www.googleearth.com, 2012)

b. Pemasangan ovitrap

Ovitrap yang sudah diberi attraktan ditempatkan di setiap lokasi sebanyak 10 buah/lokasi, yang terpasang selama 4-5 hari dan diganti setiap minggu, sedangkan lama pemasangan ovitrap dilakukan selama 2 bulan.

c. Pengambilan sampel telur/larva

Sampel telur nyamuk yang sudah di dapat di lapangan diambil dari ovitrap kemudian ditetaskan menjadi larva/dewasa dilaboratorium untuk diidentifikasi. Selanjutnya pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan buku panduan Identifikasi Nyamuk Aedes berdasarkan Rueda (2004).

U

T

S B

(30)

18 d. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari lapangan dan hasil identifikasi jenis nyamuk kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

(31)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kampus Universitas Hasanuddin terletak di kilometer 10 Tamalanrea, diMakassar bagian timur, yang menempati areal seluas ± 220 Ha. Pada areal kampus banyak ditumbuhi tanaman penghijaun dari berbagai jenis, terutama dari tamanan ki-hujan Albizia saman K., angsana Pterocarpus indicius Willd., mahoni Swietenia mahagoni Jacq., dan lain-lain, sehingga suasana kampus menjadi terasa sejuk. Di dalam areal dan dan luar areal kampus terdapat rumah pondokan, kandang ternak, tempat pembuangan sampah, danau buatan, rumah sakit, dan lain-lain, yang tentunya dapat menjadi tempat bersarang dan bertelurnya nyamuk.

B. Eksistensi dan Sebaran nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode ovitrap/perangkap telur dan survei terhadap berbagai tempat penampungan air, didapatkan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus hidup pada berbagai tempat penampungan air di lima lokasi sampling, yaitu di Fak. Peternakan (Utara), Fak. Hukum (Timur), Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) (Selatan), Pondokan/Workshop, (Barat) dan Fak. MIPA (Tengah). Dengan demikian eksistensi dan sebaran nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dapat dideteksi keberadaanya di areal Kampus Universitas Hasanuddin, yang telah menyebar keseluruh penjuru kampus.

Hal ini mengindikasikan adanya kerawanan tersembunyi terhadap penularan penyakit DBD jika hal ini tidak ditanggulangi.

(32)

20

Hasil analisis data mengenai eksistensi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan metode ovitrap disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Persentase jumlah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh dengan menggunakan ovitrap di dalam ruangan (indoor) pada 5 lokasi sampling.

No. Lokasi Sampling Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes albopictus

N % N %

1. PKP 50 43,47 0 0

2. Workshop 32 27,83 0 0

3. Fakultas MIPA 13 11,30 128 28,50

4. Fakultas Peternakan 5 4,35 144 32,07

5. Fakultas Hukum 15 13,05 177 39,43

Total 115 100 449 100

Keterangan : N = Jumlah Individu

Pada Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa baik nyamuk Ae. aegypti maupun Ae.

albopictus telah ditemukan hidup di dalam ruangan di kelima lokasi sampling. Persentase Ae.

aegypti tertinggi diperoleh di PKP (43, 47%), dan terendah di Fakultas Peternakan (4,35%).

Sedangkan Ae. albopictus tertinggi ditemukan di Fakultas Hukum (39,43%) dan terendah di gedung PKP dan Workshop dengan tidak ditemukan nyamuk Ae. albopictus.

Tabel 2. Persentase jumlah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh dengan menggunakan ovitrap di luar ruangan (Outdoor) pada 5 lokasi sampling.

No. Lokasi Sampling Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes albopictus

N % N %

1. PKP 0 0 199 23,30

2. Workshop 23 39,66 146 17,09

3. Fakultas MIPA 15 25,86 196 22,95

4. Fakultas Peternakan 3 5,17 122 14,29

5. Fakultas Hukum 17 29,31 191 22,37

Total 58 100 854 100

Keterangan : N = Jumlah Individu

(33)

21

Tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa baik nyamuk Ae. aegypti maupun Ae.

albopictus juga telah ditemukan hidup di luar ruangan di kelima lokasi sampling. Persentase Ae. aegypti tertinggi ditemukan di sekitar Pondokan/Workshop (39,66 %), dan terendah di PKP dengan tidak ditemukan nyamuk tersebut. Sedangkan untuk nyamuk Ae. albopictus persentase tertinggi didapatkan di PKP (23, 30%) dan terendah di Fak. Peternakan (14,29%).

Pada gambar 8 dibawah, diperlihatkan perbandingan persentase nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang hidup di dalam ruangan dan luar ruangan di lima lokasi sampling Gambar 8. Perbandingan persentase nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang hidup di

dalam ruangan (indoor) dan luar ruangan (outdoor) pada lima lokasi sampling.

Gambar Histogram diatas dapat dijelaskan bahwa perbandingan persentase nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang hidup di dalam ruangan dan luar ruangan di lima lokasi sampling. Pada Lokasi Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh didalam ruangan 43, 47% dan nyamuk Ae. albopictus 0, sedangkan persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh diluar ruangan 0 dan nyamuk Ae. albopictus 23, 30%.

Pada lokasi Workshop persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh didalam ruangan 27,83% dan nyamuk Ae. albopictus 0, sedangkan persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh diluar ruangan 39,66% dan nyamukAe. albopictus 17,69%. Pada lokasi Fak. MIPA

0 10 20 30 40 50

PKP Workshop Fak. MIPA Fak.

Peternakan

Fak. Hukum 43.47

27.83

11.3

4.35

13.05

0 0

28.5 32.07

39.43

0

39.66

25.86

5.17

29.31 23.3

17.09

22.95

14.29

22.37

Indoor (%) Indoor (%) Outdoor (%) Outdoor (%)

(34)

22

persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh didalam ruangan 11,30 % dan nyamuk Ae.

albopictus 28,50 %, sedangkan persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh diluar ruangan 25, 86 % dan nyamuk Ae. albopictus 22,95%. Pada lokasi Fak. Peternakan persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh dilokasi Fak. Peternakan didalam ruangan 4,35% dan nyamuk Ae. albopictus 32,07%, sedangkan persentase Nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh diluar ruangan 5,17 % dan nyamuk Ae. albopictus 14,29 %. Pada lokasi Fak. Hukum persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh didalam ruangan 13,05 % dan nyamuk Ae.

albopictus 39,43%, sedangkan persentase nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh diluar ruangan 29,31 % dan nyamuk Ae. albopictus 22,37 %.

Analisis data jumlah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang diperoleh dengan menggunakan metode survei pada beberapa tempat penampungan air, disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Persentase jumlah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada beberapa tempat penampungan air di dalam ruangan (Indoor) pada 5 lokasi sampling

No Lokasi Sampling

Jumlah individu Aedes aegypti

Jumlah individu Aedes albopictus

Ket.

Bak Mandi Ember Bak Mandi Ember

N % N % N % n %

1. PKP 0 0 0 0 0 0 0 0 BMs = 6;Es = 5

BMp = 0; Ep = 0

2. Workshop 3 60 6 54,5 0 0 0 0 BMs = 10; Es =8

BMp = 3; Ep = 6

3. MIPA 2 40 5 45,5 0 0 0 0 BMs =5 ; Es = 8

BMp =2; Ep = 5

4 Peternakan 0 0 0 0 0 0 0 0 BMs = 2 ;Es = 2

BMp = 0; Ep = 0

5. Hukum 0 0 0 0 0 0 0 0 BMs =0;Es =6

BMp = 0; Ep = 0 Jumlah total 5 100 11 100 0 0 0 0 BMs = 23; Es =29

BMp =5 ; Ep = 6 Keterangan :

BMs = Bak Mandi survei; Es = Ember survei;

BMp= Bak Mandi positif jentik; Ep = Ember positif jentik

(35)

23

Data tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa nyamuk Ae. aegypti ditemukan hidup dalam bak mandi di ruangan gedung Workshop (60%) dan MIPA (40%), dan di dalam ember di ruangan gedung Workshop (54,5%) dan MIPA (45,5%). Sedangkan pada 3 lokasi lainya yaitu PKP, Fak. Peternakan, dan Fak. Hukum tidak ditemukan adanya Ae. aegypti.

Nyamuk Ae. albopictus tidak ditemukan pada bak mandi dan ember di ke lima lokasi sampling.

IV.2 Pembahasan

Hasil pemasangan ovitrap di lima lokasi sampling menunjukkan bahwa baik nyamuk Ae. aegypti maupun Ae. albopictus telah ditemukan hidup dan berkembangbiak baik di dalam maupun di luar ruangan kampus Universitas Hasanuddin. Sedangkan sampling dengan metode survei di lima lokasi sampling pada 2 jenis tempat penampungan air (bak mandi dan ember), juga telah ditemukan nyamuk Ae. aegypti, tetapi hanya pada dua lokasi yaitu Worshop dan Fak. Mipa, dan untuk nyamuk Ae. albopictus tidak ditemukan pada kelima lokasi sampling.

Penggunaan metode pemasangan Ovitrap dilakukan karena kebanyakan tempat penampungan air yang disurvei tidak ditemukan kedua jenis nyamuk tersebut. Ovitrap merupakan alternatif cara untuk menentukan sebaran dan fluktuasi populasi musiman dari nyamuk Ae aegypti/Ae. albopictus. Dengan Ovitrap dapat diperkirakan populasi nyamuk dewasa yang ada pada suatu daerah dengan jalan menghitung jumlah telur yang diletakkan dalam ovitrap (Ginny Tan dan Song, 2000 dalam Khim, 2007).

Eksistensi nyamuk di dalam Kampus Universitas Hasanuddin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

- Adanya manusia yang hidup dan berada di sekitar kampus dan melakukan aktifitas,

(36)

24

- Adanya vegetasi yang berfungsi sebagai habitat/perlindungan bagi nyamuk dewasa, - Terdapatnya berbagai tempat penampungan air berupa ember, dan bak mandi yang

digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.

Menurut Departemen Kesehatan (2004), manusia dan hewan merupakan inang bagi kehidupan nyamuk, kegiatan manusia juga secara tidak langsung menyebabkan terciptanya habitat perkembangbiakan nyamuk seperti pembuatan saluran irigasi, tambak, pembukaan hutan, dan lain-lain. Sedangkan untuk tempat penampungan air seperti bak mandi, drum air, ember, tempayan, kaleng bekas, dan vas bunga yang berisi air adalah tempat-tempat yang selalu digunakan oleh nyamuk Aedes untuk berkembangbiak (Hasyimi, 2004).

Eksistensi nyamuk Ae. aegypti di dalam ruangan (indoor) baik dalam gedung PKP, Workshop, Fak. MIPA, Fak. Peternakan maupun Fak. Hukum, tentunya terkait dengan eksistensi manusia yang sehari-hari melakukan aktivitas di dalam kampus, dengan demikian manusia dapat dijadikan sebagai host/inang bagi nyamuk. Namun terkhusus di Fak.

Peternakan disamping terdapat aktivitas manusia juga dijumpai adanya aktivitas hewan mamalia besar berupa sapi. Menurut WHO (2005) dan Soegianto (2006), nyamuk Ae.

aegypti betina bersifat antropofilik (lebih menyukai darah manusia) dan cenderung menghisap darah di dalam rumah (endofilik) (Soekamto, 2007; Ponlawat dan Harrington, 2005). Keberadaan berbagai tempat penampungan air berupa bak mandi dan ember juga mendukung kehidupan nyamuk tersebut, karena wadah tersebut dijadikan nyamuk sebagai tempat beristirahat/meletakkan telurnya. Saniambara,dkk. (2003), menemukan nyamuk Ae.

aegypti dapat berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan tidak beralaskan tanah, seperti bak mandi/wc, drum dan kaleng bekas, tempat minum burung dan pot tanaman hias.

(37)

25

Tingginya persentase nyamuk Ae. aegypti yang ditemukan di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) disamping disebabkan karena faktor yang telah diuraikan sebelumnya juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya keberadaan pakaian yang tergantung di dalam ruangan, banyaknya terdapat barang-barang bekas,yang dapat dijadikan sebagai tempat beristirahat nyamuk tersebut. Disamping itu, karena letak Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) berseberangan dengan danau buatan Unhas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supartha (2008) dan Suyasa, dkk. (2008), yang menemukan nyamuk Ae. aegypti yang suka beristirahat pada pakaian yang tergantung di dalam rumah. Sebaliknya rendahnya persentase Ae. aegypti yang ditemukan di Fak. Peternakan disebabkan kurangnya ditemukan tempat penampungan air dan manusia yang melakukan aktivitas meskipun diwilayah tersebut terdapat hewan mamalia seperti sapi, kambing, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai darah manusia (antrophilic) dibandingkan darah hewan (Ponlawat dan Harrington, 2005), sehingga dilokasi Fak. Peternakan persentase nyamuk Aedes aegyti rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ponlawat dan Harrington yang dilakukan sekitar tahun 2003 dan 2004 di Thailand menunjukkan bahwa Ae. aegypti hampir sepenuhnya (99%) menghisap darah manusia dan 1% pada hewan.

Eksistensi nyamuk Ae. albopictus di dalam ruangan (indoor) di, Fak. Peternakan,Fak.

MIPA,maupun Fak. Hukum didukung oleh adanya tempat penampungan air (bak mandi dan ember) yang dapat digunakan sebagai tempat beristirahat/meletakkan telurnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Ae. albopictus berkembangbiak dalam rumah (Hoeck dalam Wongkoon, 2007) pada tempat-tempat penampungan air seperti ember, baskom, bak mandi (Dieng dkk., 2010), vas bunga dan sumur (Syahribulan, 2011; Syahribulan dkk., 2012).

(38)

26

Tingginya persentase Ae. albopictus di dalam ruangan Fak. Hukum tentunya disebabkan karena adanya faktor lingkungan yang mendukung seperti adanya tempat penampungan air (seperti ember, botol/kaleng bekas)dan juga tempat pembuangan sampah yang terdapat didalam ruangan. Sebaliknya rendahnya persentase Ae. albopictus di Fak.

MIPA disebabkan kurangnya tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat peristirahatan/

meletakan telur habitat perkembangbiakan seperti vas bunga, sumur, ember dan pakaian yang tergantung, demikian halnya dalam area gedung PKP dan workshop. tidak ditemukan jenis nyamuk Ae. albopictus. Hal ini menarik karena ditemukannya habitat perkembangbiakan nyamuk Ae. albopictus didalam ruangan PKP dan workshop, namun tidak ditemukan adanya nyamuk Ae. albopictus pada saat pemasangan ovitrap, tampaknya untuk mengetahui hal ini perlu kajian lebih lanjut.

Eksistensi nyamuk Ae. aegypti di luar/sekitar Workshop, Fak. MIPA, Fak.

Peternakan dan Fak. Hukum disamping dipengaruhi oleh keberadaan manusia yang dapat dijadikan sebagai inang, juga dipengaruhi oleh adanya berbagai macam limbah padat hasil aktivitas manusia, seperti kaleng, botol bekas, tempurung kelapa, ember dan lain-lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti. Demikian pula dengan keberadaan dan tingkat kerapatan tumbuhan dari berbagai jenis, yang tumbuh di sekitar lokasi penelitian juga mendukung iklim mikro nyamuk dewasa Ae. aegypti untuk tetap eksis dan berkembangbiak di lokasi sampling, karena akan menjadi habitat, tempat hinggap ataupun tempat beristirahat.

Tingginya persentase nyamuk Ae. aegypti yang ditemukan di sekitar Workshop tentunya ini didukung oleh karena pada area ini terdapat tempat pembuangan sampah secara terbuka (dekat area persawahan dan samping rumah warga) dan berbagai limbah padat,

(39)

27

seperti botol dan barang bekas hasil kegiatan masyarakat kampus. Posisi Workshop yang berdekatan dengan pondokan mahasiswa yang suasananya rapat sehingga tercipta ruang- ruang yang kurang sehat, yang dapat menciptakan tempat-tempat perkembangbiakan bagi nyamuk tersebut. Disamping itu di sekitar Workshop juga banyak terdapat tumpukan barang- barang bekas seperti bangku dan meja, yang dapat digunakan oleh nyamuk sebagai tempat hinggap/beristirahat. Menurut Soegijanto (2006), nyamuk Ae. aegypti biasanya ditemukan hidup di dalam dan di sekitar rumah dan erat kaitannya dengan manusia, sedangkan menurut Womack (1993), keberadaan genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan dan lain-lain, dapat menunjang kehidupan nyamuk. Demikian halnya di sekitar PKP, yang ditumbuhi banyak pepohonan rimbun yang menciptakan habitat perlindungan bagi nyamuk tersebut.

Eksistensi nyamuk Ae. albopictus di luar ruangan (outdoor) pada kelima lokasi sampling menunjukkan bahwa nyamuk ini bersifat eksofilik (aktif menghisap darah di luar rumah) dan zoofilik (menghisap darah hewan dan manusia) (Depkes, 2005). Nyamuk Ae.

albopictus juga ditemukan hidup di pohon atau kebun dan kawasan pinggir hutan sehingga sering sebut nyamuk kebun (Hawley, 1998; Supartha, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sekitar lokasi sampling, seringkali dijumpai beberapa jenis hewan, misalnya : kucing, anjing dan hewan ternak yang merumput, baik sekitar Gedung Fak. MIPA, gedung PKP, sedangkan disekitar Fak. Peternakan yang memang terdapat kandang ternak. Nyamuk Ae. albopictus disamping manghisap darah manusia, juga ditemukan menghisap darah berbagai jenis hewan, misalnya sapi, burung, tikus, anjing dan kucing (Niebylski dkk, 1994).

Seperti halnya Ae. aegypti eksistensi nyamuk Ae. albopictus di luar ruangan dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang ada di kawasan kampus yang menghasilkan berbagai macam barang-

(40)

28

barang bekas berupa potongan-potongan kayu, botol/kaleng bekas, dan lain-lain, yang menjadi habitat perkembangbiakannya.

Hasil survei terhadap tempat-tempat penampungan air menunjukkan bahwa dari jumlah total tempat penampungan air yang disurvei sebanyak 52 buah, yang ditemukan positif keberadaan jentik Ae. aegypti, ada 5 (lima) bak mandi dan 11 (sebelas) ember yang terdapat di dalam gedung/ruangan Workshop dan MIPA. Survei pada tempat-tempat penampungan air merupakan salah satu metode umum yang digunakan untuk mendeteksi eksistensi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Depkes, 2005). Tidak ditemukannya jentik nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada tempat penampungan air dalam bak mandi dan ember di gedung PKP, Workshop, Fak. MIPA, Fak. Peternakan dan Fak. Hukum disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai TPA (Tempat Penampungan Air) yang terletak didalam rumah seperti ember, gentong, dan kakus. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Soegijanto (2003), pada berbagai tempat penampungan air di kota Surabaya desa Brojowali, yang menunjukkan bahwa kontainer air didalam rumah ditemukan jentik Ae.

aegypti dengan jumlah 32 dan Ae. albopictus 0. Sedangkan nyamuk Ae. albopictus merupakan nyamuk yang hidup diluar rumah, pada semak-semak belukar, atau dipohon- pohon dan tanaman. Ae. albopictus ditemukan hidup di berbagai tempat, misalnya : di perkotaan, daerah pertanian, atau di hutan dan utamanya berkem-bang biak di lubang-lubang pohon (Usinger, 1944 dalam Gratz, 2004; Devi dan Jauhari, 2007). Larvanya ditemukan hidup dipelepah daun dan potongan bambu yang berisi air hujan (Wongkoon dkk., 2007).

(41)

29 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang eksistensi dan sebaran nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di kampus Universitas Hasanuddin, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus ditemukan hidup dan berkembang biak di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan. Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan hidup di dalam ruangan gedung PKP sedangkan Ae. albopictus lebih banyak di Fak. Hukum. Sedangkan di luar ruangan (outdoor) menunjukkan bahwa nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan hidup di area Workshop sedangkan Ae. albopictus lebih banyak di area PKP.

2. Eksistensi dan sebaran kedua jenis nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dipengaruhi beberapa faktor antara lain adanya manusia/masyarakat kampus, adanya berbagai tempat penampungan air baik buatan (bak mandi, ember) maupun barang bekas (botol/kaleng bekas, tempurung kelapa), vegetasi/tanaman dan berbagai macam hewan yang berada di sekitaran kampus.

V.2 Saran

Saran yang dapat diusulkan dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat baik yang berada di dalam maupun di sekitar kampus agar menjaga kebersihan dalam rangka penanggulangan populasi dan penyebaran nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus.

(42)

30

DAFTAR PUSTAKA

Bahang Z.B. 1978. Life History of Aedes (S) aegypti and Aedes (S) albopictus. Laboratory Conditions. Institute for Medical Research, Malaysia, KualaLumpur.

Borror, D.J.C, Triplehorndan N. F. Johnson.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Braks, M.A., Honorio, N.A, de Olivieira, L., Juliano, S.A., Lounibos, L.P. Convergent Habitat Segregation of Aedes aegypti and Aedes albopictus (Diptera: Culicidae) in Southeastern Brazil and Florida. J. Med. Entomol. 2003 Nov; 40 (6): 785-94.

Baturante, Hanizah, 2009. Populasi Nyamuk Aedes sp dan Karakteristik Breading Site pada Daerah Endemik DBD di Kec. Bantimurung Kab. Maros dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Universitas Hasanuddin. Makassar.Cahyati, W.H, Suharyo. 2006. Dinamika Aedes aegypti sebagai vektor penyakit. Kemas 2: 38-48.

Chan, K,L., B.C.Ho and Y.C. Chan., 1971, Aedes aegypti (L) and Ae. albopictus(Skuse) in Singapore city. 2 larval habitat.Bull.Wld. Health.Org. 44; 629-633.

Chang, L.H., Err-Lieh Hsu., Hwa-Jen Teng., Chau-Mei Ho. 2006. Differential Survival of Aedes aegypti and Aedes albopictus (Diptera: Culidae) Larvae Exposed to Low Temperatures in Taiwan. Departemen of Entomology.National Taiwan University, Taipe, Taiwan 106. Jour. of Med. Entomol. pp.205 – 210.

Christophers Sir SR. 1960. Aedes aegypti (L) The Yellow Fever Mosquito. Cambridge University Press. Cambridge.

Clements A. N. 1999. The Biology of Mosquitoes Volume 2 Sensory Reception and Behaviour. USA: CABI Publishing

Danial, 2009. Ciri-ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah.http://danialonline.wordpress.com. Diakses pada hari Selasa, 06 Maret 2012.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Petunjuk Teknis Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah. Direktorat Jenderal. PPM & PLP, buku paket B. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2002.Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue, cetakan kedua. Ditjen P2M & PL, Jakarta. 36 hal.

Deparetemen Kesehatan RI. 2004. Perilaku Hidup Nyamuk Aedes aegypti Sangat Penting Diketahui Dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Termasuk

(43)

31

Pemantauan Jentik Berkala. Bulletin Harian. http://www.depkes.go.id. Diakses pada hari Selasa, 06 Maret 2012.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2008. Data Sasaran Kesehatan Kota Padang.

http://dinkeskotapadang1.wordpress.com. Diakses 06 Maret 2012.

Devi, N.P., dan R.K. Jauhari. Mosquito species associated within some western Himalayas phytogeographic zones in the Garhwal region of India. Jour. of Insect Sci. Vol. 7 Article 32.2007.

Gandahusada, S., Herry H., W. Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Gratz, N.G., Critical review of the vector status of Aedes albopictus. Medical and Veterinary Entomol.(2004) 18, 215–22.

Hasyimi, H. dan Mardjan, 2004. Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti Pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air Olahan, J.

Ekol.Kesehatan.Vol 3 No 1, April 2004: 37-42.

Hestiningsih, R., Fitriasih, dan Sayono. 2008. Pengaruh Jenis Atraktan Pada Alat Perangkap Nyamuk Model China Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes aegpty yang Tertangkap.

Universitas Islam Malang. Malang.

Kusumawathie, R. R., M. L. K. Siyambalagoda. Distribution and breeding sites of potential dengue vectors in Kandy and Nuwara Eliya districts of Sri Lanka.The Ceylon Jou.off Med. Sci. 2005; 48: 43-52.

Monteiro, L.C.C., Jose, R.B. de Souza, Cleide, M.R. de Albuquerque. Eclosion Rate, Development and Survivorship of Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) under Different Water Temperatures. Neotrop.Entomol. 36(6):966-971 (2007).

Mullen, D dan Durden L. 2002. Med. Vet Entomol. Academic Press. California.

Niebylski, M. L., Savage, H. M., Nasci, R. S. dan Craig, G. B. Blood hosts of Ae.albopictus in the United StatesJ. Am. Mosq. Control Assoc., vol. 10, no. 3, pp. 447-450, 1994.

Nurhayati,S. 2005. Prospek Pemanfaatan Radiasi dalam Pengendalian Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Buletin Alara, Volume 7 Nomor 1 & 2.

Ponlawat, A.,: Harrington, L.C.,. 2005. Food Fedding Paterrn of Aedes aegypti dan Aedes albopictus in Thailand, J. of Med. Entomol., vol. 42 No. 5, pp. 884-849

Prompron, S. Mullica J. dan Krisnadej, J. 2005. Impact of Climatis.Walailah J.Sci and Tech 2005; 2(1) : 59-70.

(44)

32

Rahmawati, D. 2004. Jumlah dan Daya Tetas serta Perkembangan Pra Dewasa Aedes aegypti. [Skripsi] FKH IPB. Bogor.

Rueda, L. M. 2004. Pictorial Keys for the Identification of Mosquitoes (Diptera : Culicidae) Associated With Dengue Virus Transmission. Magnolia Press Auckland. New Zealand. 60 hal.

Respati, 2007. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi geografis untuk menetukan tingkat Kerentanan Wilayah Terhadap Perkembangan Nyamuk. Yogyakarta.

Saniambara, N., Effendi, A., dan Ndoen, E. 2003. Penyakit yang Ditularkan oleh Nyamuk di NTT. http://www.indomedia.com. Diakses pada tanggal 10 November 2012.

Samarawickrema WA, Folasone, Kimura E. Self L.S, Cummings RF, Paulson GS. 1993.

The relative importance and Distribution of Aedes polynensiensis and Aedes aegypti Larva in Samoa. Medical and Veterinary Entomology 7:27-36.

Sayono.2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap terhadap Junlah Nyamuk Aedes yang Tertangkap. Tesis: UNDIP Semarang. http://eprints.undip.ac.id/18741/1/ sayono.pdf.

Diakses pada hari Selasa, 23 Maret 2011.

Sivanathan, M. M. 2006. The Ecology and Biology of Aedes aegypti and Aedes albopictus (Skuse) (Diptera : Culicidae) and The Resistance Status of Aedes albopictus (Filed Strain) againts Organophosphates ini Penang, Malaysa.

Service, M.W. 1986. Blood Sucking Insect Vector of Disease.Edward Arnold Publisher Ltd.

London.

Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Penerbit Widya Medika Sudarto. 1972. Atlas Entomologi Kedokteran. EGC. Jakarta

Sudarmaja IM, Mardihusodo SJ. 2009. Pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti pada air limbah rumah tangga di laboratorium. Vet 10 ( 4): 205-207.

Sungkar, S., 2005. Bionomik Aedes aegepty vektor Demam Berdarah Dengue. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. Hal:1

Supartha, I.W. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn) dan Aedes albopictus (Skuse) Diptera : Culicidae. Senior Entomologist.

Guru Besar Fakultas Pertanian UniversitasUdayana. Denpasar.

Sutherland DJ, Wayne, Crans J. 2000. Mosquito in Your Life. New Jersey Agriculture Experiment Station Publication. (www.cci.rutgers.edu/-insect/njmos.htm).

(45)

33

Suyasa, I G., Adi Putra, dan I .W. Redi Aryanta.. 2008. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarak at dengan Eksistensi Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Ecotrophic 3 (1) : 1 – 6.

Soegijanto, S., 2003, Demam Berdarah Dengue, Penerbit PT. Bina Ilmu, Surabaya.

Syahribulan, Aguslia Adhari dan Isra Wahid, 2012. Karakteristik Sumur yang digunakan Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai habitat Perkembangbiakan di kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,Prosiding Seminar Nasional Biologi XXI, Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh, hal 132.

Trpis, M., 1972. Seasonal changes in the larval populations of Aedes aegypti in two biotopes in Dar es Salaam, Tanzania. Bull. Org. mond. Sante, 1972, 47, 245-255.

Vezzani, D. dan Aníbal E Carbajo, 2008.Aedes aegypti, Aedes albopictus, and dengue in Argentina: current knowledge and future directions. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, Vol. 103 (1) : 66 - 74, February 2008.

Womack M. 1993. The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats 5(4):4.

Wongkoon, M. Jaroensutasinee, K. Jaroensutasinee, W. Preechaporn, and S. Chumkiew , 2007. Larval Occurrence and Climatic Factors Affecting DHF Incidence in Samui Islands, Thailand. World Acad. of Sci., Eng. and Tech. 33 2007.

World Health Organization, 2006. Aedes aegypti. (http://www.denguevirusnet.com/aedes- aegypti. html). Diakses pada hari Selasa, 06 Maret 2012.

(46)

34 LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Pemasangan Ovitrap dan Sampel

a. Pembuatan atraktan b. Pemasangan Ovitrap di luar ruangan (outdoor)

c. Pemasangan Ovitrap di dalam ruangan (indoor)

d. Sampel Telur yang diperoleh

e. Sampel jentik Aedes f. Pengamatan/identifikasi sampel dengan menggunakan mikroskop

Referensi

Dokumen terkait

Dalam membahas nilai karakter dan pelaksanaan pembelajaran ekstrakulikuler Tapak Suci dan nilai-nilai karakter di Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah, penulis telah

Temuan ini mendukung pecking order theory yakni pertumbuhan aset perusahaan akan membutuhkan pendanaan yang bersumber dari laba ditahan, jika laba ditahan tidak

Katup kontrol aliran yang teruji untuk melayani pompa kebakaran dan yang sensitif terhadap tekanan hisap harus dibolehkan apabila instansi berwenang mempersyaratkan tekanan

Goal Administrator dapat menambah data, merubah dan menghapus data Admin, Wisata, Hotel, Restoran, Berita, dan Komentar di halaman administrator.. Pre-Conditions

Algoritma untuk melakukan proses render mendefinisikan model, geometri, pengaturan material dan texture, serta penempatan virtual light sebagai inputan dan

yang diperoleh oleh guru yaitu 3 pada pertemuan pertama dan 3 pada pertemuan kedua dari hasil ini menunjukkan bahwa dalam menyampaikan tujuan peninjauan guru tidak

4.4 Uji Validitas pengaruh (uji t) pada tingkat signifikasi (α = 0.05) menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Harga minyak turun hampir dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor fokus pa- da pembengkakan pasokan minyak mentah global, yang meningkat lebih