• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori BAB II dan BAB III yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.

Bab V : Penutup

A. Kesimpulan

Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

B. Saran

Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis untuk meningkatkan mutu dan kulaitas pelayanan keperawatan.

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada Bab ini penulis akan menguraikan mengenai konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis. Adapun uraian sebagai berikut :

A. Konsep dasar manusia

Manusia adalah makhluk hidup yang terdiri dari bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik. Manusia merupakan makhluk yang lebih tinggi yang berasal dari makhluk yang lebih rendah, sehingga akhirnya semua makhluk hidup dapat dikembalikan kepada beberapa bentuk asalnya (Darwin). Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermandaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dalam kehidupan itu sendiri. Abrahan Maslow seorang psikologi dari Amerika mengembangkan teori tentang Kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:

1. Kebutuhan fisiologis (Physiologic needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dahulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibadingkan kebutuhan yang lain. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu :

a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas b. Kebutuhan cairan dan elektrolit

c. Kebutuhan makanan

d. Kebutuhan eleminasi urine dan alvi e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas

h. Kebutuhan seksual, kebutuhan ini tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and security needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :

a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi

b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan

c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and belonging needs) Kebutuhan ini meliputi:

a. Memberi dan menerima kasih sayang

b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan oran lain c. Kehangatan

d. Persahabatan

e. Mendapat tempat atau diakui dalam kelaurga, kelompok serta lingkungan social

4. Kebutuhan harga diri (Self-esteem needs) Kebutuan ini meliputi :

a. Perasaan tidak bertanggung pada orang lain b. Kompeten

c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Kebutuhan Aktualitas Diri (Needs for Self Actualization) Kebutuhan ini meliputi:

a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri)

b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri c. Tidak emosional

d. Mempunyai dedikasi yang tinggi e. Kreatif

f. Mempunya kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.

Adapun kebutuhan dasar yang tergangu pada anak dengan gangguang pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis mencakup :

1. Gangguan kebutuhan fisiologis

Beberapa kebutuhan fisiologis yang terganggua pada anak dengan gastroenteritis adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan cairan dan elektrolit

Gastroenteritis merupakan inflamasi pada lambung dan usus karena adanya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme: virus, bakteri, atau parasite. Mikroorganisme yang masuk kedalam sistem pencernaan akan berkembang biak, menimbulkan cedera usus dengan menginvasi mukosa secara langsung, merusak permukaan vilosa atau melepaskan toksin. Toksin dapat menstimulus peningkatan sekresi, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dari dinding usus ke rongga usus. Peningkatan volume rongga usus menyebabkan peristaltik usus meningkat sehingga tidak ada kesempatan usus untuk mengabsorbsi cairan yang ditandai dengan peningkatan frekueni BAB dengan konsistensi cair, hal tersebut dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Kondisi ini dapat diperparah dengan adanya muntah, karena intake yang tidak adekuat dan tidak dapat menggantikan cairan yang hilang melalui feses.

b. Kebutuhan nutrisi

Pada umumnya anak yang mengalami gastroenteritis terjadinya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan peristaltic usus akibat tekanan osmotic yang meingkat dalam rongga usus. Hiperperistaltik atau yang biasa di kenal dengan peningkatan peristaltik usus dapat mempengaruhi obsorbsi nutrisi. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi gangguan pemenuhan nutrisi pada anak dengan gastroenteritis adalah kondisi vili usus yang mengalami lisis sehingga menurunkan fungsinya dalam menyerap nutrisi, hal ini sering terjadi pada malabsorbsi sekunder.

2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Peningkatan frekunsi BAB dan penurunan pH feses akibat malaborbsi laktosa dapat menyebabkan iritasi pada daerah perianal, hai ini dapat menyebabkan resiko infeksi dengan gangguan nyeri akibat adanya iritasi yang dimanifestasikan dengan anak menjadi rewel dan sering memnangis.

Kehilangan salah satu dari unsur elektrolit seperti kalium dapat menyebabkan peristaltic usus mengalami penurunan, sehingga evakuasi gas dari abdomen menjadi terhambat. Abdomen menjadi penuh dengan adanya penumpukan gas, hal ini menyebabkan terjadinya distensi abdomen. Kondisi ini menyebabkan anak menjadi tidak nyaman karena adanya peningkatan tekanan abdominal yang berpengaruh terhadap diafragma dan ekspansi paru, selain itu juga akan berpengaruh terhadap regurgitasi yang dimanifestasikan dengan peningkatan mual dan muntah.

Pada umumnya anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis mengalami takut pada orang asing dan prosedur

tindakan, hal ini terjadi pada setipa anak yang dirawat di rumah sakit dan akan menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Orang tua akan mengalami kecemasan, yang termasuk dalam kebutuhan keselamatan dan keamanan. Hal ini terjadi pada orang tua karena kurangnya informasi tentang penyakit anak tersebut dan kuangnya pengetahuanpada orang tua.

B. Konsep Dasar

1. Pengertian

Istilah Gastroenteritis atau yang biasa di kenal dengan diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Noerasid). Istilah ini mengacu pada proses inflamasi pada lambung dan usus karena adanya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme: virus, bakteri, atau parasite yang ditandai dengan muntah dan diare lebih dari 3 kali dengan konsisten encer, berwarna kehijauan yang mungkin disertai dengan lendir atau darah (Axton, 2013).

Gastroenteritis merupakan pengeluaran fases yang sering, berupa cairan abnormal, ditandai dengan peningkatan volume, defekasi encer, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare tersebut disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong, 2009).

Enteritis akut atau gastroenteritis akut atau lebih sering di kenal dengan diare, yaitu frekuensi yang abnormal dan konsistensi tinja yang lebih encer atau cair yang disebabkan oleh berbagai infeksi dan proses peradanan pada lambung dan usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi (Marcdante, 2011)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi proses inflamasi dalam lambung maupun usus, yang disebabkan karena infeksi mikroorganisme : virus dan kuman-kuman pathogen yang ditandai dengan frekuensi BAB pada neonatus lebih dari 4 kali sehari pada anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa disertai lendir atau darah.

2. Etiologi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), penyebab gastroenteritis dibagi menjadi beberapa faktor :

a. Faktor infeksi

1) Bakteri : enterophatogebic Escherichia coli, salmonella, shigella, yersinia enterocoltica I

2) Virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirus seperti agent, rotavirus

3) Jamur : candida enteritis

4) Parasit : giardia clamblia, cryptosporidium 5) Protozoa

6) Penyakit Infeksi : Otitis media akut (OMA), infeksi saluran pernafasanan atas; Tonsilofaringitis, bronkopneumonia, infeksi saluran kemih.Keadaan ini terutama terdapatpada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Factor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare sering pada bayi dan anak.

2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan

Alergi makanan : susu, protein, makanan basi, beracun d. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas, walaupun jarang terjadi tetapi dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

3. Patofisiologi

Menurut Sudarti (2010) mengatakan bahwa: a. Gangguan ostimotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c. Gangguan molititas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

Bagan Patofisiologi Faktor Malabsorbsi Kuman masuk dan berkembang

Infeksi Toksin dalam

dinding usus halus Hipersekresi air elektrolit (isi rongga) usus meningkat Tekanan osmotic meningkat Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus Isi rongga usus meningkat

Makanan Toksin tidak dapai diabsorbsi Hiperperistaltik Kemampuan absorbsi menurun Psikologis Hiperperistaltik Kemampuan absorbsi menurun

DIARE

Sumber : Hidayat 2010

4. Klasifikasi

Klasifikasi Diare menurut Susilaningrum dkk (2013) mengatakan bahwa: a. Diare akut

Diare yang mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari atau kurang dari 14 hari. Diare akut terdiri dari :

1) Diare dehidrasi berat

Terdapat dua atau lebih tanda: a) latargis/tidak sadar b) Mata cekung

c) Tidak bisa minum atau malas minum

d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)

2) Diare dehidrasi ringan atau sedang Terdapat dua atau lebih tanda :

a) rewel, gelisah b) Mata cekung

c) Haus, minum dengan lahap

d) Cubitan kulit kembali dengan lambat

3) Diare tanpa dehidrasi

Tidak terdapat tanda-tanda seperti deidrasi berat, ringan/sedang. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan minum seperti biasa.

b. Diare kronik

Bila diare berlangsung lebih dari 14 hari

Jika diare 14 hari atau lebih, di klasifiksikan sebagai berikut:

1) Diare persisten berat (ada dehidrasi) 2) Diare persisten (tanpa dehidrasi) 3) Disentri (terdapat darah dalam tinja)

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis diare berdasarkan Suriadi dan Yuliani (2010) mengatakan bahwa :

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek (elastilitas kulit menurun), ubun-ubun kepala dan mata cekung, membrane mukosa kering

c. Keram abdominal (distensi abdomen) d. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

e. Mual dan muntah (umumnya tidak lama) dan anorexia f. Kelemahan

g. Pucat

h. Perubahan tanda-anda vital : nadi dan pernafasan cepat, suhu meningkat

i. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine j. Dehidrasi

6. Komplikasi

Komplikasi akibat terjadi diare menurut Suriadi dan Yuliani (2010) mengatakan bahwa :

a. Dehidrasi

1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB

2) Dehidrasi sedang apabila <5% - 10% BB 3) Dehidrasi berat apabila 10% - 15 % BB b. Hipoglikemia

Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus. Dengan gejala yang mucul antara lain:

1) Gejala materismus 2) Hipotoni otot lemah 3) Bradikardia

d. Cardiac Dysrhymias akibat hipokalemia dan hipokalsemia e. HiponatremiaSyok Hipovolemik

Akibat menurunnya volume darah mencapai 15% BB – 20% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah

f. Kejang

Malnutrisi energy protein karena selain diare ada muntah, biasanya mengalami kelaparan.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan terapeutik

Penatalaksaan terapeutik menurut Suriadi dan Yuliani (2010) mengatakan bahwa :

1) Penanganan focus pada penyebab

Berikan ASI pada 4-6 bulan pertama kehidupan maka akan mengurangi resiko menderita diare berat. Penggunaan botol yang bersih dapat menghindarkan dari pencemaran kuman yang berasal dari feses. Selain itu menggunakan air yang tidak tercemar bakteri dari feses dan mencuci memcuci tangan sesudah membuang feses dan sebelum makan

2) Pemberian cairan dan elektrolit : pada anak diare dengan mempehatikan derajat dehodrasinya dan kedaan umum

a) Cairan per oral: pada anak dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/ sedang kadar Natrium 50-60 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang data dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan

sementara dirumah sebelum dibawa berobat kerumah sakit/ pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh. b) Cairan parenteral: sebenarnya ada beberapa jenis cairan

yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak misalnya untuk bayi atau anak yang MEP. Tetapi kesemuannya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pembarian cairan seberapa banyak yang diberikan tergantung dari berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

c) Pemberian cairan anak MEP tipe marasmik: kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10kg, umur 1 bulan-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada anak MEP jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya : 150 ml/ kg BB/ 20 jam atau 7ml/ kg BB/ jam atau 1 3/4tetes/ kg BB/ menit (1ml = 15 menit) atau 2 1/2 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes). Selain pemberian cairan pada anak-anak yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada anak lainya misalnya bronkopneumonia dengan diare atau anak dengan kelainan jantung bawaan, yang memerlukan jenis cairan yang berbeda dan kecepatan pemberiannya yang berlainan pula. Bila kebetulan menjumpai anak-anak tersebut sebelum memasang infus hendaknya menanyakan dahulu kepada dokter.

3) Pengobatan dietetik (cara pemberian makan): untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

a) susu (ASI dan atau susu formula yang menganduk laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak minum susu karena dirumah tidak biasa.

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan klainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

4) Obat-obatan: prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).

a) Obat anti sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/ tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari.

b) Obat spasmolitik dan lain- lain. Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi.

c) Antibiotik umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/ kg BB/ hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA faringitis, bronkhitis atau bronchopneumonia.

b. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik Menurut Suriadi dan Yuliani (2006) adalah sebagai berikut :

1) Pemeriksaan tinja

a) Makroskopi dan mikroskopi

b) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)

2) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit (terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).

3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

4) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

C. Konsep tumbuh kembang anak

Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) mengatakan bahwa : 1. Pengertian tumbuh kembang

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein – protein baru; menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan dan sebagian. Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur – angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan (maturation) dan pembelajaran (learning).

Pada proses pertumbuhan terjadi perubahan dalam besar, jumlah dan ukuran di tingkat sel maupun organ. Sementara pada proses perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsik kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional.

2. Pola tumbuh kembang

1) Cephalocaudal, merupakan pola pertumbuhan dari arah kepala ke kaki (head-to-tail-direction), ditandai dengan berkembangnya bagian kepala pertama kali, yang berukuran besar dan kompleks, baru selanjutnya bagian bawah yang berukuran lebih kecil dan sederhana. Tampak jelas pada masa prenatal dan pascanatal. 2) Proksimodistal, merupakan pola pertumbuhan dari arah yang

dekat ke arah yang jauh (near to far direction), dimulai dengan menggerakan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/ sumbu tengah, kemudian menggerakan anggota tubuh yang lebih jauh atau kearah bagian tepi, seperti menggerakan bahu dulu kemudian jari-jari.

3) Diferensiasi, merupakan pola pertumbuhan dari aktivitas dan funsi yang sederhana ke yang lebih kompleks. Seluruh perkembangan (fisik, mental,social, emosional) mengikuti pola ini.

b. Pola perkembangan dari umum ke khusus

Pola perkembangan ini dimulai dari sederhana hingga kompleks, seperti gerakan melambaikan tangan dahulu kemudian baru memainkan jari atau menggerakan lengan atas, menggerakan bawah telapak tangan sebelum menggerakan jari tangan, atau menggerakan badan atau tubuh sebelum menggunakan kedua tungkai untuk menyangga, melangkah, dan berjalan.

c. Pola perkembangan sejalan dengan tahapan perkembangan

1) Masa pranatal, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh

2) Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar Rahim dan hamper sedikit perubahan pada aspek pertumbuhan fisik.

3) Masa bayi, terjadi perkembagan sesuai dengan lingkungan yang memengaruhi dan memiliki kemampuan untuk melindungi dan menghindar dari hal yang mengam diri.

4) Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat, dan cara penyesuaian dengan lingkungan, dalam hal ini keluarga dan teman sebaya.

5) Masa remaja, terjadi perubahan kea rah dewasa, yaitu kematangan pada tanda-tanda pubertas.

3. Tahapan tumbuh kembang

a. Tahap tumbuh kembang usia 0 – 6 tahun, terdiri atas :

1) Masa prenatal mulai masa embrio (mulai konsepsi sampai dengan delapan minggu). Fase embrio dimulai pada minggu pertama ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme sampai terbentuknya manusia. Minggu kedua terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan entoderm dan ectoderm. Minggu ketiga terbentuk lapisan mesoderm. Minggu ketiga hingga minggu ketujuh belum Nampak pergerakan, namun jantung sudah muai berdenyut sejal empat minggu.

Masa fetus (Sembilan bulan hingga lahir). Pada minggu kedua belas sampai keempat puluh terjadi peningkatan fungsi organ, pertambahan ukuran dan panjang dan berat badan, terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.

2) Masa pascanatal mulai dari masa nenonatus (0 – 28 hari), yaitu masa terjadinya kehidupan yang baru dalam ekstra uteri. Pada masa ini terjadi proses adaptasi dari semua sistem organ tubuh. Dimulai dari aktifitas pernapasan, pertukaran gas dengan frekuensi 35 – 50 kali per menit, penyesuaian denyut jantung antara 120 – 160 kali per menit, perubahan ukuran jantung

menjadi lebih besar dari rongga dada, gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar kepala, mengisap (rooting reflex) dan menelan. Proses pengeluaran feses yang terjadi dalam waktu 24 jam serta adanya meconium. Ginjal masih belum sempurna, urine masih mangandung sedikit protein. Minggu pertama urine berwarna merah karena mengandung senyawa urat. Kadar haemoglobin darah tepi pada neonatus berkisar 17 – 19 g/dl, kadar hematokrit saat lahir adalah 52 %, terjadi peningkatan kadar leukosit sekitar 25.000 – 30.000 /µl, setelah berumur seminggu mengalami penuruna sehingga kurang dari 14.000/µl. Fungsi hati masih relative belum matang dalam memproduksi factor pembekuan karena belum terbentuknya flora usus yang berperan dalam absorbsi vitamin K. Bayi juga memiliki immunoglobulin yang didapat sejak llahir berfungsi sebagai zat kekebalan.

Perkembangan motorik kasar diawali dengan gerakan seimbang tubuh seperti mengangkat kepala, motoric halus ditandai dengan kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan rangsangan terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa ditunjukan dengan kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bunyi. Perkembangan adaptasi social ditandai dengan adanya tanda – tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang.

3) Masa bayi ( 29 hari – 1 tahun). Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

a) Usia 1 – 4 bulan

Tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700 – 1.000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi

badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.

Perkembangan motoric kasar ditunjukan dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dan dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika di sokong pada posisi berdiri, control kepala sempurna, mengangkat kepala sambal berbaring telentang, berguling dari telentang ke posisi miring, posisi lengan dan tungkai kurng fleksi, serta berusaha untuk

Dokumen terkait