• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS DI PAVILIUN ALFARISI RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA JAKARTA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS DI PAVILIUN ALFARISI RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA JAKARTA UTARA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DI PAVILIUN ALFARISI RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA

JAKARTA UTARA

Disusun Oleh:

NURUL HUMAIRAH

2015750033

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahrabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah- Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An. I dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Gastroenteritis di Paviliun Alfarisi Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura”. Tak lupa shalawat serta salam di haturkan kepada Suri Tauladan Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabat dan seluruh pengikut sunnahnya sampai akhir zaman.

Tujuan penulisan Karya Tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan ujian akhir Program Studi D III Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Walaupun penulis telah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tersebut namun penulis menyadari betul adanya hambatan serta kesulitan sehingga masih ada kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis dan masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan serta pengalaman dari berbagai pihak lain, juga ilmu pengetahuan yang didapatkan selama mengikuti perkuliahan di program studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, maka Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM., M. Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep., Sp. Kep. An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

(5)

iv

kami, dan selalu meluangkan waktu dalam memberikan kritikan dan saran dalam membimbing kami.

3. Ibu Nur’aenah, S. Kep., M. Kep selaku wali akademik Angkatan 33 D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Seluruh staff Pendidikan Program D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

5. Kepala Ruangan dan dan staff perawat di Paviliun Alfarisi Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura yang telah membimbing dan membantu saya selama praktek diruangan.

6. Orang Tua tercinta, Ayah Kamlin, dan Ibu St. Marsinah, S. Pd serta adik tersayang M. Imam Al – Farabi dan M. Sultan Hassanuddin R yang selalu mendo’a kan dengan tulus dan mendukung baik moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan sebaik - baiknya.

7. Kawan – kawan seperjuangan Angkatan 33 D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang selalu kompak, selalu mendukung sesama.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan lainnya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 21 Mei 108

(6)

v LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 C. Ruang Lingkup ... 5 D. Metode Penulisan ... 5 E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ... 9

B. Konsep Dasar Gastroentritis... 13

1. Definisi ... 13 2. Etiologi ... 14 3. Patofisiologi ... 15 4. Klasifikasi ... 17 5. Manifestasi Klinis ... 18 6. Komplikasi ... 18 7. Penatalaksanaan ... 19 8. Pemeriksaan Penunjang ... 21

C. Konsep Tumbuh Kembang Anak ... 22

D. Konsep Dampak Hospitalisasi ... 30

E. Konsep Asuhan Keperawatan ... 32

1. Pengkajian Keperawatan ... 32

2. Diagnosa Keperawatan... 35

3. Perencanaan Keperawatan ... 36

4. Penatalaksanaan Keperawatan ... 40

5. Evaluasi Keperawatan ... 40

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan ... 42 B. Diagnosa Keperawatan ... 49 C. Perencanaan Keperawatan ... 49 D. Penatalaksanaan Keperawatan ... 53 E. Evaluasi Keperawatan ... 67 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ... 72 B. Diagnosa Keperawatan ... 74 C. Perencanaan Keperawatan ... 76

(7)

vi D. Penatalaksanaan Keperawatan ... 77 E. Evaluasi Keperawatan ... 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

1 A. Latar Belakang

Penyakit gastroenteritis atau yang biasa di kenal diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian (Sodikin, 2011).

Gastroenteritis merupakan inflamasi pada lambung dan usus karena adanya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme: virus, bakteri, atau parasit yang ditandai dengan muntah dan diare lebih dari 3 kali dengan konsisten encer, berwarna kehijauan yang mungkin disertai dengan lendir atau darah (Axton, 2013).

Berdasarkan data yang di dapat melalui WHO (World Health Organization) Penyakit diare adalah penyebab kematian kedua pada anak-anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab untuk angka kematian sekitar 525.000 anak setiap tahun. Diare biasanya merupakan gejala infeksi di saluran usus, yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi masuk melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum, atau dari orang-ke-orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Menurut UNICEF (2016), Diare adalah pembunuh utama anak-anak, terhitung sekitar 8 % dari semua kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia pada tahun 2016. Ini berarti lebih dari 1.300 anak-anak muda meninggal setiap hari, atau sekitar 480.000 anak per tahun, meskipun ketersediaan sederhana efektif pengobatan. Sebagian besar kematian akibat diare terjadi di antara anak-anak kurang dari 2 tahun yang tinggal di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara.

(9)

Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2013 insiden gastroenteritis atau diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3.5 %. Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden gastroenteritis atau diare balita di Indonesia adalah 6,7 %. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%) . Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%).

Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di DKI Jakarta pada tahun 2013 adalah 4,3 % dan priode prevalence diare di DKI Jakata adalah 8,6 %. Kabupaten atau kota dengan insiden maupun periode prevalence diare tertinggi berturut-turut adalah Jakarta Timur (5,3 % dan 10,6 %), Jakata Utara (4,0% dan 9,5%), Jakarta Selatan (4,9% dan 8, 6%), Kepulauan Seribu (5,3% dan 7,6 %), Jakarta Pusat (4,3% dan 7,6%) dan Jakarta Barat (2,7% dan 5,9%) (Riskesdas DKI Jakarta, 2013).

Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura khususnya di Paviliun Alfarisi selama satu tahun 5 bulan terakhir, terhitung dari bulan Januari – Desember 2017 didapatkan data bahwa anak yang menderita Gatroenteritis sebanyak (40,1%) kasus dari 2.422 anak yang pernah dirawat, dengan uraian sebagai berikut : 0-1 tahun sebanyak (20,6%) anak, usia 1-3 tahun (39,1%) anak, usia 4-6 tahun sebanyak (18,3%) anak dan usia 7-12 anak sebanyak (21,7%) anak. Sedangkan untuk bulan Januari – Mei 2018 didapatkan data bahwa sebanyak (15,1%) kasus dari 673 anak yang pernah dirawat, dengan uraian sebagai berikut : 0-1 tahun sebanyak (23,5%) anak, usia 1-3 tahun sebanyak (37,2%) anak,

(10)

usia 4-6 tahun sebanyak (16,6%) anak dan usia 7-11 anak sebanyak (22,5%) anak.

Menutut Sigmon Freud anak pada rentang usia tersebut berada pada fase oral dan anal, dimana anak memiliki kepuasan untuk memasukan segala sesuatu kedalam mulut dan senang memainkan daerah anal, sehingga kuman penyebab gastroenteritis akan mudah masuk kedalam saluran cerna melalui kebiasaan anak tersebut, ditunjang dengan daya tahan tubuh yang belum berkembang dengan sempurna

Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak yang mengalami gangguan sistem pencernaan : Gastroenteritis adalah defisit volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kerusakan integritas kulit, nyeri, gangguan psikologis, takut pada anak dan cemas pada orang tua. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi akan menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi ringan sampai berat, syok hipovolemik, hipokalemia, hiponatremia, asidosis bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pencegahan kondisi yang lebih buruk pada gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis diperlukan tindakan asuhan keperawatan yang cepat, tepat, professional dan komprehensif.

Upaya yang dilakukan oleh perawat pada anak yang mengalami gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dapat dilakukan melalui asuhan keperawatan pendidikan kesehatan kepada orang tua, keluarga dan anak tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan daya tahan dan mengkonsumsi makan bergizi, . Upaya preventif dapat dilakukan melalui menjaga kesehatan dengan pola hidup bersih sehingga meningkatkan derajat kesehatan anak dan keluarga, memberikan informasi kepada keluarga tentang penggunaan air bersih untuk minum,memperbaiki cara menyimpan dan menyajikan makanan,

(11)

mencuci tangan sebelum makan serta mencuci tangan sesudah BAK dan BAB. Upaya kuratif dapat dilakukan dengan cara melalui asuhan keperawatan yang mandiri maupun kolaboratif dengan Tim kesehatan lainnya dengan memberikan rehidrasi dan terapi cairan rumat dengan tujuan menggantikan cairan dan elektrolit serta pemberian nutrisi yang sesuai. Sedangkan, upaya rehabilitatif dapat dilakukan melalui pemenuhan asupan gizi agar stabil serta melakukan pemeriksaan rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, penulis sebagai calon tenaga kesehatan untuk dapat mengatasi gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis pada anak perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mutu dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan dapat terwujud.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan umum

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada An. I selama 3 hari diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis melalui pendekatan proses keperawatan dan tanpa mengabaikan dampak hospitalisasi.

2. Tujuan khusus

Setelah melakukan suhan keperawatan diharapkan penulis :

a. Mampu melakukan pengkajian pada anak gangguan sistem perncernaan : gastroenteritis.

b. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan gangguan sistem perncernaan : gastroenteritis.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem perncernaan : gastroenteritis.

(12)

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem perncernaan : gastroenteritis.

e. Mampu mengevaluasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis.

f. Mampu mengidentifikasikan kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus selama menjalani praktek.

g. Mampu mengidentifikasikan faktor-faktor pendukung maupun penghambat serta dapat mencari solusi dan alternatif pemecahan masalah pada anak dengan gangguan sistem perncernaan : gastroenteritis.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan sistem perncernaan : gastroenteritis.

C. RUANG LINGKUP

Berdasarkan banyaknya kasus yang terjadi pada anak dan disesuaikan dengan waktu yang tersedia serta kemampuan penulis, maka penulis hanya membatasi ruang lingkup masalah keperawatan pada satu kasus yaitu Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An. I dengan Gangguan Sistem Perncernaan : Gastroenteritis di Pavilium Alfarisi Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura dengan lama perawatan 3x24 jam, dimulai dari tanggal 07 – 09 Mei 2018.

D. METODE PENULISAN

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang menggambarkan asuhan keperawatan yang dapat dipelajari, dianalisa dan ditarik kesimpulan dari hasil pendekatan studi kasus secara nyata dan membandingkan dengan hasil kepustakaan.

(13)

Adapun data dan informasi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik : 1. Studi Kepustakaan

Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku dan literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem perncernaan : gastroenteritis.

2. Studi kasus

a. Wawancara : Wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain yang terkait untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat.

b. Observasi : Observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap pasien yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, keperawataan dan hasil dari tindakan yang dilakukan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis

A. Konsep kebutuhan dasar terdiri dari : Pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi, dan penatalaksanaan.

B. Konsep tumbuh kembang Anak C. Konsep hospitalisasi

D. Konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis

(14)

melalui proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi.

Bab III : Tinjauan kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem perncernaan : gastroenteritis yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Bab IV : Pembahasan

Membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori BAB II dan BAB III yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.

Bab V : Penutup

A. Kesimpulan

Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

(15)

B. Saran

Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis untuk meningkatkan mutu dan kulaitas pelayanan keperawatan.

(16)

9 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada Bab ini penulis akan menguraikan mengenai konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis. Adapun uraian sebagai berikut :

A. Konsep dasar manusia

Manusia adalah makhluk hidup yang terdiri dari bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik. Manusia merupakan makhluk yang lebih tinggi yang berasal dari makhluk yang lebih rendah, sehingga akhirnya semua makhluk hidup dapat dikembalikan kepada beberapa bentuk asalnya (Darwin). Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermandaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dalam kehidupan itu sendiri. Abrahan Maslow seorang psikologi dari Amerika mengembangkan teori tentang Kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:

1. Kebutuhan fisiologis (Physiologic needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dahulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibadingkan kebutuhan yang lain. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu :

a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas b. Kebutuhan cairan dan elektrolit

c. Kebutuhan makanan

d. Kebutuhan eleminasi urine dan alvi e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas

(17)

h. Kebutuhan seksual, kebutuhan ini tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and security needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :

a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi

b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan

c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and belonging needs)

Kebutuhan ini meliputi:

a. Memberi dan menerima kasih sayang

b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan oran lain c. Kehangatan

d. Persahabatan

e. Mendapat tempat atau diakui dalam kelaurga, kelompok serta lingkungan social

4. Kebutuhan harga diri (Self-esteem needs)

Kebutuan ini meliputi :

a. Perasaan tidak bertanggung pada orang lain b. Kompeten

c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Kebutuhan Aktualitas Diri (Needs for Self Actualization)

(18)

a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri)

b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri c. Tidak emosional

d. Mempunyai dedikasi yang tinggi e. Kreatif

f. Mempunya kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.

Adapun kebutuhan dasar yang tergangu pada anak dengan gangguang pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis mencakup :

1. Gangguan kebutuhan fisiologis

Beberapa kebutuhan fisiologis yang terganggua pada anak dengan gastroenteritis adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan cairan dan elektrolit

Gastroenteritis merupakan inflamasi pada lambung dan usus karena adanya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme: virus, bakteri, atau parasite. Mikroorganisme yang masuk kedalam sistem pencernaan akan berkembang biak, menimbulkan cedera usus dengan menginvasi mukosa secara langsung, merusak permukaan vilosa atau melepaskan toksin. Toksin dapat menstimulus peningkatan sekresi, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dari dinding usus ke rongga usus. Peningkatan volume rongga usus menyebabkan peristaltik usus meningkat sehingga tidak ada kesempatan usus untuk mengabsorbsi cairan yang ditandai dengan peningkatan frekueni BAB dengan konsistensi cair, hal tersebut dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Kondisi ini dapat diperparah dengan adanya muntah, karena intake yang tidak adekuat dan tidak dapat menggantikan cairan yang hilang melalui feses.

(19)

b. Kebutuhan nutrisi

Pada umumnya anak yang mengalami gastroenteritis terjadinya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan peristaltic usus akibat tekanan osmotic yang meingkat dalam rongga usus. Hiperperistaltik atau yang biasa di kenal dengan peningkatan peristaltik usus dapat mempengaruhi obsorbsi nutrisi. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi gangguan pemenuhan nutrisi pada anak dengan gastroenteritis adalah kondisi vili usus yang mengalami lisis sehingga menurunkan fungsinya dalam menyerap nutrisi, hal ini sering terjadi pada malabsorbsi sekunder.

2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Peningkatan frekunsi BAB dan penurunan pH feses akibat malaborbsi laktosa dapat menyebabkan iritasi pada daerah perianal, hai ini dapat menyebabkan resiko infeksi dengan gangguan nyeri akibat adanya iritasi yang dimanifestasikan dengan anak menjadi rewel dan sering memnangis.

Kehilangan salah satu dari unsur elektrolit seperti kalium dapat menyebabkan peristaltic usus mengalami penurunan, sehingga evakuasi gas dari abdomen menjadi terhambat. Abdomen menjadi penuh dengan adanya penumpukan gas, hal ini menyebabkan terjadinya distensi abdomen. Kondisi ini menyebabkan anak menjadi tidak nyaman karena adanya peningkatan tekanan abdominal yang berpengaruh terhadap diafragma dan ekspansi paru, selain itu juga akan berpengaruh terhadap regurgitasi yang dimanifestasikan dengan peningkatan mual dan muntah.

Pada umumnya anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis mengalami takut pada orang asing dan prosedur

(20)

tindakan, hal ini terjadi pada setipa anak yang dirawat di rumah sakit dan akan menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Orang tua akan mengalami kecemasan, yang termasuk dalam kebutuhan keselamatan dan keamanan. Hal ini terjadi pada orang tua karena kurangnya informasi tentang penyakit anak tersebut dan kuangnya pengetahuanpada orang tua.

B. Konsep Dasar 1. Pengertian

Istilah Gastroenteritis atau yang biasa di kenal dengan diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Noerasid). Istilah ini mengacu pada proses inflamasi pada lambung dan usus karena adanya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme: virus, bakteri, atau parasite yang ditandai dengan muntah dan diare lebih dari 3 kali dengan konsisten encer, berwarna kehijauan yang mungkin disertai dengan lendir atau darah (Axton, 2013).

Gastroenteritis merupakan pengeluaran fases yang sering, berupa cairan abnormal, ditandai dengan peningkatan volume, defekasi encer, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare tersebut disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong, 2009).

Enteritis akut atau gastroenteritis akut atau lebih sering di kenal dengan diare, yaitu frekuensi yang abnormal dan konsistensi tinja yang lebih encer atau cair yang disebabkan oleh berbagai infeksi dan proses peradanan pada lambung dan usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi (Marcdante, 2011)

(21)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi proses inflamasi dalam lambung maupun usus, yang disebabkan karena infeksi mikroorganisme : virus dan kuman-kuman pathogen yang ditandai dengan frekuensi BAB pada neonatus lebih dari 4 kali sehari pada anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa disertai lendir atau darah.

2. Etiologi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), penyebab gastroenteritis dibagi menjadi beberapa faktor :

a. Faktor infeksi

1) Bakteri : enterophatogebic Escherichia coli, salmonella, shigella, yersinia enterocoltica I

2) Virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirus

seperti agent, rotavirus 3) Jamur : candida enteritis

4) Parasit : giardia clamblia, cryptosporidium

5) Protozoa

6) Penyakit Infeksi : Otitis media akut (OMA), infeksi saluran pernafasanan atas; Tonsilofaringitis, bronkopneumonia, infeksi saluran kemih.Keadaan ini terutama terdapatpada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Factor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare sering pada bayi dan anak.

2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan

Alergi makanan : susu, protein, makanan basi, beracun d. Faktor psikologis

(22)

Rasa takut dan cemas, walaupun jarang terjadi tetapi dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

3. Patofisiologi

Menurut Sudarti (2010) mengatakan bahwa: a. Gangguan ostimotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c. Gangguan molititas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

(23)

Bagan Patofisiologi Faktor Malabsorbsi Kuman masuk dan berkembang

Infeksi Toksin dalam

dinding usus halus Hipersekresi air elektrolit (isi rongga) usus meningkat Tekanan osmotic meningkat Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus Isi rongga usus meningkat

Makanan Toksin tidak dapai diabsorbsi Hiperperistaltik Kemampuan absorbsi menurun Psikologis Hiperperistaltik Kemampuan absorbsi menurun

DIARE

Sumber : Hidayat 2010

(24)

4. Klasifikasi

Klasifikasi Diare menurut Susilaningrum dkk (2013) mengatakan bahwa: a. Diare akut

Diare yang mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari atau kurang dari 14 hari. Diare akut terdiri dari :

1) Diare dehidrasi berat

Terdapat dua atau lebih tanda: a) latargis/tidak sadar b) Mata cekung

c) Tidak bisa minum atau malas minum

d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)

2) Diare dehidrasi ringan atau sedang Terdapat dua atau lebih tanda :

a) rewel, gelisah b) Mata cekung

c) Haus, minum dengan lahap

d) Cubitan kulit kembali dengan lambat

3) Diare tanpa dehidrasi

Tidak terdapat tanda-tanda seperti deidrasi berat, ringan/sedang. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan minum seperti biasa.

b. Diare kronik

Bila diare berlangsung lebih dari 14 hari

Jika diare 14 hari atau lebih, di klasifiksikan sebagai berikut: 1) Diare persisten berat (ada dehidrasi)

2) Diare persisten (tanpa dehidrasi) 3) Disentri (terdapat darah dalam tinja)

(25)

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis diare berdasarkan Suriadi dan Yuliani (2010) mengatakan bahwa :

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek (elastilitas kulit menurun), ubun-ubun kepala dan mata cekung, membrane mukosa kering

c. Keram abdominal (distensi abdomen) d. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

e. Mual dan muntah (umumnya tidak lama) dan anorexia f. Kelemahan

g. Pucat

h. Perubahan tanda-anda vital : nadi dan pernafasan cepat, suhu meningkat

i. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine j. Dehidrasi

6. Komplikasi

Komplikasi akibat terjadi diare menurut Suriadi dan Yuliani (2010) mengatakan bahwa :

a. Dehidrasi

1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB

2) Dehidrasi sedang apabila <5% - 10% BB 3) Dehidrasi berat apabila 10% - 15 % BB b. Hipoglikemia

Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus. Dengan gejala yang mucul antara lain:

1) Gejala materismus 2) Hipotoni otot lemah 3) Bradikardia

(26)

d. Cardiac Dysrhymias akibat hipokalemia dan hipokalsemia e. HiponatremiaSyok Hipovolemik

Akibat menurunnya volume darah mencapai 15% BB – 20% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah

f. Kejang

Malnutrisi energy protein karena selain diare ada muntah, biasanya mengalami kelaparan.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan terapeutik

Penatalaksaan terapeutik menurut Suriadi dan Yuliani (2010) mengatakan bahwa :

1) Penanganan focus pada penyebab

Berikan ASI pada 4-6 bulan pertama kehidupan maka akan mengurangi resiko menderita diare berat. Penggunaan botol yang bersih dapat menghindarkan dari pencemaran kuman yang berasal dari feses. Selain itu menggunakan air yang tidak tercemar bakteri dari feses dan mencuci memcuci tangan sesudah membuang feses dan sebelum makan

2) Pemberian cairan dan elektrolit : pada anak diare dengan mempehatikan derajat dehodrasinya dan kedaan umum

a) Cairan per oral: pada anak dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/ sedang kadar Natrium 50-60 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang data dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan

(27)

sementara dirumah sebelum dibawa berobat kerumah sakit/ pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh. b) Cairan parenteral: sebenarnya ada beberapa jenis cairan

yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak misalnya untuk bayi atau anak yang MEP. Tetapi kesemuannya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pembarian cairan seberapa banyak yang diberikan tergantung dari berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

c) Pemberian cairan anak MEP tipe marasmik: kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10kg, umur 1 bulan-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada anak MEP jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya : 150 ml/ kg BB/ 20 jam atau 7ml/ kg BB/ jam atau 1 3/4tetes/ kg BB/ menit (1ml = 15 menit) atau 2 1/2 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes). Selain pemberian cairan pada anak-anak yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada anak lainya misalnya bronkopneumonia dengan diare atau anak dengan kelainan jantung bawaan, yang memerlukan jenis cairan yang berbeda dan kecepatan pemberiannya yang berlainan pula. Bila kebetulan menjumpai anak-anak tersebut sebelum memasang infus hendaknya menanyakan dahulu kepada dokter.

3) Pengobatan dietetik (cara pemberian makan): untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

(28)

a) susu (ASI dan atau susu formula yang menganduk laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak minum susu karena dirumah tidak biasa.

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan klainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

4) Obat-obatan: prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).

a) Obat anti sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/ tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari.

b) Obat spasmolitik dan lain- lain. Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi.

c) Antibiotik umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/ kg BB/ hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA faringitis, bronkhitis atau bronchopneumonia.

b. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik Menurut Suriadi dan Yuliani (2006) adalah sebagai berikut :

(29)

1) Pemeriksaan tinja

a) Makroskopi dan mikroskopi

b) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)

2) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit (terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).

3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

4) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

C. Konsep tumbuh kembang anak

Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) mengatakan bahwa : 1. Pengertian tumbuh kembang

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein – protein baru; menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan dan sebagian. Perkembangan (development)

adalah perubahan secara berangsur – angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan (maturation) dan pembelajaran (learning).

Pada proses pertumbuhan terjadi perubahan dalam besar, jumlah dan ukuran di tingkat sel maupun organ. Sementara pada proses perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsik kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional.

2. Pola tumbuh kembang

(30)

1) Cephalocaudal, merupakan pola pertumbuhan dari arah kepala ke kaki (head-to-tail-direction), ditandai dengan berkembangnya bagian kepala pertama kali, yang berukuran besar dan kompleks, baru selanjutnya bagian bawah yang berukuran lebih kecil dan sederhana. Tampak jelas pada masa prenatal dan pascanatal. 2) Proksimodistal, merupakan pola pertumbuhan dari arah yang

dekat ke arah yang jauh (near to far direction), dimulai dengan menggerakan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/ sumbu tengah, kemudian menggerakan anggota tubuh yang lebih jauh atau kearah bagian tepi, seperti menggerakan bahu dulu kemudian jari-jari.

3) Diferensiasi, merupakan pola pertumbuhan dari aktivitas dan funsi yang sederhana ke yang lebih kompleks. Seluruh perkembangan (fisik, mental,social, emosional) mengikuti pola ini.

b. Pola perkembangan dari umum ke khusus

Pola perkembangan ini dimulai dari sederhana hingga kompleks, seperti gerakan melambaikan tangan dahulu kemudian baru memainkan jari atau menggerakan lengan atas, menggerakan bawah telapak tangan sebelum menggerakan jari tangan, atau menggerakan badan atau tubuh sebelum menggunakan kedua tungkai untuk menyangga, melangkah, dan berjalan.

c. Pola perkembangan sejalan dengan tahapan perkembangan

1) Masa pranatal, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh

2) Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar Rahim dan hamper sedikit perubahan pada aspek pertumbuhan fisik.

(31)

3) Masa bayi, terjadi perkembagan sesuai dengan lingkungan yang memengaruhi dan memiliki kemampuan untuk melindungi dan menghindar dari hal yang mengam diri.

4) Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat, dan cara penyesuaian dengan lingkungan, dalam hal ini keluarga dan teman sebaya.

5) Masa remaja, terjadi perubahan kea rah dewasa, yaitu kematangan pada tanda-tanda pubertas.

3. Tahapan tumbuh kembang

a. Tahap tumbuh kembang usia 0 – 6 tahun, terdiri atas :

1) Masa prenatal mulai masa embrio (mulai konsepsi sampai dengan delapan minggu). Fase embrio dimulai pada minggu pertama ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme sampai terbentuknya manusia. Minggu kedua terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan entoderm dan ectoderm. Minggu ketiga terbentuk lapisan mesoderm. Minggu ketiga hingga minggu ketujuh belum Nampak pergerakan, namun jantung sudah muai berdenyut sejal empat minggu.

Masa fetus (Sembilan bulan hingga lahir). Pada minggu kedua belas sampai keempat puluh terjadi peningkatan fungsi organ, pertambahan ukuran dan panjang dan berat badan, terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.

2) Masa pascanatal mulai dari masa nenonatus (0 – 28 hari), yaitu masa terjadinya kehidupan yang baru dalam ekstra uteri. Pada masa ini terjadi proses adaptasi dari semua sistem organ tubuh. Dimulai dari aktifitas pernapasan, pertukaran gas dengan frekuensi 35 – 50 kali per menit, penyesuaian denyut jantung antara 120 – 160 kali per menit, perubahan ukuran jantung

(32)

menjadi lebih besar dari rongga dada, gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar kepala, mengisap (rooting reflex) dan menelan. Proses pengeluaran feses yang terjadi dalam waktu 24 jam serta adanya meconium. Ginjal masih belum sempurna, urine masih mangandung sedikit protein. Minggu pertama urine berwarna merah karena mengandung senyawa urat. Kadar haemoglobin darah tepi pada neonatus berkisar 17 – 19 g/dl, kadar hematokrit saat lahir adalah 52 %, terjadi peningkatan kadar leukosit sekitar 25.000 – 30.000 /µl, setelah berumur seminggu mengalami penuruna sehingga kurang dari 14.000/µl. Fungsi hati masih relative belum matang dalam memproduksi factor pembekuan karena belum terbentuknya flora usus yang berperan dalam absorbsi vitamin K. Bayi juga memiliki immunoglobulin yang didapat sejak llahir berfungsi sebagai zat kekebalan.

Perkembangan motorik kasar diawali dengan gerakan seimbang tubuh seperti mengangkat kepala, motoric halus ditandai dengan kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan rangsangan terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa ditunjukan dengan kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bunyi. Perkembangan adaptasi social ditandai dengan adanya tanda – tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang.

3) Masa bayi ( 29 hari – 1 tahun). Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

a) Usia 1 – 4 bulan

Tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700 – 1.000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi

(33)

badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.

Perkembangan motoric kasar ditunjukan dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dan dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika di sokong pada posisi berdiri, control kepala sempurna, mengangkat kepala sambal berbaring telentang, berguling dari telentang ke posisi miring, posisi lengan dan tungkai kurng fleksi, serta berusaha untuk merangkak.

Perkembangan motoric halus ditandai dengan dapat melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang benda dan memasukkan ke dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.

Perkembangan Bahasa ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat membunyikan huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata “ooh” atau “ahh”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, atau bereaksi dengan mengoceh.

Perkembangan adaptasi social ditandai dengan adanya kempuan untuk mengamati tangan, tersenyum spontan, dan membalas senyum bila diajak tersenyum; mengenal sang ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada pada waktu terjaga, membentuk siklus tidur-bangun; mampu

(34)

membedakan wajah yang dikenal dan tidak di kenal, senang menatap wajah yang dikenal, dan diam saja bila ada orang asing.

b) Usia 4 – 8 bulan

Ditandai dengan perubahan berat badan menjadi dua kali berat badan pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat badan adalah 500 - 600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sementara itu untuk pertumbuhan tingi badan tidak mengalami kecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur.

Perkembangan motoric kasar yang terjadi pada permulaan fase ini ditandai dengan perubahan aktivitas seperti mencoba telungkup pada alas dan mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangan. Pada bulan keempat biasanya sudah mampu berguling ke kanan dan ke kiri, duduk dengan kepala tegak, mampu membalikan badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki, dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan ke belakang, berguling dari telentang ke tengkurap, dan dapat duduk dengan bantuan dalam waktu singkat.

Perkembangan motoric halus ditandai dengan mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeskplorasi benda yang dipegang, mengambil objek dengan tangan, mampu menahan benda dengan kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain.

(35)

Perkembahan bahasa ditandai dengan dapat menirukan bunyi atau kata – kata, menoleh kea rah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, penggunaan vokalisasi semakin banyak, penggunaan kata – kata yang terdiri atas dua suku kata, dapat membuat dua bunyi vocal yang bersamaan seperti “ba – ba”. Perkembangan adaptasi social ditandai dengan adanya perasaan takut akan kehadiran orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul – mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.

c) Usia 8 – 12 bulan

Pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350 – 450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekita 1,5 kali timggi badan saat lahir. Pada usia satu tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan di perkirakan mencapai 75 cm. Perkembangan bayi ditandai dengan peningkatan ukuran beberapa organ fisik/biologis, seperti ukuran panjang badan pada tahun pertama mencapai penambahan sekitar 25-30 cm, peningkatan jaringan subkutan, penutupan fontanel anterior pada usia 9-18 bulan, serta perubahan lingkar kepala dan lingkar dada. Pada akhir tahun pertama berat otak anak menjadi 25% berat otak orang dewasa. Pertumbuhan gigi susu terjadi pada usia 5-9 bulan.

Perkembangan motoric kasar ditandai dengan kemampuan untuk duduk tanpa berpegangan, bangkit dan berdiri, berdiri selama beberapa detik, dan akhirnya mampu berdiri sendiri. Perkembangan motoric halus ditandai dengan kemampuan mencari atau meraih benda kecil, bila diberikan kubus mampu memindahkan, mampu mengambil dengan

(36)

memegang dengan jari/ibu jari, membenturkannya, serta menaruh benda atau kubus ke tempatnya.

Perkembangan bahasa ditandai dengan kemampuan mengatakan “papa” atau “mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata.

Perkembangan adaptasi social dimulai dengan kemampuan untuk bertepuk tangan, menyatakan keinginan, minum dengan cangkir, menirukan gerakan dengan orang lain, bermain bola, dan sebagainya.

4. Perkembangan psikososial

Menurut Ericson, perkembangan psikososial yang terjadi pada anak usia 0-1 tahun adalah Percaya VS tidak percaya. Rasa percaya pada anak harus di bangun sejak tahun pertama kehidupan anak. Begitu seorang bayi lahir dan melakukan kontak dengan dunia luar maka ia sangat ketergantungan pada orang lain yang ada disekitarnya. Rasa aman dan rasa percaya terhadap lingkungan merupakan kebutuhan primer. Media yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indra, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah seorang ibu.

Rasa percaya akan timbul jika pengalam untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang kurang. Misalnya: anak tidak mendapatkan minum susu atau air susu yang cukup saat anak lapar sehingga dia harus menangis yang keras, anak tidak mendapatkan respon ketika dia menggigit dot botol susu pertanda susu sudah habis.

(37)

5. Kebutuhan nutrisi

Pemberian ASI dan pemberian susu formula bayi yang diperkaya zat besi melalui botol merupakan tindakan pemenuhan nutrisi yang dapat diterima bayi baru lahir dan bayi. ASI atau susu formula menyuplai seluruh kebutuhan nutrisi harian bayi sampai usia 4 hingga 6 bulan (Shelov & Altmann, 2014).

Bayi baru lahir pada walnya mungkin hanya mengonsumsi sekitar 15 hingga 39 ml setiap kali makan, meningkat menjadi 40-90 ml dalam beberapa hari pertama. Mereka harus diberi sekitar 6-10 kali per hari dan harus diberi susu berdasarkan permintaan, baik dengan ASI ataupun susu formula, Pada usia 3-4 bulan, bayi minum susu empat hingga lima kali per hari dengan mengonsumsi 180-210 ml setiap kali minum susu.

Makanan dappat dikenalkan pada usia 4-6 bulan, ketika reflex ekstrusi lidah mulai hilang (Shelov & Altmann, 2014). Sereal beras yang dicampur dengan ASI atau susu formula harus dikenalkan terlebih dahulu menggunakan sendok dan selanjutnya bias ditambahkan sup kental. Usia 8 bulan, anak dapat diberikan makanan biasa yang lunak dan dihancurkan tanpa potongan besar. Daging yang disaring, yang dibuat sup kental atau dibuat bubur dapat dikenalkan pada usia 10-12 bulan.

D. Konsep Dampak Hospitalisasi

Menurut Wong (2009) mengatakan bahwa: 1. Reaksi terhadap penyakit

a. Anak kurang mampu mengidentifikasi konsep tentang citra tubuh, terutama batasan tubuh. Oleh sebab itu, prosedur yang sangat mengganggu akan menimbulkan kecemasan.

b. Bereaksi terhadap nyeri pada anak menyebabkan kecemasan. Reaksi ini berpengaruh terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti reaksi terhadap tindakan yang menyakitkan. Bayi juga dapat merasa sedih jika mereka hanya merasa akan mengalami nyari.

(38)

2. Terhadap hospitalisasi

a. Dalam berespon kejadian yang menegangkan, seperti hospitalisasi mekanisme pertahanan primer toddler adalah regresi

b. Anak juga dapat merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, dan takut terhadap cedera atau nyeri pada tubuh.

c. Perpisahan mempengaruhi kebanyakan anak, yang menganggap tersebut sebagai ditinggalkan. Hospitalisasi yang dapat meningkatkan ansietas perpisahan, memiliki 3 fase:

1) Protes

Anak secara verbal menagis kepada orang tua, menyerang orang lain secara verbal atau fisik, berusaha untuk menemukan orang tua, memegang orang tua erat-erat dan tidak dapat ditenangkan. 2) Putus asa

Anak tampak tegang, tidak aktif,tidak tertarik dengan lingkungan dan permainan serta menunjukkan sikap yang pasif, depresi, dan kehilangan nafsu makan.

3) Penolakan (penyangkalan)

Anak membuat keputusan yang dangkal dan menunjukkan minat dengan jelas tetapi tetap menolak. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan dalam waktu lama dan jarang terlihat pada anak yang dirawat.

3. Penatalaksanaan keperawatan a. Berikan intervensi umum

1) Berikan anak menyalurkan protesnya dan rawat gabung dengan bersama orang tua

(39)

2) Anjurkan penggunaan objek transisi atau milik orang tua (hal-hal yang menghubungkan anak dengan orang tua) yang dapat ditinggalkan bersama anak.

3) Minta orang tua untuk tidak pernah menyelinap keluar dari ruangan atau pergi dari rumah sakit sementara anak tertidur. 4) Bersikap jujur tentang waktu kembalinya orang tua.

5) Cari dan gunakan kata-kata yang biasa anak gunakan.

6) Usahakan untuk melanjutkan rutinitas didalam rumah semaksimal mungkin.

E. Konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis

1. Pengkajian keperawatan

Menurut Deswani (2009), pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual pasien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostic.

a. Identifikasi anak dan keluarga

1) Anak: nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, diagnosa keperawatan.

2) Orang tua: nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan.

3) Sibling Rivallry: Urutan anak dalam keluarga umur, kedaan (hidup/meninggal)

b. Riwayat keperawatan

1) Riwayat kesehatan sekarang a) Serangan awal

(40)

Anak mengalami diare atau BAB> 3x/hari, anak cengeng, gelisah, sering menagis, dan kadang muncul muntah yang sering kemudian suhu tubuh meningkat.

b) Keluhan utama

Anak BAB sering dengan frekuensi >3x/hari pada anak dan >4x/hari pada bayi dengan konsistensi feses cair atau encer, bisa mengandung darah atau lender, warna feses kuning kehijauan, mual muntah, anak tidak nafsu makan, dan disertai demam.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

a) Riwayat penyakit yang diderita dan berkaitan dengan penyakit sekarang, kecuali bila penderita diare kronis, yaitu diawali dengan diare yang timbul perlahan-lahan, berlanjut berminggu-minggu sampai berbulan-bulan baik menetap/bertambah berat.

b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap penyakit imunisasi diberikan pada usia dari 0-14 bulan dengan macam-macam imunisasi yaitu BCG, DPT I, II, III, dan campak pada usia 9 bulan, hepatitis serta polio.

3) Keadaan psikososial keluarga.

a) Emosi anak ditandai anak akan menagis, perasaan gelisah, tidak mau diatur, interaksi anak dengan keluarga yang lain berkurang.

b) Tingkat perkembangan, mekanisme koping kebiasaan anak (pola makan, pola tidur, mainan yang disukai).

4) Kebutuhan dasar a) Pola eliminasi

Pada pola eliminasi biasanya anak akan mengalami perubhan yaitu buang air besar>3x/hari, buang air kecil sedikit atau jarang/olguri bahkan anuri pada anakdengan dehidrasi berat.

(41)

b) Pola Nutrisi

Pada anak diare biasanya disertai mual muntah dan tidak nafsu makan yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.

c) Pola tidur atau istirahat

Pola tidur atau istirahat pada anak yang mengalami diare akan terganggu karena seringnya BAB dan adany distensi abdomen yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga anak rewel dapat mengganggu istirahat tidur.

d) Kebersihan diri dan lingkungan

Jarang membersihkan rumah serta lingkungan dan membuang sampah sembarangan , jarang cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas, kurang kebersihan ibu dalam memberikan ASI/PASI

e) Pola aktivitas

Pada anak dengan diare akan terganggu atau berkurang dikarenakan kondisi tubuh lemah akibat dari BAB yang terus menerus.

5) Pemeriksaan fisik a) Fisiologis

Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmetis bahkan bisa berlanjut menjadi koma, suhu tinggi, nadi cepat, dan lemah, pernafasan agak cepat.

b) Pemeriksaan sistimatika

1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun cekung, selaput lender mulut dan kulit tampak kering, BB menurun anus dan sekitarnya kemerahan dan lecet karena seringnya defikasi.

2) Perkusi: adanya distensi abdomen.

3) Palpasi: tugor kulit kembali segera/sangat lambat. 4) Auskultasi: terdengar bising usus (>20x/menit)

(42)

c) Pemeriksaan singkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak penderita diare biasanya mengalami gangguan pada pertumbuhan fisiknya karena anak mengalami dehidrasi sehigga berat badan menurun, namun jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan cepat maka anak akan mengalami gangguan perkembangan.

6) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan tinja

1) Makroskopi dan mikroskopi

2) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).

b) Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit (terutama Na, K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).

c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

d) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Asmadi (2011) menyatakan bahwa diagnose keperawatan adalah penyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan anak, baik actual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnose keperawatan harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan anak berikut penyebab yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan. Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan data (sign and symtom), atau bisa disingkat dengan PES.

(43)

Diagnosa keperawatan gangguan sistem pencernaan: gastroenteritis menurut (Sodikin, 2011) sebagai berikut:

a. Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui fases atau emesis.

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan pengeluaran feses yang berlebih atau sering BAB

d. Takut pada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stess.

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

3. Perencanaan keperawatan

Menurut Asmadi (2011), mengatakan bahwa perencanaan keperawatan merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap anak sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan, tahap perencanaan dapat disebut juga sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan. Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting diantaranya sebagai alat komunikasi antara sesama perawat dan tim kesehatan lainnya, meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan bagi anak, serta mendokumentasikan proses keperawatan dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai.

a. Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui feses atau emesis.

Tujuan:

Anak tidak dehidrasi, bebas dari deficit cairan dan elektrolit. Kriteria hasil:

1) yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai

(44)

3) tugor kulit elastis, membrane mukosa lembab 4) dan berat badan tidak menunjukan penurunan 5) cubitan perut kembali cepat

6) mukosa bibir lembab Rencana tindakan:

1) Kaji tanda-tanda vital

2) Kaji status dehidrasi: ubun-ubun, mata, tgor kulit, dan membrane mukosa

3) Kaji adanya tanda-tanda syok dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi

4) Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi 5) Kaji intake dan output (Urine, feses, dan emesis)

6) Kaji pengeluaran urine: grafitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg bb

7) Berikan larutan dehidrasi oral untuk dehidrasi dan penggantian kehilangan cairan. Berikan LRO sedikit tapi sering

8) Berikan cairan rendah natrium, seperti air, ASI, formula bebas laktosa

9) Kolaborasi dalam pemberian cairan dan elektrolit

10) Kolaborasi dalam pemberian obat anti diare dan antibiotic

11) Pemeriksaan lab sesuai program: elektrolit, Ht, Ph, dan serum albumin

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.

Tujuan:

Konsumsi anak menjadi adekuat Kriteria Hasil:

1) BB anak sesuai dengan tingkat usia

2) Pemasukan makanan dan minuman kembali normal 3) Anak tidak muntah

(45)

4) Porsi makan anak dapat dihabiskan Rencana Tindakan:

1) Mengkaji status nutrisi

2) Timbang berat badan anak setiap hari

3) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)

4) Setelah dehidrasi berikan anak minum oral dengan sering dan makan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan 5) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

6) Bagi bayi ASI tetap di teruskan

7) Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formulas yang rendah laktos

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feses yang berlebih atau sering BAB

Tujuan:

Kulit anak tetep utuh Kriteria hasil:

Tidak ada kemerahan pada daerah anus dan sekitarnya Rencana tindakan:

1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar

2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk memberikan anus setiap buang air besar

3) Hindari dari pemakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab 4) Ganti popok /kain apabila lembab atau basah

5) Gunakan cream pada daerah yang lecet 6) Hindari penggunaan bedak

7) Jaga popok agar selalu kering

8) Biarkan daerah anus terbuka selama 5 menit-10 menit

d. Takut pada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

(46)

Anak menunjukan tanda-tanda distress fisik atau emosional yang minimal, orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak sepenuhnya. Kriteria Hasil:

1) Anak merasa nyaman

2) Anak dapat berkomunikasi dengan baik 3) Anak dapat bermain sesuai usia

Rencana Tindakan:

1) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas : dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapeutik

2) Gunakan komunikasi terapeutik : kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan

3) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua

4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak

5) Alihkan perhatian pada saat akan melakukan tindakan dengan memberikan terapi bermain

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

Tujuan:

Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal tentang pembatasan diit kemungkinan komplikasi dan cara-cara penanganan diare.

Kriteria hasil:

Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal tentang pembatasan diit kemungkinan komplikasi dan cara-cara penanganan diare.

Rencana tindakan:

1) Kaji tingkat pemahaman orang tua tentang penyakit diare

2) Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan makanan formula dengan tepat

3) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi

(47)

4) Berikan penyuluhan tentang diare

5) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan 6) Jelaskan pentingnya kesehatan

4. Penatalaksaan keperawatan

Menurut Asmadi (2011). Implementasi adalah tahap ketika pearawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu anak mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan yang harus dimilik perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan untuk melakukan teknik psikomotorik, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi. Adapun prinsip–prinsip implementsi pada anak dengan Gastroenteritis adalah:

a. Mempertahankan cairan dan elektrolit seimbang b. Mempertahankan status nutrisi

c. Mempertahankan integritas kulit d. Meminimalkan dampak hospitalisasi

e. Memberikan informasi dan orangtua anak untuk mengenal penyakitnya

5. Evaluasi

Menurut Deswani (2009), evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yangsistematik dan terencana tentang kesehatan klien tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi adalah suatu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap anak. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif atau evaluasi proses yang dilihat setiap selesai melakukan implementasi

(48)

yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.

Adapun evaluasi yang bisa diharapkan pada anak diare adalah: a. Status cairan dan elektrolit seimbang

b. Nutrisi anak terpenuhi atau adekuat

c. Gangguan integritas kulit pada daerah anus dapat diatasi d. Rasa takut anak berkurang

e. Orang tua menyatakan pemahamannya tentang penyakit diare bertambah.

(49)

42 BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini penulis akan melaporkan hasil Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An. I dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sistem pencernaan : gastroenteritis di Paviliun Alfarisi Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura. Pelaksanaan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu tanggal 07 - 09 Mei 2018. Unuk melengkapi data-data yang diperoleh penulis melakukan berbagai cara guna memperoleh data yang akurat yaitu dengan melakukan berbagai cara guna memperoleh data yang akurat yaitu dengan melakukan wawancara pada keluarga atau orang tua, perawat yang bertugas melakukan observasi, melihat catatan medis dan catatan keperawatan. Laporan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosea, perencanaan, pelaksanaan tindakan dan melakukan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian tanggal 7 Mei 2018 1. Data Dasar (Terlampir) 2. Resume

Anak dengan insial An. I jenis kelamin laki-laki, usia 7 bulan datang ke IGD bersama keluarganya pada tanggal 06 Mei 2018 pukul 28:00 WIB dengan keluhan utama BAB lebih dari 5 kali sehari dengan konsistense cair, berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, berbau khas, tidak ada batuk dan pilek. Selain itu An. I demam sudah 2 hari, muntah 3 kali dengan warna putih, konsistensi cair. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan data : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, hasil observasi TTV : Suhu 38˚c, RR: 25x/menit, nadi : 126x/ menit, ubun ubun tidak cekung, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, cubitan dinding perut kembali lambat (> 3 detik), bising usus 15 x/ menit, akral teraba hangat, kapilary refill kembali <2 detik dan hasil pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin : 11.4 mg/dl, Leukosit : 10.55 10³/ul, Hematokrit : 33.9 %, Trombosit : 346 10³/ul, Natrium (Na) : 120 mEq/ L, Kalium (Ka) : 3,6 mEq/L, Klorida (Cl) : 99 mEq/l. Masalah keperawatan

(50)

yang muncul pada An. I yaitu deficit volume cairan dan elektrolit, sudah dilakukan tindakan keperawatan dengan diberikan cairan Assering 50 tpm mikrodrip per 24 jam, dokter UGD menganjurkan anak harus dirawat dengan diagnose GEA dengan dehidrasi. Tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengobservasi TTV, mengukur intake dan output, mengkaji tanda-tanda dehidrasi, membantu memenuhin kebutuhan anak, menganjurkan ibu untuk mengingatkan intake peroral.

Anak dipindahkan ke Paviliun Alfarisi kamar 05 pada pukul 20:05 WIB dilakukan pengkajian yang dilakukan oleh Tim perawat di Paviliun Alfarisi pada tanggal 06 Mei 2018 jam 20:15 dengan keluhan ibu anak mengatakan : ”anak BAB lebih dari 5 kali sehari, warna kuning, cair, tidak berlendir dan tidak berdarah, muntah sudah tidak ada, hanya mual jika diberikan makan. Tidak mau makan. Adanya kemerahan pada area sekitar anus, minum ASI dan susu formula hanya 100 cc, An. I bisa tidur karena badannya lemas.”

3. Data focus

a. Data subjektif

Ibu mengatakan : “anak saya sekarang masih buang-buang air besar sudah 5 kali dari malam sampai pagi ini, warnanya kuning kehijauan, cair, tidak ada lendir dan tidak ada darah, anak saya buang air kecil sudah 5x hari ini, warnanya kuning jernih, badan anak saya masih demam, tidak mau makan hanya minum susu, mual jika diberi makan, minum ASI sebanyak ±2 kali/hari, BB anak saya sebelum sakit 7,8 kg, suka memasukan jari kemulut dan memegang benda, di daerah anus agak kemerahan, kadang suka rewel, menangis saat perawat melakukan tindakan, anak saya belum pernah dirawat baru pertama kali dirawat, saya merasa cemas dengan kondisi anak saya saat ini’

(51)

b. Data Objektif

Dari hasil pemeriksaan didapatkan data:

Keadaan umum sakit sedang (lemah), kesadaran composmetis, TTV: nadi : 126x/menit, RR: 23x/menit, suhu: 37,6˚C, BB awal 7,8 kg, BB sakit 7,0 kg, lingkar kepala 41 cm, lingkar dada 47cm, lingkar lengan atas 12 cm, tinggi badan 65cm, konjungtiva anemis, kelopak mata tampak cekung, mukosa bibir dan mulut kering, ubun-ubun kepala cekung, cubitan dinding perut kembali lambat (>2detik), bising usus 15x/menit, capillary refill <3 detik, tidak ada makanan yang dimakan, anak terlihat rewel, akral hangat, tampak kemerahan pada daerah sekitar anus, feses berwarna kuning, cair, tidak berlendir, dan tidak ada darah.

Intake dan Output dalam 24 jam 1) Intake Infuse : 30x1x24 = 720 cc Minum : 50x2 = 100 cc + Total Intake = 820 cc 2) Output BAB : 150x5 = 750 cc BAK : 50x5 = 250 cc IWL : (30-7 bln)7kg= 161 cc Muntah : 0 = 0 + Total Output = 1,161 cc 3) Balance Cairan : I – O = 820 cc – 1,161 cc = -341 cc 4) BBI : (2n +8) = (2.0,7) + 8 = 9,4 kg

5) Mengetahui status hidrasi : 𝐵𝐵𝐴−𝐵𝐵𝑆

𝐵𝐵𝐴 𝑥 100% = 7,8−7,0 𝑘𝑔 7,8 𝑥 100% = 10, 25% (Dehidrasi Berat) 6) Kebutuhan Cairan 7,0 Kg x 100 cc = 700 cc 7) Kebutuhan Kalori 7,0 Kg x 100 cc = 700 cc a) Pemeriksaan penunjang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kondisi di perusahaan dimana dalam satu mesin dapat dilakukan lebih dari satu pekerjaan atau bersifat n-jobs m-machine dan semua job melewati lintasan yang sama

Namun demikian, dari skripsi dan buku yang penulis sebutkan di atas, tidak ada satupun yang sama persis dengan yang penulis teliti, karena belum ada yang secara gamblang

Awal desa sebagai papan persembunyian yang aman di Dusun Sontonayan .... Awal desa sebagai papan persembunyian di Dusun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata keterampilan motorik kasar anak yang signifikan antara pretest dan posttest pada

Ekstrak daun pepaya dosis II memiliki pengaruh diuretik yang setara dengan kontrol positif, Hal ini mengacu pada data hasil uji post hoc volume urin 24 jam

Mardiasmo (2003:109) mengungkapkan bahwa pendapatan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal

lingkungan internal (SDM, sarana prasarana, visi misi, biaya) dan lingkungan eksternal (mencakup kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan; kondisi sosial ekonomi,

Kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi stimulus yang lain itu disebut generalisasi stimulus. Menurut Skinner,