• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

D. Pembahasan Hasil Belajar

Berdasarkan pengujian hipotesis sebelumnya, dinyatakan bahwa terdapat rata-rata hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang menggunakan teknik STAD dengan yang menggunakan teknik jigsaw. Perbedaan rata-rata hasil belajar biologi antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model cooperative learning teknik jigsaw lebih baik dari

pembelajaran dengan model cooperative learning teknik STAD. Karena

berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelompok eksperimen jigsaw sebesar 72,94 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata biologi kelompok

eksperimen STAD sebesar 67. dengan menggunakan “t” test nilai N-gain kedua kelompok tersebut diperoleh juga thitung > ttabel, yaitu 2,08 > 2,00, hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen jigsaw yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen STAD.

Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang diajarkan melalui teknik jigsaw dengan teknik STAD. Hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui teknik jigsaw lebih baik dibandingkan teknik STAD. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih banyak menekankan kepada

66 lampiran 28 , h. 195 67 ibid, h. 195

tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari kepada teman kelompoknya yang lain. Sehingga setiap siswa pada teknik ini mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya dapat memahami materi secara keseluruhan, sedangkan pada kelompok STAD tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama.

Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar

mengajar selama pembelajaran dengan menggunakan model cooperative

learning teknik STAD dan jigsaw. Guru bidang studi biologi dan teman sebaya yang berperan sebagai observer/pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang telah dibuat sesuai dengan skenario yang telah dibuat sesuai dengan skenario pembelajaran pada teknik STAD dan jigsaw. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran.68

Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar secara individu, tanpa kompetisi dan penghargaan dicoba dikondisikan dengan adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri tiap siswa karena siswa dilatih untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan pendapat dan termotivasi untuk meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan dan penghargaan yang diberikan.

Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran

model cooperative learning teknik STAD dan jigsaw di SMP Attaqwa 06

Bekasi. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada konsep sistem pencernaan pada manusia yang dilaksanakan pada dua kelas eksperimen, yaitu kelas VIII-I berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran cooperative learning teknik STAD, dan kelas VIII-II berjumlah 34 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw. Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen STAD dan jigsaw. Jika terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok tidak dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama, peran guru disini harus memberikan arahan yang lebih baik lagi kepada kelompok yang belum mengerti agar memahami tentang kegiatan belajar yang diberikan. Peran guru dalam kegiatan belajar bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam menerangkan ke siswa, tetapi sebagai motivator dan fasilitator bagi seluruh kelompok

Prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam

pengajaran model cooperative learning teknik STAD diantaranya diawali

dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, kemudian Guru menyampaikan materi dasar mengenai konsep pencernaan pada manusia kepada seluruh siswa dalam kelompok, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok untuk menjawab lembar kerja siswa dan siswa saling mengajarkan kepada teman sekelompoknya, mempersilahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja siswa (LKS), dan pada tahap akhir Guru memberikan tes secara individu kepada siswa, selama tes individu berlangsung siswa diperkenankan untuk tidak bekerjasama dalam kelompok.

Sedangkan prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai

guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik jigsaw adalah

diawali dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen yang dijadikan sebagai tim asal, kemudian membentuk tim ahli dengan membagikan materi yang berbeda-beda kepada tim asal, menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang materi yang sama dalam kelompoknya masing-masing kepada tim ahli agar saling membantu

memahami materi yang diberikan bersama-sama. Setelah diskusi masing-masing kelompok tim ahli selesai, meminta masing-masing-masing-masing siswa untuk kembali ke tim asalnya untuk saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru, kemudian guru memberikan tes individu berupa kuis kepada siswa, yang hasilnya digunakan untuk menentukan skor peningkatan individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerjasama dengan yang lain.

Sama halnya dengan teknik jigsaw pada teknik STAD pun guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun tanggung jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat orang lain.

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen STAD, aktivitas siswa mengerjakan LKS secara kelompok didapatkan nilai rata-rata 67,85.69 Pada tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa belum terbiasa belajar kelompok yang dilakukan dengan menggunakan teknik STAD. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 71,42. Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah mulai bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik STAD. Pada pertemuan ketiga didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 80,71. 70 Pada tahap ini termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah bekerjasama dengan sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik STAD. Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada kelas eksperimen STAD tersebut pada aspek kerja sama pada indikator bekerja sama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 92,8%.71 Berarti siswa sangat baik dalam bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok. Sesuai

69 Lampiran 20, h. 163 70Ibid, h. 163 71 Lampiran 21, h. 164

dengan dengan hasil penelitian Marjoko yang menyatakan bahwa

pembelajaran cooperative learning teknik STAD dapat meningkatkan kerja

sama dalam kelompok.72 Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Heri Midiastutik yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative

learning teknik STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 73

Sedangkan menurut Scott Armstrong dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik STAD selain dapat meningkatkan kerja sama juga dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa.74

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen jigsaw, aktivitas siswa

mengerjakan LKS secara kelompok didapatkan nilai rata-rata 75.75 Pada tahap

ini termasuk kategori baik karena setiap siswa sudah mempunyai rasa tanggung jawab terhadap materi yang telah dibagikan kepada guru sebelum siswa tersebut kembali ke tim asalnya. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 86,4. Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik jigsaw. Pada pertemuan ketiga didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 95,7. 76 Pada tahap ini termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik jigsaw. Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada kelas eksperimen tersebut pada aspek tanggung jawab pada indikator bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 95% dan bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 85%.77 Berarti siswa sangat baik dalam hal bertanggung jawab terhadap tugas yang

72 Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning teknik Student Team Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap, (Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008), hal. 63

73 Heri Midiastutik , Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen dan logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Vidya, volume 14 nomor 1, Januari 2006, hal. 36

74

Scott Armstrong, student teams achievement divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude, (Journal of Social Studies Research: Student Teams Achievement Division,

http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/print, 2008), h. 1

75 Lampiran 20, h. 163 76Ibid , h. 163 77 Lampiran 21, h. 165

diberikan dan bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan. Sesuai dengan dengan hasil penelitian Saila Mahdina Basya yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan memberikan dampak positif bagi hasil belajar siswa.78 Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprapto

Mukti Nugroho yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning

teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar

siswa.79 Sirih dan Muhammad Ali dalam penelitiannya juga memberikan

kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan menggunakan tongkat estafet dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja kelompok dalam berbagi pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok asal serta dapat mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan siswa serta alur informasi baik dalam kelompok

asal maupun kelompok ahli.80

Berdasarkan hasil belajar biologi menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas STAD. Pada kelas jigsaw nilai rata-rata sebesar 72,94.81 Pada kelas STAD nilai rata-ratanya

sebesar 67.82 Berdasarkan perolehan kategori N-gain pada kelas STAD yang

merupakan kategori rendah 0, kategori sedang 33 dan tinggi 2 (tabel 4.3). Sedangkan perolehan N-gain pada kelompok jigsaw merupakan kategori rendah 0, kategori sedang 28 dan tinggi 6 (tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas jigsaw siswa cenderung mendapat nilai yang lebih tinggi dari pada kelas STAD.

Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan “t” test

didapatkan thitung = 2,08 dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 67 (35 + 34 –

78 Saila Mahdina Basya , Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional (studi kasus di Ponpes Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan),

(Jakarta: skripsi UIN, 2007).

79 Suprapto Mukti. Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49

80 H.M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari, (Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007), hal. 20

81

Lampiran 22,h. 180 82 Lampiran 22, h. 172

2) tidak ada pada tabel sehingga menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Jika dibandingkan thitung dengan ttabel maka thitung > ttabel . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik jigsaw. Hal ini senada dengan hasil penelitian Efi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsinya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik STAD, dengan nilai rata-rata N-gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai rata-rata (mean) gain kelas VIII-C yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu 2,68 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan

pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD.83

Dokumen terkait