PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA
YANG DIAJARKAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK STAD DAN TEKNIK JIGSAW
(Kuasi eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
OLEH
AHMAD FAUZI 106016100570
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRACT
Ahmad Fauzi, The Differences of Biology Achievement between Students who Learned Using STAD Technique and Jigsaw Technique (Quasi Experiment in SMP Attaqwa 06 Bekasi). S1 Thesis, Biology Education Program, Science Education Department , Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this research is to know the differences of biology achievement between students who learned using cooperative learning STAD technique and jigsaw technique. This research is done in SMP Attaqwa 06 Bekasi. This research used quasi experiment method with two group, pretest posttest design. Sample were taken using technique of purposive sampling. The amount of research sample is 35 students for the STAD experiment class and 34 students for the jigsaw experiment class. The data taken using instrument of learning achievement test in form multiple choice which have been tested its validity and its reliability. The hypotesis in this research is there is difference in students achievement of biology by cooperative learning between STAD technique and jigsaw technique. The data analysis used t-test, from the result of data calculation the differenciation of mean between the two group obtained the value of N-gain are equal to 2,08, while t-table at the level of significance 5% with degree of freedom (dk) = 70 that is equal to 2,00. So it can be said that by t-test > t-table it means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and zero hypothesis (Ho) refused. It shows that there is difference in students achievement of biology by cooperative learning between STAD technique and jigsaw technique.
ABSTRAK
Ahmad Fauzi, Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajarkan melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik Jigsaw (Kuasi Eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi). Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Attaqwa 06 Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Two group, Pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa untuk kelas eksperimen STAD dan 34 siswa untuk kelas eksperimen jigsaw. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-gain kedua kelompok tersebut diperoleh nilai thitung sebesar 2,08, sedangkan ttabel pada taraf
signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 70 yaitu sebesar 2,00, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan
hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) pada program studi pendidikan biologi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Pembimbing I dan Ketua Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi yang sangat membangun bagi penulis.
4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Abdul Wahid dan Ibu Nentih, serta
Nenek dan Kakek tercinta, Nenek Royanih dan Kakek Kaman, yang
selama ini telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
dengan penuh perjuangan dan doa yang tidak pernah henti-hentinya untuk
penulis.
5. Bapak Drs. Hasanuddin., Kepala sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi, yang
telah memberikan izin penelitian.
6. Bapak Kamil, A.Md., Guru bidang studi Biologi kelas VIII SMP Attaqwa
06 Bekasi yang telah membimbing dalam penelitian.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan
saran serta semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPA Biologi angkatan 2006 yang selalu
Awal, Ayu, Uwi, Rossi, Indah, Yolanda, Eka dan semua yang sering
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan di Asrama tercinta, Sofyan, Wahyu,
Fahruddin, Fahmi, Kholiq, Roffi, terimakasih selalu bersedia menjadi
tempat berbagi dan tak pernah bosan memberikan semangat dan doa.
Akhirnya, tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali
ucapan alhamdulillahirobbil’alamiin atas rahmat dan ridho-Nya. Penulis
berharap semoga segala kebaikan dan keikhlasannya mendapat pahala dari
Allah swt. Jazakumullah Khoerun Katsiron, Amin.
Jakarta, Februari 2011
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II . DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 9
A. Deskripsi Teoritis ... 9
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 9
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ...11
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ...13
2. Teknik Student Team Achievement Division (STAD) ...14
a. Pengertian Teknik Student Team Achievement Division (STAD) ...14
c.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ...16
a. Pengertian Teknik Jigsaw ...18
b.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw ...19
4. Hasil Belajar ...23
a. Pengertian Hasil Belajar ...23
b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...26
B. Penelitian Relevan ...28
C. Kerangka Pikir ...30
D. Perumusan Hipotesis ...32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...33
B. Metode dan Desain Penelitian ...33
C. Populasi dan Sampel ...34
D. Variabel Penelitian...35
E. Teknik Pengumpulan Data ...35
F. Instrumen Penelitian ...35
G. Kalibrasi Instrumen ...37
1. Uji Validitas ...37
2. Uji Reliabilitas ...38
3. Uji Tingkat Kesukaran ...38
H. Teknik Analisis Data ...39
1. Uji Prasyarat Analisis Data ...39
a. Uji Kenormalan Distribusi Frekuensi ...39
b. Uji Homogenitas Varians ...39
2. N-gain...40
3. Uji Hipotesis ...40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...42
A.Hasil Penelitian ...42
1. Deskripsi Hasil Data Eksperimen STAD ...42
a. Hasil Data Pretest Kelas Eksperimen STAD ...42
b. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen STAD ...43
c. Hasil Data N-gain Kelas Eksperimen STAD ...44
2. Deskripsi Hasil Data Eksperimen Jigsaw ...45
a. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen Jigsaw ...46
b. Hasil Data N-gain Kelas Eksperimen Jigsaw ...47
B. Teknik Analisis Data...48
1. Uji Normalitas ...49
a. Hasil Uji Normalitas Pretest...49
b. Hasil Uji Normalitas Posttest ...49
2. Uji Homogenitas ...50
a. Hasil Uji Homogenitas Pretest ...50
b. Hasil Uji Homogenitas Posttest ...51
C. Pengujian Hipotesis ...52
D. Pembahasan Hasil Belajar ...53
E. Keterbatasan Penelitian ...60
BAB V. PENUTUP...61
A. Kesimpulan ...61
B. Saran ...61
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1. Kriteria pemberian skor peningkatan individu ...17
2.2. Perolehan skor dan penghargaan tim teknik STAD ...18
2.3. Skor perkembangan Jigsaw ...21
2.4. Tingkat penghargaan kelompok Jigsaw ...21
2.5. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik Jigsaw ...22
3.1. Desain penelitian ...34
3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...36
4.1. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen STAD ...43
4.2. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen STAD ...44
4.3. Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen STAD ...45
4.4. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen Jigsaw ...46
4.5. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen Jigsaw ...47
4.6. Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen jigsaw ...48
4.7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors ...49
4.8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors ...50
4.9. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest. ...51
4.10. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest ...52
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1. Pelaksanaan Teknik Jigsaw...21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas STAD ...66
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas STAD...75
3. Lembar Jawaban LKS Kelas STAD...85
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Jigsaw ...88
5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Jigsaw ...98
6. Lembar Jawaban LKS Kelas STAD...15
7. Soal dan jawaban Kuis Individu Kelas STAD dan Jigsaw ...19
8. Instrumen Penelitian ...15
9. Perhitungan validitas soal ...14
10. Perhitungan Uji Reliabilitas ...16
11. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ...17
12. Perhitungan Daya Pembeda Soal ...18
13. Rekapitulasi Daftar Validitas soal, Tingkat Kesukaran Soal, dan Daya Pembeda Soal ...10
14. Instrumen Tes Hasil Uji Soal ...12
15. Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Uji Soal ...16
16. Lembar Observasi ...17
17. Lembar Skor dan Rekapitulasi Kuis STAD dan Jigsaw ...13
18. Daftar heterogenitas siswa kelas STAD dan Jigsaw ...15
19. Hasil Lembar Skor Kuis STAD dan Jigsaw ...11
20. Nilai LKS Kelompok Eksperimen STAD dan Jigsaw ...13
21. Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan Jigsaw ...14
22. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data ...16
23. Uji Normalitas Data...12
24. Uji Homogenitas Data ...16
26. Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw ...10
27. Persiapan Uji Hipotesis (Uji t ...12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan
bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai
kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga menjadi
kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya
karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang
memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut.
Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat
merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan
konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.
Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut
kreativitas dan kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui jalur
pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik melalui pembelajaran
IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami produk IPA, tetapi hendaknya
juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah
kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu,
pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan
siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut.
Proses pembelajaran yang baik tidak lepas dari kerjasama antara guru dan
murid. Guru yang baik adalah guru yang mampu menguasai materi yang akan
disampaikan dan selanjutnya dapat menyajikannya dengan baik di dalam
kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin seperti dikutip oleh Ruhadi,
menyatakan bahwa “guru yang efektif tidak hanya menguasai bahan ajar yang
mereka ajarkan, tetapi mereka juga dapat mengkomunikasikan pengetahuan
guru tergantung dari penguasaan materi dan kemampuannya menyajikan
materi tersebut”.1
Kemampuan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa tidak
terlepas dari strategi yang dipilih guru. Dalam memilih strategi pembelajaran
diperlukan beberapa pertimbangan antara lain keadaan siswa, keadaan
sekolah, lingkungan belajar yang dapat menunjang kemajuan IPTEK dan
kemajuan kehidupan sosial di masyarakat, serta tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal bagi siswa.
Dengan demikian, secara umum strategi pembelajaran menduduki posisi yang
penting dalam proses pembelajaran di kelas dan merupakan keterampilan yang
harus dimiliki setiap guru. Karena strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan dari berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran
yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.2
Siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi dapat dikategorikan heterogen,
maksudnya adalah heterogen dalam hal jenis kelamin, tingkat sosial dan
ekonomi, prestasi atau kemampuan akademik, dan suku. Selain itu, kondisi
siswa di sekolah tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA dalam materi
biologi di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM < 6,5). Begitu pula hasil
wawancara dengn guru mata pelajaran IPA, dari hasil wawancara tersebut
didapat bahwa nilai rata-rata ujian siswa pada pelajaran biologi masih rendah
atau di bawah kriteria ketuntasan minimal.3 Rendahnya nilai tersebut diduga
di pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sarana dan prasarana sekolah
yang belum lengkap maupun minat dan motivasi dalam belajar IPA yang
menjadi faktor rendahnya nilai siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi tersebut.
Rendahnya minat dan motivasi siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi dalam belajar
ini terlihat dari lesunya siswa pada jam pelajaran biologi dan tidak
1 Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan SAINS IPA yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, September 2008, Volume 6, Nomor 1), hal. 43
2 Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah. Kompetensi Supervisi Akademik 03 -B5. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008.hal. 3
bersemangat bahkan selalu mengambil kesempatan untuk tidur pada jam
pelajaran.
Penurunan motivasi belajar ini juga kemungkinan disebabkan adanya
dominasi pengajaran dengan metode ceramah yang diterapkan oleh sebagian
besar guru di SMP Attaqwa 06 Bekasi tersebut. Alasan masih mendominasi
metode tersebut dalam pengajarannya karena metode ceramah dianggap
paling praktis yang dapat dilaksanakan. Padahal pembelajaran seperti ini akan
melahirkan pembelajaran yang pasif dan tidak demokratis, karena peran inti
dipegang guru dan bahkan guru seringkali berlaku otoriter. Dengan demikian,
kegiatan belajar serta tujuan pembelajaran tidak terwujud.
Agar kegiatan belajar dan tujuan pembelajaran dapat terwujud maka
diperlukan metode yang menarik dalam proses pembelajaran. Metode belajar
harus membuat siswa aktif dalam proses pembelajarannya, karena keaktifan
siswa dapat mempengaruhi hasil belajar. Selain itu, metode belajar harus
dapat memfasilitasi siswa untuk berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara
optimal. Karena metode belajar melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
yang bersifat menantang dan sekaligus menyenangkan. Dengan demikian,
metode belajar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban
psikologis siswa, sehingga akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan
aktivitas belajar mengajar di kelas.
Pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang
kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajarannya harus terjadi
interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran (guru,
siswa, materi pembelajaran, dan lingkungan) situasi ini dapat dilakukan
dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran. Kriteria model
belajar tersebut merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning).4
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) digunakan dalam
pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok
untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif membawa maksud belajar bersama-sama dalam satu
kumpulan kecil atau kelompok yang mempunyai tujuan yang sama.5 Yaitu
untuk meningkatkan partisipasi siswa dan memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama dalam kelompoknya yang
mempunyai latar belakang yang berbeda. 6 Sehingga diharapkan dari
penerapan pembelajaran kooperatif tersebut, tidak hanya dapat meningkatkan
kerja sama dan tanggung jawab siswa yang baik dalam kelompok, tetapi juga
akan dapat memacu penguasaan siswa terhadap materi ajar, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam kelompok tersebut.7
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan kemampuan akademik,
tetapi juga kemampuan sosial. Pada pembelajaran kooperatif tersebut unsur
kerjasama yang menjadi karakteristik pembelajaran tersebut. Unsur-unsur
tersebut adalah adanya saling ketergantungan antar kelompok. Setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugas kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan yang luas bagi anggota
kelompok untuk saling memberikan informasi dan saling membelajarkan,
serta pembelajaran tersebut memicu siswa berlatih berperan aktif dan
komunikatif.
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua di antaranya adalah
teknik student team achievement division (STAD) dan teknik jigsaw. Dalam
pembelajaran kooperatif baik teknik STAD maupun teknik jigsaw, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan etnis yang berbeda. Pada pembelajaran teknik
STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif.
Teknik STAD adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang
memiliki keistimewaan dengan teknik pembelajaran yang lain, yaitu anggota
5 Armstrong, Scot, Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude, Journal of Social Studies Research: Student Teams Achievement Divisions, (University of Southern Mississippi, 2008)
6Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 42
7
kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa
dirangsang untuk belajar, guru membantu siswa mengembangkan
keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan
siswa bila diperlukan.
Gagasan utama dari teknik student team achievement division (STAD)
adalah untuk memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu
satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika
para siswa ingin kelompoknya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus
membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, dan
menunjukkan bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan.8
Metode STAD sangat cocok diberikan untuk siswa SMP karena mereka
memiliki karakteritik tersendiri. Siswa tersebut senang berkelompok dengan
teman sebaya dan memiliki kebersamaan yang tinggi. Terkait dengan proses
pembelajaran, siswa SMP sudah mulai berpikir kritis dalam memahami suatu
materi pelajaran. Selain itu, pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep biologi yang sulit serta
menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan mengembangkan
sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif tersebut memiliki dampak yang
positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa yang rendah
hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan
materi pelajaran yang lebih lama.9 Melalui teknik STAD ini diharapkan hasil
belajar siswa pada konsep pelajaran biologi dapat mencapai nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) di sekolah SMP Attaqwa 06 tersebut.
Sedangkan dalam teknik jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
8 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek, (Terjemahan dari Nurulita: Nusa Media, 2009),
Cet IV. hal. 12.
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami konsep tertentu dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan konsepnya itu untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.10
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan konsep yang sama
bertemu untuk diskusi ke dalam kelompok yang disebut tim ahli, dalam tim
ahli para anggota saling membantu satu sama lain tentang konsep yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Tujuannya adalah untuk
mendorong siswa agar lebih aktif, serta meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Karena teknik jigsaw dapat menuntut siswa untuk lebih aktif meningkatkan
rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya itu, dan siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
Melalui teknik jigsaw ini diharapkan hasil belajar siswa pada konsep pelajaran
biologi dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMP
Attaqwa 06 Bekasi tersebut. Dengan demikian, semua siswa dituntut untuk
berpartisipasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran kelompok di
kelas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berinisiatif untuk
mengambil judul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajarkan
Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dengan Teknik Jigsaw”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Perilaku pasif siswa mempersulit proses penyerapan materi pelajaran.
10 Novi Emildadiany, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalahkumakalahmu.
2. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru kurang efektif pada siswa
khususnya pelajaran biologi.
3. Pemilihan model pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Metode pembelajaran guru bersifat monoton.
5. Hasil belajar biologi siswa rendah di bawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM < 6,5).
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian, mengingat permasalahan yang telah diidentifikasi di
atas ternyata memiliki permasalahan yang cukup luas dan kompleks, oleh
karena itu masalah dibatasi pada:
1. Penelitian dilakukan di SMP Attaqwa 06 Bekasi.
2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester I pada konsep
sistem pencernaan.
3. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi
siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD
dengan teknik jigsaw.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar biologi
antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD
dengan teknik jigsaw.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang
menggunakan teknik STAD dengan teknik jigsaw.
2. Mengetahui hasil belajar biologi siswa yang lebih baik dengan
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa sebelum dan sesudah
penelitian pada masing-masing kelas.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yang baik kepada
semua pihak yang terkait langsung dengan dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Guru-guru biologi, dapat menerapkan berbagai variasi metode mengajar
dan meningkatkan peranan siswa dalam belajar. Serta sebagai wahana
peningkatan profesional keguruan, baik bagi guru maupun bagi peneliti
sendiri sebagai calon pendidik.
2. Siswa, sebagai motivasi dalam belajar yang memberikan suasana baru
karena model pembelajaran ini dapat melibatkan partisipasi peserta didik
secara aktif dan bertanggung jawab tanpa kehilangan esensi belajar yang
sedang berlangsung.
3. Peneliti, adanya penelitian ini diharapkan akan memotivasi para peneliti
lain untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian ini.
4. Bagi dunia pendidikan secara umum, dapat memberikan informasi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
yang tepat, dan memberikan model alternatif pembelajaran sehingga dapat
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS,
KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris
yaitu “Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, Cooperative berarti kerjasama dan Learning berarti
pengetahuan atau pelajaran.11 Karena berhubungan dengan proses
belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut
diartikan dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam kelompok
untuk membantu sesama anggota kelompok dalam struktur kerja
sama yang teratur, yang terdiri atas dua atau lebih siswa untuk
memecahklan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Jadi, belajar
kooperatif maksudnya belajar secara bersama-sama dalam
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.12
Prinsip pada pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
melihatkan penugasan siswa pada tugas-tugas yang dibentuk secara
berkelompok (dimana anggota-anggota pada kelompok membantu
11 Ruhadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan SAINS IPA yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, September 2008, Volume 6, Nomor 1), h. 44
satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas-tugas
individu).13 Selain itu, suasana positif yang timbul dari model
pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah. Dalam
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan ini, siswa merasa lebih terdorong
untuk belajar dan berpikir.14
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
yang di dalamnya terdapat unsur yang saling terkait,
unsur-unsur tersebut yaitu:
1) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan
yang saling membutuhkan inilah yang dimaksudkan dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai
melalui; saling ketergantungan mencapai tujuan, saling
ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan
atau sumber, dan saling ketergantungan peran.
2) Interaksi tatap Muka
Interaksi tatap muka yang akan memaksa siswa saling tatap muka
dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak
hanya dilakukan oleh guru, interaksi semacam itu sangat penting
karena siswa merasa lebih mudah belajar dengan sesamanya.
3) Keterampilan untuk menjalin hubungan sosial
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan santun
terhadap teman, mengkritik ide (bukan mengkritik teman), berani
mempertahankan pikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalankan
13 Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning teknik Student Team Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap, (Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008), h. 65
hubungan pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan.
4) Pertanggung jawaban secara individual dan kelompok
Setiap kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan dalam
pembelajaran. Setiap anggota dalam tim diharuskan memberikan
kontribusi untuk kelompoknya dan memberikan bantuan dorongan
bagi siswa lain untuk menguasai bahan ajar.15
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama. 16 Selain itu pembelajaran
kooperatif juga disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya,
sehingga pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. 17
Menurut Vygotsky dalam Heri Midiastutik menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap
15
Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2008, hal. 60
16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka,
2007), hal. 42
siswa yang rendah hasil belajaranya, karena siswa yang rendah
hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan
1) Prestasi akademik (Academic Achievement)
Meskipun pembelajaran kooperatif mencakup bermacam-macam
objek-objek sosial, namun juga bertujuan memperbaiki prestasi
siswa pada tugas-tugas akademik yang penting. Selanjutnya
pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat baik bagi siswa yang
berprestasi tinggi maupun rendah yang bekerja bersama-sama
dalam tugas-tugas akademik. Hal ini dapat terjadi karena siswa
yang prestasinya tinggi harus membantu yang rendah, sehingga
siswa yang berprestasi tinggi akan selalu berpikir untuk
menjelaskan pada temannya yang berprestasi rendah. Oleh karena
itu akan terjadi hubungan sosial diantaranya.
2) Penerimaan Perbedaan (Achievement of Diversity)
Maksudnya adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda baik
ras, kebudayaan, kelas sosial, maupun kemampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan kesempatan pada siswa dengan
bermacam-macam latar belakang dan keadaan untuk mengerjakan tugas
bersama-sama.
3) Pengembangan Keterampilan Sosial (Social Skill Development)
Tujuannya adalah untuk mengajar keterampilan kerjasama siswa
dalam lingkungan sosial dan lingkungan yang banyak perbedaan
budaya.
c. Karakteristik pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan model pembelajaran lain. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari proses pembelajarannya yang lebih
menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok, atau dalam
sama dengan teman kelasnya. Berdasarkan karakteristiknya,
pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut:18
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim, sesama anggota
tim saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Atau dengan kata lain keberhasilan pembelajaran bukan
ditentukan oleh individu akan tetapi oleh tim. Anggota dalam
tim bersifat heterogen yang memiliki kemampuan akademik,
jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima,
sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2) Pembelajaran dengan manajemen kooperatif
Manajemen memiliki empat pilar fungsi manajemen, yaitu:
fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan
fungsi kontrol. Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa
pembelajaran dilakukan secara terencana baik tujuannya, cara
mencapainya dan lain-lain. Fungsi perencanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan dan disepakati bersama. Fungsi
organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh
karenanya perlu diatur mekanisme tugas dan tanggung jawab
setiap anggota. Fungsi kontrol sangat penting dalam
pembelajaran ini, karenanya harus ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
18
3) Kemauan untuk bekerja sama
Kerja sama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap
aggota tidak memiliki kemauan untuk bekerja sama atau secara
terpaksa, karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan
tanggung jawab setiap anggota tim, melainkan juga harus
ditanamkan dan ditumbuhkan kebersamaan dalam kelompok yang
bisa diwujudkan dalam bentuk saling membantu, saling
mengingatkan dan sebagainya.
2. Teknik Student Team Achievement Division (STAD)
a. Pengertian Teknik Student Team Achievement Division (STAD)
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif.19 Menurut Slavin, (1994) seperti yang dikutip Marjoko,
STAD dinyatakan sebagai berikut:
“Teams are composed of four or five students who represent a cross-section of the class in terms of academic performance, sex, and race or ethnicity. The major function of the team is to make sure that all team member are learning, and, more specifically, to prepare its member to do well on the quizzes. After the teacher presents the material, the team meets to study worksheets or other material. Most often, the study involves students discussing problems together, comparing answers, and correcting any misconceptions if teammates make mistake.”20
Maksudnya Tim disusun atas 4-5 siswa yang merupakan representasi
kelas yang variatif dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau etnis. Fungsi utama tim ini adalah untuk meyakinkan bahwa
anggota-anggota tim belajar dan secara khusus untuk mempersiapkan
anggotanya untuk mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
menjelaskan materi, tim bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau
19 Robert E. Slavin, Cooperative Learning -Teori, Riset dan Pendekatan, (Terjemahan dari Nurulita, Bandung:
Nusa Media ,2008), hal. 143
20
materi yang lain. Siswa mendiskusikan masalah bersama,
membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim
membuat kesalahan.
Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan
membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan
kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini
siswa dilatih untuk bekerjasama dan saling membantu memberikan
pengetahuannya terhadap tugas mereka sedangkan guru pada metode
pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan
mengawasi jalannya proses belajar.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD
STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: presentasi kelas,
tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.Lima
komponen utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan
sebagai berikut:21
1) Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering
kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.
Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.
Dengan cara ini, para siswa akan meyadari bahwa mereka harus
benar-benar memberi perhatian penuh selama proses pengajaran berlangsung,
karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan
kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari kelompok yang dibuat secara heterogen, baik dalam
hal prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama
dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan
anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar
kegiatan LKS atau materi lainnya. Tim ini memberikan dukungan
kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu
adalah untuk memberikan perhatian dan respect yang mutual yang
penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar
kelompok, rasa harga diri, dan penerimaan terhadap siswa.
3) Kuis
Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi tes individu atau
kuis. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberi
tahu atau bekerja sama dengan yang lain. Setiap siswa diharapkan
berusaha untuk bertanggung jawab secara individual untuk menjawab
soal tes dan memberikan hasil yang terbaik sebagai konstribusinya
kepada kelompok.
3) Skor kemajuan individual
Pemberian skor kemajuan individual bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi setiap siswa agar dapat menunjukkan gambaran
kinerja pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu
yang disumbangkan untuk kelompoknya. Pengelolaan hasil kinerja
kelompok adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan individu dan
skor kelompok. Jika ada peningkatan didapat dari kaitan skor awal
dan skor tes. Jika ada peningkatan atau penurunan maka akan diberi
poin tersendiri, dan skor untuk kelompok dikumpulkan dari
peningkatan seluruh anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka
itu akan menjadi skor kelompok. Contoh pemberian skor dapat dilihat
Tabel 2. 1
Kriteria pemberian skor peningkatan individu22
No Skor tes Skor peningkatan
1 Lebih dari 10 poin di bawah
Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada
masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dari skor kemajuan kelompok
yang diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok yang
diperoleh dengan mengumpulkan kemajuan masing-masing anggota
kelompok. Berdasarkan kemajuan kelompok tersebut, guru
memberikan hadiah (award) berupa predikat kepada kelompok yang
memenuhi kriteria tertentu. Untuk menentukan tingkat penghargaan
yang diberikan untuk prestasi kelompok. Dapat dilihat pada tabel 2. 2
Tabel 2. 2
Perolehan skor dan penghargaan tim teknik STAD23
No Perolehan skor Predikat
3. Teknik Jigsaw
a. Pengertian Teknik Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
Menurut Arends, (1997) seperti yang dikutip oleh Novi
Emildadiany, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”24
Sedangkan menurut Silberman dalam Sirih dan Muhammad,
menyatakan bahwa teknik jigsaw merupakan sebuah teknik yang
dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari
kelompok ke kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta
didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu
yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta
didik lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam
setting jigsaw learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah
pengajar. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta
didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik
lainnya.”25
Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan latar belakang ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
24 Novi Emildadiany, Cooperative learning – teknik jigsaw, diakses dari http: //makalahku makalahmu.
Wordpress.com/2008/09/15/cooperative learning, Jumat, 22 Januari 2010.
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.26
b. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah salah satu teknik
pembelajaan kooperatif yang mendorong siswa aktif, bertanggung
jawab dan saling membantu dalam menguasai materi untuk mencapai
prestasi yang maksimal. Dalam belajar model kooperatif teknik jigsaw
ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya antara lain:27
1) Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat
dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan keheterogenannya.
Jumlah tiap kelompok yang tepat adalah sekitar 4-6 orang dengan
kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun
karakteristik lainnya.
2) Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan
didiskusikan, maka di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok
ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa
atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan
anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari
materi yang sama yang disebut dengan kelompok ahli.
3) Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat
menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing
perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya
masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu
kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami
materi yang ditugaskan guru.
26 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hal. 69
27 Tonih Feronika, 2008. Buku ajar strategi pembelajaran kimia. Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN
4) Tahap keempat, siswa diberikan tes/kuis oleh guru, hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu
materi dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut.
5) Setelah kuis selesai, maka dilakukan perhitungan skor
perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu dalam
setiap kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok
berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan
skor terakhir. Stahl memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok
pada tabel 2. 3 dan tabel 2. 4 berikut ini.
Tabel 2. 3
Skor Perkembangan Jigsaw
Skor kuis individu Skor perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor
awal
0
Antara 10 poin dibawah skor awal sampai skor awal
10
1 sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Nilai sempurna 40
Tabel 2. 4
Tingkat penghargaan kelompok Jigsaw
Rata-rata penghargaan kelompok Penghargaan
15 poin Good team
20 poin Great team
25 poin Super team
.
Berikut ini gambar pelaksanaan teknik jigsaw.28
Gambar 2. 1. Pelaksanaan Teknik Jigsaw
Perbedaan antara model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan jigsaw
terdapat pada tabel 2. 5 berikut ini.
Tabel 2. 5
Perbandingan Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik jigsaw29
Aspek Teknik STAD Teknik Jigsaw
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok dan tanggung hawab
Struktur tim Tim–tim belajar heterogen
Wordpress.com/2008/09/15/cooperative learning, Jumat, 22 Januari 2010.
29
Sugiyanto, Model – model pembelajaran inovatif, (Yuma pressindo: Surakarta, 2010) & $ @ & $ @ & $ @
A = Kelompok yang dibentuk secara heterogen B = Kelompok asal
Aspek Teknik STAD Teknik Jigsaw
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan
dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh
seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang paling fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil dan gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar
yang dialami peserta didik, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarga sendiri.30 Sedangkan menurut Howard
L. Kingsley seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto, definisi belajar
adalah sebagai berikut: 31
“Learning is the process by which behavior (in the broader
sense) is originated or changed through practice or training”
30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Edisi revisi,
2004) hal. 89
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil
belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan
belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan
membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan
kelas maupun individu.
Benjamin S. Bloom membagi tujuan pengajaran yang menjadi
acuan pada hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan psikomotorik.32 Ranah kognitif yaitu hasil belajar
berdasarkan pemahaman konsep. Ranah afektif yaitu hasil belajar
berdasarkan sikap dan ranah psikomotorik yaitu hasil belajar
berdasarkan keterampilan/skill.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh
Bloom dan kawan-kawan dikategorikan lebih rinci secara hierarkis ke
dalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan
evaluasi (C6).33
1) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.
2) Pemahaman (C2)
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan,
diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke
dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan
32 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 117
33Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi),
serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata
sendiri.
3) Penerapan (C3)
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menerapkan
prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau
pada situasi konkrit.
4) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut
menjadi jelas.
5) Sintesis (C5)
Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya merencanakan
eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel,
rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan
obyek-obyek, peristiwa, dan informasi lainnya.
6) Evaluasi (C6)
Kemampuan pada jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:34
1) Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni:
a. Faktor environmental input (lingkungan)
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Lingkungan ini berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/alami termasuk di dalamnya adalah seperti
keadaan suhu, kepengepan udara, dan sebagainya. Belajar pada
keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar
dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Di Indonesia misalnya,
orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih baik
hasilnya dari pada belajar pada siang atau sore hari.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal
lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang
yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan
konsentrasi tinggi, akan terganggu, bila ada orang lain yang
mondar-mandir di dekatnya, keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap
yang cukup keras di dekatnya. Lingkungan yang lain, seperti suara
mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan
sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena
itulah disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang
jauh dari keramaian pabrik, lalu lintas dan pasar.
b. Faktor-faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan. Misalnya : Gedung perlengkapan belajar, alat-alat
praktikum, Perpustakaan, Kurikulum, Bahan/Program yang harus
dipelajari, dan pedoman-pedoman belajar lainnya.
2) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar
itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian:35
a.Kondisi fisiologi anak
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat, dan
sebagainya, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.
b. Kondisi psikologis
Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis yang
dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar,
diantaranya:
1) Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau
seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal
tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan
minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.
2) Kecerdasan
Telah menjadi pengertian yang relatif umum bahwa kecerdasan
memegang peranan besar dalam menentukan berhasil tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program
pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih
mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan
seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu.
Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka
perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence
Quotient (IQ).
3) Bakat
Selain kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir
tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang
sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi. Motivasi untuk belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Oleh
karena itu, meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang
peranan penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
5). Kemampuan-kemampuan kognitif
Tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik, namun tidak dapat diingkari bahwa
sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk
menentukan keberhasilan belajar seseorang.
B. Hasil Penelitian Relevan
H. M. Sirih dan Muhammad Ali dalam jurnalnya yang berjudul
”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet
untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di
SMP Negeri 2 Kendari ” memberikan kesimpulan sebagai berikut: hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dengan menggunakan tongkat estafet dapat meningkatkan
aktivitas dan tanggung jawab siswa. Kegiatan kelompok dalam berbagi
pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok asal, dan dapat
mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan siswa serta alur
informasi baik dalam kelompok asal maupun kelompok ahli. Keberhasilan
penerapan model pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh bimbingan
guru dalam mengatur diskusi kelompok dan alur tongkat estafet yang
berisi informasi dalam kelompok ahli dan kelompok asal. 36
Suprapto Mukti Nugroho dalam jurnalnya yang berjudul ” Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004” mendapatkan hasil penelitian bahwa implementasi (penerapan) remedial
teaching dengan teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu
meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.37
Mohammad Jamhari dalam jurnalnya yang berjudul ” Pengaruh
pemberian tugas rumah dikombinasikan dengan pembelajaran model
jigsaw terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa SMPTN 21 Palu”,
mendapatkan kesimpulan bahwa pada hasil analisis data menunjukkan
thitung > ttabel , maka Ho: ditolak dan Ha : diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian
tugas rumah terhadap hasil belajar biologi. Indeks determinasi (R²) sebesar
0,818, artinya bahwa sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y
sebesar 81,8 %. Sedangkan sisanya 18, 2 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas rumah
dikombinasikan dengan pendekatan jigsaw memberikan sumbangan yang
berarti terhadap hasil belajar IPA biologi.38
Marjoko dalam jurnalnya yang berjudul ” Peningkatan kualitas
pembelajaran IPS melalui model Cooperative learning teknik student team
achievement division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap” didapat kesimpulan bahwa siswa menunjukkan lebih aktif dalam proses
pembelajarannya, dengan bertanya, mengemukakan ide/pendapat,
berdiskusi, mencari sumber materi, bekerja secara kelompok/individu,
mempresentasikan hasil belajarnya dan mengumpulkan hasil
kerja/laporannya kepada guru.39
Heri Midiastutik dalam jurnalnya yang berjudul ” Meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen
dan logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian
Kabupaten Sidoarjo”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas
37 Suprapto Mukti Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49
38 Jamhari, Mohammad. Pengaruh pemberian tugas rumah dikombinasikan dengan pembelajaran model jigsaw terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa SMPTN 21 Palu.. Jurnal Media Eksakta, Volume 2, Juli 2006, hal. 128
39
pembelajaran menjadi meningkat setelah menerapkan metode STAD.40
Hal ini senada dengan hasil penelitian Efi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul skripsinya perbedaan hasil belajar biologi
antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik
jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah
Teluk Naga Tangerang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik STAD,
dengan nilai rata-rata N-gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai
rata-rata (mean) gain kelas VIII-C yang diajarkan dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu 2,68 maka dapat dikatakan
bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang
diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD.41
C. Kerangka Pikir
Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran biologi
siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta,
konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses
penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi di kelas
hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk
menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan.
Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus
dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan
menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan menerapkan
40 Heri Midiastutik , Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen dan
logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Vidya, volume 14 nomor 1, Januari 2006, hal. 36
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses
pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan
teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka
dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar.
Pada pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD siswa diberi
kesempatan untuk menemukan ide pokok pada suatu materi pelajaran
kemudian dibahas bersama secara berkelompok. Sedangkan peran guru
pada teknik ini adalah sebagai fasilitator, memberi penguatan dan
bimbingan pada siswa dalam berdiskusi, sehingga siswa tidak hanya
berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkannya, tetapi juga berbagi
dalam pengetahuannya. Sedangkan pada teknik jigsaw siswa diberikan
kesempatan bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan
satu sama lain sehingga diharapkan siswa tidak hanya berpikir sendiri dan
mempertanggung jawabkannya, namun juga dapat saling berbagi dalam
proses transfer ilmu pengetahuan. Dengan demikian, diduga bahwa antara
hasil pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD dan dengan
menggunakan teknik jigsaw memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil
belajar biologi siswa. Diharapkan Hasil belajar biologi siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif
teknik STAD, karena pada teknik jigsaw siswa harus bertanggung jawab
terhadap penguasaan konsep yang telah diberikan, agar dapat menjelaskan
dan mengajarkan dengan baik dengan teman satu anggota asalnya yang
Gambar 2. Kerangka Pikir D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian
yang diajukan dirumuskan sebagai berikut: Hasil belajar biologi siswa yang
diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik
dibandingkan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui model
pembelajaran kooperatif teknik STAD. Pembelajaran
Cooperative Learning
Teknik Jigsaw
Tes hasil balajar
Hasil belajar Biologi siswa Penghargaan
kelompok
Pertanggungjawaban individu dalam
kelompok asal dan ahli
Kesempatan yang sama untuk berhasil
Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Teknik Jigsaw lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan
teknik STAD Teknik
Student Team
Achievement Division (STAD)