• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAI (Halaman 72-0)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Kesehatan tenaga kerja merupakan sumber utama untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Dengan derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi tersebut maka produktivitas perusahaan menjadi meningkat. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyelenggarakan usaha pelayanan kesehatan bagi setiap tenaga kerja, PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah memenuhi ketentuan tersebut dengan menyelenggarakan usaha pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja.

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

a. Tujuan Pelayanan Kesehatan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di PT Timah (Persero) Tbk. Unit Metalurgi sesuai dengan visi hiperkes yaitu pengoptimalan produktivitas dan peningkatan derajat kesehatan karyawan. Serta misinya yaitu:

1) Mengoptimalkan penerapan norma-norma hyperkes dalam semua proses produksi

2) Mengoptimalkan Kesehatan Karyawan sebagai tolak ukur peningkatan produktivitas kerja

3) Mengoptimalkan usaha-usaha preventif dan promotif terhadap karyawan dalam meningkatkan kesadaran hidup sehat

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja tujuan pelayanan kesehatan ada 4 yaitu memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja, melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja, meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja serta memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan pelayanan kesehatan di PT. Timah (Persero) Tbk. telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER 03/MEN/1982.

b. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh hiperkes Tugas pokok pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di PT Timah (Persero) Tbk belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 pasal 2 (i)

“Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja”. Pihak penyelenggara pelayanan kesehatan yaitu Hiperkes, belum ikut serta sepenuhnya dalam penentuan atau pemilihan alat pelindung diri yang digunakan di tempat kerja.

c. Usaha Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 pasal 2 (j) yang berbunyi “Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja”, maka Pelayanan Kesehatan di PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah memenuhinya karena selain melaksanakan tindakan kuratif juga telah melakukan usaha rehabilitatif, promotif dan preventif.

d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 1) Klinik

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah memiliki sebuah klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan antara pukul 08.00-11.00 serta pukul 14.00-16.00 WIB serta mengadakan kerjasama dengan klinik dan rumah sakit rujukan bagi karyawan dan

keluarganya, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 3 ayat 2 yang berbunyi “Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi”.

yang dilakukan berupa sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja yaitu pasal 3 ayat 2 yang menyatakan bahwa

“Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

2) Tenaga Kesehatan

Klinik di PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi dikelola oleh seorang dokter yang memiliki sertifikasi sebagai dokter perusahaan, dokter hiperbarik dan dokter pemeriksa kesehatan, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 5 yang berisi

“Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur” bersama tenaga medis di klinik hiperkes telah mendapatkan sertifikat hiperkes. Serta dilakukannya pelatihan hiperkes untuk staff hiperkes untuk meningkatkan ilmunya di bidang hiperkes. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Koperasi No.Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan, pasal 1 yang berisi “setiap perusahaan diwajibkan untuk

mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang hygiene perusahaan kesehatan dan keselamatan kerja”.

Begitu juga dengan tenaga paramedis yang telah mendapatkan sertifikat hiperkes sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Tenaga Paramedis Perusahaan, pasal 1 yang berisi

“setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang higiene perusahaan kesehatan dan keselamatan kerja”.

3) Alat Transportasi

Alat transportasi untuk klinik telah disediakan di PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah tersedia 1 unit mobil ambulance dan 1 mobil rescue yang selalu siap jika suatu saat terjadi kecelakaan atau diperlukan. Satu ambulance akan difungsikan untuk mengantarkan pasien berobat dan satu unit mobil rescue lagi digunakan untuk kegiatan-kegiatan darurat yang bisa juga digunakan untuk mengantarkan pasien berobat.

4) Poliklinik dan Rumah Sakit Rujukan

Dengan bekerja sama dengan rumah sakit luar maka PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah memperhatikan tenaga kerja dan

keluarganya jika memang suatu saat mengalami sakit yang mungkin membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

5) Biaya Medis

Perusahaan telah memberikan berbagai fasilitas pembiayaan yang berkenaan dengan biaya kesehatan, baik itu rawat jalan atau pengobatan biasa, rawat inap serta biaya pengobatan khusus seperti perawatan gigi, pembelian kaca mata, biaya persalinan dan biaya KB.

Protesa mata, dan alat gerak diganti oleh perusahaan dengan syarat disebabkan oleh kecelakaan kerja.

2. Kegiatan Pelayanan Kesehatan

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi melaksanakan pelayanan kesehatan kerja yang mengacu pada 12 tugas pokok Pelayanan Kesehatan melalui program kerjanya yang akan dibahas di bawah ini :

a. Pemeriksaan Kesehatan

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus. Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan oleh pihak Hiperkes di kantor Pusat PT Timah (Persero) Tbk di Pangkalpinang. Sehingga telah memenuhi Permenaker No.

03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan dengan pasal 2 (a) yang menyatakan bahwa salah satu tugas pelayanan kesehatan adalah

“Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus”.

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja (prakarya) berupa pemeriksaan buta warna, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium lengkap (darah, urine, fungsi hati, fungsi ginjal, kadar gula). Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja yang dilakukan PT Timah (Persero) Tbk telah sesuai dengan Permenaker No.

02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Pasal 2 (3) “ Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setahun sekali kepada seluruh karyawan PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi meliputi pemeriksaan darah lengkap (glucose, cholesterol, triglyseride, HDL, dll). Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan sama untuk seluruh karyawan PT Timah dengan pekerjaan yang beda-beda. Hal ini tidak sesuai dengan Permenaker No. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Pasal 3 (4) “Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis pekerjaan yang ada.”

Pemeriksaan kesehatan khusus diberikan kepada tenaga kerja yang menurut hasil pemeriksaan kesehatan berkala didapat kelainan.

Selain itu, pemeriksaan kesehatan khusus diberikan kepada tenaga

kerja yang memiliki keluhan terhadap kesehatannya dan tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Pasal 5 (2) bahwa pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu,tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu dan tenaga kerja yang terdapat keragu-raguan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan khusuus sesuai kebutuhan.

b. Pembinaan Kesehatan Karyawan

Pembinaan kesehatan karyawan yang dilakukan di PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi dilakukan oleh Hiperkes Unit Metalurgi. Hiperkes Unit Metalurgi melayani tenaga kerja yang berkonsultasi terhadap kesehatannya setiap saat. Pemasangan poster dan artikel tentang kesehatan di lingkungan kantor dan papan pengumuman di depan klinik Hiperkes yang sering dilalui tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan perhatian tenaga kerja mengenai kesehatan.

Konsultasi mengenai masalah kesehatan yang dilakukan setiap saat ini diharapkan dapat membantu tenaga kerja dalam penyesuaian

diri terhadap risiko kesehatan yang mungkin dialami ketika melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Permenaker No.03/MEN1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Pasal 2 (e) bahwa salah satu tugas pelayanan kesehatan adalah pembinaan dan pengawasan kelengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.

c. Pelatihan dan Penyegaran P3K

Pelatihan P3K dilaksanakan Unit Metalurgi setiap tahun. Setiap satuan kerja harus memberikan perwakilan untuk mengikuti pelatihan ini. Peserta pelatihan ini diperuntukkan bagi tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan dan yang sudah pernah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Dengan dilaksanakan training P3K setiap tahun diharapkan tenaga kerja dapat siap untuk menghadapi bahaya kebakaran.

Sebagai penguji keberhasilan pelatihan P3K setiap tahun juga diadakan drill test yaitu semacam simulasi bahaya kebakaran yang memadukan kerjasama antara tim PBK (Penanggulangan Bahaya Kebakaran), tim P3K, tim Scuba Diving atau penyelam, tim anti pencemaran dan tim keamanan dari PT. Timah (persero) Tbk. Unit Metalurgi.

d. Penyediaan Kotak P3K di Lingkungan Kerja

Kotak P3K di Unit Metalurgi terletak menyebar di seluruh unit kerja, yang ditempatkan pada tempat-tempat yang dirasa strategis agar tenaga kerja yang membutuhkan sewaktu-waktu dapat langsung

mengambil. Isi kotak P3K dipantau minimal setiap bulan. Sebelum satu bulan apabila tenaga kerja melapor bahwa ada item dari isi kotak P3K habis, maka akan segera dipenuhi . Penyediaan isi kotak P3K ini Akan tetapi, isi dari pada kotak P3K tersebut tidak memenuhi sesuai dengan Lampiran II Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No: Per-15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Ada beberapa item yang tidak ada seperti gunting, kantong plastik bersih, senter dan pinset.

e. Penanganan Penyakit Akibat Kerja

Dari laporan kunjungan kinik Hiperkes menunjukkan angka yang tinggi pada penyakit pernafasan, gatal-gatal, hipertensi, sendi tulang, neo muscul, gangguan lambung, sakit mata, influenza, fatigue dan penyakit lainnya. Namun, hingga saaat ini pihak perusahaan belum memastikan apakah ini penyakit akibat kerja atau bukan. Menurut Permenaker No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 (f) yang menyatakan bahwa salah satu tugas pokok pelayanan kesehatan adalah “Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja”.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh faktor bahaya di lingkungan kerja. Di Unit Metalurgi, terdapat banyak faktor bahaya lingkungan yang kemungkinan dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja.

Bahan radioaktif di Unit Metalurgi adalah monazite kemungkinan dapat menyebabkan kelainan yang bersifat kronis yang akhirnya

menjadi parah terutama kepada sistim hemopoitik dan jaringan lain yang peka misalnya jaringan reproduksi. Suhu yang terlalu tinggi terutama pada bagian Peleburan dapat menyebabkan heat stoke (pukulan panas), heat cramps (kejang panas), atau hiperpireksia.

Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan. Kebisingan dapat menyebabkan tuli akibat kerja. Ketulian dapat bersifat permanen maupun sementara. Sementara, debu dapat menyebabkan penyakit pneumoconiosis. Di Unit Metalurgi, jenis debu yang ada yaitu debu Sn dan batu bara yang dapat menyebabkan stanosis dan anthrakosis. Uap diantaranya uap logam dapat menyebabkan demam uap logam (metal fume fever). Bahan kimia juga dapat menyebabkan dermatosis pada kulit.

Sebagai upaya perlindungan terhadap tenaga kerja, selain pengukuran lingkungan, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan diagnosis penyakit akibat kerja juga penting. Untuk mengetahui terjadi penyakit akibat kerja ataukah tidak, diperlukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, seperti periksaan rontgen paru untuk penyakit pneumoconiosis dan pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui penyakit ketulian.

f. Kecelakaan Akibat Kerja

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi, pertolongan pertama pada kecelakaan biasanya diberikan oleh tenaga paramedis atau orang

yang telah memiliki kecakapan untuk melaksanakan kegiatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K). Selain memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, tenaga paramedis juga mengadakan training setiap tahun yang diikuti oleh perwakilan setiap satuan kerja. Hal ini berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 (g) maka dapat diketahui bahwa salah satu tugas pelayanan kesehatan adalah memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan.

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, perawatan dan pemberian pengobatan serta memberi rujukan ke rumah sakit luar jika dibutuhkan. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 (j) bahewa tugas pelayanan kesehatan adalah melakukan usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi telah melaksanakan pelaporan kepada Depnaker jika terjadi kecelakaan kerja, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, seperti tercantum pada pasal 2 ayat 1 yang berbunyi

“Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya”. Di pasal 4 ayat 1 juga

menerangkan bahwa laporan ke pihak Depnaker dilaksanakan maksimal 2X24 jam setelah terjadi kecelakaan.

g. Penyamprotan Nyamuk Malaria Fogging/Sprayer

Setiap tahun dilakukan fogging/sprayer 2 (dua) kali setahun untuk pencegahan menyebarnya nyamuk malaria yang dilakukan di sekitar pabrik dan perumahan. Hal ini dilakukan unhtuk mencegah penyakit malaria yang disebabkan oleh nyamuk.

k. Senam Sehat

Senam sehat yang dilakukan setiap hari Jumat ini merupakan program kesehatan yang dilakukan Hiperkes untuk menjaga kebugaran dan pembinaan kesehatan karyawan. Setelah dilakukan senam sehat dilanjutkan dengan penghitungan denyut jantung bersama-sama supaya tenaga kerja dapat memantau sendiri tingkat kesehatannya.

l. Perencanaan Kebutuhan Klinik dan Pelaporan

Klinik menyediakan obat-obatan dan peralatan medis yang diperlukan untuk kelancaran upaya pelayanan kesehatan. Jika klinik membutuhkan sesuatu baik itu obat-obatan maupun peralatan lain maka pihak klinik mengajukan permohonan obat. Sejauh ini perusahaan menyediakan obat-obatan yang memadai untuk tenaga kerja.

Pencatatan pelaporan dilakukan setiap bulan meliputi obat-obatan yang keluar dan masuk, pelaporan angka kunjungan klinik dan

morbilitas penyakit tenaga kerja. Untuk setiap tahun dilakukan pelaporan tentang pelaksanaan program kerja Hiperkes Unit Metalurgi.

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Unit Metalurgi telah dibentuk. Namun, belum mendapatkan pengesahan dari Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk sehingga tim P2K3 belum sah. Sehingga laporan bulanan dari pelayanan kesehatan di klinik Hiperkes disampaikan pengurus dari K3LH kepada direktur.

Dalam hal ini tugas laporan pelayanan kesehatan masih tercover dan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada direktur”.

h. Higiene Kantin

Pihak hiperkes telah melakukan monitoring secara berkala ke kantin serta menghitung banyaknya kalori yang terdapat pada makanan. Serta melihat keadaan kebersihan dan keadaan fasilitas di kantin serta makanan yang disajikan. Monitoring secara berkala yang dilakukan secara berkala oleh pihak Hiperkes sudah cukup baik karena keluhan karyawan terhadap kerusakan fasilitas, kebersihan kantin dan makanan dapat terpantau sehingga dapat menjaga kesehatan karyawan melalui makanan yang dimakan.

3. Upaya Perlindungan Bagi Tenaga Kerja

a. Monitoring dan Evaluasi Lingkungan Kerja

Monitoring lingkungan yang dilakukan oleh pihak Hiperkes Unit Metalurgi telah dilakukan secara periodik di kantin dan lingkungan kerja. Hal ini sudah sesuai dengan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan serta Permenaker No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Pasal 2 (d) bahwa tugas pelayanan kesehatan salah satunya adalah pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter.

Penyelenggaraan pengukuran faktor fisik di lingkungan kerja yang dilakukan di Unit Metalurgi dilaksanakan oleh Hiperkes Pusat Pangkalpinag kurang menyeluruh untuk memantau di tempat-tempat yang memiliki hazard factor yang tinggi. Akan tetapi, penyelenggaraan pengukuran ini ditunjang dengan melakukan kerjasama denga Hiperkes Pusat Jakarta untuk pengukuran kualitas lingkungan kerja dan emisi cerobong asap sehingga sesuai dengan Peraturan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 (c) yang menyatakan bahwa salah satu tugas pokok pelayanan kesehatan adalah melakukan

“pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja”. Nilai ambang batas dari pengukuran faktor fisik yang dilakukan telah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja.

1) Faktor Fisik

a) Radioaktif

Menurut hasil pengukuran triwulan IV tahun 2011 paparan radiasi eksternal terbesar terdapat di gudang monazite PPBT yang mencapai 6,248 mR/ Jam serta di penimbunan terak II mencapai 1,274 mR/ Jam. Hasil pengukuran ini telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu 1,25 mR/ Jam serta bekerja sama dengan BAPETAN untuk pengawasan dan perizinan limbah radioaktif ini.

Penanggulangan dari limbah radioaktif ini adalah dengan menyediakan tempat penampungan untuk monazite, dengan pagar dinding yang ketebalan yang diatur dan ketinggian dinding harus lebih tinggi dari timbunan monazite agar radiasi dari monazite tidak menyebar ke lingkungan. Hal telah sesuai dengan PP nomor 27 tahun 2002 Pasal 14 ayat (1) “Penghasil limbah radioaktif harus menyediakan tempat penampungan sesuai dengan volume dan karakteristik limbah radioaktif. (2) Tempat penampungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas”.

Unit Metalurgi PT. Timah (Persero) Tbk. juga memiliki alat survey meter dan film badge yang digunakan oleh tenaga kerja yang bekerja di area dengan radiasi. Hal ini sesuai denngan PP nomor 27 tahun 2002 Pasal 15 “Penghasil limbah

radioaktif harus mempunyai peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi limbah radioaktif.”

b) Tekanan Panas

Menurut pengukuran tekanan panas tanggal 29 April 2010 di PLTD, pabrik peleburan dan PPBT. ISBB di PLTD adalah 32-33oC. Sedangkan pengukuran di pabrik peleburan yang berlokasi di tiga tempat yaitu di sekitar rafinasi, tanur tetap II dan tanur tetap III. ISBB di bagian rafinasi 29oC, ISBB di sekitar tanur tetap II 34-36oC dan ISBB di sekitar tanur tetap III 32-33oC. ISBB di PPBT adalah 30-31oC.

Menurut Kepmenaker No. KEP/51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja tenaga kerja di PLTD hanya diperbolehkan bekerja sekitar 25% jam kerja dan istirahat 75%. Tenaga kerja di bagian Rafinasi hanya diperbolehkan bekerja 50% jam kerja dan 50% istirahat.

Tenaga kerja yang bekerja di sekitar tanur tetap II dengan ISBB 34-36oC hanya diperbolehkan bekerja 25% jam kerja dan istirahat 75%. Tenaga kerja di sekitar tanur tetap III hanya diperbolehkan bekerja 25% dan 75% istirahat. Tenaga kerja di PPBT hanya diperkenankan bekerja 50% dan istirahat 50%.

Cara penanggulangan yang dilakukan perusahaan dari faktor bahaya tekanan panas ini adalah dengan pemberian air minum dan oralit kepada tenaga kerja yang bekerja di

peleburan. Selain itu dengan pengaturan waktu kerja dimana tenaga kerja tidak boleh bekerja terus-menerus di pabrik peleburan yang bersuhu tinggi serta harus memperhatikan waktu seberapa lama tenaga kerja boleh bekerja sesuai dengan Kepmenaker No. KEP/51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja.

c) Pencahayaan

Pengukuran yang dilakukan Hiperkes Pusat PT Timah (Persero) Tbk. tanggal 29 April tahun 2010 bahwa panel listrik I adalah 78,4 lux, panel listrik tengah 67,2 lux, panel listrik di atas PLTD 84,4 lux, panel listrik di sudut ruangan 22,1 lux dan di tombol panel rafinasi 29,9 lux. Hasil pengukuran pencahayaan ini kurang dari NAB berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Intensitas Cahaya Di Ruang Kerja bahwa intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Sehingga penerangan di ruangan panel tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 dan Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab III pasal 3 (1) i. “memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.”

d) Kebisingan

Menurut pengukuran kebisingan tanggal 29 April 2010 oleh Hiperkes Pusat PT Timah (Persero) Tbk di PLTD dan PPBT kebisingan rata-rata di PLTD adalah 106,6 dB(A) dan di PPBT 87,8 dB(A). Berdasarkan Kepmenaker No.

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, yaitu NAB kebisingan di tempat kerja adalah 85 dB dengan ketentuan 8 jam per hari dan 40 jam per minggu sehingga tenaga kerja yang bekerja di kebisingan selama 8 jam sehari telah melebihi NAB.

Penanggulangan yang dilakukan pihak perusahaan untuk mengatasi tingkat kebisingan yang tinggi ini adalah dengan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan tingkat kebisingan yang harus dikurangi untuk melindungi indera pendengaran tenaga kerja serta penyediaan ruangan kedapa suara sebagai tempat tenaga kerja istirahat.

2) Faktor Kimia a) Debu

Menurut hasil pengukuran pada 29 April 2010, nilai paparan tertinggi di area filter peleburan adalah 40,57 mg/m3, di rotary dryer PPBT 12,62 mg/m3 dan di amang plant PPBT adalah 1,02 mg/m3. Berdasarkan SE Menaker No.

Menurut hasil pengukuran pada 29 April 2010, nilai paparan tertinggi di area filter peleburan adalah 40,57 mg/m3, di rotary dryer PPBT 12,62 mg/m3 dan di amang plant PPBT adalah 1,02 mg/m3. Berdasarkan SE Menaker No.

Dalam dokumen PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAI (Halaman 72-0)

Dokumen terkait