• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini uji antifertilitas didasarkan pada pengaruh ekstrak terhadap konsentrasi spermatozoa, bobot organ testis dan pemeriksaan histologi tubulus seminferus. Senyawa yang mempunyai efek antifertilitas pada prinsipnya bekerja dengan 2 cara, yaitu melalui efek sitotoksik atau sitostatik dan melalui efek hormonal yang menghambat laju metabolisme sel kelamin dengan cara mengganggu keseimbangan sistem hormon (Herdiningrat, 2002). 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Kontrol Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi

Ju m la h R a ta -R a ta S e l S e rt o li Kelompok Perlakuan Sel Sertoli

Sebelum diberi perlakuan tikus diaklimatisasi selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang baru. Selama aklimatisasi diamati kondisi umum serta ditimbang berat badannya. Adanya peningkatan berat badan menunjukan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Setelah di akimatisasi tikus diberi perlakuan selama 48 hari dan ditimbang berat badannya setiap 4 hari sekali tujuannya untuk memantau kondisi kesehatan tikus dan untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap berat badan tikus.

Pada hari ke-49, tikus dikorbankan dengan cara dibius dengan eter dan diambil organ testis dan kauda epididimis. Setelah itu dilakukan pengamatan pada beberapa parameter, yaitu bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus serta pengamatan perbandingan jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli. Data yang didapat dianalisis dengan metode ANOVA dimana sebelum dianalisis data dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Jika salah satu dari uji normalitas atau homogenitas menunjukan nilai signifikan (p ≤ 0.05) maka dilakukan uji Kruskal Wallis. Setelah dilakukan uji ANOVA atau Kruskal Wallis, dilakukan uji BNT (LSD).

Spermatogenesis dipengaruhi oleh tiga hormon, yaitu FSH, LH dan testosteron. FSH berfungsi menstimulasi sel sertoli untuk menghasilkan ABP (androgen binding protein) sedangkan LH berfungsi untuk menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi testosteron. ABP berfungsi untuk mengikat testosteron yang merupakan golongan androgen untuk menstimulasi spermatogonium yang terdapat didalam testis untuk melakukan spermatositogenesis yaitu pembentukan spermatogonium menjadi spermatid. Jika terjadi gangguan pada ketiga hormon tersebut (FSH, LH dan testosteron) maka proses spermatogenesis akan terganggu.

Menurut (Winarno, 1997) senyawa metabolit sekunder yang dapat mempengaruhi fertilitas mempunyai mekanisme: dengan menggumpalkan semen sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup sperma akibatnya sperma tidak bisa mencapai sel telur (tanin), menekan sekresi hormon

reproduksi yang diperlukan untuk berlangsungnya spermatogenesis (alkaloid), prekusor hormon estrogen yang dapat menurunkan sekresi FSH (steroid), menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan kadar testosteron (flavonoid).

Berdasarkan hasil uji penapisan fitokimia terhadap ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) menunjukan bahwa ekstrak

metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) positif mengandung

senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, kuinon dan saponin.

Pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan dosis 700 mg/kg BB gram dan 1400 mg/kg BB. gram BB selama 48 hari dapat menurunkan bobot testis. Grafik rerata bobot testis menunjukan bahwa terjadi penurunan bobot testis seiring dengan besarnya dosis ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana

L.). Semakin besar dosis ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diberikan, maka bobot testis akan semakin menurun.

Penurunan bobot testis mengindikasikan berkurangnya konsentrasi spermatozoa di dalam testis. Hal ini diperjelas dengan data konsentrasi spermatozoa yang menunjukan bahwa penurunan konsentrasi spermatozoa berbanding lurus dengan besarnya dosis yang diberikan. Pada dosis 700 mg/kgBB dan 1400 mg/kgBB terjadi penurunan konsentrasi spermatozoa secara bermakna dibandingkan dengan kontrol.

Penurunan bobot testis ini diduga karena adanya senyawa yang bersifat estrogenik, yaitu mangostin (Adnan, 1992) dan saponin (Rusmiati, 2010) yang terkandung dalam kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Saponin digunakan untuk bahan baku sintetis hormon steroid dan digunakan sebagai estrogen kontraseptif (Robinson, 1991). Menurut Rusmiati (2010) kadungan flavonoid dan saponin kulit kayu durian memiliki aktifitas seperti hormon estrogen dan diduga saponin ikut aktif meningkatkan kadar estrogen didalam darah. Penelitian yang dilakukan Wahyuni (2012) menyatakan bahwa pemberian senyawa isoflavon yang bersifat estrogenik dan

antiandrogenik pada dosis tinggi dapat menurunkan bobot testis. Senyawa mangostin dan isoflavonoid merupakan senyawa golongan flavonoid.

Penyusutan bobot testis juga berbanding lurus dengan penyusutan diameter tubulus seminiferus sebagai tempat utama terjadinya proses spermatogenesis untuk menghasilkan spermatozoa (Fritz, 2003), karena tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa testis, yaitu sekitar 80 % (Sherwood, 2001). Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diameter tubulus seminiferus, grafik menunjukan bahwa terjadi penurunan diameter tubulus seminiferus seiring dengan besarnya dosis ekstrak metanol manggis Garcinia mangostana L.) yang diberikan. Semakin besar dosis yang diberikan, maka rata-rata diameter tubulus seminiferus akan berkurang. Terbukti dengan adanya hasil uji BNT bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada dosis 1400 mg/kg BB memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol (p≤ 0.05).

Penurunan diameter tubulus seminiferus diduga karena senyawa mangostin dan saponin yang bersifat estrogenik, sehingga mampu berikatan dengan reseptor estrogen yang terdapat di hipofisis anterior.

Pada pria testis juga memproduksi estrogen dalam jumlah sedikit tetapi bermakna, tetapi sebagian besar hormon estrogen dihasilkan dari reaksi aromatisasi perifer hormon testosteron dan androstenedion. Hormon ini berperan serta dalam pengaturan FSH sebagai Inhibin (Murray, 2003).

Secara fisiologis hipolatalamus mensekresi GnRH untuk

menstimulus hipofisis anterior mengsekresi FSH dan LH, namun karena mangostin dan saponin berikatan dengan reseptor estrogen menyebabkan sekresi FSH dan LH oleh hipofisis anterior menurun.

Akibat dari menurunnya sekresi LH oleh hipofisis anterior menyebabkan terjadinya penurunan sekresi hormon testosteron oleh sel Leydig. Setelah disekresikan testosteron akan diikat oleh ABP (androgen binding protein) yang disekresikan oleh sel sertoli masuk ke lumen tubulus seminiferus untuk proses spermatogenesis (Sherwood, 2001).

Selain itu penurunan sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior menyebabkan terjadinya penurunan sekresi ABP oleh sel Sertoli. Akibatnya

jumlah testosteron yang diikat untuk masuk ke tubulus seminiferus juga berkurang. Penurunan kadar FSH dan testosteron menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis bahkan dapat menyebabkan atropi pada sel-sel spermatogenik (Wahyuni, 2012).

Pernyataan ini didukung oleh Hafez (2000) yang menyatakan bahwa hormon yang paling berperan dalam sistem reproduksi jantan adalah testosteron. Secara umum testosteron berfungsi untuk merangsang pertumbuhan spermatogonium, perkembangan spermatosit primer dan sekunder serta diferensiasi spermatid menjadi spermatozoa atau dengan kata lain hormon testosteron mempunyai peran utama dalam proses spermatogenesis.

Berkurangnya pasokan hormon testosteron menyebabkan proses proliferasi sel spermatogonium manjadi terhambat, sehingga spermatozoa tidak dapat mencapai pendewasaan yang baik dan dapat memicu terjadinya apoptosis (kematian sel yang terprogram). Akibatnya terjadi penurunan jumlah sel-sel spermatogenik.

Berkurangnya jumlah sel-sel spermatogenik ini menyebabkan penurunan diameter tubulus seminiferus. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gulkesen dkk (2002) yang menyatakan bahwa berkurangnya produksi spermatozoa di tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya penurunan diameter tubulus seminiferus. Penurunan diameter tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya penurunan bobot testis karena tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa testis.

Terjadinya penurunan sel-sel spermatogenik dapat dilihat dari perbandingan jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel sertoli. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) dosis 350 mg/kg BB tidak ada

penurunan rasio jumlah sel spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli dalam setiap tahapan, sedangkan dosis 700 mg/kg BB gram dan 1400 mg/kg BB. gram BB dapat menurunkan rasio jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli secara bermakna dalam setiap tahapan.

Dengan demikian perubahan histopatologi pada testis dapat dijadikan dasar perubahan histologi fungsi spermatogenesis terutama di dalam tubulus seminiferus. Pada mikroanatomi tubulus seminiferus yang normal menunjukan asosiasi sel spermatogenik tersusun berlapis sesuai dengan tahapan perkembangannya dimulai dari membran basalis, spermatogonium, spermatosit primer (non pakiten dan pakiten) dan spermatid. Ciri lain dari tubulus seminiferus yang normal adalah lumen yang terisi penuh oleh spermatozoa.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa tubulus seminiferus pada

kelompok kontrol menunjukan spermatogenesis normal yang

menggambarkan susunan sel germinal yang dimulai dari spermatogonium, spermatosit primer (non pakiten dan pakiten), spermatid dan lumen terisi penuh oleh spermatozoa (pada stage VII).

Pada mikroanatomi tubulus seminiferus tikus yang diberi perlakuan

ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) menunjukan

gambaran susunan sel spermatogenik yang tidak teratur dan sel-sel yang tersusun lebih jarang. Hal ini terjadi pada mikroanatomi tubulus seminiferus kelompok perlakuan dosis 700 mg/kg BB gram dan 1400 mg/kg BB. Sedangkan pada mikroanatomi dosis 350 mg/kgBB belum terlihat penurunan jumlah sel spermatogenik namun sudah mulai terlihat gangguan pada susunan sel spermatogenik. Terjadinya gambaran sel spermatogenik yang tidak teratur pada tubulus seminiferus mengindikasikan adanya gangguan spermatogenesis di tubulus seminiferus.

Dilaporkan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada dosis 1400 mg/kg BB menyebabkan kematian pada tikus. Terjadi kematian pada 3 ekor tikus dari 5 ekor setelah pemberian ekstrak.

Penyebab dari kematian tikus tersebut belum diketahui secara pasti dikarenakan banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kematian pada tikus, sehingga sulit untuk dipastikan penyebab kematian tikus. Namun diduga penyebab kematian tikus disebabkan karena konsumsi saponin yang berlebihan. Menurut Suparjo (2008) penurunan konsumsi

pangan yang mengandung saponin disebabkan karena rasa saponin, penurunan motilitas intestinal, penurunan kecernaan protein, kerusakan membran intestinal dan penghambatan pengangkutan nutrien. Penelitian yang dilakukan Xu dkk (2005) menyatakan bahwa senyawa saponin yang terdapat pada Platycodi radix dapat menghambat aktifitas lipase pankreas dan berpotensi sebagai antiobesitas.

Hal ini didukung dari data berat badan tikus yang semakin hari semakin berkurang selain itu tikus mengalami lemas dan terjadi penurunan nafsu makan yang ekstrim terbukti tikus tidak pernah menghabiskan pakan yang telah diberikan. Hasil uji BNT menyatakan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada dosis 1400

mg/kg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol (p≤ 0.05).

Dengan demikian pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan dosis 1400 mg/kg BB dapat menurunkan berat badan dan nafsu makan tikus.

Bila dibandingkan dengan penelitian uji antifertilitas yang dilakukan Wijaya (2013) pada biji delima (Punica granatum L.) dan Arini (2013) pada biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) menunjukan bahwa efek antifertilitas yang terjadi pada tikus jantan Sprague Dawley seiring dengan besarnya dosis ekstrak yang diberikan. Pada penelitian Wijaya (2013) dosis ekstrak yang diberikan pada tikus yaitu 7.5 mg/kg BB, 75 mg/kg BB dan 750 mg/kg BB, sedangkan penelitian Arini (2013) dosis ekstrak yang diberikan pada tikus yaitu 5 mg/kg BB, 55 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB. Hasil menunjukan bahwa penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli yang paling besar pada penelitian Wijaya dan Arini (2013) masing-masing terjadi pada dosis 750 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB.

Hal ini terjadi juga pada ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang menunjukan bahwa dari ketiga dosis ekstrak yang diberikan (350 mg/kg BB, 700 mg/kg BB, 1400 mg/kg BB), penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli yang paling besar

terjadi pada dosis 700 mg/kg BB dan 1400 mg/kg BB, sedangkan pada dosis 350 mg/kg BB penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli belum menunjukan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol. Hal ini disebabkan karena kandungan saponin dan mangostin yang terkandung dalam kulit buah manggis pada dosis 350 mg/kg BB belum dapat mengganggu keseimbangan hormonal pada sistem reproduksi tikus sebab estrogen dalam darah belum mencapai jumlah yang dapat menekan hipofisis anterior untuk mensekresi FSH dan LH.

Dengan demikian pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa,

bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan menghambat

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Uji Antifertilitas Ekstrak Metanol Kulit Buah

Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Tikus Strain Sprague Dawley Secara In Vivo” dapat disimpulkan bahwa pada dosis 1400 mg/kg BB semua parameter uji (bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan rasio jumlah spermatosit pakiten per sel Sertoli) terdapat penurunan yang signifikan (p ≤ 0.05), sedangkan pada dosis 700

mg/kg BB hanya dapat menurunkan 2 parameter saja (p ≤ 0.05), yaitu

konsentrasi spermatozoa dan rasio jumlah spermatosit pakiten per sel Sertoli.

5.2 Saran

Untuk mengetahui efektifitas dari ekstrak metanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai agen antifertilitas, disarankan untuk mengawinkan tikus jantan yang telah diberi ekstrak metanol kulit

buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan tikus betina dan

disarankan pula untuk memeriksa parameter antifertilitas pada tikus jantan

setelah pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) dihentikan untuk mengetahui apakah ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) bersifat reversibel atau tidak.

Adnan. 1992. Pengaruh Mangostin Terhadap Fungsi Reproduksi Mencit (Mus musculus) Swiss Webster Betina. Tesis. Institut Teknologi Bandung. Diakses di http://digilib.itb.ac.id/

Akbar B. 2004. Pengawasan Mangostin Terhadap Fertilitas Tikus (Rattus

norvegicus) “Wistar” Betina. Tesis. . Institut Teknologi Bandung. Diakses di http://digilib.itb.ac.id/

Amir, Arni. 1992. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Biji Pepaya Gandul (Carica papaya L.) Terhadap Sel-Sel Spermatogenik Mencit dan Jumlah Anak Hasil Perkawinannya. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia

Anggraeni, Yetti dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana Cetakan Pertama.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman : 4-14

Ardiani, Rani. 2012. Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Mencit Jantan Menggunakan Metode Mikronukleus. Skripsi. Medan: Program Ekstensi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara

Arini, W.D. 2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70 % Biji Jarak Pagar pada Tikus Jantran Strain Sprague Dawley. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Azrifitria. 2012. Formulasi Microemulsi Kombinasi Testosteron Undekanoat (TU)

dan Medroksi Progesterone Asetat (MPA) untuk Kontrasepsi Pria serta Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Diakses di sp2010.bps.go.id Barnes, J.M., Paget, G.E. 1964. Toxicity test. Di dalam : Laurence DR, Bacharach,

Editor. Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. London: Academic Pr. Halaman : 161-162

BKKBN. 2001. Fakta, Data dan Kesenjangan Gender di Indonesia: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

BKKBN. 2004. Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

BKKBN. 2007. Peningkatan Akses Dan Kualitas Pelayanan KB. Bandung: Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Cheng, C.Y. 2008. Moleculer Mechanism In Spermatogenesis. Landes Bioscience

and Springer Science+Business Media.

Ekarini, S.M.B. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemi Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences

Fritz, WA dkk. 2002. Dietery Genistein Down-Regulates Androgen and Estrogen

Receptor Expession in The Rat Prostate, Moll Cell Endocrinol

Gopalakrishnan, G., Banumathi, B., dan Suresh, G. 1997. Evaluation of the

Antifungal Activity of Natural Xanthones from Garcinia mangostana and

Their Synthetic Derivative. Journal of Natural Product. 60 : 519-524.

Gulkesen, KH dkk. 2002. Expression of Extracelluler matrix protein and vimentin in testes of azoospermic ; an immunohistochemical and morphometric study. Asian J Androl (serial on line). Available from: http://www.asiaandro.com/1008-682X/4/55.htm

Hafez, E. 1996. Human Semen and Fertility Regulation in Men. The CV. Mosbyuni

Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Cetakan ke-VII. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman: 42-43

Hasanah, Nur. 2012. Khasiat Istimewa Manggis. Jakarta: Dunia Sehat

Hau, Jann dan Hoosier Jr. G.L. 2003. Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca Raton: CRC Press

Herdiningrat, S. 2002. Efek Pemberian Infusa Buah Manggis Muda (Garcinia mangostana L.) Terhadap Spermatozoa Mencit (Mus musculus). Majalah Andrologi Indonesia

Hess, A dan Franca. 2008. Spermatogenesis and Cycle of the Seminiferous Epithelium. USA : Departement of Veterinary Biosciences

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III (Badan Litbang

Kehutanan, Penerjemah). Jakarta : Departemen Kehutanan

ICUC. 2003. Fruit to the Future Mangosteen, Facsheet No 8. International Centre for Underutilized Crops

Irianto, Sanco. 2010. Buku Pegangan Mahasiswa Asuhan Keperawatan

Gangguan Sistem Reproduksi Pria. Manokwari: Program Studi D III Keperawatan

J. Heffner, Linda dan J. Schust Danny. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Ed.

II. Jakarta: Erlangga. Halaman: 24-27

Jones, B.J., Luchsinger, A.E. 1987. Plant Systematics, Edisi ke-2. Singapore: B & Jo Enterprise Pte Ltd. Halaman: 293-335

Krinke, J. G. 2000. The Laboratory Rat 1st Edition. United States: Academic Press Lo, Yungtai. 2009. Estimating Age-spesific Prevalence of Testosterone Deficiency in Men Using Normal Mixture Models. New York: Departement of Community and Preventive Medicine Mount Sinai School of Medicine

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di

Laboraturium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral dan Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor

Mills, S.C et al. 2008. Gonadotropin Hormon Modulation of Testosterone, Immune, Function, Performance and Behavioral Trade-Offs among Male Morphs of the Lizard Uta Stansburiana. California: Departement of Earth and Marine Sciences

Murray, K. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta: EGC

National Research Council. 1978. Nutrient Requirement of Laboratory Animals. 3rd Revised Edition. National Academy of Science. Washington, D.C

Neill, J.D et al. 2006. Knobil And Neill’s Physiology Of Reproduction Third Edition. Elsevier. Halaman: 1081-1089

Nurhuda, dkk. 1995. Pengaruh Pemberian Buah Pare Terhadap Jumlah Dan

Motilitas Spermatozoa Tikus Jantan Strain LMR. Jurnal Kedokteran YARSI, Vol 3. No 2, Mei 1995

Osman, M., dan Milan, A.R. 2006. Mangosteen – Garcinia mangostana L.

England : RPM Printed and Design

Palupi, Jenie. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia

mangostana.L) Per Oral Terhadap Folikulogenesis Ovarium Mencit (Mus musculus). Jurnal Kesehatan: Volume VI, No. 2

Philips , J.A., F. Frye., A. Bercovitz., P. Calle., R. Millar., J. Rivier dan B.L.

Lesley. 1987. Exogenous GnRH Overrides The Endogenous Annual

Reproductive Rhythm in Green Iguana. Journal of Experimental Zoology Prihatman, K. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.). Jakarta: Kantor Deputi

Magneristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPP Teknologi

Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB

Rusmiati, 2010. Pengaruh Ekstrak Metanol Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus

Murr) Pada Struktur Mikroanatomi Ovarium dan Uterus Mencit (Mus musculus L.) Betina. Banjarbaru: Program Studi Biologi MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)

Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus musculus L.).

Banjarbaru: Program Studi Biologi MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Sendel, T. 2011. Anatomy, Physiology and Reproduction in the Stallion. OMAFRA Factsheet Anatomy

Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

Singh, R., Hamada, A.J., Agarwal, A. 2010. Tyroid Hormones In Male

Reproduction and Fertillity. Lucknow: Central Drug Research Institute India

Smith J.B dan Soesanto M. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press

Steenis, C.G. 1987. Flora. Jakarta: P.T. Pradya Paramita, Halaman: 305-306.

Suparjo. 2008. Saponin: Peran dan Pengaruhnya bagi Ternak dan Manusia.

Jambi : Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Susetyarini, Eko. 2009. Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas Terhadap Kadar Testosteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang. Halaman: 1-11.

Turman, E.J dan Rich, T.D. 2010. Reprodutive Tract Anatomy And Physiology Of

The Bull. Oklahoma: Product of Extension Beef Cattle Resource Committee.

Vachrajani, K.D. 2005. Damage to Late Pachytene Spermatocytes in Responsible

for Subsequent Inhibition. Journal of Cell and Tissue Research Vol. 5. Halaman: 309-311

Wahyuni, R.S. 2012. Pengaruh Isoflavonoid Kedelai Terhadap Kadar Hormon

Testosteron, Berat Testis, Diameter Tubulus Seminiferus, dan Spermatogenesis Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus). Tesis. Program Studi Ilmu Biomedik

Wijaya, Alvira. 2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70 % Biji Delima (Punica granatum L.) Pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Winarno. W dan Dian S. 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk Kontrasepsi

Tradisional. Cermin Dunia Kesehatan. Halaman 25-28

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Metodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicine Geneva : World Health Organization

Xu, B.J dkk. 2005. In vitro Inhibitory Effect of Triterpenoidal, Saponin from Platycody radix on Pancreatic Lipase. Arch Pharm. Halaman : 180-185 Yotarlai, Sudawadee., Chaisuksunt, Vivavadee., Saenphet, Kanokporn., Sudwan,

in Male Rats. Thailand: Departement Anatomy Faculty of Medicine Chiangmai University

Yunitasari, Liska. 2012. Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis.

Lampiran 1. Surat Determinasi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dari LIPI

Lampiran 2. Hasil Penapisan Fitokimia (-) Alkaloid Dragendorff dan Mayer. (+) Saponin HCl 1% (+) Kuinon NaOH 1 N (+) Tanin FeCl3 1% (+) Tanin Katekuat Pereaksi Stiasny (+) Flavonoid Butanol (+) Triterpenoid Libermann-Burchard (-) Kumarin Flouresensi

Lampiran 3. Proses Pembuatan Suspensi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis

Gambar Proses Kegiatan Keterangan

Gambar 16. Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) yang telah dideterminasi di LIPI dicuci sampai bersih dan diambil bagian pericarpnya dan dibersihkan hingga tidak ada daging buah yang menempel pada pericarp.

Gambar 17. Pericarp yang didapat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering.

Gambar 18. Pericarp yang sudah kering dibuat serbuk dengan cara diblender hingga didapat serbuk yang

halus. Kemudian serbuk diayak

dengan menggunakan ayakan dengan nomer mess 40.

Gambar 19. Serbuk kulit manggis dimaserasi dengan metanol selama 3 hari.

Gambar 20. Maserat disaring dengan menggunakan kertas saring hingga tidak terdapat serbuk kulit manggis dalam maserat.

Gambar 21. Maserat diuapkan

dengan rotary evaporator hingga

didapat ekstrak yang kental.

Gambar 22. Ekstrak metanol kulit buah manggis siap untuk dibuat suspensi ekstrak. Didapat bobot total

Dokumen terkait