• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Sistem Reproduksi Pria

2.2.1 Ruang Lingkup Sistem Reproduksi Pria

Sistem reproduksi merupakan sistem yang memungkinkan manusia untuk berkembang biak, sistem reproduksi manusia terdiri atas sistem reproduksi pria dan sistem reproduksi wanita (Heffner dan Schust, 2006). Menurut Irianto (2010) ruang lingkup sistem reproduksi pada pria terdiri dari :

 Organ-organ reproduksi pria

 Hormon reproduksi

 Spermatogenesis

2.2.2 Organ Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pria terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam. Dimana bagian luar terdiri dari penis dan skrotum (Heffner dan Schust, 2006). Sedangkan bagian dalam terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris (Irianto, 2010).

A. Organ Reproduksi Bagian Luar

Organ reproduksi bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Secara garis besar penis mempunyai 3 bagian yaitu akar, badan dan glans penis. Fungsi dari penis adalah penetrasi pada vagina wanita yang memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus (Heffner dan Scust, 2006). Skrotum adalah kantung yang membungkus testis atau buah zakar. Fungsi dari skrotum adalah menjaga suhu testis agar tetap optimal yaitu dibawah suhu tubuh (Turman dan Rich, 2010).

B. Organ Reproduksi Bagian Dalam

Organ reproduksi dalam terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris. Saluran pengeluaran terdiri dari epididimis, vas

deferens, saluran ejakulasi dan uretra sedangkan kelenjar asesoris terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper (Irianto, 2010).

Testis merupakan sepasang sturuktur berbentuk oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Bersama epididimis, testis berada didalam skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstraabdomen tepat di bawah penis. Testis memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai tempat spermatogenesis dan produksi androgen (Heffner dan Schust, 2006).

Epididimis merupakan struktur yang berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis (Heffner dan Schust, 2006). Epididimis mempunyai 4 fungsi utama yaitu transportasi spermatozoa, tempat pematangan spermatozoa, tempat penyimpanan sperma dan melindungi spermatozoa (Neill et al, 2006).

Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis yang mempunyai panjang 45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis kemudian naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas. Setelah meninggalkan bagian belakang testis, vas deferens melewati korda spermatika menuju abdomen. Setelah masuk ke dalam abdomen, vas deferens melengkung ke arah medial menyilang arteri ilika eksterna menuju pelvis. Dari sana, vas deferens menyilang saraf dan pembuluh darah obturator dan pembuluh vesikular. Vas deferens kemudian menyilang ureter untuk menuju vesikula seminalis. Vas Deferens berfungsi mengalirkan sperma (Heffner dan Schust, 2006).

Vesikula seminalis merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum. Vesikula seminalis berfungsi memproduksi kurang lebih 50-60% dari total cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesikula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin (Heffner dan Schust, 2006).

Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus, yaitu lobus posterior, lobus lateral,

lobus anterior dan lobus medial. Fungsi dari kelenjar prostat adalah menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terdapat pada uretra dan vagina (Heffner dan Schust, 2006).

Kelenjar cowper (kelenjar bulbouteral) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Fungsi kelenjar cowper yaitu menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

Gambar 1. Anatomi Sistem Reproduksi Pria Sumber : Irianto, 2010

2.2.3 Hormon Reproduksi Pria

Hormon adalah substansi kimia yang dibuat oleh tubuh yang mengontrol berbagai fungsi tubuh (Sendel, 2011). Berikut ini adalah hormon yang berperan pada sistem reproduksi pria:

A. Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)

Gonadotropin releasing hormon (GnRH) merupakan hormon yang disekresi oleh hipotalamus (Singh et al, 2010). GnRH berfungsi menstimulasi kelenjar pituitary anterior untuk mensekresi gonadotropin (Philips et al, 1987). Gonadotropin terdiri dari FSH dan LH yang sangat penting dalam proses reproduksi (Mills et al, 2007).

B. Folikel Stimulating Hormon (FSH)

Folikel stimulating hormon (FSH) merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitary anterior yang berfungsi merangsang

produksi sperma (Sendel, 2011). FSH akan menstimulasi sel sertoli sehingga spermiasi dapat terjadi (Irianto, 2010).

C. Luteinizing Hormon (LH)

Luteinizing hormon (LH) merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary anterior. LH berfungsi menstimulasi sel leydig untuk mengsekresi testosteron (Irianto, 2010).

D. Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya kedalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma (Irianto, 2010).

E. Testosteron

Testosteron adalah hormon seks pria yang berfungsi untuk membantu mempertahankan masa tulang dan otot, distribusi lemak, meningkatkan libido dan memproduksi sperma pada pria dewasa (Lo, 2009). Testosteron disekresi oleh sel leydig. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder (Irianto, 2010).

F. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis (Irianto, 2010).

2.2.4 Spermatogenesis Pada Pria

Spermatogenesis adalah perubahan spermatogonium menjadi spermatozoa selama jangka waktu tertentu yang terjadi di tubulus seminiferus di dalam testis (Cheng, 2008). Proses spermatogenesis dibagi menjadi 3 fase yaitu: A. Perbanyakan spermatogonia melalui pembelahan

mitosis, B. Meiosis yang mengurangi jumlah kromosom dari diploid menjadi haploid dan dimulai dari spermatogonia tipe B yang menduplikasi kromosom menjadi spermatosit primer kemudian Spermatosit primer melakukan pembelahan meiosis pertama menjadi spermatosit sekunder kemudian spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi spermatid yang bersifat haploid, C. Perubahan

spermatid menjadi spermatozoa yang disebut spermiogenesis.

Spermiogenesis terdiri dari 4 fase yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom dan fase maturasi (Hess dan Franca, 2008).

2.2.5 Peran Hormon Pada Spermatogenesis

Proses spermatogenesis diatur oleh mekanisme hormonal yang berpusat di hipotalamus dan hipofise. Kelenjar hipotalamus mensekresi GnRH yang akan menstimulasi kelenjar pituitary anterior untuk mensekresi FSH dan LH (Singh, 2010). FSH akan menuju sel sertoli dan merangsang sel sertoli untuk mengsekresi estrogen dan ABP (Androgen Binding Protein), selain itu FSH juga berfungsi merangsang pembentukan sperma secara langsung. ABP berperan untuk memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis sedangkan estrogen berperan dalam tahap spermiogenesis (perubahan spermatid menjadi spermatozoa). Sedangkan LH melalui pembuluh darah akan merangsang sel leydig untuk menghasilkan testosteron yang berperan pada tahap pembelahan spermatogonia menjadi spermatosit (Irianto, 2010).

Dokumen terkait