• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

5.2.1 Faktor Pengetahuan

Hasil penelitian yang didapat Di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang bahwa mayoritas ibu hamil yang melakukan pemeriksaan Antenatal care berpengetahuan baik dengan jumlah responden sebanyak 11 orang (91,7%) dari 12 orang, sedangkan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan mayoritas berpengetahuan cukup dengan jumlah 11 orang (47,8%) dari 23 orang. Pengetahuan memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal care karena didapat p value < 0,05. Bila dilihat dari gambaran pengetahuan responden tentang pemeriksaan Antenatal, diketahui bahwa ibu hamil yang memeriksakan antenatal care hampir seluruhnya memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan ibu hamil yang tidak memeriksakan antenatal mayoritas berpengetahuan cukup. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Slamet (1999), semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2008) menunjukkan bahwa dari 67 responden didapatkan sebanyak 34 orang (16,4%) mempunyai tingkat pengetahuan cukup, 22 orang (32,8%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, dan 11 orang (16,4%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang berpengetahuan baik cukup lebih teratur memeriksakan antenatal care dari pada responden berpengetahuan kurang.

5.2.2. Faktor Umur

Dari hasil penelitian yang dilakukan Di Desa Tanjung Rejo mayoritas responden yang melakukan kunjungan antenatal berusia 20 – 35 tahun sebanyak 12 orang (100%), dan mayoritas responden yang tidak memeriksakan antenatal care juga berusia 20 – 35 tahun sebanyak 20 orang (87%). Umur tidak memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal care karena p value > 0,05. Bila dilihat dari ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal care seluruhnya berusia 20 – 35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia yang ideal untuk hamil dan mempunyai anak. Karena dengan usia yang ideal diharapkan responden tersebut juga telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehamilan itu sendiri. Dengan demikian kesiapan mental seseorang lebih baik terutama dalam menghadapi kehamilannya. Karena dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya antenatal care. Sejalan dengan pendapat Nursalam (2001:133) bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Sedangkan jika dilihat dari responden yang tidak memeriksakan antenatal care, mayoritas responden berusia 20 – 35 tahun. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena ibu merasa berada pada rentang usia yang masih belum memasuki kehamilan risiko tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Amiruddin (2005) di Puskesmas Ulaweng Jawa Timur yang menyebutkan bahwa

fasilitas antenatal lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok risiko tinggi, salah satunya usia di atas 35 tahun (39,2%).

5.2.3 Faktor Pendidikan

Pendidikan ibu merupakan salah satu factor penting dalam usaha perlindungan obstetric. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu, semakin meningkat kesadarannya terhadap kemungkinan adanya kesulitan dalam persalinan sehingga timbul dorongan untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur pada bidan atau dokter (Prichad, 1991)

Pada penelitian yang dilakukan Di Desa Tanjung Rejo mayoritas responden berpendidikan rendah 26 orang (74,3%). Sedangkan jika di klasifikasikan berdasarkan melakukan pemeriksaan antenatal atau tidak, mayoritas responden yang melakukan pemeriksaan antenatal memiliki pendidikan sedang 6 orang (50%), dan yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care memiliki pendidikan rendah 22 orang (95,7%). Pendidikan memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal karena p = 0,000. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menyerap sumber informasi yang diberikan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2001), pendidikan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide- ide atau teknologi. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Wiludjeng (2005) di RSUD Serang, dimana sebagian besar responden hanya berpendidikan SD (75%) dan tidak pernah melakukan kunjungan ANC (66,7%).

5.2.4 Faktor Ekonomi

Sosial ekonomi yaitu mempunyai kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya secara financial (Notoadmojo, 2003). Dari hasil penelitian yang dilakukan Di Desa Tanjung Rejo, mayoritas keluarga ibu hamil yang melakukan pemeriksaan Antenatal care memiliki penghasilan sedang sebanyak 7 orang (58,3%), sedangkan ibu hamil yang tidak memeriksakan antenatal care memiliki penghasilan yang rendah sebanyak 13 orang (56,5%). Ekonomi tidak memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal karena p = 0,171. Sebagian ibu hamil di desa Tanjung Rejo mengatakan bahwa untuk kehidupan sehari-hari seperti kebutuhan primer (makan, minum, pakaian) kadang tidak terpenuhi, apalagi kebutuhan skunder seperti pemeriksaan kehamilan dan hanya memeriksakan saja atau hanya di pegang-pegang saja sudah bayar sekian ribu, mereka merasa itu hanya membuang uang untuk hal yang kurang perlu, masih banyak yang mereka butuhkan. Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Nugroho (2000), pendapatan yang sangat minimal atau kurang memadai kurang mungkin untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keluarga.

5.2.5. Faktor Sumber Informasi

Informasi yang didapatkan ibu hamil dari petugas kesehatan, media cetak atau media elektronik cukup mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care. Di lihat dari penelitian Di Desa Tanjung Rejo bahwa mayoritas ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal care memiliki

sumber informasi baik sebanyak 10 orang (83,3%) dan yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care memiliki sumber informasi tidak baik sebanyak 22 orang (95,7%). Sumber informasi memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal karena p = 0,000. Kurangnya informasi yang di dapat ibu hamil membuat sebagian besar mereka tidak memeriksakan kehamilannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh saifuddin (2005) Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care. Oleh karena tidak adanya informasi atau kurangnya informasi yang di dapatkan oleh ibu hamil tentang antenatal care, maka banyak ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care.

5.2.6. Faktor Letak Geografis

Ibu sering mengeluh jauhnya jarak rumah mereka dengan pelayanan kesehatan membuat mereka malas untuk memeriksakan kehamilan. Di tambah lagi susahnya sarana-prasarana untuk sampai ke pelayanan kesehatan Di Desa Tanjung Rejo. Dilihat dari data yang dikumpulkan Di Desa Tanjung Rejo, mayoritas ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal care memiliki letak geografis yang dekat sebanyak 8 orang (66,7%), sedangkan yang tidak melakukan pemeriksaan mayoritas memiliki letak geografis yang jauh sebanyak 17 orang (73,9%). Dilihat dari data letak geografis sangat mempengaruhi ibu hamil melakukan atau tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Letak geografis

memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal dengan nilai p = 0,025. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (1998), berbagai masalah yang perlu diperhatikan dalam upaya penanganan kehamilan dan persalinan adalah jarak layanan kesehatan, dimana pelayanan kesehatan masih sulit dijangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah dan lokalisasi pelayanan kesehatan masih belum terjangkau karena jarak yang jauh, sehingga menyebabkan ibu hamil enggan untuk memeriksakan kehamilannya.

5.2.7. Dukungan Keluarga

Dukungan psikologis dan perhatian suami serta keluarga sangat memberikan dampak terhadap perubahan perilaku ibu hamil, sehingga sangat dibutuhkan oleh seorang ibu yang sedang hamil. Peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung sampai melahirkan sangat besar, terutama dalam pemeriksaan antenatal care, agar ibu dan bayi sehat dan selamat selama kehamilan sampai melahirkan. Bila dilihat dari penelitian Di Desa Tanjung Rejo, mayoritas responden yang melakukan pemeriksaan antenatal care memiliki keluarga yang mendukung ibu hamil selama kehamilannya dalam pemeriksaan antenatal care dan segala hal yang membuat ibu dan bayi selalu sehat selama kehamilan yaitu sebanyak 10 orang (83,3%). Sedangkan jika dilihat dari responden yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care, mayoritas responden memiliki keluarga yang kurang mendukung atau sama sekali tidak mendukung sebanyak 15 orang (65,3%). Dukungan keluarga memiliki hubungan terhadap pemeriksaan antenatal

dengan nilai p = 0,008. Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Rook dan Dooley (1985 dalam kunjoro, 2002), system pendukung yang baik dalam keluarga terutama suami akan meningkatkan rasa aman, nyaman, baik secara fisik maupun emosional bagi seorang ibu yang mengandung, sehingga dimungkinkan melahirkan dengan aman dan spontan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Simanjuntak (2002) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami/keluarga diperoleh OR = 2, 89 yang berarti bahwa responden yang memperoleh dukungan baik mempunyai kecenderungan untuk melakukan kunjungan K4 sesuai standar 3 kali lebih besar dibandingkan responden yang kurang mendapat dukungan suami/keluarga.

5.2.8. Pemeriksaan Antenatal care

Dari hasil penelitian terhadap 35 responden, mayoritas responden tidak memeriksakan kehamilannya (ANC) yaitu sebanyak 23 orang (65,8%). Jika dilihat dari tingkat pengetahuan responden, mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup 11 orang (47,8%). Pengetahuan responden yang cukup memiliki keterkaitan dengan tingkat pendidikan, sumber informasi serta penghasilan responden. Mayoritas pendidikan responden rendah 22 orang (95,7%) dengan penghasilan rendah < 1.650.000 13 orang (56,5%) dan sumber informasi yang tidak baik sebanyak 22 orang (95,7%). Jika dilihat dari data diatas, wajar bila responden hanya memiliki pengetahuan cukup. Responden mengatakan biaya yang cukup mahal untuk pendidikan yang membuat mereka hanya mampu bersekolah sampai SD dan SMP saja, bahkan ada yang tidak tamat

SD. Oleh karena itu mereka pun tidak memeriksakan ANC karena terkendala di biaya, kalaupun ada yang gratis seperti di puskesmas responden mengatakan tidak adanya sarana yang membawa mereka ke pelayanan kesehatan karena jauhnya jarak dari rumah responden ke pelayanan kesehatan. Mayoritas responden memiliki letak geografis yang jauh dari pelayanan kesehatan sebanyak 17 orang (73,9%).

Dilihat dari sumber informasi mayoritas responden yang tidak memeriksakan antenatal care memiliki sumber informasi yang tidak baik 22 orang (95,7%). Responden mengatakan petugas kesehatan tidak pernah memberikan informasi tentang antenatal care, bahkan mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dari petugas kesehatan. Ketika di tanya bagaiman dengan media elektronik, mereka mengatakan sebagian responden tidak memiliki media elektronik seperti tv ataupun radio, bahkan sebagian rumah warga belum masuk listrik ke rumahnya. Oleh karena itu mereka memiliki informasi yang tidak baik tentang pemeriksaan antenatal care dan mereka tidak memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan.

Mayoritas responden yang tidak memeriksakan kehamilan keluarganya tidak mendukung dalam melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 15 orang (65,2%). Responden mengatakan keluarga tidak mendukung karena faktor biaya dan ketidak pedulian keluarga terhadap kesehatan ibu hamil. karena rata-rata responden memiliki tipe keluarga extended, yaitu dalam 1 rumah terdapat beberapa keluarga seperti kakek, nenek, keluarga dari pihak suami maupun istri.

Oleh karena itu pengeluaran juga lebih tinggi sehingga untuk hal-hal yang kurang penting seperti pemeriksaan kehamilan keluarga mengatakan tidak perlu.

5.3. Faktor yang Paling Dominan yang mempengaruhi Pemeriksaan Antenatal Care.

Setelah dianalisa dengan uji korelasi di dapat bahwa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care adalah faktor sumber informasi dengan r = 0,808. Hubungan antara sumber informasi dengan pemeriksaan antenatal care sangat kuat. Kurangnya informasi yang di dapat ibu hamil membuat sebagian besar mereka tidak memeriksakan kehamilannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh saifuddin (2005) Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care. Oleh karena tidak adanya informasi atau kurangnya informasi yang di dapatkan oleh ibu hamil tentang antenatal care, maka banyak ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care. Dari teori yang dikemukakan oleh saifuddin maka dapat diketahui bahwa pengaruh sumber informasi terhadap pemeriksaan antenatal care sangatlah kuat.

Dokumen terkait