• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil dan Pembahasan

2. Pembahasan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ibu-bu balita

memiliki pengetahuan tentang Posyandu. Hal itu terlihat dari hasil kuesioner

penelitian, pengetahuan ibu balita tentang Posyandu, menunjukkan lebih dari 85%

responden mengetahui manfaat Posyandu. Dari hasil penelitian tersebut hanya

pertanyaan tentang penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan pola lima meja

saja yang memberikan respon bahwa mereka tidak tahu hal tersebut. Begitu juga

tentang sasaran Posyandu, hanya 15% responden menyatakan tidak tahu jika

sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia

subur. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa ibu balita memiliki

pengetahuan tentang Posyandu. Artinya, Posyandu bukan lagi hal yang asing bagi

ibu-ibu yang memiliki balita. Hal ini disebabkan keberadaan dan aktifitas

Posyandu yang ada di lingkungan cukup aktif dan juga sosialisasi yang sangat

gencar oleh kader-kader Posyandu. Hasil penelitian ini sekaligus menguatkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan

perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Pada penyelenggaraan Posyandu yang menggunakan pola lima meja dan

sasaran Posyandu yang mencakup balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan

usia subur tampaknya perlu disosialisasikan lagi. Pengetahuan ini menjadi

penting sebab sebagaimana disampaikan Notoatmodjo (2003), bahwa

pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya

Posyandu akan memberikan dampak positif bagi ibu-ibu tersebut dalam

memanfaatkan Posyandu.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu balita bersikap tetap

selalu datang ke Posyandu walaupun ibu merasa balitanya sehat, dan mereka

menyatakan mendukung kegiatan Posyandu karena dapat meningkatkan kesehatan

balita. Selain itu, seluruh ibu-ibu balita menyampaikan bahwa mereka mengikut i

penyuluhan yang diadakan oleh Posyandu secara rutin. Dengan demikian, ibu-ibu

balita cenderung bersikap untuk memanfaatkan Posyandu. Hal ini juga di

sampaikan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita

dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa ibu balita memiliki

kepercayaan terhadap Posyandu, yang didukung bahwa mereka akan tetap

menyempatkan membawa balita ke Posyandu, selalu datang ke Posyandu

walaupun merasa balitanya sakit, melakukan kunjungan ke Posyandu meskipun

sedang sakit, mendukung kegiatan Posyandu dengan alasan Posyandu dapat

meningkatkan kesehatan balita, dan mengikuti penyuluhan yang diadakan

Posyandu secara rutin. Di antaranya ada tiga responden yang menyatakan tidak

akan melakukan kunjungan ke Posyandu bila balitanya sedang sakit. Padahal, bila

Ibu membawa balitanya yang sakit ke Posyandu, kemungkinan balitanya dapat

ditangani untuk pelayanan pengobatan. Semua ibu balita menyatakan percaya

bahwa pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga

manfaat bagi kesehatan balita. Namun, ada 2 % ibu-ibu yang menjadi responden

yang menyatakan tidak mempercayai Posyandu untuk memeriksa kesehatan

balita. Angka 2% ini tidak dapat menunjukkan kasus secara umum sebab angka

ini sangat kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kepercayaan ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke

Posyandu di Jawa Tengah.

Sebagaimana dikatakan oleh Robbins (2008), bahwa kepercayaan adalah

suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada contoh-contoh pengalaman

yang relevan namun terbatas. Dikaitkan dengan data penelitian, kepercayaan ibu-

ibu terhadap Posyandu bisa dipastikan tidak serta-merta timbul, tetapi dibangun

oleh sebuah sejarah panjang keterlibatan atau partisipasi ibu-ibu tersebut di dalam

kegiatan Posyandu.

Sehubungan dengan persepsi ibu terhadap Posyandu dapat disampaikan

bahwa pendapat responden sebagaimana uraian di bawah ini. Sekitar 95% ibu-ibu

memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke Posyandu tidak akan mengganggu

pekerjaannya. Lalu, (100%) ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan Posyandu

bermanfaat bagi kesehatan balita. Bila dikaitkan dengan sarana pelayanan

kesehatan, semua ibu-ibu meyakini bahwa sarana pelayanan kesehatan di

Posyandu mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Walaupun pada

kenyataannya, ada sekitar 7% ibu balita yang menyatakan bahwa sarana

pelayanan kesehatan di Posyandu belum lengkap dan belum sesuai dengan jenis

terhadap pelayanan di Posyandu, jumlah mereka sekitar 2% saja. Meskipun

angka ini cukup kecil, tampaknya para kader Posyandu harus juga lebih

meningkatkan pelayanan agar dapat mencapai angka 100%.

Sebagaimana pendapat Slameto (2003), persepsi merupakan proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui

persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

melalui indera penglihat, pendengar, peraba, dan penciuman. Berkaitan dengan

hasil penelitian, persepsi ibu-ibu balita tentang Posyandu dibentuk pula oleh

lingkungan dan pengalaman ibu-ibu tersebut. Sebab itu, perlu diperhatikan

pernyataan ibu-ibu yang mengatakan bahwa sarana di Posyandu belum lengkap

dan pelayanan Posyandu belum memuaskan. Persepsi ibu-ibu balita sehubungan

dengan sarana yang dimiliki oleh Posyandu mungkin harus diperhatikan. Hal ini

ditunjukkan pula dari hasil penelitian Widiastuti dan Kristiani (2006) yang

menunjukkan adanya pengaruh persepsi ibu balita tentang dukungan sarana

terhadap pemanfaatan Posyandu.

Pada data tentang nilai-nilai ibu balita yang berkaitan dengan Posyandu

ditemukan hal-hal yang menarik. Hanya sekitar 5% ibu-ibu yang memiliki

anggapan bahwa balita akan sakit setelah diimunisasi di Posyandu. Pernyataan ini

bisa juga berimplikasi bahwa ibu-ibu sudah mengetahui bahwa demam yang

terjadi setelah diimunisasi bisa terjadi, jadi tidak disebabkan tempat di mana

imunisasi itu dilakukan. Hanya sekitar 10% ibu-ibu yang menjadi responden yang

memercayai bahwa Posyandu dapat berpengaruh kepada kesehatan dan

sebaliknya, yaitu tidak percaya Posyandu berpengaruh terhadap kesehatan dan

tumbuhkembang balita. Akan tetapi, seluruh ibu-ibu menyatakan bahwa penting

untuk melakukan kunjungan ke Posyandu sebulan sekali. Bahkan, pernyataan itu

dikaitkan dengan keluarga mereka. Artinya, bisa jadi mereka akan menganjurkan

anggota mereka yang menjadi ibu balita untuk datang rutin ke Posyandu. Hal itu

tampaknya berkaitan dengan anggapan mereka bahwa mengikuti Posyandu dapat

memberikan solusi kesehatan balita, 100% responden menyatakan hal ini. Begitu

pun, mereka (sebanyak 95%) menganggap bahwa mengikuti Posyandu adalah

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan balita.

Danandjaja (1985) menyatakan bahwa nilai memiliki kecenderungan

untuk menetap walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu.

Pernyataan ibu-ibu tentang Posyandu yang dilandaskan pada nilai-nilai akan

sangat sulit diubah. Akibatnya, pelayanan di Posyandu yang akan berdampak pada

nilai yang dimiliki oleh ibu-ibu semestinya mendapat perhatian yang sangat baik

dari para kader Posyandu. Pentingnya peran kader Posyandu ini sebagaimana

disebutkan dalam hasil penelitian Widiastuti dan Kristini (2006), yang

mengungkapkan bahwa motivasi kader Posyandu dapat meningkatkan

Dokumen terkait