• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

Berdasarkan data-data diatas, didapatkan perbedaan proses involusi uterus pada kelompok menyusui dan kelompok tidak menyusui. Hasil penelitian proses involusi uterus yang dilakukan pada 40 ibu post patum yang menyusui dan 16 yang tidak menyusui selama 10 hari masa nifas, diperoleh data bahwa kelompok yang menyusui mengalami involusi uterus yang lebih cepat dari pada kelompok yang tidak menyusui. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa efek yang ditimbulkan menyusui adalah kontraksi uterus yang berhubungan dengan involusi uterus (Bobak, 2005). Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Meri Marlina (2012) yang berjudul Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Hasil dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh yang signifikan menyusui terhadap tinggi fundus uterus.

Pada kelompok menyusui, di hari pertama masa nifas sebanyak 21 dari 40 orang (52,5%) ibu post partum tinggi fundusnya sudah berada pada dua jari di bawah pusat, sementara pada kelompok tidak menyusui hanya 2 dari 16 orang ibu post partum (12,5%) yang tinggi fundusnya sudah berada pada dua jari di bawah pusat. Pada kelompok menyusui juga ditemukan bahwa pada hari keenam, sebanyak 31 dari 40 orang ibu post partum (75%), TFU sudah berada pada pertengahan simphisis pusat. Sedangkan pada kelompok tidak menyusui masih 6 dari 16 orang ibu post partum (37,5%) yang TFUnya sudah pada pertengahan simphisis pusat. Pada hari kesembilan, fundus sudah tidak teraba lagi pada kelompok yang menyusui. Sementara pada kelompok tidak menyusui, sampai

34

pada hari kesepuluh fundus masih teraba. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan TFU pada kelompok menyusui lebih cepat dari pada kelompok tidak menyusui. Hal ini juga dapat diartikan bahwa perubahan bentuk dan ukuran uterus ke keadaan seperti sebelum hamil pada kelompok menyusui lebih cepat daripada kelompok tidak menyusui.

Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada perubahan warna lokia. Sebanyak 22 dari 40 orang ibu post partum (55%) pada kelompok menyusui warna lokia sudah berwarna serosa pada hari kelima masa nifas. Sedangkan pada kelompok tidak menyusui hanya 2 dari 16 orang ibu post partum (12,50%) yang warna lokianya sudah pada tahap serosa pada hari kelima. Pada kelompok menyusui terdapat sebanyak 35 dari 40 orang ibu post partum (95%) warna lokianya sudah pada tahap alba pada hari kesembilan. Sedangkan pada kelompok tidak menyusui, pada hari kesembilan masih 3 dari 16 orang ibu post partum (18,75%) yang warna lokianya sudah pada tahap alba. Semua ibu post partum yang menyusui lokianya sudah berada pada tahap alba pada hari kesepuluh. Sedangkan pada kelompok tidak menyusui, ibu post partum yang sudah pada tahap alba masih sebanyak 6 orang (37,50%). Dari data diatas dapat diketahui bahwa tahapan perubahan warna lokia pada kelompok menyusui lebih cepat dari pada kelompok tidak menyusui. Hal ini juga dapat diartikan bahwa pemulihan tempat perlekatan plasenta pada kelompok menyusui lebih cepat daripada kelompok tidak menyusui.

Pada kelompok menyusui terdapat 5 orang ibu post partum dengan berat bayi lahir diatas 3000 gram. Peneliti tidak menemukan adanya perbedaan yang

signifikan terhadap proses involusi uterus. Walaupun secara teori, berat bayi juga menentukan proses involusi uterus. Perbedaan penelitian dengan teori bisa saja dipengaruhi oleh jumlah responden yang berat bayi lahir nya diatas 3000 gram yang terlalu sedikit, sehingga tidak objektif untuk mengidentifikasi hubungan antara berat bayi lahir dengan proses involusi uterus. Pada ibu post partum primipara dan multipara juga tidak ditemukan adanya perbedaan dalam hal involusi uterus.

Involusi uterus merupakan kembalinya uterus ke ukuran semula seperti keadaan sebelum hamil. Ada dua indikator involusi uterus yaitu Tinggi Fundus Uterus (TFU) dan perubahan warna lokia. Cara untuk mengetahui perubahan ukuran uterus pada masa nifas adalah dengan cara mengukur Tinggi Fundus Uterus (TFU). Penurunan TFU (Tinggi Fundus Uterus) menunjukkan bahwa uterus mulai kembali kebentuk dan ukuran normal seperti sebelum kehamilan. Tahapan perubahan warna lokia menjadi indikator pemulihan tempat perlekatan plasenta. Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus, juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia (Helen Varney, 2008). Hanya saja dalam penelitian ini, pengukuran jumlah lokia sulit untuk dilakukan. Kehilangan darah pasca partum sulit diobservasi secara obyektif.

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca partum, kadar estrogen dan progesteron turun

36

drastic, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusui terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh Hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancer. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses menyusui yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (Let-down reflex). Pada refleks prolaktin, isapan bayi pada puting memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin, memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Sedangkan pada refleks aliran (Let-down reflex), isapan bayi memacu hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin yang berperan dalam kontraksi uterus.

Menurut Bobak (2005), ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. Oksitosin berguna dalam merangsang kontraksi uterus dan berperan dalam mengejakulasikan ASI. Efek yang ditimbulkan menyusui adalah kontraksi uterus yang berhubungan dengan involusi uterus. Pengisapan bayi merangsang pelepasan prolaktin adenohipofisis dan oksitosin neurohipofisis (Lawrence, 1994), pada saat yang sama mengirim stimulasi neural melalui korda spinalis ke hipotalamus untuk menekan pelepasan faktor penghambat prolaktin (prolactin-inhibiting factor, PIF) (Blackburn dan Loper, 1992). Saat ibu menyusui, isapan bayi menstimulasi hipotalamus untuk menghasilkan oksitosin (let-down reflex). Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus dan Myoepithelial cell (Susan and Judy, 2004). Kontraksi uterus mempercepat penurunan Tinggi Funfus Uterus (TFU). Kontraksi uterus juga

menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada tempat bekas perlekatan plasenta. Penyempitan pembuluh darah inilah yang menyebabkan pemulihan luka bekas perlekatan plasenta. Perubahan warna lokia menjadi tanda apakah luka sudah mulai pulih atau belum.

Pada pengukuran TFU hari kesepuluh, terdapat 3 orang ibu post partum tidak menyusui yang TFU nya tidak teraba lagi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor lain selain menyusui. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus adalah senam nifas, mobilisasi dini ibu post partum, menyusui dini, gizi, faktor usia, dan faktor paritas (Ambarwati & Wulandari, 2008). Ibu yang menyusui akan cenderung memenuhi kebutuhan gizi seimbang pada masa nifas. Dengan dibarengi nutrisi yang baik involusi lebih cepat terjadi. Ibu yang menyusui juga melakukan mobilisasi pada saat memberikan ASI. Menyusui mendorong ibu untuk sering melakukan mobilisasi dari posisi tidur ke posisi duduk, atau berpindah dari tempat tidur ke tempat lain sewaktu memberikan ASI.

Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti mengukur TFU setiap hari selama sepuluh hari masa nifas sehingga dapat diperoleh hasil yang objektif. Namun, terdapat kekurangan dalam evaluasi warna lokia. Dalam penelitian ini, evaluasi warna lokia dilakukan dengan wawancara. Peneliti bertanya kepada responden perubahan warna lokia setiap hari. Hasil yang diperoleh menjadi tidak objektif karena bisa saja responden salah dalam mengkategorikan warna lokia. Seharusnya evaluasi warna lokia dilakukan dengan observasi langsung. Namun, observasi langsung tidak dapat dilakukan karena terkait dengan budaya masyarakat yang menganggap tabu menunjukkan sekret lokia kepada orang lain.

38

Maka dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa terdapat perbedaan proses involusi pada ibu post partum yang menyusui dan yang tidak menyusui. Hal ini bisa dilihat dari penurunan TFU dan tahapan perubahan warna lokia. Dari hasil penelitian tersebut juga dapat menunjukkan bahwa ibu post partum yang menyusui akan mengalami pemulihan perlekatan plasenta yang lebih cepat. Ibu yang menyusui juga akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran uterus ke kondisi sebelum hamil yang lebih cepat.

39 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecepatan proses involusi pada ibu post partum menyusui dan tidak menyusui. Pada hari kesembilan, fundus sudah tidak teraba lagi pada kelompok yang menyusui. Sementara pada kelompok tidak menyusui, sampai pada hari kesepuluh fundus masih teraba.

Pada perubahan warna lokia, semua responden kelompok menyusui lokianya sudah berada pada tahap alba pada hari kesepuluh. Sedangkan pada kelompok tidak menyusui responden yang sudah pada tahap rubra masih sebanyak 6 orang. Sehingga berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses involusi uterus pada ibu post partum yang menyusui lebih cepat daripada ibu post partum yang tidak menyusui.

6.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini bagi praktek keperawatan adalah diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya menyusui secara efktif pada ibu post partum, karena menyusui secara efektif tidak hanya berguna bagi bayi tetapi juga bagi ibu post partum. Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperlukan penelitian lanjutan terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi involusi uterus. Peneliti juga menyarankan agar peneliti selanjutnya melakukan observasi langsung pada saat

40

mengidentifikasi perubahan warna lokia agar diperoleh hasil yang objektif. Masih banyak faktor yang mempengaruhi involusi uterus, sehingga perlu ada penelitian tentang pengaruh berat bayi lahir, usia gestasi, dan riwayat paritas terhadap involusi uterus.

41 Rineka Cipta

__________ (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Christine, H. & Kathleen, J. (2006). Buku Ajar konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Cunningham et al., (2012). Obstetri Williams (Edisi 23). Jakarta : EGC

Dempsey, A.P. & Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan, Buku Ajar dan Latihan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Diane, M.F & Margaret, A.C. (2009). Myles Buku Ajar Kebidanan, Edisi 14. Jakarta : EGC

Helen, V.; Jan, M.K; Carolyn, L.G. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC

Harry, O. & William R.F. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan, Human Labor and Birth. Yogyakarta : ANDI, YEM

Khairani, L. (2013). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum di Ruang PostPartum Kelas III RSHS Bandung. Jurnal Unpad, 1 (1)

Kristiyansari, W. (2009). ASI, Menyusui & SADARI. Yogjakarta : NUHA MEDIKA

Nursalam (2013). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Permatasari, D. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum dengan Sectio Caesarea di Ruang Aster Instalasi

Kebidanan RSU Kabupaten Tanger

aHR0cDovL2RpZ2lsaWIuZXNhdW5nZ3VsLmFjLmlkL3B1YmxpYy9V RVUtVW5kZXJncmFkdWF0ZS03MzctQ09WRVIucGRm/RmFrd. 12 Mei 2014

42

Sastroasmoro, S. & Sofyan, I. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Ed. 3). Jakarta : Sagung Seto

Susan Mattson & Judy E. Smith (2004). Core Curriculum for Maternal-Newborn Nursing. USA : ELSEVIER SAUNDERS

Wahyuni, A. S. (2007). Statistika Kedokteran Disertai Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : ISBN

Yuswanto, T.J.A & Rita, Y. (2008). Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus Pada Senam Nifas. Jurnal Kesehatan. 2 (6), 113-118.

43

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

GAMBARAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL YANG MENYUSUI DAN TIDAK MENYUSUI

Saya bernama Nciho Arbei C. C /131121077 mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Normal Yang Menyusui Dan Tidak Menyusui ”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan bermanfaat untuk mengetahui kecepatan proses involusi uterus pada ibu post partum normal yang menyusui dan tidak menyusui. Dalam penelitian ini saya akan mengukur Tinggi Fundus Uterus dan warna lokia ibu selama 10 hari. Tindakan ini tidak memberikan efek samping yang membahayakan.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Medan, Oktober 2014

Peneliti, Responden,

44

Lampiran 2

DATA DEMOGRAFI

GAMBARAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL YANG MENYUSUI DAN TIDAK MENYUSUI

1. Inisial :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Berat lahir bayi :

5. Status Obstetri : G P Ab 6. Usia Gestasi BBL :

7. Tanggal lahir :

8. Waktu :

45

YANG MENYUSUI DAN TIDAK MENYUSUI Tabel 1. Tabel penurunan TFU

No. Hari TFU

46

Tabel 2. Tabel perubahan warna lokia

47 1. Memilih responden sesuai kriteria inklusi.

2. Responden yang dipilih adalah ibu post partum setelah selesai kala IV (2 jam setelah kelahiran plasenta).

3. Responden dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok ibu post partum normal menyusui dan ibu post partum normal tidak menyusui.

4. Dilakukan pengukuran pertama dan waktu dicatat

5. Pengukuran Tinggi Fundus Uterus dan Lokia pada hari berikutnya dilakukan pada jam yang sama (24 jam)

48

50

51 I. Persiapan proposal

1. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 50.000,- 2. Biaya foto copy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000,- 3. Memperbanyak proposal Rp. 100.000,-

4. Konsumsi Rp. 150.000,-

II. Pengumpulan data

1. Mengurus ijin penelitian Rp. 100.000,-

2. Transportasi Rp. 500.000,-

3. Memperbanyak informed consent Rp. 30.000,- III. Analisa data dan penyusunan laporan Rp. –

IV. Penyusunan laporan akhir

1. Biaya print skripsi Rp. 100.000,-

2. Penggandaan skripsi Rp. 200.000,-

3. Biaya jilid Rp. 50.000,-

52

Lampiran 8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nciho Arbei Cordiaz Capah Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang/25 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : JL. Terompet No.44 A Padang Bulan Medan 20156

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 030281 Sidikalang (1998-2004)

2. SMP Negeri 1 Sidikalang (2004-2007)

3. SMA Negeri 1 Sidikalang (2007-2010)

4. D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan USU (2010-2013) 5. S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan USU (2013-sekarang)

Dokumen terkait