• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

5.2.1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pasien, mayoritas pasien kanker kolorektal di RSUP H.Adam Malik Medan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 37 orang (52.9%), sedangkan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (47.1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa literatur seperti yang dilakukan oleh Peter Boyle pada tahun 2002, Sudoyo, et.al pada tahun 2010 dan Colorectal Cancer Facts & Figures pada tahun 2011-2013 dalam American Cancer Society tahun 2011 yang mendapatkan insidensi dan mortalitas terbanyak kanker kolorektal pada jenis kelamin laki-laki. Hal ini tidak sepenuhnya dapat dipahami, tetapi beberapa ilmuwan mendapatkan kecenderungan pengaruh dari hormonal dan faktor resiko lain (American Cancer Society, 2011). Hal yang serupa juga dipaparkan oleh Boyle dalam Epidemiological of Colorectal Cancer pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa laki-laki dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi memiliki

Gambar 5.2. Distribusi Berdasarkan Diagnosis Gambar 5.3. Distribusi Berdasarkan Histopatologi

1 = Adenokarsinoma

2 = Karsinoma Kolorektal 1 = Well-differentiated

2 = Moderately-differentiated 3 = Poorly-differetiated

kecenderungan yang kecil untuk mendapatkan kanker kolorektal dan laki-laki dengan Indeks Masa Tubuh yang tinggi memiliki kecenderunganyang tinggi untuk mendapatkan dan mengalami rekurensi terhadap kanker kolorektal (Boyle, 2002). Dalam pengambilan data rekam medik kanker kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan tercantum jelas jenis kelamin pasien, sehingga hal ini memudahkan peneliti dalam pengumpulan data.

5.2.2. Usia

Dari 70 data pasien kanker kolorektal, diperoleh kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 23 orang (32,9%) dengan rata-rata usia 52 tahun kemudian kelompok usia 40-49 tahun mendapatkan jumlah orang kedua terbesar yaitu 22 orang (31,4%). Jika ditinjau dari beberapa literatur, diperoleh hasil yang sama dengan penelitian ini. Seperti yang dipaparkan dalam penelitian berjudul Colorectal Cancer Epidemiology: Incidence, Mortality, Survival, and Risk Factors pada tahun 2009 mendapatkan bahwa 90% penderita kanker kolorektal berusia 50 tahun atau lebih. Hal yang sama juga dapat dilihat pada literatur pendukung yaitu American Cancer Society tahun 2011 dan 2014 dan penelitan oleh mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Kejadian kanker kolorektal sendiri meningkat secara progresif mulai pada usia diatas 40 tahun dan meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh masa lemak yang lebih banyak daripada masa lemak bebas pada usia tersebut kemudian faktor-faktor resiko lainnya yang dapat berupa aktivitas fisik yang berkurang , tingginya konsumsi lemak, bahan karsinogenik , daging merah , alkohol, dan merokok yang tidak diseimbangi dengan konsumsi serat serta kurangnya inisiatif melakukan deteksi dini yang berlaku pada kedua jenis kelamin.

Dalam penelitian ini tidak diperoleh data pada kelompok usia lebih muda dari 20 tahun, 20-29 dan lebih tua dari 79 tahun. Dari beberapa refrensi menyatakan bahwa usia lebih muda dari 20 tahun yang menderita kanker kolorektal kemungkinan besar berasal dari riwayat keluarga (genetik) yang berupa FAP (National Cancer Center Singapore, 2012). Sehingga dapat disimpulkan

sementara bahwa penelitian ini tidak memperoleh FAP walaupun tidak secara signifikan. Lalu pada kelompok usia lebih tua 79 tahun tidak ditemukan alasan yang pasti tetapi bisa saja akibat beberapa asumsi berikut pasien sudah berada pada tahapan End stage dan kemungkinan tidak bertahan hidup. Untuk data usia tercantum secara jelas pada rekam medik dan database Rumah sakit.

5.2.3. Diagnosis

Sebanyak 37 orang (52.9%) pasien kanker kolorektal yang ada didiagnosis sebagai adenokarsinoma kolorektal. Adenokarsinoma kolorektal sendiri adalah kanker yang bermula di sel yang membentuk kelenjar yang dapat menghasilkan mukus guna melubrikasi bagian dalam kolon dan rektum. Hampir 95% dari kanker kolorektal yang ada di dunia, rata-rata didiagnosis sebagai adenokarsinoma (American Cancer Society, 2014). Kejadian dari adenolarsinoma umumnya berasal dari polip adenoma, hal ini dapat dikaitkan pada faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu riwayat keluarga menderita polip adenoma baik FAP ataupun HNPCC dan riwayat Personal of Inflammatory Bowel Disease. Dalam data rekam medis tidak seluruhnya menuliskan diagnosis pasti dari pasien, hal ini dikarenakan hasil histopatologi yang belum ataupun tidak dilakukan. Kejadian ini menjadi penghambat bagi peneliti dalam mengumpulkan data diagnosis dan juga kurang lengkapnya data yang tercantum didalam rekam medis rumah sakit.

5.2.4. Gambaran Histopatologi

Berdasarkan gambaran histopatologi diperoleh sebanyak 35 orang (50%) pasien memiliki gambaran histopatologi terbanyak adalah Well-differentiated adenokarsinoma . Pada Well-differentiated adenokarsinoma kurang lebih 95% dari tumor membentuk kelenjar dan masih terlihat bagian kolon atau rektum yang normal (AJCC, 2010). Kemudian pada Moderately differentiated 50-90% bagian tumor berbentuk kelenjar. Poorly-differentiated hanya 50% nya yang menyerupai kelenjar (Fleming, 2012). Berdasarkan literaur yang dilakukan oleh Fleming pada tahun 2012 memperoleh bahwa kurang lebih 70% pasien adenokarsinoma kolorektal memiliki gambaran Moderately-differentiated dan hanya 10-20%

dengan gambaran Well dan Poorly-differentiated. Tetapi hal yang berbeda didapatkan oleh Sudoyo, et.al pada tahun 2010 yang melakukan penelitian pada tiga rumah sakit di Indonesia. Dalam hasil penelitiannya diperoleh mayoritas gambaran histopatologi adalah grade 1 atau Well-differentiated. Berdasarkan hasil penelitan tersebut peneliti menggunakan sebagai literatur pendukung penelitan ini. Dalam literature penelitian asing menggolongkan menjadi dua sistem grading yaitu dengan menggabungkan well-differentiated dan moderately-differentiated menjadi Low-Grade dan Poorly- differentiated bersama Moderately-differentiated menjadi High Grade. Berdasarkan gambaran histopatologi inilah dapat digunakan sebagai salah satu alat prognostik dan penentu terapi pasien. Gambaran dengan High Grade berhubungan dengan nilai prognosis yang buruk (Fleming, 2012). Pengumpulan data gambaran histopatologi ini sendiri memiliki beberapa hambatan terutama dalam hal kelengkapan data baik di rekam medis pusat ataupun rekam medis patologi anatomi. Adapun hambatan ini dapat dikarenakan tidak dilakukannya pemeriksaan histopatologi di rumah sakit oleh dokter terkait, hilangnya data hard copy sehingga tidak dapat dilakukan rekapdalam data rekam medis pasien, adapun pasien yang melakukan pemeriksaan diluar rumah sakit Adam Malik Medan tidak menunjukan hasil dan atau dokter terkait tidak melakukan pencatatan. Oleh karena hal tersebut data survei awal yang mendapatkan 79 data hanya bisa memasukkan 70 data berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan tabulasi data tiga tahun yaitu 2011,2012 dan 2013 diperoleh frekuensi data pada masing-masing tahun yaitu tahun 2011 sebanyak 15 orang (21.4%), tahun 2012 sebanyak 29 orang (44.4%) dan tahun 2013 sebanyak 26 orang (37.1%)

Dokumen terkait