• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan Tumor markers. Pemeriksaan darah lengkap ditujukkan untuk melihat apakah pasien menderita anemia. Pada beberapa penderita kanker kolorektal menderita anemia oleh karena pendarahan jangka panjang yang disebabkan oleh tumor. Pemeriksaan enzim hati ditujukkan untuk menilai fungsi hati, karena kanker kolorektal dapat menyebar ke organ hati. Sedangkan pemeriksaan tumor markers untuk melihat substansi-substansi yang dihasilakannya, seperti carcinoembryonci antigen (CEA) dan CA 19-9, yang dikeleuarkan ke aliran darah. Pemeriksaan darah untuk penanda tumor lebih sering digunakan dibandingkan pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk memonitor pasien yang telah didiagnosis untuk kanker kolorektal. Penanda tumor ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan keberhasilan pengobatan (American Cancer Society, 2014).

Selain itu terdapat pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu Fecal Occult Blood Test (FOBT) yang digunakan untuk menemukan darah yang tersembunyi di feses. Pemeriksaan ini didasari pada pembuluh darah pada permukaan dari polip kolorektal yang lebih besar atau kanker yang mudah rapuh dan rusak saat feses keluar. Kerusakan pembuluh darah biasanya mengeluarkan sejumlah kecil dari darah ke feses, tetapi jarang yang terlihat pada feses. Namun pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan asal darah baik dari kolon ataupun dari bagian lain sistem pencernaan. Jika hasil positif, pemeriksaan kolonoskopi dibutuhkan untuk menemukan penyebab perdarahan. Selain kanker perdarahan dapat disebabkan oleh ulkus, hemoroid, divertikulosis, ataupun penyakit inflamasi usus (American Cancer Society, 2014).

a. Biopsi

Biasanya jika suspek kanker kolorektal ditemukan pada pemeriksaan diagnostik, dilakukan biopsi saat kolonoskopi. Pada biopsi, dokter akan

menyingkirkan bagian kecil dari jaringan dengan alat khusus yang dilewati melalui scope. Dapat tejadi perdarahan setelah tindakan ini, tetapi berhenti dalam periode waktu yang singkat. Sangat jarang, bagian kolon membutuhkan operasi pengangkatan untuk menegakkan diagnosis (American Cancer Society, 2014). b. Sigmoidoskopi Fleksibel

Pada pemeriksaan ini, dokter akan melihat bagian dari kolon dan rektum dengan sigmoidoskop fleksibel, yang dilengkapi dengan cahaya dan kamer di ujungnya. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, dapat dilihat bagian dalam rektum dan bagian dari kolon untuk mendeteksi abnormalitas dan menentukkan apakah dapat disingkirkan atau tidak. Namun kelemahan dari alat ini, hanya dapat melihat bagian dalam kurang dari setengah panjang kolon (American Cancer Society, 2014).

c. Kolonoskopi

Dengan menggunakan pemeriksaan ini dapat melihat panjang keseluruhan kolon dan rektum dibandingkan dengan sigmoidoskopi. Dengan bantuan kamera pada bagian ujung alat dan dihubungkan dengan monitor sehingga dokter dapat melihat bagian dalam kolon. Alat-alat khusus dapat dimasukkan bersamaan dengan kolonoskopi untuk biopsi ataupun pengangkatan hal-hal yang mencurigakan seperti polip, jika dibutuhkan (American Cancer Society, 2014). Kolonskopi merupakan prosedur yang aman, tetapi dalam beberapa keadaan kolonoskopi dapat menusuk dinding kolon atau rektum, yang dapt meyebabkan perforasi. Hal ini dapat menjadi komplikasi serius yang berdampak pada infeksi abdomen yang serius dan membutuhkan operasi perbaikan (American Cancer Society, 2014).

d. Double-contrast Barium Enema

Double- contrast barium enema (DCBE) juga disebut dengan air-contrast barium enema atau barium enema dengan kontras udara. Pada dasarnya alat ini merupakan jenis dari pemeriksaan X-ray. Barium sulfat, yang merupakan cairan yang pucat seperti kapur dan udara digunakan untuk menggambarkan bagian terdalam dari kolon dan rektum untuk melihat area abnormal pada x-ray. Jika

bagian yang dicurigai terlihat pada pemeriksaan, kolonsokopi dibtuhkan untuk eksplorasi lebih lanjut (American Cancer Society, 2014).

e. CT Colonografi (Virtual Colonoscopy)

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang lebih maju dari tipe computed tomography (CT atau CAT) scan pada kolon dan rektum. CT scan merupakan pemeriksaan x-ray yang menghasilkan detail gambaran potong silang dari tubuh. CT scanner mengambil beberapa gambaran yang dari tubuh yang dirotasikan. Pada CT kolonografi, merupakan program computer khusus yang menciptakan gambaran x-ray dua dimensi dan gambaran tiga dimensi “fly-trough” didalam dari kolon dan rektum, yang dapat melihat polip atau kanker. Pemeriksaan ini tidak invasiv sperti kolonoskopi. Dalam pemeriksaan ini pasien diminta untuk mengosongkan isi usus terutama kolon dan rektum agar menghasilkan gambaran yang baik (American Cancer Society, 2014).

f. Endorectal Ultrasound

Pemeriksaan ini menggunakan transduser khusus yang dimasukkan secara langsung kedalam rektum. Alat ini digunakan untuk melihat seberapa jauh penetrasi kanker melalui dinding rektum dan apakah sudah terjadi penyebaran ke organ atau jaringan terdekat seperti nodus limfa (American Cancer Society, 2014).

g. Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan

Sama seperti ct scan, MRI menunjukkan detail gambar dari jaringan lunak di tubuh. MRI membantu pasien dengan kanker rektum untuk melihat apakah sudah terjadi penyebaran tumor ke struktur terdekat. Untuk mendukung akurasi dari pemeriksaan, beberapa dokter menggunakan endorectal MRI. Dokter meletakkan probe nya yaitu endorectal coil, didalam rektum. Alat ini berada didalam selama 30 hingga 45 menit selama pemeriksaan dan tidak nyaman. MRI juga melihat area abnormal pada hati yang dapat dikarenakan penyebaran kanker atau melihat otak dan korda spinal (American Cancer Society, 2014).

2.2.8 Penatalaksanaan

Berdasarkan stage dari kanker, dua atau lebih dari jenis pengobatan dapat dikombinasi pada saat yang sama atau digunakkan secara bergantian.

Penatalaksanaan akan disesuaikan dengan keadaan klinis dari pasien. Dalam penentuan keputusan penatalaksanaan pasien bisa mencari pendapat kedua dari tenaga kesehatan yang ahli lainnya. Pengobatan dari kanker dapat berupa terapi local atau sistemik. Terapi lokal berupa operasi dan radiasi, dimana kanker yang berasa didekat kolon atau rektum dihancurkan atau diangkat. Ketika kanker kolorektal telah menyebar ke organ tubuh lain, terapi lokal dapat digunakan sebagai kontrol penyakit pada area spesifik tersebut. Sedangkan terapi sistemik berupa kemoterapi dan terapi biologis. Obat-obat masuk ke aliran darah dan menghancurkan kanker diseluruh tubuh (American Cancer Society, 2014).

1. Operasi

Dokumen terkait