• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. Hasil dan Pembahasan

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti membahas tentang karakteristik responden yang mempengaruhi tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan dan peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan Risna.

2.1Karakteristik Ibu Primipara dan Multipara

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil mengenai karakteristik ibu primipara dan multipara. Ada beberapa karakteristik responden yang mempengaruhi kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Karakteristik responden tersebut yang mempengaruhi kecemasan ibu menghadapi proses persalinan yaitu umur, kelahiran anak, pendidikan, dan penghasilan keluarga.

a. Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara berumur 23- 27 tahun (52, 4%), sedangkan mayoritas ibu multipara berumur 28-32 tahun

(47,6%). Ini berarti sebagian besar responden berada pada usia produktif sehingga responden sudah mampu dan memiliki kematangan emosional. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, dikutip dari Lutfa & Maluya, 2008), kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.

b.

Usia seseorang yang cukup umur akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja daripada mereka yang masih muda (Nursalam, 2001 dikutip dari Zulkaida, 2009).

Kelahiran anak

Pada ibu multipara peristiwa kelahiran, perubahan fisik, perubahan hormon, perawatan bayi adalah suatu pengalaman yang seharusnya sudah dapat diadaptasi (Marshall, 2004 dikutip dari Zulkaida, 2009). Kaplan dan Sadock (1997, dikutip dari Lutfa & Maluya, 2008) mengatakan bahwa pengalaman awal merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari. Apabila pengalaman individu kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi persalinan.

Sedangkan pada primipara merupakan pengalaman pertama sehingga sering menimbulkan depresi dan kecemasan (Marshall, 2004 dikutip dari Zulkaida, 2009). Saat menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita (Arindra, 2008).

c. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara berpendidikan perguruan tinggi (47,6%). Sedangkan, mayoritas ibu multipara berpendidikan SMA/sederajat (61,9%). Ini menunjukkan ibu primipara dan multipara sudah memiki pendidikan yang tinggi. Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Noto atmodjo, 2000 dalam Lutfa & Maluya, 2008). Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus (Jatman, 2000 dalam Lutfa & Maluya, 2008).

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian, pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan (Raystone, 2005). Soewandi (1997, dalam Raystone 2005) mengatakan bahwa pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami stres. Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stres dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.

d. Penghasilan keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, ibu primipara mempunyai penghasilan keluarga >Rp. 700.000/bln (76,2%) dan ibu multipara mempunyai penghasilan keluarga >Rp. 700.000/bln (95,2%). Penghasilan keluarga menunjukkan keadaan status sosial ekonomi keluarga. Status ekonomi dipengaruhi oleh latar belakang pekerjaan (Ambarwati, 2008). Beberapa hal yang dicemaskan oleh ibu dalam menghadapi persalinan yang akan datang antara lain : rasa nyeri waktu partus, apakah akan memperoleh pertolongan dan perawatan semestinya, ancaman bahaya maut, masalah rumah tangga, keadaan sosial ekonomi, hubungan dengan suaminya, apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal (Enikmawati, 2008).

Masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan. Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik. Berdasarkan hasil penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan (Lutfa & Maluya, 2008).

2.2. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dalam Menghadapi Proses Persalinan

Persalinan merupakan suatu kejadian penuh dengan stres yang menyebabkan peningkatan rasa nyeri, takut dan cemas (Restyla, 2009). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 19 responden (90,5%) selalu

merasa sesuatu menyenangkan bila anaknya lahir dengan selamat, tetapi sebanyak 14 reponden (66,7%) kadang-kadang merasa khawatir berlebihan terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi seperti takut menghadapi persalinan dan sebanyak 11 responden (52,4%) kadang-kadang merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada saat proses persalinan. Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan (Amalia, 2009).

Rasa takut dan cemas yang berlebihan jelas akan mengganggu konsentrasi dalam melakukan persiapan untuk menghadapi persalinan, sehingga persiapan tidak dapat dilakukan secara optimal oleh calon ibu yang akan melahirkan anak pertamanya (Huliana, 2001 dalam Utami, 2009). Setiap ibu hamil yang akan melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan anak pertamanya (Ambaryani, 2001 dalam Utami, 2009).

Kecemasan pada calon ibu disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, usia kehamilan, kesulitan keuangan dan masalah-masalah pokok lain dalam kehidupan. Tingkat pengetahuan tentang kehamilan dan proses persalinan juga turut menentukan tinggi rendahnya kecemasan yang terjadi (Kartono, 1992 dalam Utami, 2009). Sebagian besar ibu primipara berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 10 orang (47,6%) sehingga penulis berasumsi bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka ibu primipara akan memiliki pengetahuan yang tinggi tentang proses persalinan itu. Oleh karena itu, ibu primipara memiliki

persiapan untuk menghadapi proses persalinan tersebut sehingga mengurangi tingkat kecemasan ibu.

Hasil penelitian menunjukkan ibu primipara mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan (52,4%), dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat. Saat menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita (Arindra, 2008). Cemas lebih disebabkan karena pikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan dan adanya ketidakpastian dalam situasi, misalnya merasa cemas atau gelisah dalam menghadapi kelahiran anak pertama. Menghadapi kelahiran anak pertama merupakan situasi yang mengandung resiko mempertaruhkan jiwa dan raga sehingga menyebabkan rasa takut, khawatir (Moordiningsih, 2001 dikutip dari Maysaroh, 2008).

Kecemasan yang terjadi juga terlihat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat ibu menghadapi proses persalinan. Dari hasil observasi pada ibu primipara dapat dilihat bahwa seluruh ibu primipara mengalami kecemasan baik cemas ringan ataupun cemas sedang. Sebagian besar ibu primipara terlihat cemas dengan ekspresi wajah yang tegang, ketakutan, posisi badan selalu berubah-ubah, banyak bicara, keringat bercucuran, tidak tenang, kadang-kadang bisa sampai menangis ataupun berteriak-teriak sambil mengucapkan kata-kata seperti Allahu Akbar. Selain itu, ibu terlihat lemas, muka pucat, kurang konsentrasi bila ditanya oleh petugas kesehatan seperti gugup, gelisah dan meremas-remas tangan suami bila ibu didampingi oleh suami pada saat proses persalinan.

Namun, ada juga ibu primipara yang terlihat tenang, bukan berarti ibu tersebut tidak mengalami cemas tetapi mengalami cemas ringan. Cemas ringan ditandai dengan ibu banyak bicara, banyak bertanya namun perasaan relatif masih terasa aman dan tetap tenang dan penampilannya juga tetap tenang. Selain itu, dilihat dari karakteristik ibu primipara yang berpendidikan perguruan tinggi (52, 4%) maka dapat diasumsikan bahwa ibu primipara memiliki pengetahuan yang baik sehingga memperoleh informasi yang cukup mengenai persalinan. Ibu akan lebih memiliki persiapan untuk menanti kelahiran bayinya.

2.3. Tingkat Kecemasan Ibu Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu multipara mengalami

kecemasan ringan, sebanyak 14 responden (66,7%). Sebab, berdasarkan penelitian, seluruh ibu multipara (100%) selalu merasa kuat menghadapi proses persalinan ini karena mendapat dukungan dari suami. Menurut LINKAGES (2002) mengatakan bahwa dukungan yang terus-menerus dari seorang pendamping persalinan terutama suami kepada ibu selama proses persalinan dan melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan itu sendiri.

Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang

berkaitan dengan ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang membawa ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan ibu merasa cemas akan keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama dukungan suami sehingga memberikan support moril terhadap ibu (Kartono, 1992).

Berbagai perasaan akan muncul ketika ibu akan menjalani proses

persalinan, diantaranya kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, ketidaknyamanan dan ketegangan. Saat persalinan akan berjalan lebih baik jika ibu merasa mendapat dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami (Efsantin, 2005).

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu multipara

yaitu sebanyak 16 responden (76,2%) selalu merasa siap lahir dan batin menjalani proses persalinan, sebanyak 20 responden (95,2%) selalu merasa puas dengan pelayanan rumah sakit/klinik sehingga dapat menikmati proses persalinan ini dan sebanyak 17 responden (81%) selalu merasa merasa percaya diri menghadapi persalinan ini karena ditolong oleh tenaga kesehatan yang professional. Ini menunjukkan bahwa ibu multipara mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi proses persalinan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebagian besar

ibu multipara merasa tenang saat menghadapi persalinan. Sebab, ibu multipara sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam proses persalinan sehingga ibu memiliki gambaran, informasi dan persiapan yang lebih baik dalam menghadapi proses persalinan.

Pada saat observasi, ibu multipara yang mengalami kecemasan ringan terlihat banyak bicara, banyak bertanya namun perasaan relatif masih terasa aman dan tetap tenang dan penampilannya juga tetap tenang. Pernafasannya juga masih dalam keadaan normal. Pada saat proses persalinan, ibu juga didampingi oleh suami ataupun keluarga terdekat. Suami ataupun orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan moral bagi ibu yang melahirkan sehingga ibu

akan merasa lebih tentram (Farrer, 1999). Selain itu, ibu multipara sangat percaya terhadap tenaga kesehatan yang ada karena sudah pernah ditolong oleh tenaga kesehatan pada kelahiran anak sebelumnya.

Walaupun, ada juga beberapa ibu multipara yang terlihat gelisah,

ketakutan, ekspresi wajah tegang, pernafasan cepat dan kurang konsentrasi seperti yang dialami oleh ibu primipara. Berdasarkan asumsi peneliti, kecemasan terjadi karena beberapa ibu multipara masih berpendidikan rendah dan umur yang masih muda. Ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu multipara berumur pada rentang 18-22 tahun (4,8%) dan berpendidikan SMP/sederajat (19%). Ibu multipara yang berumur muda akan lebih mudah mengalami cemas daripada yang berumur tua. Status pendidikan yang rendah akan lebih sulit beradaptasi terhadap kecemasan.

2.4. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu ibu primipara mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan sebanyak 11 responden (52,4%) dan mayoritas ibu multipara mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi proses persalinan sebanyak 14 responden (66,7%). Baik ibu primipara maupun ibu multipara tidak ada yang mengalami kecemasan berat dalam menghadapi proses persalinan.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Kecemasan ibu primipara lebih tinggi daripada kecemasan ibu multipara dalam

menghadapi persalinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Utami (2009, dalam Ambaryani, 2001) yang mengatakan bahwa setiap ibu hamil yang akan melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan anak pertamanya.

Dokumen terkait