GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIPARA DAN
MULTIPARA DALAM MENGHADAPI PROSES
PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN BERSALIN MARIANI
DAN RISNA
SKRIPSI
Oleh
Astika Handayani 061101077
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesakan skripsi yang berjudul
“Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi
Proses Persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan Risna”. Skripsi ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas akhir dan mendapatkan gelar sarjana Keperawatan Fakultas
Keperawatan Sumatera Utara.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Ucapan terima
kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Dosen Pembimbing yang
telah menyediakan waktu, memberi saran dan masukan berharga selama
penulis menyusun skripsi ini.
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Dosen Penguji I.
5. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku Dosen Penguji II.
6. Seluruh dosen dan staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas
7. Ibu Hj. Mariani selaku Kepala Klinik Bersalin Mariani dan Ibu Risna Lingga
selaku Kepala Klinik Bersalin Risna yang telah memberikan izin penelitian
dan pengambilan data kepada penulis.
8. Kedua orangtuaku, Ayahanda Suyahman dan Ibunda Sulastri serta adik-adikku
Kiki Anggriyani dan Tri Ade Tiya atas segala pengorbanan, kasih sayang,
dukungan baik moril maupun materil serta doa yang selalu tercurahkan untuk
ananda sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Sahabat-sahabatku tercinta, Elis, Firda, Anggi yang telah memberi bantuan,
motivasi, canda tawa dan kebersamaan selama ini serta sebagai teman
seperjuangan dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Teman-teman F.Kep angkatan 2006 atas bantuan dan perhatiannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penulis, Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.
Medan, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Halaman Pengesahan ...ii
Prakata ...iii
Daftar Isi ...v
Daftar Tabel ...vii
Daftar Skema...viii
Abstrak ...ix
BAB 1. Pendahuluan ...1
1. Latar Belakang ...1
2. Pertanyaan Penelitian...4
3. Tujuan Penelitian ...5
4. Manfaat Penelitian ...5
BAB 2. Tinjauan Pustaka ...6
1. Konsep Persalinan ...6
BAB 3. Kerangka Penelitian ...22
1. Kerangka Konseptual...22
2. Defenisi Operasional ...23
BAB 4. Metodologi Penelitian...27
5.1. Kuesioner Penelitian ...30
5.2. Uji Validitas dan Reabilitas ...30
6. Pengumpulan Data ...31
7. Analisa Data ...32
BAB 5. Hasil dan Pembahasan ...33
1. Hasil Penelitian ...33
1.1. Karakreristik Responden ...33
1.2. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan ...35
2. Pembahasan ...36
2.1. Karakteristik Ibu Primipara dan Multipara ...36
2.2. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dalam Menghadapi Proses Persalinan ...40
2.3. Tingkat Kecemasan Ibu Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan ...42
2.4. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan ...44
BAB 6. Kesimpulan dan Saran ...46
1. Kesimpulan ...46
2. Saran ...47
Daftar Pustaka ...50
Lampiran-lampiran ...51
1. Lembar Persetujuan Responden ...51
2. Jadwal Tentatif Penelitian ...52
3. Taksasi Dana ...53
4. Instumen Penelitian ...54
5. Reliabilitas ...58
6. Hasil Analisa Data ...60
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian...23
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Ibu Primipara dan
Multipara ...32
Tabel 3.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan Ibu Primipara
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konseptual Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan
Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan Risna
Nama Mahasiswa : Astika Handayani
NIM : 061101077
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
Abstrak
Kecemasan merupakan perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Semua wanita yang mau melahirkan baik primipara maupun multipara mempunyai pengalaman peristiwa kecemasan dalam menghadapi persalinan. Beberapa wanita akan menyambut kelahiran anaknya dengan gembira. Di samping itu, ada yang menyambutnya dengan rasa cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah populasi sebanyak 48 orang. Metode pengambilan sampel yang dipilih adalah convenience sampling dengan jumlah sampel sebanyak 42 responden yaitu 21 ibu primipara dan 21 ibu multipara. Alat pengumpulan data berupa instrumen dalam bentuk kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan dan ibu multipara mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi proses persalinan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Disamping itu, diharapkan pelayanan kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu primipara dan multipara tentang proses persalinan tersebut sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan.
Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan Risna
Nama Mahasiswa : Astika Handayani
NIM : 061101077
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
Abstrak
Kecemasan merupakan perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Semua wanita yang mau melahirkan baik primipara maupun multipara mempunyai pengalaman peristiwa kecemasan dalam menghadapi persalinan. Beberapa wanita akan menyambut kelahiran anaknya dengan gembira. Di samping itu, ada yang menyambutnya dengan rasa cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah populasi sebanyak 48 orang. Metode pengambilan sampel yang dipilih adalah convenience sampling dengan jumlah sampel sebanyak 42 responden yaitu 21 ibu primipara dan 21 ibu multipara. Alat pengumpulan data berupa instrumen dalam bentuk kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan dan ibu multipara mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi proses persalinan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Disamping itu, diharapkan pelayanan kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu primipara dan multipara tentang proses persalinan tersebut sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi
wanita dan keluarganya (Bobak, 2004). Lancar atau tidaknya proses kelahiran itu
banyak tergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi wanita yang
bersangkutan. Namun, hampir semua tingkah laku manusia (terutama yang
disadari) dan proses biologisnya dipengaruhi oleh proses psikis. Maka, dapat
dimengerti bahwa membesarnya janin dalam kandungan itu mengakibatkan calon
ibu yang bersangkutan mudah capai, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak
dan sering mendapat kesulitan dalam bernafas. Semua pengalaman tersebut
mengakibatkan timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan, konflik-konflik
batin dan psikis lainnya. Semua keresahan hati serta konflik-konflik batin menjadi
akut dan intensif seiiring dengan bertambahnya beban jasmaniah selama
kehamilan, lebih-lebih pada saat mendekati kelahiran bayinya (Kartono, 1992).
Perasaan cemas seringkali menyertai kehamilan terutama pada seorang ibu
yang labil jiwanya. Kecemasan ini mencapai klimaksnya nanti pada saat
persalinan. Rasa nyeri pada waktu persalinan sudah sejak dahulu menjadi pokok
pembicaraan para wanita. Oleh karena itu, banyak calon ibu menghadapi
kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa wanita – wanita yang mengalami kecemasan sewaktu hamil
kecemasan juga menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan
ataupun kejadian persalinan secara pesimistik atau negatif (Simkin, 2005).
Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang
diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan
pernafasan (Purba dkk., 2008). Kekhawatiran ibu hamil berasal dari tidak adanya
bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin nanti. Sekitar 12-16 jam
ibu harus menahan rasa sakit yang lama-kelamaan makin meningkat.
Ketidaknyamanan sebelumnya, ditambah rasa sakit saat kontraksi, bisa membuat
ibu sangat khawatir. Ibu menjadi panik ketika menghadapi rasa sakit sehingga
tidak bisa menahan rasa sakitnya. Padahal, yang dibutuhkan saat itu adalah
hormone endorphin untuk menetralkan rasa sakit dan oksitosin untuk memperkuat
kontraksi yang muncul saat relaks (Amalia, 2009).
Kekhawatiran yang berlebihan juga bisa membuat otot-otot, termasuk otot
di jalan lahir bekerja berlawanan arah karena dilawan oleh ibu yang kesakitan.
Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan
sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai terhenti (Amalia, 2009).
Rasa takut menjelang persalinan menduduki peringkat teratas yang paling
sering dialami ibu selama hamil (Lestiningsih, 2006). Kecemasan ini dapat di
alami oleh ibu baik ibu primipara maupun multipara. Ibu primipara merupakan
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali. Sedangkan
ibu multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa
mengalami perasaan cemas dan semakin meningkat saat usia kehamilan makin
bertambah dan mendekati proses persalinan (Amalia, 2009).
Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran
ibu, seperti takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan
sebagainya. Apalagi jika persalinan pertama, selain ibu hamil tidak lepas dari rasa
khawatir, calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti (Amalia,
2009). Ibu multipara juga mengalami kecemasan akibat dari permasalahan
terhadap kelahiran yang terjadi sebelumnya seperti seorang wanita yang pernah
mengalami masalah dalam mendapatkan keturunan akan menjadi sangat cemas
mengenai apakah mereka akan mampu mempertahankan kehamilannya kali ini,
wanita yang pernah mengalami keguguran akan terus-menerus ketakutan sampai
usia kehamilannya melewati tanggal dimana sebelumnya mereka kehilangan bayi
serta wanita yang pernah melahirkan seorang bayi yang kemudian meninggal atau
mengalami kelainan. Namun, beberapa wanita lainnya tetap tenang dan percaya
diri (Nolan, 2003).
Semakin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai
tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan
yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan (Kartono,
1992). Sjongren (1997, dikutip dari Simamora, 2008), dalam penelitian yang
dilakukan terhadap 100 wanita hamil di Stockholm tentang alasan kecemasan
wanita hamil tentang melahirkan, diperoleh bahwa 73% disebabkan karena kurang
percaya dengan tenaga medis yang akan menolong melahirkan, 65% takut
bayinya, atau keduanya, 44% tidak mampu mentoleransi nyeri persalinan dan
43% kehilangan kontrol diri.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Klinik Bersalin Mariani dan
Klinik Bersalin Risna maka dapat diketahui bahwa ibu yang melahirkan di Klinik
Bersalin Mariani dalam satu bulan terakhir yaitu bulan september 2009, berjumlah
28 orang dengan ibu primipara berjumlah 5 orang dan ibu multipara berjumlah 23
orang. Sedangkan, pada Klinik Bersalin Risna, ibu yang melahirkan berjumlah 20
orang, dengan ibu primipara berjumlah 10 orang dan ibu multipara berjumlah 10
orang. Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada
beberapa ibu yang mau melahirkan di klinik tersebut, ibu mengatakan cemas dan
khawatir dalam menghadapi persalinan. Mereka takut apakah persalinan dapat
berjalan dengan lancar atau tidak dan apakah bayi mereka dapat lahir dengan
sehat. Namun, berat ringannya tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara
tersebut belum diketahui. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
”Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi
Proses Persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan Klinik Bersalin Risna”.
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
pertanyaan yang timbul adalah :
2.1. Bagaimana gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dalam menghadapi
proses persalinan?
2.2. Bagaimana gambaran tingkat kecemasan ibu multipara dalam menghadapi
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
3.1. Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dalam
menghadapi proses persalinan.
3.2. Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan ibu multipara dalam
menghadapi proses persalinan.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada
berbagai pihak yaitu :
4.1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai data
dasar dalam melakukan intervensi pada klien khususnya bagi ibu-ibu primipara
dan multipara yang mengalami kecemasan saat menghadapi proses persalinan.
4.2. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi
pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat kecemasan
ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan.
4.3. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peserta didik
di institusi pendidikan keperawatan tentang kecemasan ibu primipara dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Persalinan
1.1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil
pembuahan (yaitu, janin yang viable, plasenta, dan ketuban) dari dalam uterus
lewat vagina ke dunia luar. Normalnya, proses ini berlangsung pada suatu saat
ketika uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, ketika janin sudah cukup mature
untuk dapat hidup di luar rahim (Farrer, 1999). Sedangkan, menurut Mochtar
(1998), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
1.2. Faktor-faktor Persalinan
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah:
1. Power: kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunteer
dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan atau
meneran. Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang
dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang
terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar sadar (involunter),
dibawah pengendalian sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung
pada bagian akhir kala satu persalinan, akan memberikan tekanan intrauteri
sebesar 45 mmHg.
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah
terjadinya kontraksi. Serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh pada
akhir kontraksi, tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan
menebal tersebut. Sebagai akibat dari retraksi, segmen atas dinding uterus
secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek serta lebih tebal dan kavum
uteri menjadi lebih kecil. Sementara itu, otot-otot segmen atas yang
mengadakan kontraksi dan retraksi menyebabkan serabut-serabut segmen
bawah yang memiliki fungsi khusus serta serviks tertarik ke atas dan ke luar
sehingga terjadi penipisan (effacement) serta dilatasi serviks.
Tenaga kedua (otot-otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala dua
persalinan. Tenaga ini dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan
kekuatan ekspulsi yang dihasikan oleh otot-otot volunteer ibu. Diafragma
dibuat kaku oleh dada yang diisi udara dan glottis yang ditutup untuk menahan
tekanan rongga dada. Otot-otot dinding abdomen dipertahankan dengan kuat.
Kedua keadaan ini akan melipatgandakan tekanan pada janin dan mengurangi
ruangan di dalam rongga abdomen sehingga janin terdorong ke bawah ke
bagian yang tahanannya paling rendah dan akhirnya lintasan keluar melalui
pelvis ke vagina (Farrer, 1999).
2. Passage (jalan lahir): bagian tulang panggul, serviks, vagina dan dasar
panggul. Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina
tahanan dan resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan
sekitarnya (Farrer 1999).
3. Passenger: terutama janin (secara khusus, bagian kepala janin) plus plasenta,
selaput dan cairan ketuban/amnion. Passenger utama lewat jalan lahir adalah
janin, dan bagian janin yang paling penting (karena ukurannya paling besar)
adalah kepala janin. Ukuran kepala lebih lebar daripada bahu dan kurang lebih
seperempat dari panjang bayi. Sembilan puluh enam persen bayi dilahirkan
dengan bagian kepala lahir pertama (Farrer, 1999).
4. Psikologis : Ketidaktahuan terhadap proses persalinan menyebabkan ketakutan
yang sangat mempengaruhi proses kelahiran. Ketakutan menyebabkan
kegelisahan dan respons endokrin yang menyebabkan retensi natrium, ekskresi
kalium, dan penurunan glukosa yang dibutuhkan oleh kontraksi uterus.
Respon-respon ini juga menyebabkan disekresinya epinefrin, yang
menghambat aktivitas miometrial, dan melepaskan norepinefrin yang
menyebabkan atau tak terkoordinasinya aktivitas uterus. Peningkatan distress
fisik dan inefektif persalinan lebih menyebabkan ketakutan dan rasa tidak
nyaman (Hamilton, 1995). Psikologis meliputi psikologis ibu, emosi,
persiapan intelektual, pengalaman sebelumnya, kebiasaan adat dan dan
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Aprilia, 2009).
5. Penolong : Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini
proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
1.3. Tahapan Persalinan
Menurut Simkin (2007), persalinan dibagi menjadi tahapan yang
berbeda-beda menurut perubahan fisiologis yang terjadi.
1. Prapersalinan (kontraksi belum berkembang)
Menyebabkan pematangan, pendataran, dan gerak ke depan dari
leher rahim, berakhir saat kontraksi berkembang (menjadi lebih panjang
dan lebih dekat jaraknya).
2. Kala satu (dilatasi) dimulai dengan berkembangnya kontraksi dan berakhir
saat leher rahim membuka penuh. Saat persalinan sudah dimulai, kontraksi
akan berkembang dan leher rahim melebar. Pada kala satu persalinan,
normalnya berlangsung antara dua sampai dua puluh empat jam. Lama
rata-rata dari kala untuk primipara adalah dua belas dan setengah jam, untuk
multipara adalah tujuh jam dan dua puluh menit. Persalinan pertama
umumnya lebih lama dari persalinan berikutnya.
Kala satu persalinan dibagi menjadi tiga fase: laten, aktif dan
transisi. Fase-fase ini menjadi makin singkat dan intensif sewaktu
persalinan makin berkembang.
a) Tahap laten
Tahap laten merupakan tahap yang paling panjang dari kala
satu, dimana kontraksi singkat, tidak begitu kuat, dan jaraknya panjang
dibanding selama tahap berikutnya. Selama tahap ini, leher rahim akan
b) Tahap aktif
Saat tahap laten mendekati akhir, pola persalinan akan berubah.
Kontraksi menjadi lebih sakit, sulit ditahan, dan berlangsung selama
satu menit atau lebih dengan jarak semakin dekat, tiga sampai lima
menit. Saat masuk tahap aktif, dilatasi biasanya terjadi makin cepat
dan mendapatkan dilatasi lebih besar dari setiap kontraksi yang kuat
dan nyeri.
c) Tahap transisi
Tahap peralihan mewakili puncak dari kesulitan dalam
persalinan, tidak saja karena rasa sakitnya lebih hebat, tetapi karena
pada saat ini kontraksi menjadi semakin lama dan semakin dekat
jaraknya, selain tekanan pada panggul yang semakin kuat dan
tanda-tanda fisik atau emosional yang semakin intensif. Kontraksi dapat
berlangsung selama 90-120 detik dengan waktu istirahat hanya 30
detik.
3. Kala dua (turun dan lahir) dimulai saat leher rahim membuka penuh dan
berakhir saat bayi lahir. Sesudah pembukaan sempurna dan tahap peralihan
berakhir, kala dua persalinan akan dimulai. Serangkaian peristiwa yang
baru akan dimulai: bayi perlahan-lahan meninggalkan rahim, berotasi di
dalam panggul, turun melalui vagina, dan lahir.
Kala dua berlangsung selama lima belas menit sampai lebih dari
sampai dua jam. Kala dua untuk multigravida biasanya lebih cepat dari
kelahiran anak pertamanya.
Kala dua dapat dibagi menjadi tiga tahap: tahap laten (istirahat),
tahap aktif (penurunan), dan peralihan (penipisan dan pelahiran).
Semangat yang tinggi, sedikit rasa nyeri, dan perkembangan perlahan
merupakan karakterisitik dari tahap laten pada kala satu maupun kala dua.
Tahap aktif ditandai dengan kontraksi yang intensif dan perkembangan
yang baik. Sementara tahap peralihan baik untuk kala satu maupun dua
ditandai dengan sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang
harus dilakukan.
a. Tahap laten (istirahat)
Tahap laten (istirahat) dari kala dua ditandai dengan
menjadi tenangnya aktivitas rahim.
b. Tahap aktif (penurunan)
Selama tahap aktif dari kala dua, ibu yang melahirkan
menjadi siaga karena bayi bergerak turun dan merasakan kontraksi
yang kuat serta desakan yang tak terelakan untuk mengejan.
Kepala bayi meregangkan vagina dan menekan dinding anus.
Dengan makin berkembangnya tahap aktif, perineum akan
menggembung, labia membuka, dan vagina membuka sewaktu
kepala bayi turun dengan setiap gerak menekan ke bawah. Diantara
masuk kembali. Bayi bergerak makin ke bawah dan kepalanya
menjadi makin jelas terlihat.
c. Tahap peralihan (penipisan)
Tahap ketiga dari kala dua adalah tahap peralihan atau
crowning, dimana bayi melewati bagian dalam ke bagian luar
tubuh. Tahap ini dimulai ketika kepala bayi mulai muncul (tidak
lagi tertarik ke belakang diantara gerak menekan ke bawah). Tahap
ini meliputi peregangan maksimal dari lubang vagina yang ditandai
dengan sensasi panas dan menyengat. Tekanan ke bawah yang kuat
pada saat ini akan menambah rasa sakit dan kemungkinan
terjadinya robekan yang serius dari vagina atau perineum.
Kepala bayi muncul dengan kulit berwarna abu-abu
kebiruan dan basah, pertama-tama bagian atas kepala sampai
telinga, kemudian alis dan mukanya. Sesudah kepala keluar, bayi
berputar ke samping. Ini memungkinkan bahu meluncur dengan
mudah melalui panggul. Begitu bahu keluar, bagian tubuh bayi
lainnya akan keluar dengan cepat.
4. Kala tiga (pelahiran plasenta) dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir
dengan keluarnya plasenta. Kala tiga merupakan bagian paling singkat dan
paling tidak menyakitkan dari semuanya, dimulai dengan kelahiran bayi
dan berakhir saat plasenta dilahirkan. Tahap ini berlangsung selama
5. Kala empat (pemulihan) dimulai sesudah plasenta keluar dan berakhir satu
atau beberapa jam kemudian saat kondisi ibu menjadi stabil.
2. Konsep Kecemasan
2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA,
masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam
batas-batas normal (Hawari, 2006).
Konsep ansietas memegang peranan penting yang sangat mendasar dalam
teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri. Kecemasan adalah perasaan
was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan
sebagai ancaman. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak
menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak
jantung dan pernafasan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang
tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah
reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya (Trismiati, 2004 dikutip dari Purba
dkk, 2008).
2.2. Penyebab Kecemasan
Kecemasan dapat disebabkan oleh adanya perasaan takut tidak diterima
dalam lingkungan tertentu, adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan
mencapai tujuan, adanya ancaman terhadap integritas diri meliputi
ketidakmampuan fisiologis atau gangguan kebutuhan dasar serta adanya ancaman
terhadap konsep diri; identitas diri, harga diri, dan perubahan peran (Purba dkk,
2008).
2.3. Gejala Kecemasan
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain: cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,
mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang,
gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan
daya ingat, keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari, 2006).
Sue, dkk (dalam Purba dkk, 2008) menyebutkan bahwa manifestasi
kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini:
a. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
b. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar.
c. Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki
dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah
dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan
d. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
2.4. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998) mengidentifikasi ansietas dalam 4 tingkatan.
Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan persepsi yang berbeda tergantung
pada kemampuan individu dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai
kondisi yang ada dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya.
Tingkat ansietas yaitu :
1. Ansietas ringan: cemas yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang: cemas yang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan suatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat: cemas yang sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang lebih terinci
dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Panik : tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan terpengarah,
mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung
terus-menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat
bahkan kematian.
Rentang Respon Ansietas
Respon adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
3. Konsep Kecemasan pada Proses Persalinan
3.1. Kecemasan pada Proses Persalinan
Meskipun kehadiran seorang bayi begitu diinginkan, kehamilan adalah
saat ketika seorang wanita mengalami berbagai jenis emosi, dan salah satunya
yang paling menonjol adalah kecemasan. Kehamilan terutama kehamilan tahap
akhir akan dipenuhi dengan mimpi-mimpi dan bayangan mengenai seperti apakah
bayi yang akan lahir ini. Kebanyakan dilanda kecemasan tentang apakah bayinya
sehat atau tidak. Ketakutan akan melahirkan seorang bayi yang tidak normal atau
dalam keadaan sehat. Namun, beberapa wanita lainnya selalu tenang dan percaya
diri (Nolan,2003).
Salah satu yang paling dicemaskan oleh ibu hamil dan pasangannya
selama kehamilan adalah bagaimana mereka tahu bahwa persalinan telah dimulai.
Sebagian besar wanita hamil mencemaskan nyeri persalinan. Media massa sering
menggambarkan persalinan yang lama, sangat menyakitkan, bahkan berbahaya.
Bayangan akan rasa nyeri membuat beberapa calon ibu menjadi begitu takut
sehingga bulan-bulan terakhir dari kehamilannya terbuang sia-sia (Nolan, 2003).
Begitu persalinan tinggal beberapa minggu lagi, para calon ibu mulai
menghadapi kesibukan untuk melahirkan. Kemungkinan besar mereka sudah
mendengar banyak cerita tentang persalinan dan beberapa diantaranya membuat
mereka takut. Beberapa minggu terakhir dapat terasa sangat lama dan banyak ibu
yang cemas menanti dimulainya persalinan (Nolan, 2003).
3.2. Penyebab Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan
Menurut Kartono (1992), penyebab kecemasan dalam menghadapi
persalinan adalah :
a. Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah fenomena fisiologis yang normal,
namun tidak terlepas dari risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan, pada proses
kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan
kesakitan-kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan,
khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan
b. Trauma Kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat
melahirkan bayinya dan ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada anak
bayi, yang kita kenal sebagai trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa
ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Ketakutan ini merupakan
ketakutan “hipotetis” untuk dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya.
c. Perasaan Bersalah
Wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya dalam semua
aktivitas reproduksinya. Jika identifikasi ini menjadi salah dan wanita tersebut
banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap
ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi
sebagai ibu yang bahagia sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa
berdosa. Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan
akan mati pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya.
d. Ketakutan riil
Pada setiap wanita hamil, kecemasan untuk melahirkan bayinya bisa
diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya. Misalnya, takut bayinya lahir cacat
atau lahir dalam kondisi patologis, takut kalau bayinya akan bernasib buruk
disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam, takut kalau beban
hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi, munculnya elemen
ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari
bayinya, takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamila
3.3. Kecemasan pada Primipara dan Multipara
Ibu primipara merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
hidup untuk pertama kali. Sedangkan ibu multipara adalah seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (Mochtar, 1998). Pengalaman
melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur baur antara
bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami
semasa persalinan. Kecemasan tersebut muncul karena bayangan tentang hal-hal
yang menakutkan saat proses persalinan, walaupun apa yang dibayangkan belum
tentu terjadi (Amalia, 2009).
Persalinan merupakan suatu kejadian penuh dengan stress yang
menyebabkan peningkatan rasa nyeri, takut dan cemas. Selama kehamilan, ibu
mengalami perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat perubahan hormon.
Perubahan ini akan mempermudah janin untuk tumbuh dan berkembang sampai
saat dilahirkan. Adapun primipara mengalami proses persalinan lebih lama
daripada proses persalinan pada multipara sehingga primipara mengalami nyeri
persalinan lebih lama pula. Hal tersebut menyebabkan primipara merasa lebih
letih, persepsi nyeri meningkat dan rasa takut lebih parah yang dapat
meningkatkan intensitas nyeri (Restyla, 2009).
Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran
ibu hamil seperti takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama,
dan sebagainya. Puncak kekhawatiran muncul bersamaan dengan dimulainya
tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat
perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu
sehingga persalinan yang diperkirakan lancar dapat menjadi tidak lancar akibat
ibu panik (Amalia, 2009).
Ketidaktahuan terhadap proses persalinan menyebabkan ketakutan yang
sangat mempengaruhi proses kelahiran. Ketakutan menyebabkan kegelisahan dan
respons endokrin yang menyebabkan retensi natrium, ekskresi kalium, dan
penurunan glukosa yang dibutuhkan oleh kontraksi uterus. Respon-respon ini juga
menyebabkan disekresinya epinefrin, yang menghambat aktivitas miometrial, dan
melepaskan norepinefrin yang menyebabkan tidak terkoordinasinya aktivitas
uterus. Peningkatan distress fisik dan inefektif persalinan lebih menyebabkan
ketakutan dan rasa tidak nyaman. Penelitian keperawatan menemukan bahwa rasa
sakit dan hilang kontrol merupakan faktor-faktor yang paling tidak menyenangkan
dalam persalinan (Butane, 1973 dikutip dari Hamilton, 1995).
Ibu multipara juga mengalami kecemasan akibat dari permasalahan
terhadap kelahiran yang terjadi sebelumnya seperti seorang wanita yang pernah
mengalami masalah dalam mendapatkan keturunan akan menjadi sangat cemas
mengenai apakah mereka akan mampu mempertahankan kehamilannya kali ini,
wanita yang pernah mengalami keguguran akan terus-menerus ketakutan sampai
usia kehamilannya melewati tanggal dimana sebelumnya mereka kehilangan bayi
serta wanita yang pernah melahirkan seorang bayi yang kemudian meninggal atau
mengalami kelainan. Namun, beberapa wanita lainnya tetap tenang dan percaya
Kecemasan menjelang persalinan pada ibu multipara juga akan semakin
meningkat. Pertanyaan dan bayangan apakah dapat melahirkan normal, cara
mengejan, apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi lahir
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dan ibu multipara
dalam menghadapi proses persalinan. Proses persalinan adalah saat yang
menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya (Bobak, 1995).
Perasaan takut dan cemas merupakan hal yang wajar dirasakan, apalagi bagi calon
ibu yang melahirkan anak pertama (ibu primipara). Perasaan cemas juga dialami
oleh ibu multipara yang menghadapi proses persalinan. Banyak faktor yang
mempengaruhi ringan beratnya kecemasan ibu primipara dan multipara dalam
menghadapi proses persalinan, salah satunya adalah kesiapan fisik dan psikis ibu
menjelang kelahiran bayinya. Sesuai dengan tujuan penelitian maka dapat
digambarkan hubungan antar variabel sebagai berikut :
Skema 1. Kerangka Konseptual Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan
Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan.
Ibu Multipara
Tingkat Kecemasan : - Ringan - Sedang - Berat Ibu Primipara
2. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala
1. Persalinan Proses yang dialami ibu mulai
dari kala I sampai kala IV
persalinan, yang melahirkan di
Klinik Bersalin Mariani dan
Risna. Persalinan merupakan
persalinan yang normal.
Observasi ___
2. Ibu primipara Seorang wanita yang
melahirkan bayi pertama kali di
Klinik Bersalin Mariani dan
Risna.
Kuesioner ___
3. Ibu multipara Seorang wanita yang telah
melahirkan bayi beberapa kali
di Klinik Bersalin Mariani dan
Risna.
Tabel 1. Lanjutan
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala
4. Kecemasan
- Kecemasan
Ringan
Kecemasan ibu yang mau
melahirkan di Klinik Bersalin
Mariani dan Risna yang normal
berhubungan dengan
ketegangan dalam
menghadapi proses persalinan
yang menyebabkan ibu menjadi
waspada dan
meningkatkan lahan
persepsinya.
Kecemasan ibu yang mau
melahirkan di Klinik Bersalin
Mariani dan Risna yang
memungkinkan ibu untuk
memusatkan perhatian
pada proses persalinan dan
mengesampingkan yang lain.
Tabel 1. Lanjutan
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala
Cemas sedang dapat ditunjukkan
dengan adanya ekspresi wajah
ketakutan, tidak mampu rileks,
meremas-remas tangan, banyak
bicara. Tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, pernafasan dan nadi
mulai meningkat.
sebanyak 20
pertanyaan
- Kecemasan
berat
Kecemasan ibu yang mau
melahirkan di Klinik Bersalin
Mariani dan Risna yang sangat
mengurangi lahan persepsi ibu. Ibu
cenderung untuk memusatkan
perhatian pada proses persalinan
dan tidak dapat berpikir tentang
hal yang lain. Ibu tersebut
memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada
Tabel 1. Lanjutan
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Cemas berat ditandai dengan
perilaku diluar kesadaran,
tanda-tanda vital meningkat, berkeringat
banyak, menutup mata dan tidak
mau melihat lingkungan serta
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam
menghadapi proses persalinan di Klinik Bersalin Mariani, Medan dan Klinik
Bersalin Risna, Binjai.
2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mau melahirkan di Klinik
Bersalin Mariani dan Klinik Bersalin Risna. Jumlah populasi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Ibu Primipara Ibu Multipara Jumlah
Klinik Bersalin Mariani 5 23 28
Klinik Bersalin Risna 10 10 20
Jumlah 15 33 48
Maka, jumlah populasinya adalah 48 orang.
2.2. Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik
mengambil responden yang tersedia pada saat itu dan telah memenuhi kriteria
sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu (Arikunto, 2002).
Jumlah populasinya adalah 48 orang. Penentuan besar sampel berdasarkan
Notoadmojo (2002) dapat digunakan dengan menggunakan rumus :
n = N
1 + N (d2
Keterangan : N = Besar populasi )
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, d = 0,05
n = 48
1 + 48 (0,05)
n = 42 orang 2
Jadi besarnya sampel adalah 42 orang. Maka, besarnya sampel untuk ibu
primipara sebanyak 21 orang dan ibu multipara sebanyak 21 orang.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mau
melahirkan dan sudah ada tanda-tanda in partu, dapat menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar baik lisan maupun tulisan dan bersedia menjadi
responden.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Mariani dan Klinik Bersalin
Risna. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. Adapun
alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena tersedia responden yang
Mariani dan Risna dan tempat tersebut sering dijadikan untuk penelitian
mahasiswa tetapi belum ada yang meneliti tentang gambaran tingkat kecemasan
ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Selain itu,
lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi
penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka responden
dipersilahkan menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden
tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak atau mengundurkan
diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak
menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden baik faktor fisik
maupum psikis. Kerahasiaan catatan data responden dijaga dan tidak menuliskan
nama responden pada instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai.
Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
5. Instrumen Penelitian
5.1. Kuesioner Penelitian
Untuk memperoleh data dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner ini dibagi menjadi 2 bagian.
Bagian pertama adalah data demografi meliputi umur, kelahiran anak, pendidikan
Bagian kedua adalah kuesioner kecemasan yang menggambarkan tingkat
kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan.
Kuesioner kecemasan ini terdiri dari 20 pernyataan, 11 pernyataan positif dan 9
pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat pada nomor
1,2,3,4,6,8,9,11,15,16,18 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor
5,7,10,12,13,14,17,19,20. Kuesioner tingkat kecemasan ibu primipara dan
multipara dalam menghadapi proses persalinan ini menggunakan skala Likert
dalam 4 alternatif jawaban yaitu hampir tidak pernah (HTP), kadang-kadang (K),
sering (SR), dan selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan bagi pernyataan untuk
jawaban HTP = 1, K = 2, SR = 3, SL = 4. Pengukuran tingkat kecemasan meliputi
kecemasan ringan = 20-39, kecemasan sedang = 40-59, kecemasan berat = 60-80.
5.2.Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002). Alat
ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur
yang telah validitas dan reliabilitas (Hidayat, 2007). Validitas instrumen telah
diuji oleh Ibu Jenny M Purba, S.Kp, MNS.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur untuk
mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang. Uji reabilitas telah
dilakukan pada 10 orang responden. Dalam penelitian ini menggunakan
reliabilitas konsistensi internal karena pemberian instrumen hanya satu kali
dengan satu bentuk instrumen pada subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).
menggunakan program komputerisasi. Setelah dilakukan uji reabilitas terhadap 10
orang responden dengan karakterisitik yang sama maka diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,779 artinya kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah reliabel
karena suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar atau
sama dengan 0,70 sesuai dengan Arikunto (2002).
6. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah seminar proposal penelitian
dan mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan, peneliti selanjutnya
akan membawa surat izin penelitian ke Klinik Bersalin Mariani dan Risna. Setelah
mendapat izin dari kepala Klinik Bersalin Mariani dan Risna, peneliti melakuka n
pengumpulan data penelitian. Pada saat pengumpulan data, peneliti menjelaskan
waktu, tujuan, dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan
yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent.
Setelah menandatangani informed consent, peneliti menjelaskan prosedur
pengisian kuesioner dan memberikan kuesioner kepada responden yang akan diisi
sendiri oleh responden.
Pada sebagian responden, peneliti menanyakan pertanyaan kuesioner
kepada responden kemudian responden menjawab pertanyaan tersebut dan
peneliti mengisi kuesioner sesuai dengan jawaban dari responden. Peneliti
mendampingi responden saat responden mengisi kuesioner atau dapat didampingi
oleh keluarga responden. Saat mendampingi responden dalam pengisian
dalam waktu 20 menit. Dalam pengumpulan data, peneliti dibantu oleh asisten
peneliti. Setelah data terkumpul maka dapat dilakukan analisa data.
7. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data.
Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk
memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa
semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan dengan pengolahan
data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Pengolahan data demografi
meliputi umur, kelahiran anak, pendidikan terakhir, suku, agama, pekerjaan,
penghasilan keluarga dan gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dan
multipara dilakukan untuk mendeskripsikan frekuensi dan persentasi. Data
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat kecemasan ibu primipara dan
multipara dalam menghadapi proses persalinan, yang diperoleh melalui
pengumpulan data menggunakan kuesioner terhadap 42 responden (21 ibu
primipara dan 21 ibu multipara) yaitu ibu-ibu yang melahirkan di Klinik Bersalin
Mariani, Medan dan Klinik Bersalin Risna, Binjai.
1.1. Karakteristik Responden
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik
responden yaitu karakteristik ibu primipara dan multipara. Proporsi karakteristik
ibu primipara dan multipara (umur, kelahiran anak, pendidikan terakhir, suku,
agama, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan) di Klinik Bersalin Mariani dan
Risna dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Ibu
Primipara dan Multipara (N=42)
Ke- 2 Ke- 3 Ke- 4 Ke-5
3. Pendidikan terakhir SMP/sederajat
7. Penghasilan kelurga <Rp.700.000/bln
Berdasarkan tabel 2 dapat diperoleh hasil tentang karakterisitik ibu
primipara dan multipara. Karakteristik ibu primipara yaitu usia terbanyak berada
pada rentang 23-27 tahun sebanyak 11 orang (52, 4%). Berdasarkan tingkat
pendidikan, sebanyak 10 orang (47,6%) berpendidikan perguruan tinggi dan
sebanyak 9 orang (42,9%) berpendidikan SMA/sederajat. Berdasarkan suku yaitu
sebanyak 12 orang (57,1%) suku Jawa. Berdasarkan agama yaitu sebanyak 21
orang (100%) beragama Islam. Berdasarkan pekerjaan yaitu sebanyak 12 orang
(57,1%) adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan penghasilan keluarga yaitu
Sedangkan karakterisitik ibu multipara yaitu usia terbanyak berada pada
rentang 28-32 tahun sebanyak 10 orang (47,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir yaitu sebanyak 13 orang (61,9%) berpendidikan SMA/sederajat.
Berdasarkan suku yaitu sebanyak 12 orang (57,1%) suku Jawa. Berdasarkan
agama yaitu sebanyak 21 orang (100%) beragama Islam. Berdasarkan pekerjaan
yaitu sebanyak 16 orang (76,2%) adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan
penghasilan keluarga yaitu sebanyak 20 orang (95,2%) mempunyai penghasilan
keluarga >Rp. 700.000/bln.
1.2. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi
Proses Persalinan
Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden maka didapat hasil
mengenai tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi
proses persalinan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Distibusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan Ibu Primipara
dan Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan
Tingkat Kecemasan
Ibu Primipara Ibu Multipara
Frekuensi
Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh hasil tentang tingkat kecemasan ibu
primipara mengalami kecemasan sedang sebanyak 11 responden (52,4%). Tetapi,
ibu primipara tidak ada yang mengalami kecemasan berat.
Sedangkan tingkat kecemasan ibu multipara dalam menghadapi proses
persalinan yaitu mayoritas ibu multipara mengalami kecemasan ringan, sebanyak
14 responden (66,7%). Ibu multipara juga tidak ada yang mengalami kecemasan
berat.
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti membahas tentang karakteristik responden
yang mempengaruhi tingkat kecemasan ibu primipara dan multipara dalam
menghadapi proses persalinan dan peneliti mencoba menjawab pertanyaan
penelitian yaitu bagaimana gambaran tingkat kecemasan ibu primipara dan
multipara dalam menghadapi proses persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan
Risna.
2.1Karakteristik Ibu Primipara dan Multipara
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
mengenai karakteristik ibu primipara dan multipara. Ada beberapa karakteristik
responden yang mempengaruhi kecemasan ibu primipara dan multipara dalam
menghadapi proses persalinan. Karakteristik responden tersebut yang
mempengaruhi kecemasan ibu menghadapi proses persalinan yaitu umur,
kelahiran anak, pendidikan, dan penghasilan keluarga.
a. Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara berumur
(47,6%). Ini berarti sebagian besar responden berada pada usia produktif sehingga
responden sudah mampu dan memiliki kematangan emosional. Menurut Kaplan
dan Sadock (1997, dikutip dari Lutfa & Maluya, 2008), kecemasan dapat terjadi
pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita.
Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.
b.
Usia seseorang yang
cukup umur akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja daripada mereka yang
masih muda (Nursalam, 2001 dikutip dari Zulkaida, 2009).
Kelahiran anak
Pada ibu multipara peristiwa kelahiran, perubahan fisik, perubahan
hormon, perawatan bayi adalah suatu pengalaman yang seharusnya sudah dapat
diadaptasi (Marshall, 2004 dikutip dari Zulkaida, 2009). Kaplan dan Sadock
(1997, dikutip dari Lutfa & Maluya, 2008) mengatakan bahwa pengalaman awal
merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada
individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini
sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental
individu di kemudian hari. Apabila pengalaman individu kurang, maka cenderung
mempengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi persalinan.
Sedangkan pada primipara merupakan pengalaman pertama sehingga
sering menimbulkan depresi dan kecemasan (Marshall, 2004 dikutip dari
Zulkaida, 2009). Saat menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu
pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita
c. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara
berpendidikan perguruan tinggi (47,6%). Sedangkan, mayoritas ibu multipara
berpendidikan SMA/sederajat (61,9%). Ini menunjukkan ibu primipara dan
multipara sudah memiki pendidikan yang tinggi. Pendidikan bagi setiap orang
memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah
pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Noto atmodjo,
2000 dalam Lutfa & Maluya, 2008). Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih
mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya.
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap
stimulus (Jatman, 2000 dalam Lutfa & Maluya, 2008).
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang
mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak
berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian,
pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan
(Raystone, 2005). Soewandi (1997, dalam Raystone 2005) mengatakan bahwa
pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami stres.
Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat
mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stres dan kecemasan
dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan
d. Penghasilan keluarga
Berdasarkan hasil penelitian, ibu primipara mempunyai penghasilan
keluarga >Rp. 700.000/bln (76,2%) dan ibu multipara mempunyai penghasilan
keluarga >Rp. 700.000/bln (95,2%). Penghasilan keluarga menunjukkan keadaan
status sosial ekonomi keluarga. Status ekonomi dipengaruhi oleh latar belakang
pekerjaan (Ambarwati, 2008). Beberapa hal yang dicemaskan oleh ibu dalam
menghadapi persalinan yang akan datang antara lain : rasa nyeri waktu partus,
apakah akan memperoleh pertolongan dan perawatan semestinya, ancaman
bahaya maut, masalah rumah tangga, keadaan sosial ekonomi, hubungan dengan
suaminya, apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal (Enikmawati,
2008).
Masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering
menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan. Status sosial
ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik. Berdasarkan hasil
penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah
prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau
tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan (Lutfa & Maluya,
2008).
2.2. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dalam Menghadapi Proses
Persalinan
Persalinan merupakan suatu kejadian penuh dengan stres yang
menyebabkan peningkatan rasa nyeri, takut dan cemas (Restyla, 2009).
merasa sesuatu menyenangkan bila anaknya lahir dengan selamat, tetapi sebanyak
14 reponden (66,7%) kadang-kadang merasa khawatir berlebihan terhadap sesuatu
yang belum tentu terjadi seperti takut menghadapi persalinan dan sebanyak 11
responden (52,4%) kadang-kadang merasa khawatir sesuatu yang buruk akan
terjadi pada saat proses persalinan. Pengalaman melahirkan pertama kali
memberikan perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan
dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan (Amalia,
2009).
Rasa takut dan cemas yang berlebihan jelas akan mengganggu konsentrasi
dalam melakukan persiapan untuk menghadapi persalinan, sehingga persiapan
tidak dapat dilakukan secara optimal oleh calon ibu yang akan melahirkan anak
pertamanya (Huliana, 2001 dalam Utami, 2009). Setiap ibu hamil yang akan
melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan anak pertamanya
(Ambaryani, 2001 dalam Utami, 2009).
Kecemasan pada calon ibu disebabkan adanya rasa takut terhadap
kesehatan, usia kehamilan, kesulitan keuangan dan masalah-masalah pokok lain
dalam kehidupan. Tingkat pengetahuan tentang kehamilan dan proses persalinan
juga turut menentukan tinggi rendahnya kecemasan yang terjadi (Kartono, 1992
dalam Utami, 2009). Sebagian besar ibu primipara berpendidikan perguruan tinggi
sebanyak 10 orang (47,6%) sehingga penulis berasumsi bahwa dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka ibu primipara akan memiliki pengetahuan yang
persiapan untuk menghadapi proses persalinan tersebut sehingga mengurangi
tingkat kecemasan ibu.
Hasil penelitian menunjukkan ibu primipara mengalami kecemasan sedang
dalam menghadapi proses persalinan (52,4%), dan tidak ada yang mengalami
kecemasan berat. Saat menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu
pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita
(Arindra, 2008). Cemas lebih disebabkan karena pikiran dan perasaan yang tidak
menyenangkan dan adanya ketidakpastian dalam situasi, misalnya merasa cemas
atau gelisah dalam menghadapi kelahiran anak pertama. Menghadapi kelahiran
anak pertama merupakan situasi yang mengandung resiko mempertaruhkan jiwa
dan raga sehingga menyebabkan rasa takut, khawatir (Moordiningsih, 2001
dikutip dari Maysaroh, 2008).
Kecemasan yang terjadi juga terlihat dari observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada saat ibu menghadapi proses persalinan. Dari hasil observasi pada ibu
primipara dapat dilihat bahwa seluruh ibu primipara mengalami kecemasan baik
cemas ringan ataupun cemas sedang. Sebagian besar ibu primipara terlihat cemas
dengan ekspresi wajah yang tegang, ketakutan, posisi badan selalu berubah-ubah,
banyak bicara, keringat bercucuran, tidak tenang, kadang-kadang bisa sampai
menangis ataupun berteriak-teriak sambil mengucapkan kata-kata seperti Allahu
Akbar. Selain itu, ibu terlihat lemas, muka pucat, kurang konsentrasi bila ditanya
oleh petugas kesehatan seperti gugup, gelisah dan meremas-remas tangan suami
Namun, ada juga ibu primipara yang terlihat tenang, bukan berarti ibu
tersebut tidak mengalami cemas tetapi mengalami cemas ringan. Cemas ringan
ditandai dengan ibu banyak bicara, banyak bertanya namun perasaan relatif masih
terasa aman dan tetap tenang dan penampilannya juga tetap tenang. Selain itu,
dilihat dari karakteristik ibu primipara yang berpendidikan perguruan tinggi (52,
4%) maka dapat diasumsikan bahwa ibu primipara memiliki pengetahuan yang
baik sehingga memperoleh informasi yang cukup mengenai persalinan. Ibu akan
lebih memiliki persiapan untuk menanti kelahiran bayinya.
2.3. Tingkat Kecemasan Ibu Multipara dalam Menghadapi Proses
Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu multipara mengalami
kecemasan ringan, sebanyak 14 responden (66,7%). Sebab, berdasarkan
penelitian, seluruh ibu multipara (100%) selalu merasa kuat menghadapi proses
persalinan ini karena mendapat dukungan dari suami. Menurut LINKAGES
(2002) mengatakan bahwa dukungan yang terus-menerus dari seorang
pendamping persalinan terutama suami kepada ibu selama proses persalinan dan
melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan itu sendiri.
Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang
berkaitan dengan ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang
membawa ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan ibu merasa cemas akan
keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi
seorang ibu bersalin terutama dukungan suami sehingga memberikan support
Berbagai perasaan akan muncul ketika ibu akan menjalani proses
persalinan, diantaranya kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, ketidaknyamanan
dan ketegangan. Saat persalinan akan berjalan lebih baik jika ibu merasa
mendapat dukungan dari lingkungan terdekatnya terutama suami (Efsantin, 2005).
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu multipara
yaitu sebanyak 16 responden (76,2%) selalu merasa siap lahir dan batin menjalani
proses persalinan, sebanyak 20 responden (95,2%) selalu merasa puas dengan
pelayanan rumah sakit/klinik sehingga dapat menikmati proses persalinan ini dan
sebanyak 17 responden (81%) selalu merasa merasa percaya diri menghadapi
persalinan ini karena ditolong oleh tenaga kesehatan yang professional. Ini
menunjukkan bahwa ibu multipara mengalami kecemasan ringan dalam
menghadapi proses persalinan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebagian besar
ibu multipara merasa tenang saat menghadapi persalinan. Sebab, ibu multipara
sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam proses persalinan sehingga ibu
memiliki gambaran, informasi dan persiapan yang lebih baik dalam menghadapi
proses persalinan.
Pada saat observasi, ibu multipara yang mengalami kecemasan ringan
terlihat banyak bicara, banyak bertanya namun perasaan relatif masih terasa aman
dan tetap tenang dan penampilannya juga tetap tenang. Pernafasannya juga masih
dalam keadaan normal. Pada saat proses persalinan, ibu juga didampingi oleh
suami ataupun keluarga terdekat. Suami ataupun orang terdekat dapat
akan merasa lebih tentram (Farrer, 1999). Selain itu, ibu multipara sangat percaya
terhadap tenaga kesehatan yang ada karena sudah pernah ditolong oleh tenaga
kesehatan pada kelahiran anak sebelumnya.
Walaupun, ada juga beberapa ibu multipara yang terlihat gelisah,
ketakutan, ekspresi wajah tegang, pernafasan cepat dan kurang konsentrasi seperti
yang dialami oleh ibu primipara. Berdasarkan asumsi peneliti, kecemasan terjadi
karena beberapa ibu multipara masih berpendidikan rendah dan umur yang
masih muda. Ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu
multipara berumur pada rentang 18-22 tahun (4,8%) dan berpendidikan
SMP/sederajat (19%). Ibu multipara yang berumur muda akan lebih mudah
mengalami cemas daripada yang berumur tua. Status pendidikan yang rendah
akan lebih sulit beradaptasi terhadap kecemasan.
2.4. Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi
Proses Persalinan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu
ibu primipara mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan
sebanyak 11 responden (52,4%) dan mayoritas ibu multipara mengalami
kecemasan ringan dalam menghadapi proses persalinan sebanyak 14 responden
(66,7%). Baik ibu primipara maupun ibu multipara tidak ada yang mengalami
kecemasan berat dalam menghadapi proses persalinan.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara tingkat
kecemasan ibu primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan.
menghadapi persalinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Utami (2009, dalam
Ambaryani, 2001) yang mengatakan bahwa setiap ibu hamil yang akan
melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Klinik Bersalin
Mariani, Medan dan Klinik Bersalin Risna, Binjai dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.1. Mayoritas ibu primipara berumur pada rentang 23-27 tahun yang berada
pada usia produktif dan berpendidikan perguruan tinggi. Sedangkan pada
ibu multipara, mayoritas ibu multipara berumur pada rentang 28-32 tahun
yang juga berada pada usia produktif dan berpendidikan SMA/sederajat.
Sebagian besar ibu primipara dan multipara bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan mempunyai penghasilan keluarga >Rp. 700.000/bln.
1.2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu primipara
mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi proses persalinan.
Sebab, ini merupakan pengalaman melahirkan pertama kali yang dialami
oleh ibu primipara dan masih kurangnya informasi yang diperoleh ibu
primipara tentang proses persalinan tersebut.
1.3. Sedangkan ibu multipara mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi
proses persalinan. Baik ibu primipara maupun ibu multipara tidak ada
2. Saran
2.1. Praktek Keperawatan
Perlu dipertimbangkan memberikan asuhan keperawatan yang lebih
komprehensif pada ibu primipara dan multipara dalam menghadapi persalinan
agar dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses
persalinan. Sebaiknya, pelayanan keperawatan maternitas tetap memberikan
pendidikan kesehatan tentang proses persalinan pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan agar ibu yang mau melahirkan memperoleh informasi
mengenai persalinan sehingga ibu merasa siap untuk menghadapi proses
persalinan.
2.2. Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan
sumber informasi yang penting bagi mahasiswa, dimana hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai gambaran mengenai tingkat kecemasan ibu primipara dan
multipara dalam menghadapi proses persalinan.
2.3. Penelitian Selanjutnya
Pada penelitian ini tidak diketahui secara tepat, perbedaan kecemasan ibu
primipara dan multipara dalam menghadapi proses persalinan. Diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang perbedaan kecemasan ibu primipara