• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Primipara Yang Di Dampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Ibu Primipara Yang Di Dampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG DI DAMPINGI SUAMI

SAAT MENGHADAPI PROSES PERSALINAN

DI KLINIK SUMIARIANI

TAHUN 2014

NURUL ‘ILMI

135102109

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN

(2)
(3)
(4)

Pengalaman Ibu Primipara Yang Di Dampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan Di Klinik Sumiariani Tahun 2014

ABSTRAK

Nurul ‘Ilmi

Latar Belakang : Ibu yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat khususnya suami, selama persalinan berlangsung berpeluang jauh lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendamping. Dengan adanya keterlibatan para suami sejak awal kehamilan sampai dengan persalinan akan mengurangi rasa takut ibu hamil dan dapat mempermudah dalam proses persalinan.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu primipara yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan.

Metodologi Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak 5 orang. Waktu penelitian mulai Februari-Mei 2014.

Hasil Penelitian : Variabel penelitian ini ditemukan 7 kategori pengalaman ibu primipara yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan yaitu : respon psikologi ibu dalam persalinan, perasaan ibu saat didampingi suami, hal-hal yang dilakukan suami ketika berada diruang bersalin, peran pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan, peran suami dalam mobilisasi pasca bersalin, dan orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suami berperan penting dalam proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi suami merasa senang dan lebih tenang saat menghadapi proses persalinan sehingga persalinan berlangsung secara alamiah tanpa ada komplikasi.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pengalaman

Ibu Primipara Yang Di Dampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Keyua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Christoffel, L.Tobing, SpOG-K selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Sumiariani, SST selaku pemilik Klinik bersalin yang turut memberikan izin untuk

melakukan penelitian.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan semangat

kepada penliti.

7. Seluruh teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi penulis semangat dan

(6)

Sebagai seorang manusia yang tidak luput dari kekurangan serta kesalahan, penulis

menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan

kritik untuk kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,

semoga mendapat limpahan anugrah dari Allah SWT.

Medan, Juni 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

5. Konsep Dukungan Suami Sebagai Pendamping Persalinan ... 8

E. Dampak Negatif bila Suami Tidak Mendampingi Ibu Selama Persalinan ... 10

F. Persalinan ... 11

1. Pengertian persalinan ... 11

2. Tanda-tanda Persalinan ... 12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ... 13

G. Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 16

B. Populasi dan Sampel ... 16

C. Tempat Penelitian ... 18

D. Waktu Penelitian ... 18

E. Etika Penelitian ... 18

F. Alat Pengumpulan Data ... 19

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 20

H. Analisa Data ... 21

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Partisipan ... 23

B. Pengalaman Ibu Primipara Yang Didampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan ... 24

1. Respon psikologi ibu dalam persalinan ... 24

2. Perasaan ibu saat didampingi suami ... 28

3. Hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika diruang bersalin ... 29

4. Peran pendamping ... 30

5. Dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan ... 33

6. Peran suami saat mobilisasi pasca persalinan ... 34

7. Orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas ... 35

C. Pembahasan ... 37

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 37

2. Keterbatasan penelitian ... 42

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan/ pendidikan bidan ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat Pengambilan Data dan Penelitian

(10)

Pengalaman Ibu Primipara Yang Di Dampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan Di Klinik Sumiariani Tahun 2014

ABSTRAK

Nurul ‘Ilmi

Latar Belakang : Ibu yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat khususnya suami, selama persalinan berlangsung berpeluang jauh lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendamping. Dengan adanya keterlibatan para suami sejak awal kehamilan sampai dengan persalinan akan mengurangi rasa takut ibu hamil dan dapat mempermudah dalam proses persalinan.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu primipara yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan.

Metodologi Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak 5 orang. Waktu penelitian mulai Februari-Mei 2014.

Hasil Penelitian : Variabel penelitian ini ditemukan 7 kategori pengalaman ibu primipara yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan yaitu : respon psikologi ibu dalam persalinan, perasaan ibu saat didampingi suami, hal-hal yang dilakukan suami ketika berada diruang bersalin, peran pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan, peran suami dalam mobilisasi pasca bersalin, dan orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suami berperan penting dalam proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi suami merasa senang dan lebih tenang saat menghadapi proses persalinan sehingga persalinan berlangsung secara alamiah tanpa ada komplikasi.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Asuhan sayang ibu merupakan asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan

asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri bagaimana asuhan

yang ingin saya dapatkan atau Apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk

keluarga saya yang sedang hamil (DepKes RI, 2004).

Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan

keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian

menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan

kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan

mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Antara

lain juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan

tindakan seperti ekstraksi vacum, cunam dan seksio cesarea. Persalinan juga akan

berlangsung lebih cepat (Enkin, 2000).

Dari survey daftar pertanyaan yang diselenggarakan di Negara Eropa, World Health

Organization (WHO) mengemukakan bahwa 12 dari 23 Negara sangat membutuhkan

kehadiran suami di Ruang Bersalin dalam proses persalinan istrinya. Tidak seperti pada

tahun 1950 dimana suami tidak diperbolehkan menemani istrinya pada saat persalinan

(Yanti, 2009).

Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan,

(12)

persepsinya orang yang mendukung, dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan

ibu ( Mander, 2003).

Dr Roberto Sosa dan koleganya dalam Musbikin (2005) menemukan bahwa para ibu

yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami), selama

persalinan berlangsung, berpeluang jauh lebih kecil mengalami komplikasi yang

memerlukan tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendamping. Yang

mengherankan, persalinan ibu-ibu dengan pendamping, dalam menjalani persalinan

berlangsung lebih cepat dan mudah. Ibu-ibu dengan pendamping juga cenderung lebih

lama terjaga setelah melahirkan dan mereka lebih banyak tersenyum, membelai, atau

berbicara dengan bayi mereka yang baru lahir.

Dengan adanya keterlibatan para suami sejak awal kehamilan sampai dengan

persalinan akan mengurangi rasa takut ibu hamil dan dapat mempermudah dalam proses

persalinan. Keberhasilan seorang ibu dalam masa kehamilan sampai dengan proses

persalinan dapat dilihat dari seberapa besar perhatian dan dukungan yang diberikan kepada

ibu hamil sehingga dapat mengurangi kecemasan, rasa takut, dan juga dapat mengurangi

rasa nyeri pada saat persalinan

Setelah melalui banyak penelitian kehadiran suami memberi dukungan kepada istri

membantu proses persalinan karena membuat istri lebih tenang. Faktor psikis dalam

menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya

proses persalinan ( Musbikin, 2007)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Pengalaman Ibu Primipara yang di Dampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan di

(13)

A.Perumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman ibu primipara

yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan di Klinik Sumiariani Tahun

2014.

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu primipara yang

didampingi suami saat menghadapi proses persalinan di Klinik Sumiariani Tahun 2014.

C.Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi bidan bahwa

peran suami sangat penting pada proses persalinan khususnya pada ibu primipara.

2. Bagi Penelitian Kebidanan

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh kedalam situasi nyata dilapangan.

3. Bagi Institusi Kebidanan

Dapat dimanfaatkan untuk peneliti lebih lanjut dan sebagai bahan melengkapi

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengalaman

Pengalaman didefenisikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung, dan sebagainya) bisa berupa peristiwa yang baik maupun peristiwa yang

buruk. Dengan pengalaman tersebut dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap

perilaku individu (Sanjaya, 2011 dalam Wahyuni, 2013).

Pengalaman juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

B. Pengertian Primipara

Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama

kali (Mochtar, 1998).

C. Pengertian Suami

Suami adalah calon terkuat untuk mendampingi istrinya selama persalinan.

Kebanyakan suami yang mau melakukan ini masih bersifat sukarela dan mungkin hanya

sebagian kecil suami yang bersedia untuk melakukan hal itu. Kehadiran dan dukungan

dari suami dapat mempengaruhi proses persalinan (Sartika, 2011).

D. Pendamping Persalinan 1. Defenisi pendamping

Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau terlibat

langsung sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan yang

(15)

persalinan yang dilaluinya berjalan lancar dan memberi kenyamanan bagi ibu bersalin

(Curtis, 1999, hlm 269)

2. Tujuan pendamping

Dalam proses persalinan sangat dibutuhkan pendamping persalinan, yang mana

pendamping persalinan dibutuhkan ibu memberikan dukungan dan bantuan kepada ibu

saat persalinan serta dapat memberi perhatian, rasa aman, nyaman, semangat,

menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau status emosional menjadi lebih

baik sehingga dapat mempersingkat proses persalinan (Danuatmaja, 2004, hlm 23)

3. Siapa yang mendampingi

Dalam proses persalinan, ada beberapa orang yang dapat dijadikan ibu sebagai

pendamping persalinan, tetapi akan lebih baik apabila pendamping persalinan bagi ibu

bersalin adalah suami atau keluarga terdekat. Kehadiran suami ini sangat berpengaruh

bagi kelancaran proses persalinan. Banyak hal yang dapat dilakukan suami seperti

halnya memijat, menenangkan, dan menolong segala sesuatu yang ibu inginkan sampai

proses kelahiran. (Musbikin, 2006, hlm 254)

4. Peran pendamping

Peran pendamping persalinan pada setiap tahap/kala persalinan adalah sebagai

berikut :

a. Pada kala I persalinan

1. Pendamping persalinan bisa membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa

nyeri yang sudah mulai muncul. Misalnya menemani ibu jalan-jalan, bercerita

atau menonton televisi.

2. Pendamping persalinan bisa membuat minuman segar yang nantinya berguna

(16)

3. Pada saat nyeri atau kontraksi timbul, pendamping persalinan bisa mengajak

ibu berbicara sambil memberi pujian bila ibu berhasil melewati setiap

kontraksi yang terjadi.

4. Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk mengganti posisi tubuh

ketika ibu mulai terlihat stres atau lelah.

5. Pendamping persalinan bisa memberi pijatan lembut di punggung atau

pundak ibu.

b. Pada kala II persalinan

Pada kala I persalinan ini biasanya ibu sudah semakin merasa tidak nyaman dan

sangat lelah sehingga dukungan pendamping persalinan sangat dibutuhkan. Berikut

ini beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendamping persalinan pada kala II

persalinan :

1. Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk tetap berada dalam posisi

yang membuat ibu nyaman untuk melahirkan.

2. Pendamping persalinan mengajak ibu berbicara selama kontraksi dan pada

saat mengejan serta memijat punggung ibu bila memang ibu

menginginkannya.

3. Bila ibu menginginkan, ibu bisa meminta pendamping persalinan

menyemprotkan air atau menyekah wajah ibu dengan kain basah untuk

memberi rasa segar pada ibu.

4. Bila tindakan operasi tampaknya harus dilakukan, pendamping persalinan

bisa menggantikan ibu untuk mencari informasi detail untuk mengetahui

(17)

5. Saat bayi mulai terlihat keluar dari jalan lahir, pendamping persalinan bisa

berkomunikasi dengan ibu melalui sentuhan lembut dari pada mengajak ibu

berbicara.

c. Pada kala III persalinan

Pada kala III persalinan, ibu dan pendamping persalinan sudah bisa sama-sama

menikmati kebahagian atas kelahiran si kecil di tengah-tengah keluarga. Berikut

beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendamping persalinan pada kala III

persalinan adalah :

1. Bila ibu tiba-tiba merasa lapar, dan sudah diperbolehkan untuk makan maka

pendamping persalinan bisa menyuapi makanan kepada ibu.

2. Pendamping persalinan bisa menemani selama ibu menyusui bayi dan bisa

mengumandangkan azan bagi bayi (untuk keluarga muslim).

5. Konsep Dukungan Suami Sebagai Penamping Persalinan

Dukungan suami saat melahirkan sangat dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan

yang membutuhkan dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum

saat kelahiran tiba, misalnya dengan mendampingi istri mengikuti senam hamil atau

pelatihan persiapan melahirkan sehingga suami juga mengetahui apa yang dapat

dilakukannya saat istrinya menjalani proses melahirkan (Musbikin, 2005)

Kehadiran suami menjelang saat melahirkan akan membuat istri lebih tenang.

Apabila memungkinkan, suami sebaiknya mendampingi istri di ruang bersalin.

Kehadiran suami, sentuhan tangannya, do’a dan kata-kata penuh motivasi yang

diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah menghadapi rasa sakit

(18)

Mendampingi istri saat melahirkan juga akan membuat suami semakin menghargai

istri dan mengeratkan hubungan batin diantara suami istri serta bayi yang baru lahir.

Menurut Musbikin (2012), hadirnya seorang anak pasti dinanti-nantikan oleh setiap

pasangan suami-istri. Inilah saat yang paling tepat bagi para calon ayah untuk

mempersiapkan diri mendampingi sang istri selama masa kehamilan.

Hal yang dapat dirasakan oleh pasangan suami istri saat menghadapi proses

persalinan adalah sebagai berikut :

1. Berbagi rasa, suka dan duka

Sikap suami yang dibutuhkan oleh istri pada saat menjelang persalinan bisa

ditunjukkan dalam bentuk mendengarkan semua keluhannya. Wajar bila suami

mengalami kecemasan karena ragu pada kemampuan dirinya untuk berperan

sebagai seorang ayah. Apabila kecemasan itu sudah mulai memuncak sebaiknya

suami dapat berbagi perasaan dengan istri tercinta. Komunikasi yang terbuka di

antara keduanya dalam mengatasi kecemasan dan ketegangan akan dapat

mempererat kedekatan di antara suami dan istri.

2. Antara bahagia dan cemas

Saat menjelang persalinan, ketika suami memberikan sentuhan dengan cara

menempelkan telinga di perut istrinya maka akan terdengar suara jantung janin

yang berdenyut dua kali lebih cepat dari denyut jantung orang dewasa yakni sekitar

120-160 kali per menit. Sehingga menimbulkan perasaan yang bercampur aduk,

antara bahagia dan cemas menanti kehadiran bayinya.

3. Menanti kehadiran si kecil

Ketika hari-H persalinan sudah semakin dekat, ada perasaan cemas dan

(19)

sebentar lagi akan berada di tengah mereka. Baik suami maupun istri akan

sama-sama merasa cemas, takut dan tegang.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan para suami ketika berada di

ruang bersalin:

1. Membantu istri untuk menghitung waktu kontraksi.

2. Memberikan ketenangan kepada istri yang sedang merasa takut dan cemas.

3. Melontarkan cerita-cerita lucu yang membuat terhibur atau mengajak istri

bercanda.

4. Membantu istri melatih pernafasan.

5. Memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk kata-kata yang menyenangkan

perasaannya.

6. Tidak boleh merasa tersinggung apabila istri menyalahkan suami terhadap semua

rasa sakit yang sedang dirasakan, sebab pada umumnya apa yang dikatakan oleh

istri tidak bermakna sebenarnya dan hanya merupakan luapan emosi dari kesakitan

yang di rasakan.

7. Mengusap bagian belakang tubuh istri dengan lemah lembut untuk mengurangi

perasaan tidak nyamannya.

8. Memberikan pujian atas semua usaha yang telah dilakukan istri untuk melahirkan

bayinya serta berikan ucapan terima kasih.

E. Dampak Negatif Bila Suami Tidak Mendampingi Ibu Selama Persalinan

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut,

khawatir ataupun cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan

nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan

(20)

(rasa takut dan berusaha melawan persalinan) serta ada tidaknya dukungan dari orang

sekitar selama proses persalinan (Vitrya, 2013)

Penelitian membuktikan bahwa kecemasan berhubungan dengan peningkatan nyeri

persalinan. Pengaruh persiapan terhadap persalinan, keyakinan dan nilai-nilai serta

dukungan dari suami atau pendamping persalinan termasuk dalam penyebab nyeri

persalinan. Yang perlu diingat bahwa kecemasan yang sangat dapat meningkatkan

produksi rangsangan reseptor pada tingkat korteks serebral, dimana akan meningkatkan

rangsangan reseptor pada daerah panggul karna penurunan aliran darah dan peningkatan

tekanan otot terlebih kehamilan pertama. Tetapi bagi ibu yang pernah mengalami

persalinan, ia sudah tahu apa yang bakal dihadapinya sehingga kecemasan itu tak begitu

besar. Berarti dengan kata lain, jika tidak adanya peranan suami, tentulah kebutuhan itu

tidak akan tercapai sepenuhnya (Sartika, 2011 dalam Vitrya, 2013).

F. Persalinan

1 . Pengertian Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi

cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput

janin dari tubuh ibu (Yanti, 2009).

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam

kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan

keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah

memeberikan bantuan dan dukungna pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam

hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan

dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan sangat

(21)

2. Tanda-tanda Persalinan

a. His persalinan:

Timbulnya his persalinan ialah his pembukaaan dengan sifat-sifatnya sebagai

berikut:

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut depan.

2) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.

3) Kalau dibawa berjalan brtambah kuat.

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks.

b. Bloody show ( lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis servikalis keluar

disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena

lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen rahim hingga beberapa

capilaru darah terputus.

c. Pemature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya ciran banyak dengan tiba-tiba dari jalan lahir. Hal ini

terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah

kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya

cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban

pecah pada pembukaan kecil, bahkan terkadang selaput janin robek sebelum

persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24

(22)

3. Faktor-faktor yang Mempengruhi Persalinan

1. Faktor Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang

medorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut,

kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna.

a) His (Kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja

dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris,

fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi

otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.

Cavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion

ke arah bawah rahim dan serviks.

b) Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang

mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi

otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra

abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita

buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada

dasar panggul, timbul suatu refleks yang mengkontraksikan otot-otot

perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini

hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling

efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat

(23)

persalinan harus dibantu dengan forcep. Tenaga mengejan ini juga

melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.

G.Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2010), mendefenisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisa dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif

menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian dan

pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif didasarkan

pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti, dibentuk dengan kata-kata, dan

gambaran holistik.

Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada

pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Penelitian

fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena

pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian

dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau

memahami fenomena yang terjadi.

Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.

Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang

yang sedang diteliti oleh mereka. Yang ditekankan dalam fenomenologi adalah aspek

subjektif dan perilaku orang. Berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para

(24)

pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari (Moleong, 2010)

Penelitian fenomenologi bersifat induktif. Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif

yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat fenomenologi adalah

pemahaman tentang respon kehadiran atau keberadaan manusia, bukan sekedar

pemahaman bagian-bagian yang spesifik atau perilaku khusus. Tujuan penelitian

fenomenologi itu sendiri adalah menjelaskan pengalaman apa yang dialami oleh orang

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi yaitu

suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Moleong, 2010).

Desain ini sesuai tujuan peneliti untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu primipara

yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan

B. Populasi dan Sampel

Istilah populasi tidak digunakan dalam penelitian kualitatif namun oleh Spradley

dinamakan “sosial situation” atau sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat

(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Tetapi

sebenarnya obyek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam,

tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sejenisnya (Sugiyono, 2010).

Penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu

dan hasil kerjanya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ketempat lain

pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang

dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai

narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Sampel dalam

penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis.

Pada penelitian jenis ini, penelitian memasuki situasi sosial tertentu dengan

melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang

situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan

(26)

penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena pengambilan sampel tidak

diambil secara random (Sugiyono, 2008).

Menurut Creswell (1998) dalam Wahyuni (2013), pada penelitian fenomenologi

sampel yang diambil adalah sampel yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti.

Ukuran sampel tidak akan diarahkan pada jumlah tetapi ditentukan pada informasi

berdasarkan azas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai saturasi data. Artinya,

bahwa dengan menggunakan partisipan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh

tambahan informasi baru yang berarti mengulang data yang sudah ada.

Umumnya penelitian fenomenologi menggunakan 10 atau kurang dari 10 sampel.

Dengan sampel yang homogen, kurang dari 10 sampel mungkin cukup jika informasi dari

masing-masing sampel diperoleh secara mendalam. Namun ketika sampel memiliki

variasi yang banyak atau sampel heterogen akan dibutuhkan sampel yang lebih besar

(Polit dan Hungler, 1999). Adapun sampel yang diambil memenuhi kriteria sebagai

berikut :

1. Ibu primipara yang didampingi suami saat proses bersalin.

2. Bersedia untuk diwawancarai atau menjadi partisipan.

3. Ibu dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik bersalin Sumiariani Kecamatan Medan Johor.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan februari 2014 sampai bulan Juni 2014. Waktu

(27)

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan terjun langsung ke lapangan dimana

peneliti akan berinteraksi langsung kepada masyarakat. Untuk mendapatkan hasil yang

maksimal maka peneliti berpegang teguh pada etika penelitian dengan cara peneliti

mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua Jurusan Program

Studi D-IV Bidan Pendidik untuk memperoleh persetujuan penelitian. Setelah

memperoleh surat penelitian tersebut peneliti mengajukan surat permohonan kepada

pihak klinik lalu peneliti akan mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian yang

dibagikan pada setiap partisipan dengan tetap menghormati hak setiap partisipan.

Kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan bahwa maksud dan

tujuan penelitian kepada setiap partisipan adalah untuk memperoleh informasi tentang

bagaimana pengalaman ibu primipara yang di dampingi suami saat menghadapi proses

persalinan. Setelah partisipan menyatakan bersedia menjadi partisipan maka peneliti akan

memberikan surat persetujuan partisipan (informed concent), dan partisipan akan diminta

untuk menandatanganinya. Jika partisipan menolak atau tidak bersedia menjadi partisipan

maka peneliti akan tetap menghormati hak dan tidak memaksa partisipan.

Selanjutnya peneliti akan menjelaskan bahwa tidak akan ada efek negatif yang akan

mengganggu kehidupan partisipan dimana peneliti akan tetap menjaga kerahasiaan

identitas partisipan dengan cara tidak mencantumkan nama dan alamat partisipan pada

lembar pengumpulan data (kuesioner data demografi) dan peneliti hanya menggunakan

nomor kode sehingga semua kerahasiaan dapat terjaga dan seluruh informasi yang

diperoleh hanya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sepenuhnya.

Peneliti juga akan menghargai setiap jawaban-jawaban yang diberikan oleh partisipan

(28)

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti merupakan alat pengumpul data utama

yang bertemu langsung dengan sampel penelitian atau partisipan dengan menggunakan

alat bantu tape recorder, panduan wawancara, dan field note. Sebagai alat, kemampuan

peneliti sangatlah penting karena kemampuan wawancara yang baik akan menghasilkan

data yang kaya (Irawan, 2006 dalam Wardani, 2009).

Peneliti sebagai instrumen penelitian tetap menjaga hubungan baik dengan partisipan.

Jika didapati kondisi partisipan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara

maka peneliti tidak memaksakan proses wawancara harus tetap berlangsung tetapi dapat

dilakukan diwaktu lain dengan kondisi partisipan yang lebih baik dan berdasarkan

kesepakatan bersama. Disamping itu peneliti menghargai setiap adat istiadat dan

kebiasaan yang dijalankan oleh masing-masing partisipan. Lalu wawancara dilakukan

secara mendalam (indepth interview) untuk mendapatkan informasi yang luas dari

partisipan.

Untuk mendapatkan data demografi partisipan peneliti menggunakan kuesioner data

demografi untuk mengetahui identitas secara umum yang berisi umur, agama, suku,

pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

G. Pengumpulan Data

1. Setelah mendapatkan izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan USU Medan dan izin Klinik Bersalin Sumi Ariani, peneliti melihat

daftar ibu yang melahirkan diklinik bersalin tersebut.

2. Pada penelitian ini, peneliti mengadakan pilot study dan memperlihatkannya kepada

pembimbing yang bertujuan untuk mengetahui proses wawancara, panduan

(29)

3. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon partisipan (prolong engagement) untuk

dapat saling mengenal dan saling mempercayai. Untuk setiap partisipan yang

diperoleh di Klinik Bersalin Sumiariani Kecamatan Medan Johor melakukan

pendekatan sebanyak 1 sampai 2 kali dan kemudian melakukan wawancara kepada

partisipan. Setelah tercapai kesepakatan antara peneliti dengan partisipan mengenai

waktu wawancara , maka wawancara dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati.

4. Setelah peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, peneliti memberikan

kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan panduan wawancara yang

berisi beberapa pertanyaan untuk terlebih dahulu dipahami oleh partisipan. Partisipan

diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang

dialaminya sehingga pada waktu wawancara partisipan dapat mengungkapkan hal-hal

yang dialaminya secara jelas.

5. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan

menggunakan alat perekam suara.

6. Setelah selesai wawancara peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara,

tanpa harus menunggu wawancara berikutnya kemudian melakukan analisis data.

7. Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh dan

pengumpulan data selesai karena saturasi data telah diperoleh peneliti.

H. Analisa Data

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah

mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara

dengan partisipan, peneliti segera melakukan transkripsi hasil rekaman untuk selanjutnya

di analisa. Peneliti membaca transkrip berulang-ulang kali dengan teliti, kemudian

(30)

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

I. Tingkat Keabsahan Data

Untuk menjaga derajat keabsahan data yang telah diperoleh dalam penelitian, peneliti

berpegang pada tiga keabsahan data yakni :

1. Credibility

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian ini adalah peneliti

melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan kepada calon partisipan sehingga

partisipan dan peneliti saling mengenal dan mempercayai. Untuk itu peneliti

melakukan pendekatan sebanyak 1 sampai 2 kali. Hal ini dilakukan agar peneliti dan

partisipan semakin akrab, semakin terbuka, sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Kemudian peneliti melakukan member check yaitu proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data.

2. Dependability

Prinsip ini dipenuhi dengan peneliti mempertahankan konsistensi tekhnik

pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat penafsiran atas

fenomena.

3. Confirmability

Hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai

(31)

tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti telah

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu

mengenai karakteristik partisipan dan pengalaman ibu primipara yang didampingi oleh

suami saat emnghadapi proses persalinan. Penilitian ini melibatkan 5 partisipan yang

didampingi suami saat menghadapi proses persalinan di Klinik Sumiariani Kecamatan

Medan Johor. Penelitian dilakukan dengan proses wawancara dengan menggunakan alat

perekam suara.

A.Karakteristik Partisipan

Kelima partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang

memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani persetujuan

menjadi partisipan sebelum wawancara di mulai. Dari kuesioner data demografi diperoleh

bahwa kelima partisipan berusia yaitu 23-26 tahun. satu orang berusia 23 tahun, dua orang

berusia 24 tahun, satu orang berusia 25 tahun, dan satu orang berusia 26 tahun. Pada

penelitian ini seluruh partisipan beragama Islam. Pendidikan terakhir partisipan mayoritas

adalah SMA, dan dua orang berpendidikan terakhir perguruan tinggi. Dari kelima

partisipan empat orang bersuku jawa dan satu orang bersuku melayu. Dari kelima

partisipan empat orang bekerja sebagai ibu rumah tangga, satu orang sebagai pegawai

(33)

Tabel 4.1 Data Demografi Partisipan

B.Pengalaman Ibu Primipara Yang Didampingi Suami Saat Menghadapi Proses Persalinan

Hasil penelitian menemukan respon psikologi ibu dalam persalinan, perasaan ibu saat

didampingi suami, hal-hal yang dilakukan suami ketika berada diruang bersalin, peran

pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan, peran suami dalam

mobilisasi pasca bersalin, dan orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas.

1. Respon psikologi ibu dalam persalinan

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa ibu-ibu yang menjalani persalinan

memiliki respon psikologi yang sama. Ibu-ibu yang menjalani persalinan untuk pertama

kalinya cenderung takut, deg-degan, dan was-was. Kelima partisipan menyatakan

bahwa dirinya takut dalam menghadapi proses persalinan, dua partisipan menyatakan

(34)

a. Takut

Kelima partisipan menyatakan bahwa mereka merasa takut pada saat menjalani

proses persalinan akibat belum pernah merasakan proses persalinan sebelumnya

(tidak ada pengalaman) tetapi mereka merasa lebih tenang karena adanya kehadiran

suami sebagai pendamping persalinan. Hal yang berhubungan dengan hal tersebut

dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“mmm.. gimana ya dek. Ya gitu lah. Ini kan bersalin yang pertama.

Was-was adalah. Takut. Haduuh, entah gimana lah rasanya dek, untunglah ada suami kakak yang dampingi, jadi agak tenang lah”

(partisipan 1)

“iya rul, wah gak taulah kakak bilangnya. Ada rasa takut, tapi ada

senangnya juga, cemas juga. Namanya juga anak pertama, tapi ada suami kakak kok yang dampingi, kasih kakak semangat, lebih tenang kakak jadinya”

(partisipan 2)

“yang namanya bersalin kalau sama perempuan pasti ada rasa takut. Takut

entah kenapa-kenapa ya kan dek. Perjuangan itu. Nahanin sakitnya, perihnya. Namanya masih pertama. Gak ada

pengalaman. Cuma agak nyaman karena ada suami dan mamak kakak yang dampingi. Sekarang uda taulah gimana rasanya”

(35)

“pastinya deg-degan dek, takut juga. Takut kalau nanti kenapa-kenapa. Kan

masih anak pertama, sama sekali belum ada pengalaman. Tapi ya kakak tetap optimis aja kemaren, ada penyemangat kok. Suami kakak”

(partisipan 4)

“iya dek, senang karena ada suami disamping. Tapi deg-degan kakak, takut.

Namanya pun anak pertama. Cuma dengar-dengar dari orang aja begini begitunya. Pas uda di kita baru tau gimana rasanya”

(partisipan 5)

b. Deg-degan

Kelima partisipan menyatakan mereka deg-degan saat menjalani persalinan. Hal

tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :

“iya dek, deg-degan lah. Karena takut kenapa-kenapa nanti waktu ngelahirkan nya”

(partisipan 1)

“wah, uda pasti deg-degan dek. Pokoknya cemas kali lah dek”

(partisipan 2)

“yaa, tentu nya deg-degan. Kakak takut nanti koyak vagina kakak pas ngelahirkan, karena baru pertama itu dek”

(partisipan 3)

“pastinya deg-degan dek, takut juga. Takut kalau nanti kenapa-kenapa. Kan masih anak pertama, sama sekali belum ada pengalaman. Tapi ya kakak tetap optimis aja kemaren, ada penyemangat kok. Suami kakak”

(36)

“iya dek, senang karena ada suami disamping. Tapi deg-degan kakak, takut.

Namanya pun anak pertama. Cuma dengar-dengar dari orang aja begini begitunya. Pas uda di kita baru tau gimana rasanya”

(partisipan 5)

c. Was-was

Keadaan ini dialami oleh satu partisipan dari lima partisipan yang diteliti.

Keadaan ini merupakan rasa khawatir terhadap persalinan yang dialami oleh

partisipan dikarenakan partisipan baru menjalani persalinan untuk pertama kalinya.

Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan partisipan sebagai berikut :

“mmm.. gimana ya dek. Ya gitu lah. Ini kan bersalin yang pertama.

Was-was adalah. Takut. Haduuh, entah gimana lah rasanya dek, untunglah ada suami kakak yang dampingi, jadi agak tenang lah”

(partisipan 1)

2. Perasaan ibu saat didampingi suami

Dari kelima partisipan yang didampingi oleh suami saat menghadapi proses

persalinan menyatakan bahwa mereka merasa senang dan bahagia ketika suami berada

disamping nya saat proses persalinan berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat dari

pernyataan partisipan sebagai berikut :

“yaa senanglah lah dek, suami kakak selalu kasih dukungan, ngajak cerita,

perhatian sama kakak”

(partisipan 1)

“iya rul, wah gak taulah kakak bilangnya. Ada rasa takut, tapi ada

(37)

kakak kok yang dampingi, kasih kakak semangat, lebih tenang kakak jadinya”

(partisipan 2)

“pastinya senang, bahagia lah. Karena kan ada tuh laki-laki yang takut

kalau ngeliat darah, jijik gitu. Syukurlah suami kakak gak begitu”

(partisipan 3)

“tentunya bahagia lah dek. Senang. Uda mau dampingi kakak. Sabar

nungguin sampek si kecil lahir”

(partisipan 4)

“iya dek, senang karena ada suami disamping. Tapi deg-degan kakak, takut.

Namanya pun anak pertama. Cuma dengar-dengar dari orang aja begini begitunya. Pas uda di kita baru tau gimana rasanya”

(partisipan 5)

3. Hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika berada diruang bersalin

a. Melontarkan cerita-cerita lucu yang membuat terhibur atau mengajak istri

bercanda

Satu dari lima partisipan menyatakan bahwa suami melontarkan cerita-cerita

lucu dan mengajak bercanda. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan berikut :

“kepala kakak dielus-elus, ngajak kakak cerita-cerita lucu gitu dek, suami

kakak kan suka ngelawak juga. Jadi kakak dibuat ketawa-ketawa sama dia, ngasih minum kalau kakak haus. Trus pas kakak lagi ngedan ya suami kakak terus kasih semangat”

(38)

b. Memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk kata-kata yang

menyenangkan perasaan

Dua dari lima partisipan menyatakan bahwa suami memberikan dukungan saat

menjalani proses persalinan. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan berikut :

“ya senanglah dek, suami kakak selalu kasih dukungan, ngajak cerita,

perhatian sama kakak”

(partisipan 1)

“ngasih dukungan lah pastinya, terus semangatin kakak. Kepala kakak

dielus-elus, kadang punggung kakak dipijitin”

(partisipan 5)

c. Mengusap bagian belakang tubuh istri dengan lemah lembut untuk mengurangi

perasaan tidak nyamannya

Dua dari lima partisipan menyatakan bahwa bagian belakang tubuhnya diusap

lembut oleh suami. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan berikut :

“ya dia tetap kasih kakak semangat, ngasih minum kalau kakak haus,

disuapin makan. Trus punggung kakak dielus elus gitu dek”

(partisipan 2)

“hm.. belakang kakak ni lah dek dipijitin, trus kemaren itu kakak pengen

minum es kelapa muda kan dek, jdi sibuk lah suami kakak. Keluarlah dia belikan es kelapa muda nya untuk kakak. Pokok nya jadi manja gitu lah kakak, hehe”

(partisipan 3)

4. Peran pendamping

(39)

Hasil penelitian dari kelima partisipan diperoleh bahwa suami memiliki peran

yang sangat penting dalam mendampingi ibu saat bersalin. Seluruh partisipan

menyatakan bahwa mereka merasa lebih tenang karena adanya semangat dari

suami. Berikut pernyataan partisipan mengenai peran pendamping pada saat

persalinan :

“ya sakit kali lah dek sampe ke ubun-ubun rasanya. Makanya kuat kali

kakak ngedannya. Sampe kecapekan gitu. Muka kakak di lap sama suami kakak pake kain basah. Jadi agak segar gitu”

(partisipan 1)

“luar biasa lah rasanya dek. Suami kakak pun ikut capek serba salah gitu

kakak buat, dipijit-pijit nya lah punggung kakak. Abis tuh kakak marah-marahi, syukurlah dia ngerti gak ada tersinggung”

(partisipan 2)

“waduh.. campur aduk lah rasanya dek. Minta ampun lah sakitnya. Itu lah,

dipijit-pijit lah belakang kakak sama suami, jadi agak enakan lah. Pas uda lahir sikecil langsung di adzani sama suami kakak dek, kan laki-laki tuh. Tapi memang luar biasa kali lah sakitnya, nanti adek rasakan lah kalau melahirkan nanti. Hehe”

(partisipan 3)

“waktu sikecil belum lahir perut kakak dielus-elus, mijitin punggung kakak,

(40)

lah sama suami kakak. Uda lahir sikecil nya baru senang kali, lega rasanya. Kening kakak dicium sama suami, heeehe”

(partisipan 4)

“ngasih dukungan lah pastinya, terus semangatin kakak. Kepala kakak di

elus-elus, kadang punggung kakak di pijitin. Nyulangin minum. Waktu mau melahirkan suami kakak yang nyamggah punggung kakak pas ngeden. Siap melahirkan kakak kelaparan ya suami juga yang nyuapin makan, pengertian kali lah dia dek”

(partisipan 5)

b. Peran pendamping dalam membantu ibu mengatur posisi bersalin

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tiga dari kelima partisipan dibantu oleh

suami saat mengatur posisi melahirkan. Hal tersebut dapat dilihat pada

pernyataan partisipan berikut :

“kalau posisinya kayak setengah duduk gitu dek. Suami kakak yang nahan

punggung kakak. Enak ngambil nafasnya kalau posisinya gitu, kalau telentang agak sesak jadinya”

(partisipan 1)

“awalnya posisi kakak terlentang. Mau tukar posisi pun ntah gimana. Sakit

semua rasanya. Trus tangan megang paha dek dibantu sama suami kakak, pahanya di lebarin. Kalau terasa sakitnya ngedanlah kita ngadep ke perut gitu”

(partisipan 2)

“ooh itu, ya awalnya telentang dek, tapi akhirnya jadi agak setengah duduk

(41)

lebih enak kakak rasa yang setengah duduk itu. Lebih terkumpul tenaganya pas mau ngedan”

(partisipan 3)

5. Dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan

Seluruh partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa persalinan yang di

laluinya berjalan lancar. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyatan partisipan sebagai

berikut :

“alhamdulillah gak ada kendala dek, semua baik-baik aja. Habis

melahirkan itu kakak kelaparan dek, disuapin makan sama suami. Menyusui pertama kali pun ditemani samam suami kakak”

(partisipan 1)

“kendala sih gak ada dek, Cuma robek dikit vagina kakak. Dibilang

bidannya itu biasa karena anak pertama itu, gak pande cara ngeden nya. Tapi proses nya lancar-lancar aja dek”

(partisipan 2)

“gak ada masalah dek, bagus-bagus aja lahirnya. Pas uda lahir langsung di

adzani sama suami kakak dek, kan laki-laki tuh. Tapi memang luar biasa kali lah sakit nya, nanti adek rasakan lah kalau melahirkan nanti. Hehee”

(partisipan 3)

“gak ada dek. Lancar, Cuma ya itu. Di bilang ibuk bandal kakak, susah kali

di ajari ngedennya”

(42)

“lancar-lancar aja sampek adek lahir, tapi di jahit juga itu kakak dek, koyak

tapi kata buk sumi Cuma dikit. Biasa kalau anak pertama katanya. Tapi uda gak ada terasa lagi itu, uda dengar adek lahir uda senang kali kakak”

(partisipan 5)

6. Peran suami saat mobilisasi pasca persalinan

Dari hasil penelitian, diperoleh empat orang partisipan yang dibantu oleh suami

pada saat mobilisasi pasca bersalin. Berikut pernyataan partisipan mengenai mobilisasi

pasca persalinan :

“hari pertama langsung bisa jalan kok, tapi ya pelan-pelan gak mungkin

langsung cem jalan biasa. Kadang-kadang di papah suami. Misalnya ntah mau ke kamar mandi”

(partisipan 1)

“bisa langsung jalan di hari pertama itu. Sedikit-sedikit, sambil belajar

jalan jadinya. Namanya luka perih. Kadang kalau jalan sambil megang dinding atau meja, kadang ditemeni suami atau kakak. Gak mungkin juga tidur terus di kamar ya kan ? pusing kalau tidur terus”

(partisipan 2)

“udah. Gak ada pantangan untuk jalan. Dari tempat tidur bersalin ke

tempat istirahat selesai bersalin uda jalan sendiri dek. Pelan-pelan lah, di papah suami sama bu sumi juga. Itu enak nya yang normal ini bersalin nya. Hari pertama pun uda bisa jalan”

(43)

“kalau cerita hari.... hari pertama kakak uda bisa langsung jalan kok dek,

gak ada masalah. Di bantu sama suami kakak juga. Tapi ya wajar kalau jalan nya lambat gak kayak biasa. Menjaga yang dijahit ini lgi, semua mau di jaga dek. Lasak kali pun takutnya koyak lagi nanti, makanya semua di jaga betul-betul lah”

(partisipan 5)

7. Orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas

Setiap ibu memerlukan dukungan dalam menjalani masa nifas nya. Dari hasil

penelitian di peroleh bahwa seluruh partisipan mendapat dukungan selama masa

nifasnya. Hal tersebut dapat di lihat pada pernyataan berikut :

“kalau ditanya dukungan ya jelas lah dek, terutama dari suami. Perhatian

gitu sama kakak. Yang biasanya pun kita ngerjai urusan rumah eh ini gantian sama suami. Mertua juga datang jenguk. Kalau mamak sama adek kakak sempat nginap dirumah”

(partisipan 1)

“sedikit banyak nya pasti keluarga yang ngasih semangat selalu siap

bersalin itu. Kalau bukan mereka siapa lagi coba kan dek ? apalagi suami. Alhamdulillah kakak dapet suami yang pengertian jadi ngejalani semuanya pun enak, gak ada beban”

(partisipan 2)

“yang selalu ada tentunya suami, sama mamak kakak. Kadang-kadang ada

(44)

(partisipan 3)

“alhamdulillah banyak keluarga yang ngunjungi siap bersalin. Seneng

rasanya disemangatin gitu. Bikin kita jadi semangat mau ngurus anak. Apalagi kan ini anak pertama, masih belum pengalaman ganti popok, mandiinnya. Tapi ya gitu, keluarga semuanya baik-baik”

(partisipan 4)

“keluarga semua seneng waktu kelahiran si adek ini. Ganti-gantian mereka

nengokin kakak. Hari pertama pun da rame, orang tua kakak, mertua, pokoknya banyak. Cuma ya karena kakak lemes jadi gak banyak cakap. Kalau suami ya, itu da pasti deket kakak selalu. Ngeluh kakak sedikit langsung di tanya. Tapi ya memang harus gitu lah, biar kita pun senang”

(partisipan 5)

C.Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan literatur yang berhubungan dengan

pengalaman ibu primipara yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan yang

meliputi respon psikologi ibu dalam persalinan, perasaan ibu saat didampingi suami,

hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika berada diruang bersalin, peran pendamping, dampak

positif ibu didampingi saat proses persalinan, peran suami saat mobilisasi pasca persalinan,

dan orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Respon psikologi ibu dalam persalinan

Dari hasil penelitian partisipan menyebutkan bahwa mereka mengalami perasaan

(45)

Rukiyah (2009) dalam bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Persalinan II

menyebutkan bahwa ibu-ibu yang menghadapi persalinan akan mengalami

perubahan psikologi. Perubahan psikologi tersebut tergantung pada persiapan dan

bimbingan antisipasi yang ibu terima selama persalinan, dukungan yang di terima

wanita dari pasangan nya, orang terdekat lainnya, keluarga dan pemberi perawatan,

lingkungan tempat wanita tersebut berada, sistem pendukung dan faktor lainnya.

Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu sangat mempengaruhi jalannya

persalinan. Jika proses kelahiran ini disertai banyak ketegangan batin dan rasa cemas

atau ketakutan yang berlebihan atau disertai kecenderungan-kecenderungan yang

sangat kuat untuk lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran bayinya

maka proses kelahiran bayi bisa menyimpang dari normal dan spontan, proses nya

akan sangat terganggu dan merupakan kelahiran yang abnormal (Rukiyah, 2009)

b. Perasaan ibu saat didampingi suami

Pada penelitian ini diperoleh bahwa semua partisipan yang didampingi oleh

suami saat menghadapi proses persalinan merasa senang. Meskipun dalam menjalani

proses persalinan mereka disertai rasa takut, deg-degan dan was-was, namun mereka

merasa lebih tenang dan beban sakit yang dirasakan dapat berkurang karena adanya

kehadiran suami yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Musbikin (2012) dalam bukunya yang berjudul persiapan menghadapi

persalinan mengungkapkan bahwa dukungan suami membuat ibu menjadi senang

dan bahagia. Ibu bersalin akan merasa lebih nyaman apabila pasangan selalu

didekatnya dari kehamilan hingga persalinan.

(46)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa suami atau pendamping persalinan telah

memberikan semangat kepada ibu baik dalam bentuk kata-kata maupun

tindakan-tindakan yang dilakukan suami saat berada disamping ibu.

Dalam proses persalinan sangat dibutuhkan pendamping persalinan, yang mana

pendamping persalinan dibutuhkan ibu memberikan dukungan dan bantuan kepada

ibu saat persalinan serta dapat memberi perhatian, rasa aman, nyaman, semangat,

menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau status emosional menjadi

lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses persalinan (Danuatmaja, 2004)

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika berada diruang bersalin

adalah membantu istri untuk menghitung waktu kontraksi, memberikan ketenangan

kepada istri yang sedang merasa takut dan cemas, melontarkan cerita-cerita lucu

yang membuat terhibur atau mengajak istri bercanda, dan membantu istri melatih

pernafasan.

Kemudian suami juga dapat memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk

kata-kata yang menyenangkan perasaan, tidak boleh merasa tersinggung apabila istri

menyalahkan suami terhadap semua rasa sakit yang sedang dirasakan, sebab pada

umumnya apa yang dikatakan oleh istri tidak bermakna sebenarnya dan hanya

merupakan luapan emosi dari kesakitan yang dirasakan, lalu mengusap bagian

belakang tubuh istri dengan lemah lembut untuk mengurangi perasaan tidak

nyamannya, serta memberikan pujian atas semua usaha yang telah dilakukan istri

untuk melahirkan bayinya seta berikan ucapan terima kasih (Musbikin, 2012)

d. Peran pendamping

Dalam proses persalinan, ada beberapa orang yang dapat dijadikan ibu sebagai

(47)

ibu bersalin adalah suami atau keluarga terdekat. Banyak hal yang dapat dilakukan

suami seperti hal nya memijat, menenangkan, dan menolong segala sesuatu yang

ibu inginkan sampai proses kelahiran (Musbikin, 2006)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran pendamping sangat penting dalam

membantu istri menghadapi proses persalinan. Peran pendamping pada setiap kala

persalinan sangat membantu dalam kelancaran proses bersalin.

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan

takut, khawatir ataupun cemas terutama pada ibu primipara (Vitrya, 2013).

Penelitian membuktikan bahwa kecemasan berhubungan dengan peningkatan nyeri

persalinan. Pengaruh persiapan terhadap persalinan, keyakinan dan nilai-nilai serta

dukungan dari suami atau pendamping persalinan termasuk dalam penyebab nyeri

persalinan. Yang perlu diingat bahwa kecemasan yang sangat dapat meningkatkan

produksi rangsangan reseptor pada tingkat korteks serebral, dimana akan

meningkatkan rangsangan reseptor pada daerah panggul karna penurunan aliran

darah dan peningkatan tekanan otot terlebih kehamilan pertama. Tetapi bagi ibu

yang pernah mengalami persalinan, ia sudah tahu apa yang bakal dihadapinya

sehingga kecemasan itu tak begitu besar. Berarti dengan kata lain, jika tidak adanya

peranan suami, tentulah kebutuhan itu tidak akan tercapai sepenuhnya (Sartika,

2011 dalam Vitrya, 2013).

e. Dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh ibu primipara yang bersalin

didampingi suami mengungkapkan bahwa proses kelahiran nya lancar dan tidak ada

(48)

Suami adalah calon terkuat untuk mendampingi istrinya selama persalinan.

Kebanyakan suami yang mau melakukan ini masih bersifat sukarela dan mungkin

hanya sebagian kecil suami yang bersedia untuk melakukan hal itu. Kehadiran dan

dukungan dari suami dapat mempengaruhi proses persalinan (Sartika, 2011).

Seseorang yang mendampingi atau terlibat langsung sebagai pemandu

persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan yang diberikan pendamping

persalinan selama kehamilan, persalinan, dan nifas agar proses persalinan yang

dilaluinya berjalan lancar dan memberi kenyamanan bagi ibu bersalin (Curtis,

1999)

f. Peran suami saat mobilisasi pasca persalinan

Mobilisasi sedini mungkin (early ambulation) dapat membantu ibu merasa

lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kencing lebih baik dan early

ambulation I memungkinkan bidan mengajar ibu memelihara anaknya, mengganti

pakaian, dan melakukan aktifitas sehari-hari lainnya. Early ambulation dilakukan

sesuai dengan kondisi ibu. Jika terdapat komplikasi, ibu akan membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk melakukan mobilisasi secara dini (Rohmah, 2010)

Dari lima partisipan diperoleh bahwa mereka sudah berjalan sejak hari pertama

setelah persalinan. Dan empat dari lima partisipan mengatakan bahwa suami telah

membantu ibu dalam proses mobilisasi pasca persalinan.

g. Orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas

Dukungan dari orang-orang yang berada di sekitar ibu sangat mempengaruhi

psikologis ibu pada masa nifas (Maryunani, 2009). Dari hasil penelitian diperoleh

bahwa seluruh partisipan merasa senang dengan adanya dukungan seperti dari

(49)

praktiknya juga harus dilakukan oleh bidan dalam setiap kunjungannya dengan

menerapkan komunikasi terapeutik untuk menciptakan hubungan baik antara bidan

dan pasien dalam rangka kesembuhan ibu pada masa nifas (Dahro, 2012)

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu,

untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki kemampuan untuk

melakukan wawancara mendalam. Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen masih

membutuhkan banyak pengalaman agar hasil penelitian mencakup seluruh aspek yang

di inginkan.

3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan

Dari hasil penelitian ditemukan tentang respon psikologi ibu dalam persalinan,

perasaan ibu saat didampingi suami, hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika berada

diruang bersalin, peran pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses

persalinan, peran suami saat mobilisasi pasca persalinan, dan orang-orang yang

memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas. Hasil penelitian ini dapat di

implikasikan bagi tenaga kesehatan khususnya dalam membuat protap di suatu

pelayanan kesehatan dimana persalinan harus didampingi oleh suami, kemudian bagi

pendidikan dan bagi peneliti selanjutnya.

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap lima orang partisipan yang didampingi suami saat

menghadapi proses persalinan didapatkan pengalaman ibu primipara yang didampingi

suami saat mengahadapi proses persalinan sebagai berikut : respon psikologi ibu dalam

persalinan, perasaan ibu saat didampingi suami, hal-hal yang dilakukan suami ketika

berada diruang bersalin, peran pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses

persalinan, peran suami dalam mobilisasi pasca bersalin, dan orang-orang yang memberi

dukungan dalam beraktifitas.

Respon psikologi ibu dalam persalinan yang dialami semua partisipan sama. Ibu-ibu

yang menjalani persalinan untuk pertama kalinya cenderung takut, deg-degan, dan

was-was. Namun mereka merasa lebih tenang karena ada nya kehadiran suami.

Seluruh partisipan yang di dampingi oleh suami saat menghadapi proses persalinan

mengungkapkan perasaan senang dan bahagia karena suami selalu disamping memberikan

semangat saat persalinan berlangsung.

Pada saat persalinan berlangsung, suami telah memberikan dukungan dan dorongan

dalam bentuk kata-kata yang menyenangkan perasaan, mengajak ibu bercerita dan

bercanda, kemudian Mengusap bagian belakang tubuh ibu dengan lemah lembut.

Suami memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi ibu saat bersalin

terutama dalam membantu mengatur posisi ibu ketika bersalin. Seluruh partisipan merasa

(51)

Adanya kehadiran pendamping persalinan membawa dampak yang positif terhadap

kelancaran proses persalinan. Seluruh partisipan yang di dampingi suami mengalami

proses persalinan yang alamiah tanpa ada komplikasi.

Seluruh partisipan sudah melakukan mobilisisasi pasca bersalin di hari pertama

setelah melahirkan, dan pada saat melakukan mobilisasi ibu didampingi oleh suami.

Seluruh partisipan mendapatkan dukungan pada masa nifas seperti dari keluarga,

mertua maupun suami.

B. Saran

Saran yang perlu dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kesehatan

Penolong persalinan harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi

suami untuk mendampingi persalinan istrinya karena akan memberikan manfaat

dalam dukungan psikologis bagi ibu dan kelancaran proses persalinan

2. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk

menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan

kebidanan khususnya pada asuhan sayang ibu yaitu pilihan dalam pendamping

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aini. (2010). Panduan Lengkap Menghadapi Persalinan. Yogyakarta:

Citra Pustaka

Bungin. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Cunningham, F.G., Macdonald, P.C., & Gant, N.F. (1995). Obstetri Williams Edisi 18.

Jakarta: EGC

Danuatmaja. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspa Swara

Hidayat. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba

Medika

Idrus. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial.Yogyakarta: Erlangga

Jones, D.L. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing

Maryunani. (2010). Nyeri Dalam Persalinan. Jakarta: TIM

Musbikin. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil & Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Musbikin. (2012). Persiapan Menghadapi Persalinan.Yogyakarta: Mitra Puataka

Moleong, L.J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Machfoedz. (2010). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya

Marisah,dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.Jakarta: Salemba Medika

Nolan. (2003). Kiat Menjadi Ayah Baru. Yogyakarta: quills book publisher kehamilan dan

melahirkan. Arcan

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Polit, D.F & Hungler, B.P (1999). Nursing Research (Principles and Methods).

Philadhelphia : Lippincot

Rukiah, AY (2009). Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta : TIM

Sartika. (2011). Peran Serta Suami Selama Proses Persalinan Istrinya di Klinik Nirmala

Medan

Simbolon, S.M. (2013). Riset Keperawatan dengan Pendekatan Kualitatif. Seminar Sehari

Keperawatan FK-USU, 7 Desember 2013. Medan

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wahyuni. (2013). Pengalaman Ibu Postpartum Yg Mengalami Robekan Perineum di Klinik

(53)

Yanti. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka

(54)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Nama : Nurul ‘Ilmi

Nim : 135102109

Saya adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengalaman

ibu primipara yang di dampingi suami saat menghadapi proses persalinan.

Dalam hal ini saya sangat mengharapkan kesediaan ibu untuk menjadi partisipan

demi berjalannya penelitian ini. Ibu akan diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada lembar kuesioner dan pertanyaan yang akan saya tanyakan pada ibu.

Penelitian ini tidak akan membawa dampak buruk bagi ibu dan segala kerahasiaan

ibu akan dijaga dengan baik oleh peneliti baik identitas maupun informasi-informasi yang

sudah disampaikan oleh ibu dan dipergunakan sepenuhnya untuk kebutuhan peneliti.

Penelitian ini bersifat sukarela sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada

sanksi apa pun yang diberikan.

Atas kesediaan ibu menjadi partisipan saya ucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014

Tanda Tangan Partisipan

(55)

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

No. Partisipan :

Pengkajian data demografi

Petunjuk Pengisian

- Semua pertanyaan harus dijawab

- Untuk nomor 1 dijawab dengan mengisi pertanyaan yang diuraikan

- Untuk pertanyaan selanjutnya dijawab dengan memberikan tanda check list (ѵ)

pada tempat yang telah disediakan.

- Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.

1. Umur Ibu : tahun

2. Persalinan ke :

3. Agama : ( ) Islam

( ) Kristen Protestan

( ) Kristen Katolik

( ) Hindu

( ) Budha

4. Suku : ( ) Batak

( ) Jawa

( ) Melayu

( ) Minang

( ) dll

5. Pendidikan : ( ) SD

(56)

( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi

( ) dll

6. Pekerjaan : ( ) PNS

( ) Pegawai Swasta

( ) Wiraswasta

( ) Ibu Rumah Tangga

(57)

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana pengalaman ibu ketika didampingi suami saat

menghadapi proses bersalin ?

2. Apa saja yang dilakukan suami ibu saat mendampingi ibu ketika bersalin ?

3. Bagaimana perasaan ibu ketika suami berada disamping ibu saat bersalin ?

Gambar

Tabel 4.1 Data Demografi Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Variabel penelitian ini ditemukan lima kategori pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh bidan yaitu; persiapan persalinan, perasaan ibu menghadapi proses

Dari hasil penelitian yang dilakukan Mochdari dan Mahdiya (2012), terhadap hubungan perilaku pendamping suami dengan tingkat kecemasan proses persalinan pada ibu primipara

Kecemasan berat pada ibu ini dikarenakan adanya dukungan suami yang kurang maksimal, dimana suami tidak selalu berada disamping ibu karena merasa tidak tega dan

Salah satu tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dimiliki oleh seorang istri pada saat menghadapi proses persalinan yaitu kehadiran suami mereka, dimana

Dilihat dari Odds Ratio (OR) dapat disimpulkan bahwa ibu primigravida yang menghadapi proses persalinan kala I tanpa didampingi oleh suami mempunyai peluang 6,750

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi proses persalinan kala I dengan

Berdasarkan Tabulasi Silang Hubungan Dukungan suami Dengan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan,hasil data menunjukkan bahwa sebagian besar

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan bahwa ada dukungan suami pada ibu hamil menghadapi persalinan di PuskesmasTegalrejo