• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan di puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan di puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

viii Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507

Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang. xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment

ABSTRACT

Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety which could be learned by them on Stuart’s and Lairaia’s, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller.

The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with α : 5%. Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and behaviour.

The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with anxiety, and behavior (0,931) hadn’t connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which mother having.

(2)

viii Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran

ABSTRAK

Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikan terutama masalah gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kecemasan. Kecemasan dapat muncul saat seseoang menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya adalah kecemasan yang dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap lingkungan baru, terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Pada penelitian ini diteliti tentang faktor predisposisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi, Tetapi penelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan interpersonal dan behavior dijadikan sebagai pengontrol.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional, tehnik pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli tahun 2010. Analisis bivariat menggunakan Multinomial Logistic dengan α = 5%. Instruments yang digunakan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) , dukungan keluarga, interpersonal, dan behavior.

Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas sedang 19.2%). Pada analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan interpersonal (p=0.001) menunjukkan terdapat hubungan dengan kecemasan, sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan kecemasan. Berdasarkan analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour (p=0.012).

(3)

Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar

Sarjana Keperawatan (S. Kep)

NUR JANNATUN NA’IM 106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(4)

NUR JANNATUN NA’IM 106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(5)

semangat untuk menolong hamba-hamba MU y ang membutuhkan ak u, jangan biarkan

dak u di k uasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa

ak u mempuny ai sesuatu y ang bisa di berikan kepada orang lain.

Wahai Alloh, pelabuhan tempatk u menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku

dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan y ang aku alami . jangan

biarkan aku menjadi manusia y ang instan y ang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa

di dahului oleh kerja keras.

S emoga ak u dapat memberikan y ang terbaik untuk semua orang y ang pernah hadir

dalam hidupku, baik ia mengukir suk u, duka ataupun y ang meny isakan luka. Ku y akin

semua itu adalah sebagian dari kisah y angharus ku lalui, y ang semakin

mendewasakanku

Terima kasih untuk pake, make, saudaraku, keluarga di Klaten

Untuk bapak ibu guru, y ang sabar dan ikhlas membimbingku

(6)
(7)

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek

No telp : 083892417090 / 082111773740

Nama orang tua

Ayah : Amad Suparman

Ibu : Sami

Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu

2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta

2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prodi Ilmu Keperawatan

Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi

(8)

xiii

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

DAFTAR SINGKATAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...……… 1

B. Rumusan Masalah……….……... 8

C. Pertanyaan penelitian………... 8

D. Tujuan Penelitian………..……….…… 9

E. Manfaat Penelitian……….…….. 10

(9)

xiv

A. Kecemasan………..………... 11

1. Pengertian Kecemasan……….….……... 11

2. Jenis Kecemasan………..……...… 11

3. Tingkat Kecemasan……….….…….…. 12

4. Rentang Respon Kecemasan………..…….…….14

5. Respon Kecemasa………..…………. 14

6. Reaksi Kecemasan……….……...…...…..… 16

7. Mekanisme Koping………..………...……..…… 16

8. Gejala Kecemasan………... 17

9. Factor Pencetus……….…... 18

10. Mekanisme Pertahanan Kecemasan……….…………... 19

11. Alau Ukur Kcemasan…………...……….…….... 20

12. Tindakan Keperawatan………..………..……….. 21

13 Terapi Farmakologi……….24

14 Faktor Predisposisi………. 25

a. Psikoanalisa….. ………...……….25

b. Interpersonal………..………26

c. Behavior……….28

(10)

xv

B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan……… ….37

1. Kehamilan……….………. ..37

2. Persalinan……….………..……… ..42

C. Kerangka Teori……….………... 43

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL A. Kerangka Konsep………..………... 43

B. Hipotesis……….………. 44

C. Definisi operasional……….……… 48

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian……….…….……… 49

B. Lokasi dan waktu penelitian……….………... 49

C. Populasi, sampel, dan teknik sampling………..……….. 49

1. Populasi…………...………..………. .50

2. Sampel ……….……….. 50

3. Besar sampel………..………. 51

D. Kriteria sampel………..………... 51

E. Pengumpulan data………..…….. 51

1. Jenis data………..…... 52

(11)

xvi

F. Uji validitas dan reabilitas instrument……….………… 55

G. Pengolahan data……….……….. 56

1. Editing……….……….……….…….. 56 2. Coding………..…….. 56 3. Entry data………..………….. 56

4. Melakukan teknik analisis……….………. 56

H. Analisis data………..…………... 57

1. Analis Univariat...……….………. .57

2. Analisis Bivariat………...…..……….57

3. Analisa Multivariat………..………… ...60

I. Etika penelitian……….………... 60

1. Informed Consent……….……….……….. 60

2. Anonimity (tanpa nama)……….………. 60

3. Kerahasiaan (confidentiality)……….………. 60

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian……….……….. 61

1. Letak wilayah………..………...……. 61

2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang………...…… 61

(12)

xvii

B. Hasil Analisa Univariat……….…... 64

1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara……….………….…….... 64

2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara………...………… 64

3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara……….………..….65

4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara………...………… 67

C. Hasil Analisa Bivariat………..……… 67

1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan……… 67

2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan…..…….…….… 68

4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan……….…….………. 69

D. Analisis Multivariat………..………....….. 74

BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ………...…..……….. 75

B. Instrumen Penelitian……….... 76

C. Interpretasi dan Hasil diskusi………..…….…... 77

1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan……….….. 77

2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan………82

3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ……….….….……... 84

4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal dan behaviour……….………...…….. 85

(13)

xviii DAFTAR PUSTAKA

(14)

xix No. tabel

2.1 Obat Anti ansietas...…. 41

3.1 Definisi Operasional………. … 38

4.1 Skala Kecemasan………... 51

4.2 Skala Likert ……….52

5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan………..63

5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga……….…...64

5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan……...65

5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal………...66

5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan…………...67

5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan………...68

5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga………...69

5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal………70

5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour……….71

5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen………...…...72

(15)

xx

No. Bagan Halaman

2.1 Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental……… …..32

2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres...…..33

2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ...…..43

2.4 Kerangka Teori………... 55

(16)

xxi Lampiran

1. Surat ijin penelitian

2. Informed consent

3. Kuesioner

4. Hasil analisa Univariat

5. Hasil analisa Bivariat

(17)

xxii

DAFTAR SINGKATAN ACTH : Adreno Cortico Tropin Hormone

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

FSH : Folicle Stimulating Hormone

GABA : Gamma Amino Butiric Acid

GH : Growth Hormone

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

SSP : Susunan Syaraf Pusat

THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan

WHO : World Health Organization

ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale

(18)

1 A. Latar Belakang

Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa

status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami

gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%

populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar

20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan

peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental (WHO, 2005).

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara

signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia

prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh

lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut

mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila

tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.

Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan

menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut

Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

(19)

Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang

diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu

kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh

adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman

traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam

mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati,

2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan

sehari-hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan

menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.

Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi

seorang ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling

dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini

memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan

dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya waktu menghadapi

persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh anggota

keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin,

tetapi juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan

perubahan hubungan setiap anggota keluarga.

Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi

berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan

mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran

(20)

ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas tertentu, menerima kehamilan,

mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan pasangannya, membangun

hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri menghadapi

persalinan ( Stainton, 1984).

Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi,

terutama ibu primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak,

2004). Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika

bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu

mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu

menjadi lebih introspektif dan mulai banyak memikirkan dan mencemaskan

persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu mulai protektif terhadap bayi

yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang dapat mengurangi

kesejahteraannya (Hamilton, 1995).

Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh

bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan

mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan

terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada

ibu hamil.

Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta

previa, suasana psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu

dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada

(21)

stres meningkat (beta-endorphin, hormon adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan

epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam menghambat persalinan dapat

dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat menghambat

dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan

mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).

Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan

keletihan bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah

yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan

rahim ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi

yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu

hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar tanpa

hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka persalinan akan berjalan

semakin lancar (Zaenal, 2002).

Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan

menyebabkan depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian

mengindikasikan beratnya perubahan suasana emosi pada periode postpartum

berkorelasi dengan beratnya kecemasan selama kehamilan. Penelitian lain juga

menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap permusuhan selama kehamilan

berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth, 1980).

Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan

yang dialami ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan

(22)

kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.

(Dagun, 1991).

Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan

Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi

persalinan mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan.

Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh

cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008),

mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang

diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan

kecemasan antara lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada

penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan

yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang

dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan.

Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi

dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior,

tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara

objektif.

Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan

tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya.

(23)

cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan

wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih

mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan

menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada

tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu

mengatakan khawatir menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait

dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami

atau salah satu anggota keluarganya.

Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan

merupakan tugas yang sangat berat :















































Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

(24)

                                                                    

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu

bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan

susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,

sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

"Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau

berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang

saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)

kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya

Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III

terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis,

tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak

ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri

(25)

salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu

primipara menghadapi persalinan.

B. Rumusan Masalah

Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa

dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal

ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan

persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.

Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya

kecemasan, yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi

penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga

sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi

(Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang

adanya hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi

persalinan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

2.Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi

persalinan di Puskesmas Pamulang ?

3.Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara

(26)

4.Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol

interpersonal dan behavior ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi

persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu

primipara trimester III dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara

dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah

dikontrol interpersonal dan behavior.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan keperawatan

Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III

menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama

(27)

2. Bagi tenaga kesehatan

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Puskesmas Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya

yang sesuai dalam mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester

III, terutama untuk health promotion dan health prevention.

3. Bagi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu

keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan

jiwa tentang penyebab kecemasan.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan

pengembangan ilmu berkaitan dengan kecemasan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan

dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu

interpersonal dan behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan

terhadap kecemasan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena

Puskesmas Pamulang mempunyai jumlah ibu primipara tertinggi dibanding

Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi penelitian ini adalah ibu primipara

(28)

Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari

kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika,

menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang

dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang

bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan

tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan

merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di

sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).

Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak

menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,

ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud

(dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu

perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti

perubahan detak jantung dan pernafasan.

2. Jenis Kecemasan

Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita,

(30)

a. Kecemasan realita

Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan

semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

b. Kecemasan neurotik

Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu

yang dapat membuatnya terhukum.

c. Kecemasan moral

Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup

berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan

dengan norma moral.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami

oleh individu, yaitu : a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk

(31)

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi

pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan

pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,

mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan

berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi

yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,

tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi

menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan

keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

(32)

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami

kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini

adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan

inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

5. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon

adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif)

dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan

koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu

menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus

diri (Suliswati, 2005).

6. Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag

ketika mengalami kecemasan :

a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.

1) Kardio vaskuler

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi

(33)

2) Respirasi

Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

3) Kulit

Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,

rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

4) Gastrointestinal

Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea,

diare.

5) Neuromuskuler

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,

kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

1) Perilaku

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,

menghindar.

2) Kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,

bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir

yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan

lain-lain.

3) Afektif

(34)

6. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.

a. Konstuktif

Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak

nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.

b. Destruktif

Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

7. Mekanisme Koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang

digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan

situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping

dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan

secara realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan

untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau

mengorbankan aspek kebutuhan personal.

b. Mekanisme Pertahanan Ego

Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme

(35)

diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif

terhadap stres.

8. Gejala Kecemasan

Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas

dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu

a. Fase 1 (satu)

Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan

diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh

merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan

noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di

otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini

menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri

dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan

antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat

pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme

peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf

fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2 (dua)

Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur

dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak

ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah

(36)

menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang

dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan

kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada

keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam

diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat

sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3 (tiga)

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap

saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan

gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi

kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa

perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan

stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang

sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah

mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai

gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

9. Faktor Pencetus Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat

disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal

(37)

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang

untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa

disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman

keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan

mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator

menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.

b. Ancaman terhadap self esteem

Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan

integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan

seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status

pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu

kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di

dalam masyarakat.

10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan

Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain

adalah:

a. Represi

Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari

kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak

(38)

b. Reaksi Formasi

Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan

tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk

yang lebih dapat diterima.

c. Proyeksi

Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu

impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya

melainkan milik orang lain.

d. Regresi

Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa

periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi

dan kecemasan yang saat ini dihadapi.

e. Rasionalisasi

Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman

kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat

diterima oleh kita.

f. Pemindahan

Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek

lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.

g. Sublimasi

Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id,

(39)

Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan

hanya diterima namun dipuji.

h. Isolasi

Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima

dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,

merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

11. Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale

(ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,

1998). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety

Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat

kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Instrumen ZSASdikembangkan oleh William W.K Zung (1997).

Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal

berbentuk respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut

dan khawatir terhadap ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada

konflik-konflik di dalam diri sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan

sistem syaraf simpatik. Berdasarkan analisis statistik, ZSAS mampu membedakan

dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa lain dan juga hubungan antara

(40)

12. Tindakan Keperawatan

Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk

mengatasi koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas

antara lain : mengkaji kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan

tingkat koping, menentukan mekanisme pertahanan yang harus digunakan,

mengidentifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan,

mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa

yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme

koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk

menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta

ketrampilan penyelesaian masalah).

Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan

bahwa tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan

cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien,

menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan,

memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres,

menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai hasil diagnose keperawatan dan

prognosisnya.

Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok

pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi,

mendengarkan penuh perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi

(41)

cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke arah pengurangan ketegangan membantu

klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan, membantu klien

dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa yang akan datang,

menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan klien untuk

menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan

beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :

a) Terapi kognitif

Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang

didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada

penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi

pikiran, terapis membantu klien mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan

kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis

dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ide–ide yang

membangun.

b) Terapi perilaku

Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara

langsung dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000)

menegaskan bahwa terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan

kecemasan terutama jika dikombinasikan dengan farmakoterapi.

c) Teknik relaksasi

Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot.

(42)

tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang

terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi,

mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.

d) Modelling

Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku

yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.

14.Terapi Farmakologi

Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan

diklarifikasikan menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative,

hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi

susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja

yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan

melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat

anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan

somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala

insomnia dan kecemasan.

Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti

ansietas yakni, pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,

letih, depresi, sakit kepala, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas),

kardiovaskuler (hipotensi ortostastik, takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan

THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus), gastrointestinal (anoreksia, mual, kering,

(43)

hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah

[image:43.612.121.467.191.359.2]

ada serta reaksi hipersensitivitas.

Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas

Nama Generik Dosis (Mg/ hari)

Alprazolam (xanax) 1- 4

Diazepam (Valium) 2 -40

Fluoxetine (Prozac) 20 – 60

Clomipramine (Anafranil) 50 – 250

Lorazepam (Ativan) 1 – 6

15. Faktor Prediposisi Kecemasan a. Psikoanalisa

Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu

sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat

normal, adaptif, maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan.

Freud mengatakan bahwa prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto

Rank, 1986).

Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman

dengan setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir

individu dihadapkan pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus

beradaptasi dengan realitas, yaitu kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan.

(44)

dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir,

dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang

berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang

bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak

dapat terpuaskan merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan

kecemasan.

Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu

termotivasi untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu

bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka

ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan

mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta

berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu

juga dapat mengikuti kata hatinya.

b. Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan

termasuk dalam peristiwa yang paling mempengaruhi dalam pengalaman orang.

Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi, dan jenis lain dari penolakan memiliki

kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Akibatnya, orang

termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak perilaku manusia

(45)

interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta

mengakibatkan kecemasan.

Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal

transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan

perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma

kehilangan, dan kematangan kepribadian.

Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman,

kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga

diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian,

rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam

(2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui

hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya.

bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa,

dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat

menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang

akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul

dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah

satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.

Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami

kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan

individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini

(46)

c. Behaviour

Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli

perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan

muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi

kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah

dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang

disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut

mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri.

Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal

ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).

Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari

luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana

orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon

sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk

mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi

yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang

sama (Stuart dan Laraia, 2005).

Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang

(47)

kecemasan meningkatkan persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya

(Stuart dan Laraia, 2005).

Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu

interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,

kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan

ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap

masyarakat. Konflik bertentangan dengan integrasi.

Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang

terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat

menciptakan konflik.

1) Faktor penyebab konflik.

a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia

adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan

yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan

sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik

sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan

dengan kelompoknya.

b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.

(48)

a) Pendekatan-pendekatan

Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan.

Konflik ini jarang menimbulkan kecemasan.

b) Pendekatan-penghindaran

Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.

c) Penghindaran-penghindaran

Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan

tersebut merupakan hal yang tidak diinginkan.

d) Double Pendekatan- penghindaran

Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak

menguntungkan, keduanya merupakan pilihan.

6) Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga.

Kecemasan disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi

pada keluarga dan epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap

keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati

(2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi

kecemasan.

Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat

mengalami kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua

(49)

keluarga dalam menimbulkan kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga

yang diberikan ketika menghadapi peristiwa penting dalam kehidupan.

Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan

kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan

sebagai bantuan orang saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam

hidup. Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet,

2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi

1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap yang bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan

emosional yang dapat diberikan

a) Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.

b) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban.

c) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.

d) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian.

e) Adanya dukungan timbal balik.

2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang

lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan

dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan

penghargaan yang dapat diberikan:

a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.

b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.

(50)

3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota

keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada

situasi tertentu.

4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan

balik.

5) Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu

kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan

integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998

dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan

mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka

diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi

seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh

positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga

yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).

Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga

dalam menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi

seseorang (Taylor, 2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.

Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup

luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan

kesejahteraan seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan

(51)

dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat

dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau

gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan

pengaruh orang yang berarti merupakan faktor–faktor dari lingkungan eksternal yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.

Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh

tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang

ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model

ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai

dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor

yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari

lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang

tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak Faktor

lingkungan eksternal (dukungan

keluarga)

Penguatan tingkah laku

Pengaruh orang berarti

Dorongan semangat

Contoh / model

(52)

mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan

tinggi mengalami dampak negatif dari stres.

Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.

Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang

paling penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh

suaminya selama kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih

komplikasi persalinan dan kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum

(Grossman, dkk, 1980; May, 1982).

e. Dasar Biologi

Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat

nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan

fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart

dan Sundeen, 1998).

Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter

Gamma Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak

yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan

penghambatan neurotransmitter di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan Stres

Kurang dukungan

keluarga Sakit

(53)

mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran

reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi

penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan lambat

(54)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

antisipasi ringan sedang berat panik

Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005). Faktor predisposisi

Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi

Kekuatan koping

Mekanisme koping Faktor presipitasi

Integritas fisik

System self esteem

Penilaian stressor

Konstruktif

Mekanisme pertahanan Ego Reaksi berorientasi

tugas

(55)

B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan 1. Kehamilan

Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan,

harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap

menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman

masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman

sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan

tersebut (Whalen, 1987).

Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan

yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan

menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak

menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang

dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar

tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu

melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya, kehilangan sifat menarik,

perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya pekerjaan dan

aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas

atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).

Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester

ketiga yang dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester

(56)

a.Trimester ketiga

Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.

Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang

lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik . Alasan yang mungkin

menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk

melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya ( Kosim, 1970).

Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai

perasaan emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami

perubahan. Ibu akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu

akan merasakan berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk

bertemu bayi baru anda. Mungkin juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai

berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan

pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi pada kehamilan trimester

ketiga:

a) Payudara

Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang

kaya akan protein.

b) Konstipasi

Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke

daerah usus selain peningkatan hormone progesterone.

c) Pernafasan

(57)

tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa

terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya

tekanan bagian tubuh bayi dibawah tulang iga ibu.

d) Sering BAK

Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin

menekan kandung kencing ibu.

e) Masalah Tidur

f) Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah

panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir

kehamilan kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul.

h) Kontraksi Perut

Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang

ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.

i) Bengkak

Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan

kaki, kadang tangan juga bengkak disebut ede

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Skala Kecemasan
Tabel 4.2 Skala Dukungan Keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Barkley,E dkk (2012 :5) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kolaboratif semua anggota kelompok harus ikut berperan untuk meraih tujuan yang telah ditentukan. Seandainya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan disiplin kerja dan faktor yang mempengaruhi disiplin kerja di Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian

xi PENGARUH KESELAMATAN KERJA, KESEHATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN (STUDI KASUS PADA PT. WAHANA ABADI RAYON PURBALINGGA).. Muhammad Yopie Wibisosno 1

penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “ Rancang Bangun Aplikasi Pencarian Letak Buku Berbasis Mikrokontroler di Perpustakaan ”. Laporan akhir ini disusun

a. Lembaga dan Pusat Pengembangan PPL UNNES yang memberikan layanan akademik PPL kepada mahasiswa semester 7 tahun akademik 2012/2013 dengan optimal. Layanan

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of

Kriteria pencarian yang kedua yaitu berdasarkan jenis parameter kelautan suhu permukaan laut atau a parameter kelautan, kelompok data di tampilkan pada tabel hasil

Disamping itu pelayanan lain yang sangat dibutuhkan olah masyarakat Kepulauan Kangean adalah pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Satuan Administrasi Manunggal