• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RSUD dr. Moewardi Surakarta dengan mengambil rentang waktu antara bulan September sampai dengan Desember 2012. Didapatkan sampel sebanyak 41 remaja yang berumur antara 15 – 18 tahun. Data berasal dari kuesioner, hasil pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ekokardiografi.

commit to user

Pada penelitian ini subyek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (32 vs 9 orang). Umur subyek penelitian berkisar antara 15 sampai 18 tahun dengan 8 subyek berumur < 17 tahun dan 33 subyek

berumur ≥ 17 tahun. Pada penelitian ini digunakan batasan umur 15-18 tahun atau batasan maksimal dari batasan umur anak sesuai dengan WHO, karena berdasarkan penelitian sebelumnya dengan metode otopsi ternyata pada umur 15-18 tahun telah didapatkan timbunan plak ateroma pada tunika intima pembuluh darah (Myung, 2008). Pada penelitian lainnya dinyatakan meskipun komplikasi dari aterosklerosis jarang dijumpai sebelum usia pertengahan, tetapi sebenarnya proses aterosklerosis sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dengan derajat aterogenesis yang sangat berkaitan dengan faktor-faktor risiko (Hoffman, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Bogalusa Heart Study dan PDAY Research Group memperlihatkan bahwa proses aterosklerosis telah dimulai sejak masa kanak-kanak dan berkembang cepat pada usia remaja dan dewasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 30% remaja yang berumur 16-20 tahun mengalami fibrous plaque pada arteri koronernya dan prevalensi ini meningkat mencapai 70% sebelum usia 26-39 tahun (Ontoseno, 2010). Sehingga pada penelitian ini diharapkan jika dilakukan pemeriksaan ekokardiografi pada remaja yang berumur 15-18 tahun sudah dapat mendeteksi adanya penebalan tunika intima pembuluh darah.

Dari hasil pemeriksaan VCAM-1 didapatkan kadar terendah sebesar 567.3 ng/mL dan tertinggi 1826.8 ng/mL dengan median 998.9 ng/mL. Dari hasil pemeriksaan ekokardiografi, tunika intima a. karotis komunis dinyatakan tebal

commit to user

36

jika ≥ 0.125 mm dan tipis jika < 0.125 mm. Dari korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis didapatkan hasil OR:1.10; CI95%:0.32 sd 3.75, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna (p=1.000). Keadaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan adanya korelasi yang positif antara molekul adhesi (VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) dengan peningkatan ketebalan tunika intima pembuluh darah (Lim, 2008). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pada angiogram penderita aterosklerosis didapatkan korelasi positif antara luasnya lesi aterosklerotik dengan kadar VCAM-1 di sirkulasi. Selanjutnya dinyatakan bahwa VCAM-1 merupakan penanda yang sangat kuat serta optimal serta dapat memberikan gambaran mengenai perluasan lesi aterosklerotik (Peter, 1999). Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori mengenai korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima kemungkinan karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara riwayat BBLR, kebiasaan berolahraga, merokok, kebiasaan mengkonsumsi buah/sayur, dan minum minuman keras dengan ketebalan tunika intima. Subyek dengan riwayat BBLR memilik risiko penebalan tunika intima 1.33 kali lebih besar jika dibandingkan dengan subyek yang bukan BBLR (OR:1.33; CI95%:0.26 sd 6.88; p=1.000). Anak yang lahir dengan berat lahir rendah dilaporkan mempunyai kadar kortisol yang lebih tinggi. Hipotesis pada penelitian yang ada dikatakan bahwa perubahan atau gangguan sekresi kortisol yang diikuti oleh obesitas akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik dan penyakit jantung pada usia dewasa (Ijzerman, 2003). Penelitian lain menyebutkan terdapat hubungan antara

commit to user

berat lahir dengan perubahan pada endotel vaskuler pada masa dekade pertama. Hal ini didukung konsep bahwa faktor prenatal mempunyai pengaruh langsung pada dinding pembuluh darah yang akan dimulainya proses aterogenesis sejak awal kehidupan, dengan berjalannya waktu pengaruh prenatal ini bersama dengan fakror risiko klasik akan mempercepat aterogenesis (Gale, 2006; Robyn, 2007). Pada BBLR juga didapatkan peningkatan kadar apolipoprotein B yang merupakan prediktor terhadap terjadinya aterosklerosis, didapatkan hasil yang signifikan dimana terdapat kadar Apo B dan rasio Apo B dan A-1 yang lebih tinggi pada BBLR daripada yang lahir dengan berat normal (Ijzerman, 2003; Skidmore, 2004).

Subyek yang mempunyai kebiasaan merokok akan memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.00 kali tetapi hasil tersebut tidak bermakna (p=0.354). Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa perokok aktif dan pasif cenderung mengalami peningkatan risiko mendapatkan penyakit kardiovaskuler. Meskipun mekanisme merokok dengan disfungsi kardiovaskuler sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, tetapi kebiasaan merokok akan meningkatkan proses inflamasi, trombosis, dan oksidasi (Endemann, 2004; Santos, 2008; Hyong, 2010).

Kebiasaan berolahraga berpengaruh terhadap ketebalan tunika intima, dimana subyek yang tidak pernah berolahraga akan memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.25 kali jika dibandingkan dengan subyek yang mempunyai kebiasaan berolahraga (OR: 2.25; CI95%: 0.59 sd 8.52), meskipun hubungan tersebut tidak bermakna dengan p=0.326. Hal ini sesuai dengan

commit to user

38

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan terjadinya aterosklerosis (Klish, 1998; McMahan, 2006).

Subyek yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima 2.12 kali lebih besar jika dibandingkan dengan subyek yang tidak mengkonsumsi miras. Kebiasaan mengkonsumsi sayur/buah memberikan hasilyang bermakna dengan p=0.011, dimana subyek yang jarang mengkonsumsi sayur/buah memiliki risiko penebalan tunika intima 6.5 kali lebih besar dari pada subyek yang sering mengkonsumsi sayur/buah (OR:6.50; CI95%:1.59 sd 26.51).

Sayur dan buah termasuk antioksidan eksogen yang kaya kandungan vitamin A, C, dan E, beta-carotene, flavonoid, polyphenol, dan terpenoid. Antioksidan ini berfungsi sebagai radical scavenging antioxidants yang dapat mencegah proses inisiasi dan mengakhiri berkembangnya proses oksidasi. Disamping bersifat sebagai scavenging antioxdants, flavonoid dan polypenol juga dapat meningkatkan produksi glutathion melalui pengaruhnya terhadap ekspresi substrat yang diperlukan untuk sintesa glutation seperti CT cystine antiporter, gamma-glutamylcysteine synthetase dan glutathione synthase (Willcox et al., 2004).

Vitamin E dan C terbukti telah dapat mengurangi berkembangnya aterosklerosis. Kedua vitamin ini diketahui dapat menggagalkan efek stimulasi Angiotensin II pada aktivitas JNK dan p38 dari Vascular Smooth Muscle Cell (VSMC) (Papas, 2008), dan hal ini mendukung temuan dalam penelitian yang

commit to user

dilakukan oleh Cambridge Heart Antioxidant Study (CHAOS) yang menyatakan bahwa vitamin E dapat menurunkan insiden penyakit kardiovaskuler.

Flavonoid oleh karena sifatnya sebagai antioksidan disebutkan dapat mengurangi risiko menderita penyakit pembuluh darah. Antioksidan ini semakin diperlukan dengan meningkatnya stres oksidasi oleh karena penuaan, karena stres oksidasi bilamana dibiarkan akan merusak lapisan endotel yang berakibat pada penyakit pembuluh darah (Fraga, 2012).

Dokumen terkait