• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kadar vcam-1 dengan ketebalan tunika intima pada remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta aggayasti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kadar vcam-1 dengan ketebalan tunika intima pada remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta aggayasti"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA KADAR VCAM-1

DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA PADA REMAJA BERUSIA 15-18

TAHUN DI SURAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama : Ilmu Biomedik

Oleh :

Anggayasti

S500708001

Pembimbing :

Prof. Bhisma Murti, dr, MSc, MPH, PhD

Sri Lilijanti W, dr, SpA (K)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Anggayasti

NIM : S500708001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Hubungan Antara Kadar VCAM-1

Dengan Ketebalan Tunika Intima Pada Remaja Berusia 15-18 Tahun di Surakarta”adalah

betul – betul karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini tersebut diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan

gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2013

Yang Membuat Pernyataan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA KADAR VCAM-1 DENGAN

KETEBALAN TUNIKA INTIMA PADA REMAJA BERUSIA 15-18 TAHUN DI SURAKARTA”.

Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan penelitian dan persyaratan untuk mencapai

derajat magister. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Endang Dewi Lestari, dr., SpA(K) selaku Kepala Ilmu Kesehatan Anak FKUNS/RSDM.

Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengikuti program

Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Muhammad Riza, dr., SpA., Mkes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis

FKUNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Magister di

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang

diberikan.

3. Prof.Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D selaku pembimbing metodologis dan biostatistika

yang dengan kesabarannya meneliti tesis ini, memberikan berbagai masukan yang berguna

sehingga tesis ini menjadi lebih baik.

4. Sri Lilijanti Widjaja, dr., SpA(K) selaku pembimbing substansi yang telah memberikan

banyak waktu dan tenaganya, memberikan semangat, dorongan dan kemudahan bagi penulis

dalam pembuatan tesis ini

5. Semua staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD dr. Moewardi yang

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis selama ini.

6. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr.

Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta, dan Dr. Hari Wujoso, dr., SpF, MM selaku Ketua Program Studi Kedokteran

Keluarga yang telah membantu dan mengijinkan penulis dalam mengikuti pendidikan

mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga di Program Pascasarjana Universitas

(6)

commit to user

vi

7. Orangtuaku tercinta bapak Drs. H. Setijono dan Dra. H. Musijah, MM yang telah banyak

berkorban untuk penulis selama ini. Berjuta ucapan terima kasih pun tidak akan pernah

sanggup menggantikan jasa Bapak dan Ibu selama ini.

8. Suamiku Dr. Ahsin Daroini, SPt., MP terima kasih atas pengertian, dukungan, dan

bantuannya selama ini, semoga Alloh SWT selalu meridhoi keluarga kita. Anakku Irba

Ulwanuttaqiy terima kasih atas kerelaannya berkorban demi Ummi selama ini, semoga Alloh

SWT selalu merohmatimu.

9. Saudariku tercinta Siti Ariffatus Saroh terima kasih atas semangat, sayang dan cintanya

selama ini. Saudariku tersayang Wasis Rohima, Maria Galuh Kamenyangan Sari yang selalu

mendukung dalam kekompakan dan persaudaraan, semoga persaudaraan kita berkekalan.

Buat Renita Damayanti terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini.

10.Semua saudara-saudaraku di PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD dr. Moewardi

Surakarta yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan

dan bantuannya selama ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini yang tidak

dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari

pembaca kami harapkan demi perbaikan tesis ini.

Suarakarta, Januari 2013

Penulis

(7)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...ii

(8)

commit to user

viii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... ... 24

A. Desain penelitian ...24

B. Tempat dan waktu ...24

C. Populasi ...24

D. Sampel dan cara pemilihan sampel ...24

E. Ukuran sampel ... .25

F. Identifikasi variabel ... ... .25

G. Definisi operasional variabel ...25

H. Ijin Subyek Penelitian ...27

I. Alur Penelitian...28

J. Pengolahan data ...29

K. Jadwal Kegiatan... ...30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...31

A. Hasil Penelitian...31

B. Pembahasan...34

C. Keterbatasan Penelitian...39

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN...41

A. Simpulan...41

B. Saran...41

C. Implikasi penelitian...42

DAFTAR PUSTAKA ... ...43

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian...31

Tabel 4.2. Hasil uji chi-kuadrat tentang hubungan antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima arteri karotis komunis...32

Tabel 4.3. Ketebalan arteri karotis komunis menurut berbagai kategori variabel

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses migrasi limfosit yang diperantarai oleh Cellular Adhesion

Molecule...7

Gambar 2.2. Aterosklerosis, potongan pada pembuluh darah arteri...10

Gambar 2.3. Potongan melintang pembuluh darah...16

Gambar 2.4. Skema arteri karotis komunis...19

Gambar 2.5. Kerangka konsep...22

(11)

commit to user

xi

DAFTAR SINGKATAN

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BMI : Body Mass Index

CAM : Celular Adhesion Molecule

CRP : C Reactive Protein

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay

FMD : Flow Mediated Dilatation

HDL : High Density Lipoprotein

IL-1 : Interleukin-1

IL-4 : Interleukin-4

IL-1β : Interleukin-1 Beta

IMT : Indeks Masa Tubuh

LDL : Low Density Lipoprotein Tumor Growth Factor

MCSF : Macrophage Colony Stimulating Factor

NO : Nitrit Oxide

PDAY : Pathobiological Determinants Atherosclerosis of Youth

PDGF : Platelet Derived Growth Factor

PECAM : Platelat Adhesion Molecule

TGF : Tumor Growth Factor

TNF-α : Tumor Necroting Factor-α

USG : Ultrasonografi

VCAM-1 : Vascular Adhesion Molecule-1

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan penelitian...48

Lampiran 2. Persetujuan mengikuti penelitian...49

Lampiran 3. Formulir isian penelitian...50

Lampiran 4. Data dasar penelitian...52

(13)

commit to user

xiii ABSTRAK

ANGGAYASTI. NIM : S500708001. 2012. Hubungan Antara Kadar VCAM-1 Dengan Ketebalan Tunika Intima Pada Remaja Berusia 15-18 Tahun di Surakarta. TESIS. Pembimbing I: Prof. Bhisma Murti, dr., MSc., MPH., PhD II: Sri Lilijanti Widjaja, dr., SpA (K). Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret.

Latar Belakang : Aterosklerosis merupakan penyakit yang progresif yang manifestasinya kadang tidak terlihat sampai usia dewasa, namun sebenarnya perubahan patologis tersebut sudah dimulai sejak dini yaitu pada dekade pertama usia anak-anak. Penelitian oleh Bogalusa Heart Study menunjukkan lebih dari 30% remaja usia 16-20 tahun mengalami plak fibrosa pada arteri koronernya dan prevalensi ini meningkat hingga mencapai 70% sebelum usia 26-39 tahun. Kadar VCAM-1 merupakan prediktor yang kuat dan mampu memberikan gambaran mengenai terjadinya aterosklerosis.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima pada remaja berusia 15-18 tahun.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian potong lintang untuk menganalis hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima arteri karotis pada remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama periode September 2012 – Desember 2012. Persetujuan penelitian didapatkan dari komite etik FK UNS RSUD Dr Moewardi Surakarta. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling. Kadar VCAM-1 diperiksa dengan metode ELISA dan ketebalan tunika intima diperiksa dengan ultrasonografi. Data diolah dengan program SPSS 17.0, analisis data dilakukan dengan Chi square test dan hasil dinyatakan bermakna bila p<0.05.

Hasil : Dari 41 subyek didapatkan 21 subyek (51.2%) mempunyai kadar VCAM-1 yang tinggi

(≥ 998.9 ng/mL), dimana 11 subyek diantaranya memiliki ketebalan tunika intima ≥0.125 mm.

Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima dengan hasil perhitungan statistik (OR:1.10; CI95%: 0.32 sd 3.75; p=1.000).

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun.

(14)

commit to user

xiv

ABSTRACT

Anggayasti. NIM: S500708001. 2013. The Correlation between VCAM-1 Level with

Intima-Media Thickness in Adolescents Aged 15-18 Years at Surakarta. THESIS. Supervisor I: Prof. Bhisma Murti, dr.,MSc., MPH.,PhD, II: Sri Lilijanti Widjaja, dr., SpA (K). Medical F amily

Study Program, Post Graduate Program, with Special Interest Biomedical Science, University of Sebelas Maret, Surakarta.

Background: Atherosclerosis is a progressive disease that manifests sometimes not seen until adulthood, but the actual pathological changes has been started early in the first decade of the age at childhood. Research by the Bogalusa Heart Study showed more than 30% of adolescents aged 16-20 years had coronary artery fibrous plaques and this prevalence increased to 70% before the age of 26-39 years. VCAM-1 levels are a strong predictor and able to provide an overview of the occurrence of atherosclerosis.

Objective : To analyze the relationship between VCAM-1 level and carotid intima-media thickness in 15-18 years old adolescents.

Methods: Cross sectional study was conducted on September 2012-December 2012 at 15-18 years old adolescents in Surakarta. There were 41 subjects selected at purposive sampling. Ultrasonography was performed to determine carotid intima -media thickness, while laboratory examination was done to determine VCAM-1 level. Research approval obtained from the research ethics committee of Medical Faculty of University of Sebelas Maret -Dr Moewardi Hospital, Surakarta. Subjects who fulfilled the inclusion criteria were enrolled in the study. Data processed with SPSS 17.0 and analyzed by chi-square test. Results were significant if p< 0.05.

Results: There were 41 subjects whom 21 subjects (51.2%) had high VCAM-1 levels (≥ 998.9 ng/mL). Among 21 subjects with high VCAM-1 levels, only 11 subjects had carotid intima -media thickness ≥ 0.125 mm. There were no significant correlation between VCAM-1 levels with carotid intima-media thickness (OR: 1.10; 95%CI: 0.32-3.75; p= 1.000)).

Conclusion : there were no significant correlation between VCAM-1 level and carotid intima-media thickness at 15-18 years old adolescents in Surakarta.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aterosklerosis merupakan penyakit yang progesif yang manifestasi

klinisnya kadang tidak terlihat sampai usia dewasa, namun sebenarnya perubahan

patologis tersebut sudah dimulai sejak dini yaitu pada dekade pertama usia

anak-anak (Myung, 2008).

Di Amerika dan Eropa aterosklerosis menyebabkan 30% - 40% kematian

dan kecacatan yang parah pada usia pertengahan dan dewasa muda. Bercak

ateroma yang besar seringkali ditemukan pada otopsi tentara Amerika yang tewas

pada perang Korea dan Vietnam. Meskipun komplikasi dari ateroskelrosis jarang

dijumpai sebelum usia pertengahan, tetapi sebenarnya proses aterosklerosis sudah

dimulai sejak masa kanak-kanak dengan derajat aterogenesis yang sangat

berkaitan dengan faktor-faktor risiko (Hoffman, 2002).

Bogalusa Heart Study dan PDAY Research group memperlihatkan bahwa

proses aterosklerosis telah dimulai pada usia anak-anak dan berkembang cepat

pada usia remaja dan dewasa. Study ini menunjukkan bahwa lebih dari 30%

remaja (16-20 tahun) mengalami fibrous plaque pada arteri koronernya, dan

prevalensi ini meningkat hingga mencapai 70% sebelum usia 26-39 tahun

(Ontoseno, 2010).

Terdapat faktor risiko penting yang berhubungan dengan terjadinya

aterosklerosis antara lain adalah kadar kolesterol (Trigliserida, HDL kolesterol,

(16)

commit to user

2

LDL kolesterol), obesitas, tingginya kadar gula darah puasa, hipertensi,

kurangnya aktifitas fisik, riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler,

riwayat BBLR, dan jenis kelamin (Klish, 1998; McMahan, 2006). Terhadap

beberapa faktor risiko yang disebutkan diatas telah dilakukan penelitian tentang

hubungannya dengan ketebalan tunika intima pada anak, antara lain penelitian

mengenai hubungan antara ketebalan tunika intima-media arteri karotis dan fungsi

ventrikel serta profil lipid pada anak dengan sindrom nefrotik relaps frekuen dan

dependen steroid dengan kesimpulan terdapat penebalan tunika intima-media dan

disfungsi ventrikel (Widjaja, 2007).

Penebalan lapisan tunika intima-media pada arteri karotis komunis

dianggap sebagai penanda awal dari aterosklerosis sistemik. Penebalan tunika

intima-media didefinisikan sebagai gambaran garis ganda yang tampak pada

kedua dinding arteri karotis komunis pada gambaran longitudinal dari ekografi.

Ketebalan tunika intima-media telah secara umum digunakan pada berbagai

macam riset sejak pertengahan tahun 90-an untuk melacak perubahan pada

dinding arteri, difokuskan pada deteksi dini dan perkembangan terjadinya

arterosklerosis berikut efeknya terutama terhadap dinding pembuluh darah arteri

(Vincenzini, 2007). Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan antara

ketebalan tunika intima-media dengan terdapatnya dan tingkat keparahan

arterosklerosis. Tahun 2003 European Society of Hypertension- European Society

of Cardiology merekomendasikan pengukuran ketebalan tunika intima-media

(17)

commit to user

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa proses aterosklerosis dapat

diprediksi melalui pemeriksaan kadar VCAM-1 dalam plasma. VCAM-1

merupakan prediktor yang kuat dan mampu memberikan gambaran mengenai

terjadinya aterosklerosis (Ordonez, 2003). Pengikatan leukosit yang bersirkulasi

pada endotel vaskuler dan selanjutnya terjadi migrasi dalam ruang subendotel

merupakan proses utama terjadinya aterosklerosis. Proses tersebut dimediatori

oleh cellular adhesion molecules yang diekspresikan oleh sel endotel pembuluh

darah. Peningkatan adhesi molekul dalam sirkulasi mungkin disebabkan karena

adanya proses lisis dari sel endotel pembuluh darah, meskipun belum diketahui

secara pasti prosesnya. Kadar VCAM-1 merupakan marker yang sangat bermakna

untuk mengetahui peningkatan cellular adhesion molecules pada aterosklerosis.

Didapatkan hubungan linier antara kadar VCAM-1, E-selectin, ICAM-1 dan

derajat perkembangan aterosklerosis yang diidentifikasi dengan B-mode

ultrasound (Hwang et al., 1997).

Pengukuran ketebalan tunika intima-media dapat dilakukan dengan

beberapa macam cara salah satunya dengan ultrasonografi pada arteri karotis

komunis karena letaknya lebih superfisial dibandingkan dengan arteri besar yang

lain. Meskipun manifestasi penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh proses

aterosklerosis mayoritas didapatkan pada usia > 40 tahun, tetapi ternyata proses

aterosklerosis sendiri sudah dimulai pada usia dekade pertama kehidupan.

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin mencari hubungan antara kadar

VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada

(18)

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika

intima-media arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menganalisa hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan

tunika intima-media arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18

tahun.

2. Tujuan khusus

i. Mengidentifikasi kadar VCAM-1 pada remaja usia 15-18 tahun.

ii. Menilai ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada

remaja usia 15-18 tahun.

iii.Menganalisis hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika

intima-media arteri karotis komunis pada remaja usia 15-18 tahun.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bidang akademik

Diharapkan dapat diketahui hubungan kadar VCAM-1 dengan ketebalan

tunika intima-media arteri karotis komunis.

2. Manfaat bidang pelayanan

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai adanya hubungan

antara peningkatan kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika

intima-media arteri karotis komunis, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan

(19)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (VCAM-1)

VCAM-1 merupakan kelompok imunoglobulin molekul adhesi yang

merupakan reseptor protein dengan berat molekul 100-110 kilo Dalton dan terdiri

atas 715 asam amino. VCAM-1 diekspresikan oleh sel endothel pembuluh darah

setelah adanya stimulasi oleh sitokin seperti IL-1β, TNF-α, dan IL-4. Secara

normal VCAM-1 didapatkan dengan kadar yang rendah pada sirkulasi tubuh dan

dapat diperiksa melalui cairan sendi, darah, atau cairan serebrospinal (Lixin,

2003; Abbas, 2005).

Pada aterogenesis VCAM-1 berperan dalam proses migrasi monosit

sehingga terjadilah penempelan monosit yang bersikulasi ke dinding pembuluh

darah. Pada prinsipnya VCAM-1 memfasilitasi proses penempelan leukosit ke sel

endotel pembuluh darah, migrasi leukosit ke dalam tunika intima sehingga terjadi

penumpukan leukosit pada dinding pembuluh darah. Hampir selalu dapat

dipastikan VCAM -1 dapat ditemukan pada daerah yang terdapat plak

aterosklesosis (Martin, 2000).

Migrasi monosit dimulai dengan masuknya monosit pada daerah yang

cedera, kemudian terjadi penempelan monosit pada sel endotel, penempelan

tersebut bersifat sementara (reversibel). Tahap selanjutnya monosit akan

mengekspresikan integrin sehingga terjadi ikatan yang kuat antara monosit dan

endotel. Integrin yang terekspresi akan berinteraksi dengan Celuler Adhesion

(20)

commit to user

6

Molecule. Interaksi CAM dengan integrin akan menyebabkan monosit masuk dan

menyebar ke sambungan interseluler endotel. Selanjutnya terjadi diapedesis

monosit dari sel endotel menuju ruangan sub endotelial (migrasi transendotelial),

proses ini diperantarai oleh Platelet Cell Adhesion Molecules (PECAM).

Selanjutnya monosit akan melewati lamina basalis dari endotel (Abbas, 2005).

Aterosklerosis merupakan proses yang dimulai dari melekatnya monosit

pada sel endotel yang selanjutnya masuk ke dalam tunika intima dinding

pembuluh darah. Mediator yang berperan pada proses ini adalah CAM-1, integrin,

dan selektin. Pada kondisi normal ekpresi molekul adhesi ini cenderung rendah

dan akan meningkat sebagai respon terhadap berbagai rangsangan. Pada plak

aterosklerotik didapatkan peningkatan kadar molekul adhesi tersebut (Sekarwana,

2005).

Sebagaimana telah diketahui sebelumnya VCAM-1 merupakan pengikat

yang sangat kuat antara sel endotel dan monosit karena adanya integrin dan

karena pengaruh dari Macrophage Colony Stimulating Factor (MCSF) maka

terjadi perubahan monosit menjadi makrofag yang selanjutnya makrofag akan

mensekresi berbagai macam faktor sehingga proses aterogenesis berlanjut

(Myung, 2008).

Vascular Cell Adhesion Molecules-1 merupakan penanda adanya

aterosklerosis dan kadarnya sebanding dengan derajat keparahan aterosklerosis

tersebut. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa VCAM-1 merupakan

penanda yang kuat serta optimal serta dapat memberikan gambaran mengenai

(21)

commit to user

Gambar 2.1. Proses migrasi limfosit yang diperantarai oleh cell adhesion molecule

(Engelhardt, 2008)

B. ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis sendiri adalah penyakit progesif lambat dari arteri, dimana

permukaan dalam menebal oleh deposit lemak dan jaringan fibrosa. Yang paling

umum dipengaruhi adalah pembuluh darah koroner dan cerebral, yang dapat

menyebabkan komplikasi seperti miokard infark dan stroke.

Ada 2 lesi patologi utama yang berhubungan dengan aterosklerosis, pertama

adalah fatty streak yang merupakan area berwarna kuning pada pembuluh darah

arteri, membentuk bercak < 1 mm atau garis selebar 1-2 mm dan panjang

mencapai 1 mm. Secara mikroskopis fatty streak merupakan akumulasi

(22)

commit to user

8

gambaran berbusa sebagai sel busa. Sel busa terutama terdiri dari makrofag yang

telah menelan lemak, walaupun beberapa berasal dari otot polos. Lesi ini tidak

bermakna secara klinis, tetapi banyak peneliti percaya bahwa, terutam pada arteri

koroner fatty streak adalah prekusor untuk terjadinya plak fibrosa yang lebih

membahayakan. Lesi yang kedua disebut dengan plak fibrosa, yang merupakan

lesi patologis aterosklerosis yang sangat penting karena merupakan bangunan

tegas, pucat, atau abu-abu yang menebal dapat menonjol ke lumen arteri dan jika

besar dapat menurunkan aliran darah (Japardi, 2002).

Secara mikroskopis, perubahan arteri kebanyakan terjadi di tunika intima,

dimana terjadi akumulasi monosit, limfosit, sel busa, dan jaringan ikat. Pada

beberapa lesi, inti nekrosis dari sel debris, sel busa, dan kristal kolesterol dapat

terlihat. Plak fibrosa tidak terdistribusi homogen diseluruh pembuluh darah,

terbanyak di aorta abdominalis, arteri koroner, arteri poplitea, aorta torasikus

desenden, arteri karotis interna, dan pembuluh darah sirkulus wilisi di otak

(Japardi, 2002)

Perubahan patologis pertama yang terjadi pada aterosklerosis mungkin

disebabkan peningkatan permeabilitas endotelial terhadap molekul-molekul

dengan ukuran yang lebih besar seperti lipoprotein, suatu respon nonspesifik

terhadap infeksi virus, toksin, kompleks imun akan mengaktifasi sel-sel darah

putih atau platelet, selain itu juga disebabkan oleh peningkatan apolipoprotein B.

Ketika lipoprotein memasuki tunika intima, separuh dari protein utama seperti

LDL dan VLDL (apolipoprotein B) berikatan secara negatif dengan

(23)

commit to user

lipoprotein di tempat tersebut. LDL kemudian mengalami modifikasi (dioksidasi

dan diasetilisasi) oleh 15-lipooksigenase yang kemudian akan ditangkap oleh

makrofag melalui reseptor asetil-LDL dan pada akhirnya terbentuk sel busa. LDL

yang teroksidasi bersifat imunogenik (Hoffman, 2002).

Modifikasi LDL akan menyebabkan terbentuknya kemotaktik faktor yang

bersifat sitotoksik terhadap sel-sel endotel. Monosit akan menempel ke endotel,

terikat erat dan kemudian masuk ke dalam ruang subendotelial yang akhirnya

menjadi makrofag. Karena isinya dipenuhi dengan fraksi-fraksi lemak jenis

esterkolesteril yang tidak bisa dimetabolisme, maka makrofag bentuknya menjadi

ireguler, permeabilitas endotel akan meningkat dan lumen pembuluh darah akan

terpengaruh. Limfosit T juga akan ditemukan (kemotaksis monosit, penetrasi

kedalam tunika intima juga menimbulkan proses aterogenesis). Kerusakan endotel

merangsang agregasi platelet pada lumen pembuluh darah, mengalami

degranulasi, dan memproduksi adenosindifosfat serta tromboksan A2, yang akan

semakin merangsang agregasi platelet. Platelet, sel-sel endotelial, makrofag, sel

Limfosit T akan memproduksi sitokin-sitokin seperti colony-stimulating factors,

insulin-like growth factor 1, TGF-β, IL-1, dan TNF-α yang mana semua itu akan

merangsang reaksi inflamasi yang memperparah perkembangan ateroma. Salah

satu faktor yang bernama platelet-derived growth factor (PDGF) menyebabkan

otot polos terpisah-pisah, sehingga faktor tersebut masuk ke dalam tunika intima

dan merubah lipoprotein menjadi sel busa, memproduksi serabut elastis dan

(24)

commit to user

10

Gambar 2.2.. Aterosklerosis, potongan melintang pada pembuluh darah arteri

(Management of atherosclerosis Symptoms and Treatment)

Pada otopsi yang dilkukan oleh Pathobiological Determinants of

Atherosclerosis in Youth (PDAY) dan Bogalusa Heart Study telah membuktikan

bahwa proses aterosklerosis dimulai sejak masa kanak-kanak. Penemuan awal

yang dapat ditemukan pada eterosklerosis adalah adanya fatty streak yang berupa

makrofag yang dipenuhi oleh lipid pada tunika intima arteri. Proses aterosklerosis

berlanjut dengan berkembangnya akumulasi makrofag tersebut dan terjadinya

proliferasi otot polos pembuluh darah. Sel otot polos bermigrasi ke tunika intima

dan membentuk plak fibrosa (Daniels, 2008).

Proses aterosklerosis berkembang secara diam-diam selama dekade awal

kehidupan manusia (masa kanak-kanak dan dewasa muda) sebelum terjadi

komplikasi kardiovaskuler seperti infark miokard dan stroke. Sampai sekarang

pemahaman secara jelas hubungan proses tersebut dengan penyakit jantung pada

usia dewasa masih terbatas, sering hanya berdasarkan hasil otopsi yang dilakukan

(25)

commit to user

Perkembangan pemahaman mengenai proses aterosklerosis dan tekhnologi non

infasif telah memungkinkan dilakukannya deteksi dini (anatomi, fisiologi,

proinflamasi, protrombotik) untuk melacak penyakit jantung pada anak dan

dewasa. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada anak untuk deteksi dini

aterogenesis adalah pengukuran ketebalan tunika media-intima, pengukuran

Flow-Mediated Dilatation (FMD) dengan ultarasonografi pada arteri brakialis,

pengukuran distensibilitas arteri, pengukuran kadar C-Reactive Protein (CRP),

dan homosistein (Groner, 2006).

Endotel pembuluh darah memegang peranan penting terhadap struktur

permukaan lumen pembuluh darah (nonthrombotic surface, produksi Nitrit

Oxide/NO, prostasiklin, dan endotelin). Disfungsi endotel didefinisikan sebagai

berkurangnya kemampuan vasodilatasi dari pembuluh darah serta terjadinya

kondisi proinflamatori dan protrombik. Pada proses selanjutnya, disfungsi endotel

akan menyebabkan aterosklerosis yang akan berkembang menjadi penyakit

kardiovaskuler pada masa selanjutnya (Groner, 2006).

Beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskuler (hiperkolesterol, hipertensi,

diabetes, riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler, perokok, inflamasi,

infeksi, perokok pasif, obesitas, homosisteinemia, aktifitas fisik yang rendah)

dihubungkan dengan disfungsi endotel baik pada anak ataupun dewasa. Disfungsi

endotel lama kelamaan akan menimbulkan penebalan tunika media-intima arteri.

Penebalan tersebut merupakan perubahan anatomi dini dari aterosklerosis

(26)

commit to user

12

Bogalusa Heart Study dan PDAY membuktikan bahwa faktor risiko

penyakit kardiovaskuler (jenis kelamin, umur, kadar serum lipoprotein, merokok,

hipertensi, obesitas, dan hiperglikemi) berhubungan dengan perkembangan lesi

aterosklerosis pada masa remaja dan dewasa muda (McMahan, 2006).

Menurut beberapa penelitian, secara umum faktor risiko yang berhubungan

dengan aterosklerosis adalah sebagai berikut :

1. Tingginya kadar trigliserid dan rendahnya kadar kolesterol HDL (High

Density Lipoprotein)

Menurut American Heart Association, dianggap abnormal jika kadar

trigliserid > 150 mg/dL dan kadar HDL < 35 mg/dL, baik pada anak

maupun dewasa (Daniels, 2008). Sedangkan pada penelitian Morrison

kadar trigliserid dianggap tinggi jika > 110 mg/dL dan kadar kolesterol

HDL dianggap rendah jika pada laki-laki ≤40 mg/dL dan pada perempuan

≤ 50 mg/dL.

2. Obesitas

Dikatakan obesitas jika Body Mass Index(BMI) menurut umur ≥ persentil

ke-90 atau BB/TB ≥ persentil ke-95 menurut umur dan jenis kelamin

sesuai dengan CDC 2000.

3. Hipertensi

Tekanan darah dikatakan meningkat jika tekanan sistolik dan diastolik >

95 persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali

berturut-turut.

(27)

commit to user

5. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner dini, penyakit

kardiovaskuler atau penyakit vaskuler perifer oklusif (onset pada umur <

55 tahun pada saudara kandung, orang tua, atau saudara dari orang tua).

6. Merokok.

7. Kurangnya aktifitas fisik.

8. Umur dan jenis kelamin.

(Klish, 1998; Trihono, 2004; Morrison, 2007; Daniels, 2008).

9. Riwayat berat lahir rendah

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui patogenesis

aterosklerosis yag berhubungan dengan riwayat berat lahir rendah.

Kurangnya asupan gizi/ nutrisi selama kehamilan akan menyebabkan

perubahan pada pertumbuhan dan metabolisme janin yang akan

menyebabkan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal yang bersama-sama

dengan faktor genetik dan lingkungan akan menimbulkan penyakit

dikemudian hari (David, 2005; Michael, 2008). Beberapa penyakit yang

berhubungan dengan riwayat berat lahir rendah antara lain diabetes

melitus, dislipidemia, hipertensi, dan penyakit jantung iskemik (Caroline,

2005).

C. TUNIKA MEDIA

Pada arteri, tunika media terdiri dari otot yang halus dan jaringan elastis.

(28)

commit to user

14

luar. Tunika media dibedakan dengan tunika intima dari warnanya dan susunan

serabutnya yang transversal.

Pada arteri dengan ukuran terkecil, lapisan tersebut hanya terdiri dari

lapisan otot yang tersusun dalam suatu lamela-lamela yang melingkari pembuluh

darah. Ukuran lamela-lamela tersebut bervariasi sesuai dengan ukuran pembuluh

darah. Arteri yang terkecil hanya mempunyai satu lapisan tunggal, arteri yang

lebih besar mempunyai 3 atau 4 lapisan, ketebalan dinding arteri-arteri kecil

ditentukan oleh lapisan tersebut.

Pada arteri yang lebih besar seperti arteri iliaka, arteri femoralis, dan arteri

carotis serabut elastis tersebut bersatu membentuk lamela yang berselingan

dengan serabut otot. Lamela – lemela tersebut dipersatukan oleh serabut elastis

yang melewati bundel-bundel otot dan dihubungkan oleh membran fenestrata

pada tunika intima.

Pada arteri yang terbesar seperti aorta, arteri brakhiosefalika, jumlah

jaringan elastisnya sangat bervariasi. Pada arteri ini beberapa bundel jaringan

penghubung yang berwarna putih dapat ditemukan pada tunika media. Serabut

sel-sel otot tersusun dari 5 – 7 lapisan sirkuler dan longitudinal otot polos dengan

panjang ± 50µ dan terdiri dari nukleus yang berbentuk batang dan kadang

berbentuk kurva.

Pada pembuluh darah vena tunika media terdiri dari lapisan tebal jaringan

penghubung dengan serabut elastis. Pada beberapa vena lapisan tersebut

(29)

commit to user

fibrosa yang berwarna putih, sedangkan serabut elastis lebih sedikit dijumpai di

vena dibandingkan di arteri.

D. TUNIKA INTIMA

Merupakan lapisan yang paling dalam dari pembuluh darah arteri dan vena,

terdiri dari satu lapis sel endotel yang disokong oleh lamina interna yang elastis.

Sel-sel endotel tersebut akan langsung berhubungan dengan aliran darah.

Srukturnya dipisahkan dari tunika media dengan lapisan tipis seperti maserasi

pada kenyataannya kita sering kesulitan untuk memisahkan tunika media dan

tunika intima benar-benar sebagai membran yang terpisah.

Tunika intima merupakan lapisan yang halus, transparan, tidak berwarna,

dan mempunyai daya elastisitas yang tinggi, setelah kematian akan berupa lapisan

yang berkerut-kerut.

Lapisan – lapisan pada tunika intima terdiri dari :

1. Lapisan endotelium

Terdiri dari sel-sel poligonal, oval, dan fusiformis dengan nukleus

berbentuk bulat atau oval. Untuk melihat lapisan ini biasanya digunakan

pewarnaan perak nitrat.

2. Lapisan subendotelial

Terdiri dari jaringan penghubung yang pada arteri tebalnya < 2 mm, terdiri

dari satu lapis sel yang berbentuk stelat dan sebagian besar jaringan

penhubung / jaringan ikat dengan ukuran yang bervariasi.

(30)

commit to user

16

Terdiri dari membran serabut elastis yang tersusun secara longitudinal.

Bila dilihat dengan mikroskop didapatkan celah sempit yang panjang /

perforasi sehingga memberikan gambaran fenestrata, oleh karena itu

disebut sebagai membran fenestrata. Lapisan ini merupakan bagian

terbesar dari tunika intima dan dapat dipisahkan dalam beberapa lapisan.

Beberapa berupa lapisan elastis yang longitudinal dan yang lain berupa

membran (garis pucat dengan arah longitudinal). Pada arteri yang kecil

hanya berupa lapisan tipis, sedangkan pada arteri yang besar terutama

aorta lapisan ini dapat amat tebal.

Gambar 2.3. Potongan melintang pembuluh darah (Blue-Histology Vascular

System, School of Anatomy and Human Biology The University of

Western Australia)

E. KETEBALAN TUNIKA MEDIA-INTIMA

Ketebalan tunika media-intima biasanya dihubungkan dengan pengukuran

(31)

commit to user

ultrasonik dengan tujuan untuk mendeteksi keberadaan dan progesifitas

arterosklerosis pada manusia.

Pengukuran ketebalan tunika media-intima telah banyak digunakan pada

riset-riset medis sejak pertengahan tahun 1990-an untuk melacak perubahan

dinding arteri. Menurut sejarah, sejak tahun 1950-an para ahli memberikan

perhatian pada deteksi adanya aterosklerosis dan progesifitas proses aterosklerosis

dengan tujuan mengetahui efeknya terhadap lumen arteri baik terhadap

penyempitan atau penebalan dindingnya. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa jika

lumen masih terlihat bagus maka kecil kemungkinan atau bahkan tidak terdapat

proses aterosklerosis yang terjadi.

Proses aterosklerosis terjadi di dalam dinding pembuluh darah, bukan pada

lumennya. Dimulai pada tahun 1980-an, khususnya dengan adanya perkembangan

CAT scanner dan teknologi ultrasonik dan dengan bertambahnya pemahaman

tentang proses aterosklerosis baik melalui ilmu-ilm dasar dan

pengalaman-pengalaman riset klinis maka perhatian mulai ditujukan pada deteksi dan

pelacakan kelainan arteri stadium dini sebelum adanya perubahan pada lumen

arteri.

Perkembangan teknologi pencitraan (meningkatnya resolusi dan akurasi)

telah berhasil mengidentifikasi perubahan dini dari pembuluh darah dengan

menggunakan gelombang ultrasonik yang noninvasif. Perubahan dini yang

terlacak termasuk penebalan dinding pembuluh darah dan penurunan fungsi

vasodilatasi dari arteri. Beberapa penelitian menunjukkan pengukuran ketebalan

(32)

commit to user

18

mendeteksi adanya aterosklerosis subklinis. Arteri carotis merupakan pilihan

utama untuk pengukuran ketebalan tunika media-intima karena letaknya yang

lebih superfisial dan dapat dengan mudah divisualisasi oleh pemeriksaan

ultrasonik (Jarvisalo, 2001).

Pengukuran ketebalan tunika media dan intima dilakukan pada arteri karotis

kanan dan kiri. Pertama kali harus diidentifikasikan bagian proksimal dari bulbus

karotikus, kemudian pada area kira-kira 1-2 cm sebelah proksimal dari bagian

tersebut (merupakan segmen arteri karotis) kita lakukan pencitraan. Pencitraan

difokuskan pada dinding posterior dan digunakan resolusi untuk mempertajam

hasil pencitraan. Dilakukan pandangan dari dua sisi yaitu anterior oblik dan

lateral. Dipilih dua gambaran arteri karotis saat akhir diastolik dan dianalisis

rata-rata ketebalan tunika intima medianya dan selanjutnya dilakukan penghitungan

bacaan dari kedua sisi pandangan (anterior oblik dan lateral) pada kedua arteri

karotis (arteri karotis kanan dan kiri). Hasil pengukuran ketebalan tunika intima

media dinyatakan dalam millimeter (mm) dan rata-rata pengukuran dinyatakan

dengan IMT kanan + kiri /2 ± SD (Jarvisalo, 2001; Ranjit, 2006, Vincenzini,

2007; Volanen, 2008).

Pencitraan yang dilakukan pada dinding terdekat dan terjauh arteri karotis

komunis, bulbus karotikus dan bagian dalam arteri karotis bertujuan untuk melihat

adanya plak aterosklerosis. Plak aterosklerosis adalah bagian yang terpisah dari

dinding pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen > 50% yang berbatasan

dengan tunika media-intima (Tonstad et al., 1996). Pada penelitian lain

(33)

commit to user

adalah sama pentingnya dengan penggunaan faktor risiko lain guna memprediksi

penyakit jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler (Bots, 1997; Ranjit, 2006).

Gambar 2.4. Skema arteri karotis komunis (Polak, 2010)

F. HUBUNGAN ANTARA KADAR VCAM-1 DENGAN KETEBALAN

TUNIKA INTIMA MEDIA

Beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan antara molekul adhesi

dengan beberapa macam penyakit. Penelitian-penelitian tersebut juga

mengungkapkan bahwa ternyata molekul adhesi merupakan penanda adanya

proses inflamasi. Dinyatakan juga bahwa aterosklerosis sendiri merupakan proses

inflamasi kronis yang mempunyai korelasi yang kuat dengan molekul adhesi,

meskipun hal tersebut masih merupakan kontroversi bagi beberapa pihak (Peter,

1999).

Fase awal dari aterosklerosis melibatkan pengambilan sel-sel infalamasi

dari sirkulasi dan terjadinya migrasi sel-sel tersebut dalam transendotelial. Proses

(34)

commit to user

20

diekspresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan leukosit sebagai respon

terhadap proses inflamasi. P-selectin, E-selectin, dan L-selectin serta ligand

(terutama P-selectin ligand) terlibat dalam proses rolling dan tathering leukosit

pada dinding sel pembuluh darah. Selain itu VCAM-1, ICAMs, sebagai molekul

adhesi akan memicu timbulnya perlekatan yang kuat sel-sel inflamasi pada

permukaan pembuluh darah, sedangkan PECAM-1 berperan dalam ektravasasi

sel-sel inflamasi dari pembuluh darah ke dalam sel sel endotel dan jaringan di

bawahnya. Beberapa penelitian menyebutkan pentingnya peranan molekul adhesi

terhadap perkembangan aterosklerosis dan ternyata ekspresi dari VCAM-1,

ICAM-1, serta L-selectin telah lazim didapatkan pada plak aterosklerosis

(Blankenberg, 2003).

Ketebalan tunika intima media merupakan penanda proses aterosklerosis

dan dapat menentukan prognosis risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Demikian juga didapatkan bukti adanya korelasi yang positif antara kadar molekul

adhesi (VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) dengan peningkatan ketebalan tunika

intima media. Hal ini membuktikan adanya perubahan struktural/ kerusakan

dinding pembuluh darah karena proses aterosklerosis (Glowinska, 2005; Lim,

2008).

Telah diteliti hubungan antara penanda disfungsi endotel (VCAM-1,

ICAM-1, dan ELAM-1) pada penderita artitis rematoid dan didapatkan hasil yang

sangat bermakna secara statistik pada hubungan antara kadar molekul adhesi

dengan ketebalan tunika intima media yang diukur pada arteri karotis komunis

(35)

commit to user

dipengaruhi oleh tebal plak aterosklerosis, sedangkan proses aterosklerosis dapat

diprediksi melalui pemeriksaan kadar selective vascular adhesion molecule 1

(VCAM-1) dalam plasma. Vascular adhesion molecule 1 memfasilitasi

penempelan leukosit ke sel endotel dan perpindahan leukosit ke dalam tunika

intima, kemudian menimbulkan penumpukan leukosit pada dinding pembuluh

darah (Widjaja, 2007).

(36)
(37)

commit to user

Keterangan kerangka konsep

Kerusakan sel endotel vaskuler oleh berbagai penyebab dapat

menimbulkan ekspresi VCAM-1, selain itu kerusakan tersebut

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel endotel sehingga

memicu masuknya apolipoprotein B (LDL) kedalam tunika intima dan

keluarnya kolesterol HDL. Selanjutnya terjadi migrasi monosit pada

dinding vaskuler yang akan merangsang pembentukan makrofag. Bila

proses terus berjalan maka akan terbentuk sel busa pada dinding bagian

dalam pembuluh darah yang pada akhirnya akan terbentuk fatty streak

yang merupakan agregasi makrofag yang kaya lipid dan limfosit T.

Selanjutnya akan terbentuk lesi intermediet berupa lapisan makrofag dan

sel otot polos.Kombinasi lesi intermediet dengan lapisan fibrosa, otot

polos, lipid intra dan ekstra seluler, peningkatan matriks protein, dan

debris seluler yang nekrotik akan membentuk plak fibrsa dan pada

akhirnya akan terjadi aterosklerosis secara komplit. Aterosklerosis yang

terjadi akan mempengaruhi ketebalan tunika intima-media pembuluh

darah arteri. Ketebalan tunika intima-media pembuluh darah arteri ini

dinyatakan dalam millimeter dan dapat diukur dengan menggunakan

ultrasonografi pada arteri carotis kanan dan kiri.

H. HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima

(38)

commit to user

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan potong lintang untuk

menelaah hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media

arteri karotis komunis.

B. Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di RSUD. dr. Moewardi Surakarta antara bulan September

2012 – Desember 2012.

C. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun.

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah remaja berusia antara 15-18 tahun

di lingkungan Kelurahan Jebres di Surakarta.

D. Sampel dan cara pemilihan sampel

Sampel pada penelitian ini adalah remaja berusia antara 15-18 tahun di Surakarta

dan diperoleh dengan cara purposive sampling dan stratified random sampling.

Langkah pertama dilakukan pendataan kemudian dipilih satu wilayah secara

acak.

Kriteria inklusi

Remaja yang berusia 15-18 tahun yang bersedia mengikuti penelitian.

(39)

commit to user

Kriteria eksklusi

Anak yang sedang dalam keadaan demam (suhu aksiler ≥ 38,5°C) atau dalam

keadaan sakit yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan VCAM-1

dan ekokardiografi.

E. Ukuran sampel

Ukuran sampel dihitung berdasarkan analisis multivariat, jumlah sampel yang

memadai berkisar antara 10-50 kali jumlah variabel bebas. Variabel bebas

penelitian ini ada 3 yaitu kadar VCAM-1, umur, dan status gizi. Jumlah subyek

yang diperlukan minimal 3 x 10 sampai 3 x 50 orang, jadi diperlukan 30 sampai

150 orang sebagai subyek penelitian.

F. Identifikasi variabel

1. Variabel bebas : Kadar VCAM-1

2. Variabel tergantung : Ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis

3. Variabel perancu yang dinilai adalah status gizi dan umur

G. Definisi operasional variabel

1. Kadar VCAM-1

Adalah kelompok imunoglobulin molekul adhesi yang merupakan reseptor

protein, yang berperan sebagai pengikat yang sangat kuat antara sel endotel

vaskuler dengan monosit dimana VCAM-1 akan berikatan dengan reseptor di

sel monosit yaitu β1-α-4-integrin. Pengukuran VCAM-1 dengan metode

(40)

commit to user

26

adalah serum darah menggunakan prinsip quantitative sandwich enzyme

immunoassay, enzim yang digunakan adalah Horseradish peroxidase. Antibodi

monoklonal yang spesifik terhadap VCAM-1 diletakkan pada dinding dasar

microplate. Antibodi tersebut akan bereaksi dengan VCAM-1 dalam serum,

kemudian diikat dengan antibodi human yang telah dilabel membentuk

komplek.

2. Definisi remaja pada penelitian ini adalah yang berumur tepat 15 ≥ s/d ≤ 18

tahun pada saat penelitian sesuai yang tercatat di akta kelahiran.

3. Jenis kelamin pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan

perempuan sesuai dengan akta kelahiran.

4. Ketebalan tunika intima-media

Tunika media merupakan lapisan pembuluh darah yang terletak antara tunika

adventisia disebelah luar dan tunika intima disebelah dalam, terdiri dari serabut

otot yang halus dan jaringan elastis. Tunika intima merupakan lapisan terdalam

dari pembuluh darah, yang terdiri dari sel endotel dan disokong oleh lamina

interna yang bersifat elastis. Sel endotel tersebut akan kontak langsung dengan

aliran darah. Penilaian ketebalan tunika intima-media dilakukan dengan

ultrasonografi arteri karotis karena letaknya yang lebih superfisial (di leher)

sehingga lebih mudah divisualisasi. Mula-mula ditentukan lebih dahulu

bagian proksimal dari arteri karotis yaitu bulbus karotikus, kemudian dilakukan

pencitraan pada bagian segmen arteri karotis ± 1-2 cm sebelah proksimal dari

(41)

commit to user

resolusi untuk memperjelas gambaran dinding arteri. Dilakukan pandangan dari

dua sisi yaitu anterior oblik dan lateral. Dipilih dua gambaran arteri karotis saat

akhir diastolik dan dianalisis rata-rata ketebalan tunika intimanya dan selanjutnya

dilakukan penghitungan bacaan dari kedua sisi pandangan (anterior oblik dan

lateral) pada kedua arteri karotis (arteri karotis kanan dan kiri). Hasil pengukuran

ketebalan tunika intima media dinyatakan dalam millimeter (mm).

6. Obesitas

Kriteria obesitas ditentukan berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat

badan dalam kg dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).

Dikatakan obesitas bila IMT ≥ persenti ke-95 kurva BMI (Body Mass Index)

menurut usia dan jenis kelamin CDC 2000.

H. Ijin subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan atas sepengetahuan dan persetujuan dari orang tua/wali

yang bersangkutan, setelah sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan

(42)

commit to user

28

I. Alur penelitian

Gambar 2.6. Alur penelitian

Remaja usia 15-18 tahun

Remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta

Remaja berusia 15-18 tahun di wilayah

terpilih

Pemeriksaan kadar VCAM-1 dan ketebalan tunika

media-intima

Analisis data :

Analisis regresi linier ganda

Kesimpulan

Populasi sasaran

Populasi terjangkau

(43)

commit to user

J. Pengolahan data

Data dianalisis dengan program SPSS 17.0. Karakteristik subyek

(umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, merokok, minum minuman

keras, makan sayur/buah) dideskripsikan dalam persentase dan ditampilkan

dalam bentuk tabel. Variabel bebas dideskripsikan dalam bentuk nominal

(kadar VCAM-1 tinggi dan rendah), variabel tergantung (ketebalan tunika

intima arteri karotis komunis) juga dideskripsikan dalam nilai nominal (tebal

atau tidak tebal). Uji Chi kuadrat dipergunakan untuk menilai hubungan

antara variabel bebas dan veriabel terikat. Kemudian data dari hasil analisis

statistik ditampilkan dalam bentuk tabel. Untuk menentukan faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi ketebalan tunika intima arteri karotis komunis

(44)

commit to user

30

K. Jadwal kegiatan

Bulan September 2012 – Desember 2012

Kegiatan Sept Okt Nop Des

Perijinan dan

randomisasi

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan data

Penyusunan laporan

(45)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian (n = 41)

Variabel n %

Karakteristik dasar subyek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUD dr. Moewardi selama periode

bulan September sampai bulan Desember 2012. Dilakukan pengukuran kadar

(46)

commit to user

32

VCAM-1 dan ketebalan tunika intima a. karotis komunis pada remaja berusia 15 –

18 tahun. Sebanyak 41 orang memenuhi kriteria inklusi penelitian, jumlah ini

memenuhi persyaratan besar sampel yaitu antara 30 sampai dengan 150 orang.

Dari distribusi didapatkan usia subyek penelitian < 17 tahun sebanyak 8 orang

(19.5%) dan yang ≥ 17 tahun sebanyak 33 orang (80.5%). Jumlah subyek

penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

perempuan sebesar 32 subyek (78%), sebanyak 21 subyek penelitian (51.2%)

mempunyai kadar VCAM-1 ≥ 998.9 ng/mL, dua subyek penelitian mengalami

obesitas (4.9%), dan 7 orang mempunyai riwayat BBLR (17.1%). Sebanyak 27

subyek penelitian (65.9%) mempunyai kebiasaan berolahraga dan 20 subyek

penelitian (48.8%) mempunyai kebiasaan merokok. Enam subyek (14.6%)

mempunyai kebiasaan minum minuman keras dan 17 subyek (41.5%) jarang

mengkonsumsi sayuran atau buah-buahan.

Tabel 4.2. Hasil uji Chi-Kuadrat tentang hubungan antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis

Tabel 4.2 menggambarkan tentang hubungan antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis. Dari tabel tersebut dapat

disimpulkan bahwa terdapat 21 subyek penelitian (51.2%) yang mempunyai kadar

(47)

commit to user

ketebalan tunika intima a. karotis komunis ≥ 0.125 mm. Dari Tabel 4.2 dapat

disimpulkan subyek penelitian dengan kadar VCAM-1 yang tinggi (≥ 998.9

ng/mL) mempunyai kemungkinan 1.10 kali lebih besar mengalami penebalan

tunika intima (≥ 0.125 mm) jika dibandingkan dengan subyek yang mempunyai

kadar VCAM-1 < 998.9 ng/mL, meskipun hubungan tersebut tidak signifikan (p =

1.000).

Tabel 4.3. Ketebalan a. karotis komunis menurut berbagai kategori

variabel pada remaja usia 15 – 18 tahun

Hubungan antara umur, status gizi, riwayat BBLR, kebiasaan berolahraga,

merokok, konsumsi sayur/buah, kebiasaan minum minuman keras dengan

(48)

commit to user

34

tersebut dapat disimpulkan bahwa subyek dengan riwayat BBLR mempunyai

kemungkinan untuk mengalami penebalan tunika intima 1.33 kali lebih besar jika

dibandingkan dengan yang tidak BBLR, tetapi secara statistik tidak signifikan

(p=1.000). Subyek yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga memiliki

kemungkinan 2.25 kali mengalami penebalan tunika intima jika dibandingkan

dengan yang rutin berolahraga, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna

(p=0.381). Kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko penambahan ketebalan

tunika intima sebesar 2.00 kali jika dibandingkan dengan yang tidak merokok,

tetapi hubungan tersebut tidak bermakna (p=0.432). Kebiasaan minum minuman

keras akan meningkatkan risiko penebalan tunika intima sebesar 2.12 kali dengan

nilai p=0.663. Subyek yang jarang mengkonsumsi sayur/buah akan memiliki

risiko penebalan tunika intima 6.5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang

sering mengkonsumsi sayur/buah, hubungan tersebut bermakna dengan nilai

p=0.011. Sedangkan faktor umur dalam penelitian ini tidak memberikan hasil

yang bermakna (OR:1.06; CI95%:0.23 sd 4.98; p=1.000), demikian pula dengan

status gizi (OR:0.95; CI95%:0.055 sd 16.29; p=1.000).

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RSUD dr.

Moewardi Surakarta dengan mengambil rentang waktu antara bulan September

sampai dengan Desember 2012. Didapatkan sampel sebanyak 41 remaja yang

berumur antara 15 – 18 tahun. Data berasal dari kuesioner, hasil pemeriksaan

(49)

commit to user

Pada penelitian ini subyek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih

banyak daripada perempuan (32 vs 9 orang). Umur subyek penelitian berkisar

antara 15 sampai 18 tahun dengan 8 subyek berumur < 17 tahun dan 33 subyek

berumur ≥ 17 tahun. Pada penelitian ini digunakan batasan umur 15-18 tahun atau

batasan maksimal dari batasan umur anak sesuai dengan WHO, karena

berdasarkan penelitian sebelumnya dengan metode otopsi ternyata pada umur

15-18 tahun telah didapatkan timbunan plak ateroma pada tunika intima pembuluh

darah (Myung, 2008). Pada penelitian lainnya dinyatakan meskipun komplikasi

dari aterosklerosis jarang dijumpai sebelum usia pertengahan, tetapi sebenarnya

proses aterosklerosis sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dengan derajat

aterogenesis yang sangat berkaitan dengan faktor-faktor risiko (Hoffman, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Bogalusa Heart Study dan PDAY Research Group

memperlihatkan bahwa proses aterosklerosis telah dimulai sejak masa

kanak-kanak dan berkembang cepat pada usia remaja dan dewasa. Penelitian ini

menunjukkan bahwa lebih dari 30% remaja yang berumur 16-20 tahun mengalami

fibrous plaque pada arteri koronernya dan prevalensi ini meningkat mencapai 70%

sebelum usia 26-39 tahun (Ontoseno, 2010). Sehingga pada penelitian ini

diharapkan jika dilakukan pemeriksaan ekokardiografi pada remaja yang berumur

15-18 tahun sudah dapat mendeteksi adanya penebalan tunika intima pembuluh

darah.

Dari hasil pemeriksaan VCAM-1 didapatkan kadar terendah sebesar 567.3

ng/mL dan tertinggi 1826.8 ng/mL dengan median 998.9 ng/mL. Dari hasil

(50)

commit to user

36

jika ≥ 0.125 mm dan tipis jika < 0.125 mm. Dari korelasi antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis didapatkan hasil OR:1.10;

CI95%:0.32 sd 3.75, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna (p=1.000).

Keadaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan adanya korelasi yang

positif antara molekul adhesi (VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) dengan peningkatan

ketebalan tunika intima pembuluh darah (Lim, 2008). Penelitian lain juga

menyebutkan bahwa pada angiogram penderita aterosklerosis didapatkan korelasi

positif antara luasnya lesi aterosklerotik dengan kadar VCAM-1 di sirkulasi.

Selanjutnya dinyatakan bahwa VCAM-1 merupakan penanda yang sangat kuat

serta optimal serta dapat memberikan gambaran mengenai perluasan lesi

aterosklerotik (Peter, 1999). Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori

mengenai korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima

kemungkinan karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara riwayat BBLR,

kebiasaan berolahraga, merokok, kebiasaan mengkonsumsi buah/sayur, dan

minum minuman keras dengan ketebalan tunika intima. Subyek dengan riwayat

BBLR memilik risiko penebalan tunika intima 1.33 kali lebih besar jika

dibandingkan dengan subyek yang bukan BBLR (OR:1.33; CI95%:0.26 sd 6.88;

p=1.000). Anak yang lahir dengan berat lahir rendah dilaporkan mempunyai kadar

kortisol yang lebih tinggi. Hipotesis pada penelitian yang ada dikatakan bahwa

perubahan atau gangguan sekresi kortisol yang diikuti oleh obesitas akan

meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik dan penyakit jantung pada usia

(51)

commit to user

berat lahir dengan perubahan pada endotel vaskuler pada masa dekade pertama.

Hal ini didukung konsep bahwa faktor prenatal mempunyai pengaruh langsung

pada dinding pembuluh darah yang akan dimulainya proses aterogenesis sejak

awal kehidupan, dengan berjalannya waktu pengaruh prenatal ini bersama dengan

fakror risiko klasik akan mempercepat aterogenesis (Gale, 2006; Robyn, 2007).

Pada BBLR juga didapatkan peningkatan kadar apolipoprotein B yang merupakan

prediktor terhadap terjadinya aterosklerosis, didapatkan hasil yang signifikan

dimana terdapat kadar Apo B dan rasio Apo B dan A-1 yang lebih tinggi pada

BBLR daripada yang lahir dengan berat normal (Ijzerman, 2003; Skidmore,

2004).

Subyek yang mempunyai kebiasaan merokok akan memiliki risiko

peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.00 kali tetapi hasil tersebut tidak

bermakna (p=0.354). Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa

perokok aktif dan pasif cenderung mengalami peningkatan risiko mendapatkan

penyakit kardiovaskuler. Meskipun mekanisme merokok dengan disfungsi

kardiovaskuler sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, tetapi

kebiasaan merokok akan meningkatkan proses inflamasi, trombosis, dan oksidasi

(Endemann, 2004; Santos, 2008; Hyong, 2010).

Kebiasaan berolahraga berpengaruh terhadap ketebalan tunika intima,

dimana subyek yang tidak pernah berolahraga akan memiliki risiko peningkatan

ketebalan tunika intima sebesar 2.25 kali jika dibandingkan dengan subyek yang

mempunyai kebiasaan berolahraga (OR: 2.25; CI95%: 0.59 sd 8.52), meskipun

(52)

commit to user

38

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik

merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan terjadinya

aterosklerosis (Klish, 1998; McMahan, 2006).

Subyek yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras memiliki

risiko peningkatan ketebalan tunika intima 2.12 kali lebih besar jika dibandingkan

dengan subyek yang tidak mengkonsumsi miras. Kebiasaan mengkonsumsi

sayur/buah memberikan hasilyang bermakna dengan p=0.011, dimana subyek

yang jarang mengkonsumsi sayur/buah memiliki risiko penebalan tunika intima

6.5 kali lebih besar dari pada subyek yang sering mengkonsumsi sayur/buah

(OR:6.50; CI95%:1.59 sd 26.51).

Sayur dan buah termasuk antioksidan eksogen yang kaya kandungan

vitamin A, C, dan E, beta-carotene, flavonoid, polyphenol, dan terpenoid.

Antioksidan ini berfungsi sebagai radical scavenging antioxidants yang dapat

mencegah proses inisiasi dan mengakhiri berkembangnya proses oksidasi.

Disamping bersifat sebagai scavenging antioxdants, flavonoid dan polypenol juga

dapat meningkatkan produksi glutathion melalui pengaruhnya terhadap ekspresi

substrat yang diperlukan untuk sintesa glutation seperti CT cystine antiporter,

gamma-glutamylcysteine synthetase dan glutathione synthase (Willcox et al.,

2004).

Vitamin E dan C terbukti telah dapat mengurangi berkembangnya

aterosklerosis. Kedua vitamin ini diketahui dapat menggagalkan efek stimulasi

Angiotensin II pada aktivitas JNK dan p38 dari Vascular Smooth Muscle Cell

(53)

commit to user

dilakukan oleh Cambridge Heart Antioxidant Study (CHAOS) yang menyatakan

bahwa vitamin E dapat menurunkan insiden penyakit kardiovaskuler.

Flavonoid oleh karena sifatnya sebagai antioksidan disebutkan dapat

mengurangi risiko menderita penyakit pembuluh darah. Antioksidan ini semakin

diperlukan dengan meningkatnya stres oksidasi oleh karena penuaan, karena stres

oksidasi bilamana dibiarkan akan merusak lapisan endotel yang berakibat pada

penyakit pembuluh darah (Fraga, 2012).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Kelemahan penelitian ini adalah jumlah subyek penelitian yang terlalu

sedikit untuk mewakili populasi, sehingga akan memberikan pengaruh terhadap

hasil penelitian. Diperlukan penelitian dengan jumlah subyek yang lebih besar

sehingga dapat mendapatkan hasil yang lebih baik yang dapat menggambarkan

keadaan yang sebenarnya dalam populasi. Pengambilan data yang menggunakan

kuesioner akan memiliki risiko recall bias karena hanya mengandalkan daya ingat

dalam memberikan keterangan. Selain itu kemungkinan terdapat bias dalam

pengukuran hasil laboratorium maupun pemeriksaan ekokardiografi, meskipun

sudah dilakukan standarisasi dan pengukuran ekokardiografi dilakukan 3 kali

pemeriksaan dan diambil nilai rata-ratanya. Faktor lain yang bisa mempengaruhi

ketebalan tunika intima pembuluh darah adalah kadar kolesterol (Trigliserida,

HDL kolesterol, LDL kolesterol) dimana pada penelitian ini tidak diperiksa

(54)

commit to user

40

Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang hanya

menggambarkan kondisi sesaat. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan penelitian

lain dengan metode kohort sehingga bisa diketahui perjalanan penyakit dan dapat

menerangkan dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek secara

(55)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari 41 subyek penelitian didapatkan 21 orang mempunyai kadar

VCAM-1 ≥ 998.9 ng/mL, dimana VCAM-1VCAM-1 orang diantaranya memiliki ketebalan tunika intima

≥ 0.1250 mm. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima, dengan hasil perhitungan statistik (OR: 1.10;

CI95%: 0.32 sd 3.75; p=1.000).

Dilakukan pula analisis hubungan antara umur, status gizi, riwayat BBLR,

kebiasaan merokok, berolahraga, konsumsi sayur/buah, minum minuman keras

dengan ketebalan tunika intima dengan hasil didapatkan hubungan yang bermakna

antara kebiasaan mengkonsumsi sayur/buah dengan ketebalan tunika intima

Secara statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat BBLR,

kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan konsumsi miras dengan ketebalan

tunika intima (p>0.05), meskipun riwayat BBLR, kebiasaan merokok, kebiasaan

berolahraga, dan konsumsi dapat meningkatkan risiko terjadinya penebalan

tunika intima.

B. SARAN

Perlunya dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar

sehingga dapat mewakili populasi. Perlunya dilakukan penelitian lain yang dapat

mengungkap lebih jauh korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika

(56)

commit to user

42

intima pembuluh darah. Diperlukan deteksi dini terhadap terjadinya aterosklerosis

(penebalan tunika intima) pada usia anak dan remaja sebagai pencegahan terhadap

risiko penyakit kardiovaskuler di masa depan.

C. IMPLIKASI PENELITIAN

1. Bagi Bidang Akademik

Sebagai tambahan khasanah keilmuan di bidang kardiologi anak

khususnya terjadinya proses ateosklerosis dan hasil penelitian ini dapat dijadikan

pembanding untuk penelitian serupa dikemudian hari.

2. Bagi Bidang Pelayanan Kedokteran Keluarga

Sebagai pendukung ilmu praktis pada pelayanan kedokteran keluarga

bahwa dokter keluarga diharapkan mengerti dan mampu memberikan informasi

mengenai faktor-faktor risiko (kadar VCAM-1, umur, kebiasaan merokok dan

berolahraga) yang dapat mempengaruhi terjadinya penebalan tunika intima

pembuluh darah, sehingga dapat dilakukan tindakan preventif sedini mungkin

Gambar

Tabel 4.3. Ketebalan arteri karotis komunis menurut berbagai kategori variabel
Gambar 2.2. Aterosklerosis, potongan pada pembuluh darah arteri...................10
Gambar 2.1. Proses migrasi limfosit yang diperantarai oleh cell adhesion molecule
Gambar 2.2.. Aterosklerosis, potongan melintang  pada pembuluh darah arteri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ” Hubungan Lama Penggunaan Komputer dengan Kejadian Miopia di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Departemen

- Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati.

Pengembangan kreativitas sangat penting dilakukan sejak dini, karena dengan berkreativitas memungkinkan manusia menjadi berkualitas dalam hidupnya dan kreativitas yang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil kerja praktik yang telah dilakukan dan juga proses analisis, perancangan, pembuatan dan implementasi aplikasi absensi siswa pada SMP

Termyn 100% Pekerjaan Pembangunan Sarana Penyedia Air Minum Masyarakat Berpenghasilan Rendah Desa Citorek Tengah Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Kegiatan Penyediaan Prasarana

Dalam penelitian kali ini variabel operasional yang digunakan peneliti. adalah data sekunder yang telaah dihitung dan diperoleh data

pada ayat (2) huruf a diatur dengan Peraturan Senat..

Dengan menggunakan fasilitas yang tersedia dalam Macromedia Flash 5.0, rancangan program aplikasi ini cukup menarik dan interaktif karena disertai dengan gambar-gambar animasi