• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Kecemasan Ibu Postpartum pada Masa Persalinan

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, statu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang akan dihadapi. Perasaan takut dan cemas menghadapi persalinan atau pada masa persalinan tidak saja terdapat pada diri seorang wanita yang baru pertama melahirkan tetapi juga yang sudah

melahirkan, seperti yang didapat pada hasil penelitian ini ibu postpartum dengan paritas 1 dan paritas >1 mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami ibu postpartum lebih banyak pada kecemasan sedang, yaitu pada paritas 1 (69,6%), dan paritas >1 (67,6%).

Berdasarkan hasil penelitian distribusi kecemasan menunjukkan bahwa ibu postpartum lebih banyak yang mengalami kecemasan sedang (68,3%) daripada kecemasan berat (31,7%) pada masa persalinan. Dilihat berdasarkan usia ibu postpartum pada masa persalinan, ibu dengan usia <20 (20%) dan >35 tahun (16,7%) lebih banyak mengalami kecemasan berat dan usia 20-35 tahun (63,3%) tahun lebih banyak mengalami kecemasan sedang pada masa persalinan. Hal ini sejalan dengan pendapat Priantono (2003) bahwa kecemasan dapat timbul dan meningkat menjadi lebih berat pada ibu post partum pada masa persalinan dengan usia <20 tahun dan >35 tahun.

Priantono (2003) juga berpendapat kecemasan yang dapat timbul dan meningkat dapat disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangya pengetahuan tentang persalinan dan belum adanya pengalaman bersalin. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu semakin berkurang kecemasan yang dialami ibu. Ibu berpengetahuan baik yang mengalami kecemasan sedang (65,9%) dan yang mengalami kecemasan berat (34,1%).

Hidayat (2005) dan Poedjawijatna (2004) juga mengatakan pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan itu dapat berupa pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.

35 2. Hubungan Usia Ibu dengan Kecemasan pada Masa Persalinan

Menurut Kasdu ( 2005) usia perempuan yang baik untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, sedangkan usia <20 tahun memiliki resiko yang sama tingginya dengan usia>35 tahun sehingga dapat menimbulkan resiko.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh Nilai chi-square p value 0,000 berarti p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu postpartum dengan kecemasan pada masa persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa usia 20-35 tahun lebih sedikit yang mengalami kecemasan berat, sedangkan usia <20 tahun dengan usia >35 tahun yaitu lebih banyak mengalami kecemasan berat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Priantono (2003) bahwa kecemasan dapat timbul dan meningkat menjadi lebih berat pada ibu post partum pada masa persalinan dengan usia <20 tahun dan >35 tahun. Hal ini dapat disebabkan karena belum adanya pengalaman bersalin. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Curtis (2000) yang mengatakan Usia berkaitan dengan masalah kesehatan, resiko akan meningkat sejalan dengan usia. Persalinan pada ibu usia tua dapat menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan persalinan yang lebih sulit dan lama.

Usia di atas 35 tahun mempunyai resiko tinggi untuk melahirkan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Musbikin (2005) yang mengatakan kecendrungan memiliki anak berturut-turut dan kehadiran anak ke dua dan ketiga yang terlalu dekat menyebabkan ibu khawatir dan cemas.

Seperti yang telah diteliti Cornolly, et al (1978) dalam Niven (2002), hubungan antara kepribadian, kecemasan, dan nyeri selama persalinan. Nyeri dan tingkat

kecemasan dimonitor selama persalinan, ini berarti jika kecemasan meningkat maka dapat meningkatkan nyeri selama persalinan yang dapat mengganggu proses persalinan.

Menurut Maher (1966) dalam Calhoun dan Acocella (1990) cemas dapat menyebabkan orang merasa amat sangat, yang membuat ketakutan amat luas, mempengaruhi untuk berpikir jernih dan memecahkan masalah, cemas yang terus- menerus juga dapat menyebabkan stres sehingga dapat mengganggu proses persalinan seperti pendapat Jameson (2002).

Menurut asumsi penulis, berdasarkan hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Priantono. Hasil penelitian terlihat bahwa ibu postpartum dengan usia <20 dan >35 tahun lebih banyak mengalami kecemasan berat, kecemasan ini dapat disebabkan karena belum adanya pengalaman pada ibu tentang persalinan bagi ibu yang baru pertama melahirkan. Sedangkan pada ibu >35 tahun bisa meningkat kecemasannya karena pengalaman yang telah lalu. Sehingga dapat menimbulkan kecemasan yang dapat mengganggu proses persalinan.

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis berharap sebaiknya pemberian penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang persalinan lebih ditingkatkan khususnya pada saat pemeriksaan kehamilan.

3. Hubungan Paritas Ibu dengan Kecemasan pada Masa Persalinan

Paritas adalah banyaknya frekuensi ibu melahirkan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ibu postpartum dengan paritas 1 dan paritas >1 lebih banyak mengalami kecemasan sedang daripada kecemasan berat pada masa persalinan.

37 Nilai chi-square diperoleh p value 1,000 berarti p value > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan paritas ibu postpartum dengan kecemasan pada masa persalinan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Nolan (2004) kebanyakan pada akhir kehamilan atau saat-saat bersalin ibu khususnya primigravida dilanda kecemasan. Pada paritas 1 didapat hasil kecemasan sedang lebih banyak dari pada kecemasan berat, padahal menurut Priantono (2003) bahwa kecemasan dapat timbul dan meningkat menjadi lebih berat pada ibu post partum pada masa persalinan pada ibu primigravida atau yang belum pernah melahirkan yang dapat disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangya pengetahuan tentang persalinan dan belum adanya pengalaman bersalin.

Menurut Rubin (1975) banyak wanita nullipara secara aktif mempersiapkan diri untuk mengatasi kekhawatirannya menghadapi persalinan sehingga dapat mengurangi kekhawatiran dan cemasnya pada masa persalinan. Sedangkan wanita multipara memiliki pengalaman tersendiri dalam melahirkan dan bersalin, rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya. Menurut Lowe ”Self Cofidence Key” (2001) kecemasan yang disebabkan karena ketidaktahuan tentang persalinan pada ibu primigravida sering terjadi pada masa persalinan.

Curtis (2000) berpendapat ibu yang melahirkan untuk kedua kalinya mempunyai kecemasan dan kekhawatiran yang berbeda. Untuk setiap persalinan tidak ada dua persalinan yang sama, tidak juga bagi wanita yang sama, karena persalinan berbeda bagi setiap wanita. Tidak seorang pun dapat memperkirakan akan seperti apa jadinya persalinan.

Pendapat Priantono (2003) yang mengatakan paritas >1 lebih meningkat kecemasannya karena lebih berpengalaman sehingga ibu lebih bertambah pengetahuannya dari pada yang belum pernah melahirkan, atau disebabkan karena rasa cemas yang timbul karena memiliki perasaan yang belum diselesaikan pada persalinan pertamanya dan cemas yang dapat timbul pada fase akhir persalinan, seperti yang dikatakan Merillo (1988) dan Wuitchik (1990) dalam Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005).

Tara (2002) juga mengatakan bahwa kehamilan atau persalinan pada ibu dengan paritas lima atau lebih dengan kondisi keadaan umur yang kurang baik, dimana umur biasanya lebih dari 35 tahun sangat meningkatkan untuk terjadinya resiko, baik pada saat persalinan atau keadaan dan kondisi anak yang dilahirkan, sehingga dapat menimbulkan kecemasan dan dapat meningkat menjadi lebih berat pada masa persalinan seperti yang dikatakan Priantono (2003).

4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kecemasan pada Masa Persalinan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan juga merupakan hasil “tahu”, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Engindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Menurut Hidayat (2005) dan Poedjawijatna (2004) pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan itu

39 dapat berupa pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan ibu postpartum mengenai persalinan sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 29 orang (65,9%) mengalami kacemasan sedang dan 15 orang (34,1%) mengalami kecemasan berat pada masa persalinan. Ibu postpartum yang berpengetahuan cukup 12 orang (75%) mengalami kecemasan sedang dan 4 orang (25%) mengalami kecemasan berat pada masa persalinan.

Nilai chi-square diperoleh hasil p value 0,722, berarti 0,722 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan ibu postpartum dengan kecemasan pada masa persalinan.

Hasil penelitian ini menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu semakin berkurang kecemasan yang dialami ibu. Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat (2005) dan Poedjawijatna (2004) yang mengatakan pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan itu dapat berupa pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian ini ibu yang berpengetahuan baik juga masih mengalami kecemasan sedang dan berat, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Huliana dalam Dariyo (1997) yang mengatakan bahwa ibu yang akan menghadapi persalinan dan yang sedang bersalin mengalami kecemasan pada tingkat cemas sedang, hal ini dapat disebabkan karena khawatir dan cemas tentang keselamatan janin yang dilahirkan, nyeri

persalinan atau takut merasa tidak mampu dan tidak mempunyai kekuatan saat mengejan pada masa persalinan.

Maulana (2008) juga berpendapat bahwa para ibu sebaiknya mempelajari apa yang diperlukan untuk mendukung kesehatannya selama kehamilan dan persalinan. Rubin (1975) dalam Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005) mengatakan banyak wanita nullipara secara aktif mempersiapkan diri untuk mengatasi kekhawatirannya menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain. Mereka juga dapat mencari orang terbaik untuk memberi nasehat, arahan dan perawatan, Sedangkan wanita multipara memiliki pengalaman tersendiri dalam melahirkan dan bersalin.

Dari hasil penelitian hubungan pengetahuan ibu post partum dengan kecemasan pada masa persalinan, dapat disimpulkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan pada masa persalinan. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Priantono (2003) yang mengatakan bahwa kecemasan dapat timbul dan meningkat menjadi lebih berat pada ibu post partum pada masa persalinan dapat disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangya pengetahuan tentang persalinan dan belum adanya pengalaman bersalin.

41

Dokumen terkait