• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi

Berdasarkan tabel 12 diketahui tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kecukupan gizi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p = 0,362).

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003: 114). Angka kecukupan gizi adalah penilaian untuk konsumsi makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supariasa, 2001 : 94). Guna mencukupi kebutuhan gizi anak diperlukan pengetahuan mengenai hal ini. Konsep ini sesuai dengan konsep perilaku yaitu K-A-P ( knowledge-attitude-practice) yakni pengetahuan menjadi dasar bagi terbentuknya perilaku. Hal ini didukung L.W. Green yang menjelaskan bahwa perilaku terbentuk dengan didahului oleh faktor pendahulu (predisposing factors) seperti pengetahuan disamping sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan, faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan pendorong seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman) (Notoatmodjo, 2005).

Jika dari hasil penelitian ternyata tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kecukupan gizi berdasarkan metode recall 24 jam, maka hal ini bukan berarti pengetahuan terbukti tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kecukupan gizi pada anak. Hal ini terjadi karena pada dasarnya

commit to user

pengetahuan untuk sampai terwujud dalam bentuk perilaku harus melalui beberapa tahap mulai dari sikap terlebih dahulu juga masih perlu dukungan faktor lain seperti penilaian ibu mengenai perlunya memperhatikan kecukupan gizi pada anak, persepsi atau anggapan mengenai kecukupan gizi pada anak, dan keyakinan perlunya memenuhi kebutuhan gizi pada anak, serta diperlukan faktor pemungkin yaitu yang memungkinkan perilaku pemenuhan kebutuhan gizi dapat dilakukan seperti sumberdaya atau bahan makanan yang diberikan kepada anaknya, keterjangkauan untuk membeli bahan makanan atau makanan, serta diperlukan faktor pendorong atau penguat untuk berperilaku seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman yang sudah terlebih dahulu memperhatikan kecukupan gizi pada anaknya. Dapat dikatakan bahwa banyak faktor lain yang ikut menentukan perilaku ibu dalam pemenuhan gizi pada anaknya disamping faktor pengetahuan. Jadi dalam hal ini pengetahuan belum mampu menjadi faktor dominan dalam pemenuhan gizi bagi anak. Disamping itu dari hasil penelitian juga terlihat bahwa lebih banyak responden yang nilai pengetahuannya di bawah nilai tengah yaitu ada 34 responden.

2. Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi

Berdasarkan tabel 13 diketahui ada hubungan sikap dengan pemenuhan angka kecukupan gizi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p=0,028). Hasil Persamaan regresi logistic didapatkan Z = -11,913 + 0,162X2 atau Z = -11,913 + 0,162 (Sikap) dengan Probabilitas (event) = 1/(1+e-z).

commit to user

Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung terhadap objek tersebut. Formulasi menurut Thrustone sikap adalah derajad afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis (Azwar, 2008 : 5). Angka kecukupan gizi adalah penilaian untuk konsumsi makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supariasa, 2001). Guna mencukupi kebutuhan gizi anak diperlukan dukungan sikap yang positif mengenai hal ini. Konsep ini sesuai dengan konsep perilaku yaitu K-A-P (knowledge-attitude-practice) yakni pengetahuan menjadi dasar bagi terbentuknya perilaku. Hal ini didukung L.W. Green yang menjelaskan bahwa perilaku terbentuk dengan didahului oleh faktor pendahulu (predisposing factors) seperti sikap disamping nilai, persepsi, dan keyakinan, faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan pendorong seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman (Notoatmodjo, 2005).

Jika didapatkan ada hubungan sikap dengan pemenuhan angka kecukupan gizi maka hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan L.W. Green diatas. Dalam arti jika ibu memiliki sikap yang positif maka ibu memiliki pertimbangan yang positif pula didalam upaya memberikan makanan untuk memenuhi kecukupan gizi bagi anaknya. Sebaliknya jika ibu memiliki sikap negatif terhadap pemenuhan gizi maka ibu cenderung menolak atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap anjuran untuk memberikan makanan sesuai dengan standar kecukupan gizi bagi anak. Hal ini disebabkan tanpa adanya sikap yang positif maka ibu tidak memiliki minat maupun motivasi untuk mewujudkan dalam

commit to user

bentuk perilaku pemenuhan gizi bagi anak. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memiliki sikap mendukung yang ditunjukkan dengan skor sikap di atas nilai tengah sebanyak 26 responden (41,3%). Hal ini akan menjadi faktor pendukung tersendiri bagi ibu untuk mendukung perilakunya dalam memenuhi kecukupan gizi bagi anak.

3. Hubungan Persepsi dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi

Berdasarkan tabel 14 diketahui ada hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p=0,031). Hasil Persamaan regresi logistic didapatkan Z = -11,913 + 0,157X2 atau Z = -11,913 + 0,157 (Persepsi) dengan Probabilitas (event) = 1/(1+e-z).

Persepsi menurut Potter and Perry (2005) adalah merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Angka kecukupan gizi adalah penilaian untuk konsumsi makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supariasa, 2001 : 94). Guna mencukupi kebutuhan gizi anak diperlukan persepsi yang benar mengenai suatu hal. Konsep ini sesuai dengan L.W. Green yang menjelaskan bahwa perilaku terbentuk dengan didahului oleh faktor pendahulu (predisposing factors) seperti pengetahuan disamping sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan, faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan pendorong seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman) (Notoatmodjo, 2005).

Adanya hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi secara kronologis dapat dijelaskan bahwa persepsi mempengaruhi perilaku seseorang.

commit to user

Hal ini mengandung makna bahwa melalui persepsi terhadap suatu obyek (entah persepsi yang benar atau salah, baik atau buruk, positif atau negatif) maka timbul respon pada seseorang sehingga dapat menjadi dasar dalam menentukan sikap (sikap positif atau negatif). Hal ini akan berpengaruh pada motivasi seseorang sesuai persepsi yang telah dimiliki. Artinya ketika obyek yang dipersepsi sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya maka akan menimbulkan motivasi untuk bertindak. Dapat dijelaskan secara riil jika ibu memiliki persepsi yang benar mengenai kecukupan gizi bagi anak, maka ibu merasa perlu untuk memberikan makanan sesuai dengan standar kecukupan gizi bagi anak. Hal ini terjadi karena perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti persepsi disamping faktor lain seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat atau motivasi maupun sikap, pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan ada 27 responden (42,9%) yang memiliki persepsi baik terhadap pemenuhan kecukupan gizi bagi anak. Hal ini menjadi faktor pendukung bagi ibu untuk memenuhi kecukupan gizi bagi anak.

5. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dengan Pemenuhan Kecukupan

Gizi

Berdasarkan tabel 15 didapatkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,003). Persamaan yang dihasilkan adalah Z = -11,913 + 0,408X1 + 0,162X2 + 0,157X3 atau Z = -911,913 + 0,408 (Pengetahuan) + 0,162 (Sikap) + 0,157 (Persepsi) dengan probabilitas (event) = 1/(1+e-z).

commit to user

Pemenuhan kecukupan gizi adalah perilaku dalam pemberian makanan agar anak tercukupi kebutuhan gizi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Dapat dikaji bahwa dalam konsep K-A-P (knowledge-attitude-practice) artinya perilaku terwujud didahului sikap dan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 131). Dalam kontek ini harus dipahami bahwa perilaku dipengaruhi banyak faktor lain selain pengetahuan maupun sikap. Menurut L.W. Green perilaku dipengaruhi faktor predisposisi atau faktor pendahulu seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik didapatkan probabilitas anak sesuai kecukupan gizinya dengan pengetahuan adalah 0, rasio sikap adalah 0 dan rasio persepsi adalah 0. Hal ini memberikan arti bahwa secara bersama-sama pengetahuan, sikap dan persepsi tidak berhubungan dengan perilaku. Hal ini terjadi karena sesuai dengan hasil penelitian nilai pengetahuan, sikap maupun persepsi dari responden lebih banyak di bawah nilai tengah dibandingkan dengan nilai diatas nilai tengah, yaitu untuk pengetahuan di bawah nilai tengah ada 34 responden (54%), sikap nilai di bawah nilai tengah sebanyak 37 responden (58,7%) dan persepsi nilai di bawah nilai tengah sebanyak 36 responden (57,1%). Kondisi ini secara bersama tidak mendukung bagi terwujudnya perilaku dalam pemenuhan kecukupan gizi bagi anak.

commit to user

Dokumen terkait