commit to user
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU
DENGAN PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI BALITA
(Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Kesehatan Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
INTAN CANDRA DEWI
NIM S-5401091-10
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU
DENGAN PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI BALITA
(Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)
Disusun oleh :
INTAN CANDRA DEWI
S-
5401091-10Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Ruben Darmawan,dr.,Ir.,PhD.,Sp.ParK.,Sp.AK ... ... NIP. 19551021 199412 1 001
Pembimbing II
Pancrasia Murdani, dr. MHPEd ... ... NIP. 19621022 199503 1 001
Mengetahui
Ketua Program Kedokteran Keluarga
commit to user
iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU
DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA
(Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)
Disusun oleh :
INTAN CANDRA DEWI
S-
5401091-10Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr,MM,M.Kes,PAK ... ... NIP. 19480313 197610 1 001
IP. 19480313 197610 1 001 Sekretaris
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.Pd. ... ... NIP. 196611081990032001. 19661108 199003 2 001
Anggota :
1. Ruben Darmawan,dr.,Ir.,PhD.,Sp.ParK.,Sp.AK ... ... NIP. 19551021 199412 1 001
2. Pancrasia Murdani, dr. MHPEd ... ... NIP. 19621022 199503 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr,MM,M.Kes,PAK ... ... NIP. 19480313 197610 1 001
Direktur Program Pasca Sarjana
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Intan Candra Dewi
NIM : S-5402091-10
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Persepsi Ibu tentang Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu
Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri adalah karya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh tersebut.
Surakarta, Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun
tesis dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Persepsi Ibu Dengan
Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten
Kediri”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
derajad Magister Kesehatan pada Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan ini penulis banyak mengalami kesulitan namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dapat teratasi, untuk itu penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsul Hadi, dr, Sp.Kj (K), selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan
untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Prof. Dr. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan
pengangkatan Dosen Pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister
Kedokteran Keluarga
3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
commit to user
vi
4. Ruben Darmawan, dr.,Ir.,PhD.,Sp.ParK.,Sp.AK, selaku dosen pembimbing I
yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini.
5. P. Murdani K, dr, MHPEd, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini dan selaku Ketua
Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitan ini.
6. Suamiku dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan
semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
7. Kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
8. Teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana program Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama
dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan
dari Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan
dan perbaikan tesis ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Terima kasih.
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii
PERNYATAAN ... iv A. Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 8
B. Penelitian Yang Relevan ... 31
C. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian ... 35
D. Instrumen Penelitian ... 37
commit to user
viii
F. Pengumpulan Data ... 38
G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38
H. Definisi Operasional Variabel ... 38
I. Test Validitas dan Reliabilitas ... 40
J. Analisis Data Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 45
B. Analisis Data ... 49
C. Pembahasan ... 51
D. Keterbatasan Penelitian... 57
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
C. Implikasi ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Interpretasi Nilai r ... 41
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Pengetahuan ... 42
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Sikap... 42
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Persepsi ... 43
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 43
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 44
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 44
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Pengetahuan di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 47
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sikap di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 47
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Persepsi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 48
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pemenuhan Kecukupan Gizi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 48
Tabel 12. Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita ... 49
Tabel 13. Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita ... 49
Tabel 14. Hubungan Persepsi dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita ... 50
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 29
Gambar 2. Faktor Penyebab Gizi Kurang ... 30
Gambar 3. Kerangka Penelitian ... 37
Gambar 4. Diagram Bar Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 45
Gambar 5. Diagram Bar Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 45
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 46
commit to user
xi
DAFTAR SINGKATAN
AKG : Angka Kecukupan Gizi
BB : Berat Badan
BGM : Bawah Garis Merah
Depkes : Departemen Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan
DKGA : Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
DKGJ : Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan
DKMM : Daftar Koversi Mentah Masak
DKPM : Daftar Konversi Penyerapan Minyak
DURT : Daftar Ukuran Rumah Tangga
KEP : Kurang Energi Protein
LB : Laporan Bulanan
RI : Republik Indonesia
RDA : Recommended Dietary Allowance
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Perama
PSG : Pemantauan Status Gizi
PSP : Pengetahuan, Sikap, Perilaku
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 61
Lampiran 2. Inform Consent ... 62
Lampiran 3. Kisi-Kisi Soal Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi ... 63
Lampiran 4. Petunjuk Pengisian Soal Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi... 64
Lampiran 5. Soal Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi ... 65
Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi .... 67
Lampiran 7. Kisi-Kisi Angket Sikap Tentang Kecukupan Gizi ... 68
Lampiran 8. Petunjuk Pengisian Soal Angket Sikap Tentang Kecukupan Gizi ... 69
Lampiran 9. Soal Angket Sikap Tentang Kecukupan Gizi ... 70
Lampiran 10. Soal Angket Persepsi Tentang Kecukupan Gizi ... 72
Lampiran 11. Lembar Observasi Pemenuhan Kecukupan Gizi ... 74
Lampiran 12. Ukuran Rumah Tangga ... 75
Lampiran 13. Daftar Faktor Konversi Berat Bahan Makanan ... 76
Lampiran 14. Daftar Bahan Makanan Penukar ... 77
Lampiran 15. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan ... 81
Lampiran 16. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) ... 85
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengetahuan untuk Uji Validitas dan Reabilitas ... 86
Lampiran 18. Output Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan ... 87
commit to user
xiii
Lampiran 20. Output Uji Validitas dan Reabilitas Sikap ... 90
Lampiran 21. Rekapitulasi Hasil Penelitian untuk Uji Validitas dan Reabilitas Persepsi ... 92
Lampiran 22. Output Uji Validitas dan Reabilitas Persepsi ... 93
Lampiran 23. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pengetahuan ... 95
Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Penilaian Sikap ... 97
Lampiran 25. Rekapitulasi Hasil Penilaian Persepsi ... 99
Lampiran 26. Rekapitulasi Hasil Pemenuhan Kecukupan Gizi ... 101
commit to user
xiv
ABSTRAK
Intan Candra Dewi. S540109110. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Persepsi Ibu dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri. Tesis Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Minat Utama Profesi Pendidikan Kesehatan. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Setiap anak balita diharapkan hidup sehat, tumbuh normal dengan status gizi normal. Harapan tersebut tampaknya belum tercapai hingga saat ini. Hasil penimbangan balita di posyandu setiap bulan menunjukkan masih ada anak balita dengan status gizi lebih (obesitas) dan status gizi kurang (marasmus) maupun buruk (kwasiorkor). Oleh karena itu diharapkan setiap orang tua memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi mengenai pemenuhan kecukupan gizi bagi anaknya. Berdasarkan Laporan Bulanan Pemantauan Pertumbuhan Balita Desember 2008, Desa Tiron Kabupaten Kediri termasuk paling tinggi prevalensi Bawah Garis Merah-nya (BGM) yaitu sebesar 2,46% diantara 284 balita ditimbang, angka ini belum mencapai target status gizi buruk sebesar 0,1% untuk Kabupaten Kediri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di desa Tiron Kabupaten Kediri.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik korelasional. Populasi sumber addalah semua ibu balita di Posyandu Delima Desa Tiron sebanyak 75 ibu dengan sampel 63 ibu diambil dengan teknik purposive sampling. Data pengetahuan, sikap, persepsi dan pemenuhan kecukupan gizi dikumpulkan dengan kuesioner.
Dari hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,362), ada hubungan sikap dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,028), dan ada hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,031) serta ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi ( p = 0,003).
Dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita. Disarankan agar tenaga kesehatan puskesmas tetap melakukan penyuluhan dengan penekanan pada perubahan sikap dan persepsi tentang pemenuhan kecukupan gizi.
commit to user
xv ABSTRACT
Intan Candra Dewi. S540109110. 2010. Relationship of Knowledge, Attitudes
and Perceptions of mother about Child Nutrition Adequacy Fulfillment in “Posyandu Delima” Village of Tiron of Kediri District. Thesis Study Program
of Family Medicine Magister, Concentration of Health Education Profession. Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta.
Every child under five are expected to live healthy, growing normally with normal nutritional status. Hope is apparently not reached until today. The results of child's weight at posyandu in each month shows there are still children under five with better nutritional status (obesity) and underweight status (marasmus) or bad (kwashiorkor). Therefore expected that each parent has the knowledge, attitudes and perceptions regarding the fulfillment of nutritional adequacy for their children. Based on monthly report of Toddlers Growth Monitoring in December 2008, the Village of Tiron Kediri including has the highest below red line prevalence that is equal to 2.46% among 284 infants weighed, this figure has not reached the target of poor nutritional status of 0.1% for Kediri. The purpose of this study to determine the relationship of knowledge, attitudes and perceptions of mothers with the fulfillment of the child nutritional adequacy in the Village of Tiron of Kediri District.
Research design is correlational analytic study. Source population are 75 mothers of children under five at Delima Posyandu in the Tiron village with a sample of 63 mothers were taken with purposive sampling. The data of knowledge, attitudes, perceptions and nutrition adequacy fulfillment were collected by questionnaire.
From the results of the research, were found no relation between knowledge to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.362), there is a correlation between attitude to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.028), and there is a relationship of perception to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.031) and there are correlation between knowledge, attitude and perceptions to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.003).
It can be concluded there is correlation between knowledge, attitudes and perceptions of mothers with the fulfillment of nutritional adequacy. It is recommended that health centers continue to do counseling with an emphasis on changing attitudes and perceptions about the fulfillment of nutritional adequacy.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Dinkes Jatim, 2007).
Dalam kerangka pemikiran tersebut terkandung makna bahwa setiap generasi
harus hidup sehat, salah satunya golongan anak balita. Harapannya setiap anak
balita tumbuh normal yang dapat dilihat dari indikator status gizinya. Saat ini
diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa
mengalami beraneka masalah kekurangan gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa dan
seringkali tidak cepat ditanggulangi, padahal dapat memunculkan masalah besar.
Selain gizi kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi masalah
gizi lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
(www.bappenas.go.id)
Secara nasional ditargetkan anak balita status gizi buruk harus kurang dari
15% dan Bawah Garis Merah (BGM) kurang dari 30% (Dinkes Jatim, 2007). Pada
kenyatannya harapan tersebut belum tercapai hingga saat ini. Hasil penimbangan
balita di posyandu setiap bulan menunjukkan masih ada anak balita dengan status
gizi lebih (obesitas) tetapi juga ada yang kurang (marasmus) maupun buruk
(kwasiorkor).
commit to user
Bukti dapat dilihat dari hasil Survei Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2006 di Jawa Timur terdapat 17,5% balita status gizi Kurang Energi Protein
(KEP), terdiri atas 2,6% gizi buruk dan 14,96% gizi kurang (Dinkes Jatim, 2007).
Di Kabupaten Kediri tahun 2008 dari 17.407 balita, yang menderita gizi buruk 21
balita (0,15%) dan gizi kurang 267 balita (1,9%) (Dinkes Kab. Kediri, 2008).
Khusus Kecamatan Banyakan berdasarkan LB Pemantauan Pertumbuhan Balita
Desember 2008, Desa Tiron termasuk paling tinggi prevalensi BGM-nya yaitu
sebesar 2,46% diantara 284 balita ditimbang. Angka ini belum mencapai target
status gizi buruk sebesar 0,1% untuk Kabupaten Kediri.
Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu konsumsi makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan meliputi zat gizi
dalam makanan, ada tidaknya pemberian makanan di luar keluarga, daya beli
keluarga dan kebiasaan makan. Sedangkan faktor kesehatan meliputi
pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, 2002 : 20).
Sedangkan menurut Persagi (Supariasa, 2002) adalah karena asupan makanan dan
penyakit infeksi. Asupan makanan berkaitan dengan persediaan makanan
dirumah, kemiskinan, kurang pendidikan, kurang ketrampilan dan krisis ekonomi.
Sedangkan penyakit infeksi berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan perawatan
anak dan ibu hamil.
Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat
makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil
sendiri mana yang disukainya (Djaeni, 2000:12). Untuk dapat menyusun menu
commit to user
dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan
pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu (Soegeng dan Anna, 1999:123).
Pengetahuan ibu dalam penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga sangat
penting untuk mendukung perbaikan gizi. Pengetahuan ibu tentang memasak,
dalam memberi makanan anak, bagaimana sayur dapat masuk ke mulut anak dan
bagaimana keragaman bahan dan jenis makanan dapat mempengaruhi kebosanan,
keragaman bahan dan jenis masakan dapat dipakai sebagai ukuran kualitatif
masalah gizi (Saragih, 2004).
Penyediaan makanan di tingkat keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap dan perilaku terutama ibu tentang gizi dan kesehatan. Cara seseorang
berpikir atau berpengetahuan dan berpandangan tentang makanan, akan
dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Pengetahuan ibu
yang baik tentang gizi dan kesehatan diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan
perilakunya dalam menyediakan dan mendistribusikan makanan dalam
keluarganya yang dapat mempengaruhi konsumsi makan sehari harinya dan
dampak lebih lanjutnya adalah pada status gizi, khususnya golongan rawan gizi
(www.undip.ac.id).
Menurut Suprihatin Guhardja lewat penelitian yang dilakukan di pedesaan
dan perkotaan ditemukan bahwa kepedulian ibu pada gizi anak baik di kota
maupun di pedesaan pada umumnya masih rendah. Bentuk kepedulian pada gizi
anak merupakan salah satu tanggung jawab dari keluarga dalam hal ini ibu rumah
tangga dan secara tidak langsung merupakan tanggung jawab masyarakat. Dalam
masyarakat, kegiatan-kegiatan yang menyangkut perbaikan gizi banyak
commit to user
gizi anak. Keterbatasan-keterbatasan perilaku ibu dapat berbentuk kurangnya
pengetahuan, tidak ada motivasi kuat untuk menyelenggarakan atau menyiapkan
makanan yang baik bagi anak, dan ada persepsi yang salah tentang gizi (Guhardja,
2003). Perbaikan praktek pengasuhan anak terutama pada akhir pendampingan
gizi berkaitan erat dengan peningkatan pengetahuan ibu yang memegang peranan
yang dominan dalam pengasuhan anak. Artinya, pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang berkaitan dengan pengasuhan anak dapat dilaksanakan oleh ibu sebagai
pengasuh anak (Dara Ayu, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu delima desa
tiron terhadap 10 ibu yang mempunyai balita tentang pengetahuan diperoleh 6 ibu
(60%) mempunyai pengetahuan kurang, 2 ibu (20%) mempunyai pengetahuan
cukup dan 2 ibu (20%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kecukupan
gizi balita. Dari latar belakang pendidikan yaitu SD 5 ibu (50%), SMP 3 ibu
(30%), SMA 2 ibu (20%), sedangkan dari pekerjaannya 5 (50%) ibu sebagai ibu
rumah tangga, 3 ibu sebagai pedagang (30%) dan 2 ibu (20%) sebagai buruh tani.
Berdasarkan permasalahan diatas perlu dilakukan pengkajian mengenai
asupan makanan bagi anak balita yang dikenal dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Hal ini digunakan untuk melakukan perbandingan antara konsumsi zat
gizi dengan keadaan gizi seseorang. Menurut Darwin Karyadi dan Muhilal dalam
Supariasa (2001 : 11) untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan
melakukan koreksi terhadap BB (berat badan) nyata individu dengan BB standar
pada tabel AKG. Interpretasi AKG berdasarkan berdasarkan Buku Pedoman
Patugas Gizi Puskesmas Depkes RI (1990) dibagi empat dengan cut of point : baik
commit to user
AKG. Adapun metode pengukuran konsumsi makanan individu dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya metode recall 24 jam, metode estimated food
records, metode penimbangan makanan, metode dietory history dan metode
frekuensi makanan (Supariasa, 2001 : 94).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas peneliti ingin
melakukan penelitian tentang : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Ibu
dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita
di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ?
2. Adakah hubungan sikap ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di
Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ?
3. Adakah hubungan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di
Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ?
4. Adakah hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan
kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan
commit to user
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan
pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan
Banyakan Kabupaten Kediri.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemenuhan kecukupan
gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri.
b. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi
balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten
Kediri.
c. Menganalisis hubungan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi
balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten
Kediri.
d. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan
pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi
tentang hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan
commit to user
2. Manfaat praktis
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan
bagi masyarakat terutama mengenai perlunya peningkatan pengetahuan,
sikap dan persepsi guna pemenuhan Angka Kecukupan Gizi pada balita
sehingga dapat meningkatkan status gizi balita yang akhirnya dapat
menurunkan incidence rate balita gizi kurang dan buruk.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi
petugas kesehatan puskesmas maupun dinas kesehatan mengenai
hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi dengan pemenuhan angka
kecukupan gizi.
c. Bagi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan
untuk memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di
profesi pendidikan kesehatan.
d. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metodologi
penelitian beserta aplikasinya dalam penelitian sehingga dapat
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003: 114).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya menurut Soekanto, 2003 : 8 dalam (Mubarak,
dkk, 2007 : 8) yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul
(superstition), dan penerangan yang keliru (misinformation). Menurut
Wahit, dalam Mubarak dkk, pengetahuan adalah merupakan hasil
mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah
dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah
orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep,
dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,
commit to user
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Cara kuno atau cara non ilmiah
a) Cara coba-coba atau salah
Cara ini telah dipakai sebagaimana adanya kebudayaan, bahkan
sebelum ada peradapan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, mencoba memungkinkan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
b) Cara kebiasaan
Cara ini dapat berupa pengetahuan yang diambil dari pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Prinsip ini adalah orang
lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan faktor empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
commit to user
d) Melalui jalan pemikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia
menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi.
Apabila pembuatan kesimpulan melalui pernyataan khusus kepada
yang umum dinamakan induksi, dan deduksi adalah pembuatan
kesimpulan dari pernyataan yang umum kepada yang khusus.
2) Cara Modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. Cara ini lebih sistematis,
logis dan ilmiah. Namun demikian dari penelitian selanjutnya
disimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
tahap-tahap tersebut seperti diatas.
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom (Notoatmodjo, 2003), tingkat pengetahuan di
dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :
1) Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah
mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh kata kerja untuk tahu
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
commit to user
2) Pemahaman
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar, orang yang faham terhadap materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau riil (sebenarnya) aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Termasuk dalam tahap ini adalah dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan atau mengelompokkan.
5) Sintesis
Sintesis menunjuk pada kemampuan menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Termasuk dalam tahap ini
adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
commit to user
meningkatkan, atau menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
(pembenaran) atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Umur
Makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti umur belasan tahun. Selain itu juga memori atau daya ingat
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian
tersebut maka kita simpulkan bahwa bertambahnya usia seseorang
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau pra usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
b) Intelegensi
Intelegensi adalah tingkat kemampuan pengalaman seseorang
commit to user
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses
belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal
untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah
sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuannya.
2) Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dan tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradapan bangsa
yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri
(nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat
pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan
pendidikannya (Ihsan, 2008 : 2).
b) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
commit to user
c) Informasi
Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang mempunyai tindakan yang rendah tetapi jika
mendapatkan informasi yang benar dan baik dari berbagai media,
maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk
yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan (Darmawan, 2008).
d) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh sosial
pertama, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik
dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
e. Kriteria Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkat.
Beberapa ahli memberikan pengkategorian yang bervariasi, salah satunya
adalah menurut Nursalam (2003) yang mengkategorikan pengetahuan
menjadi :
1) Kategori baik jika mendapat skor 76-100% dari skor maksimum.
2) Kategori cukup jika mendapat skor 56-75% dari skor maksimum.
commit to user
2. Konsep Sikap
a. Definisi Sikap
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung
atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung terhadap objek tersebut.
Formulasi menurut Thrustone sikap adalah derajad afek positif atau afek
negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis (Azwar, 2008 : 5).
Sementara definisi lain sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005 : 52).
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya
perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk
membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya (Walgito, 2004 : 127).
Sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik
perbuatan sekarang maupun yang akan datang. Ahli psikologi Thomas
memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan
perbuatan nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan
sosial. Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu
diarahkan terhadap suatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu
commit to user
b. Komponen Pokok Sikap
Menurut Alport yang dikutip Notoatmodjo (2005 : 53) sikap terdiri
dari 3 komponen pokok, yaitu 1) kepercayaan atau keyakinan, ide, dan
konsep terhadap obyek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau
pemikiran seseorang terhadap objek, 2) Kehidupan emosional atau evaluasi
orang terhadap obyek. Artinya, bagaimana penilaian (terkandung
didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek, 3) Kecenderungan
untuk bertindak. Artinya, sikap merupakan komponen yang mendahului
tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka.
c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2008 : 31).
1) Pengalaman pribadi
Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan
kita terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya
sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif
ataukah sikap negatif akan tergantung pada berbagai faktor lain. Akan
commit to user
bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek
psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek
tersebut.
2) Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan
telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena
kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya
kepribadian individu yang kuat yang dapat memudarkan dominasi
kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap
penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak-tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara
orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua,
orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,
guru, teman kerja, isteri atau suami dan lain-lain. Pada umumnya
commit to user
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai
tugas pokok, media masa membawa pesan sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru memberikan
landasan kognitif terbentuknya sikap. Pesan sugesti yang dibawa
informasi apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam
menilai suatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu.
5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta agama mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, garis
pemisah sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan keagamaan serta ajarannya. Dikarenakan konsep moral
dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka
tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut
ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya
commit to user
atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.
Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga
pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan tunggal yang
menentukan sikap.
6) Faktor emosi dalam diri individu
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
d. Konsep Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmojo (2003) sikap memiliki tingkat dari yang
terendah hingga yang tertinggi yaitu menerima. Pada tingkat ini individu
ingin dan memperhatikan rangsangan stimulus yang diberikan. Merespons,
pada tingkat ini sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan. Menghargai, sikap
individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah. Bertanggungjawab, sikap individu akan bertanggungjawab dan
siap menanggung resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya (Sunaryo,
commit to user
e. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap tidak dapat dilakukan secara cermat melalui cara
penanyaan langsung maupun observasi tingkah laku. Metode pengukuran
sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberikan penafsiran
terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap (Azwar,
2008 : 87).
Dilihat dari bentuknya, skala sikap tidak lain daripada kumpulan
pernyataan. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang diukur.
Suatu pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek
sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau memihak pada objek
sikap. Pernyataan ini disebut pernyataan yang mendukung.
Sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif
mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak
memihak atau tidak mendukung objek sikap, dan karenanya disebut dengan
pernyataan yang tidak mendukung (Azwar, 2008 : 107).
Lebih lanjut dijelaskan sebagai kumpulan pernyataan mengenai
sikap, maka suatu skala sikap hendaknya berisi sebagian pernyataan positif
dan sebagian pernyataan negatif. Untuk membuat banyak pernyataan sikap,
penyusun skala harus merencanakan langkah penulisan pernyataan sesuai
prosedur yang semestinya serta menuruti suatu kaidah penulisan pernyataan
commit to user
3. Konsep Persepsi
a. Pengertian
Persepsi menurut Potter & Perry (2005, 309) merupakan pandangan
pribadi atas apa yang terjadi ".
b. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk
dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini dapat dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
meliputi kontras (kontras warna, kontras ukuran, kontras bentuk, kontras
gerakan), perubahan intensitas (intensitas suara, cahaya), pengulangan,
sesuatu yang baru, sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak. Faktor
internal (pengalaman/pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi,
budaya) (Notoatmodjo, 2005 : 104).
c. Penilaian Persepsi
Penilaian persepsi dapat menggunakan skala Likert dimana skala ini
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok kejadian atau gejala sosial (Riduwan dan Sunarto, 2007 : 32).
4. Konsep Angka Kecukupan Gizi
a. Pengertian Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah penilaian untuk konsumsi
makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang
dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supariasa, 2001
commit to user
Menurut Hardinsyah dan Tampubolon kecukupan gizi adalah
rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi
hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin
dan fisiologis tertentu (www.damandiri.or.id).
b. Pengukuran Angka Kecukupan Gizi
Pengukuran konsumsi makanan adalah suatu cara penentuan status
gizi secara tidak langsung yang dapat dipakai sebagai bukti awal akan
terjadinya kekurangan gizi pada seseorang atau masyarakat (Supariasa,
2001 : 94). Hasil pengukuran konsumsi makanan dapat dipakai untuk
berbagai macam tujuan antara lain : menentukan tingkat kecukupan
konsumsi gizi masyarakat, sebagai dasar perencanaan program gizi,
pendidikan gizi dan sebagainya.
Metode yang digunakan untuk pengukuran konsumsi ada yang
bersifat kualitatif seperti dietary history dan frekuensi makanan; serta
bersifat kuantitatif seperti recall 24 jam, penimbangan makanan, food
record, pencatatan makanan, food account, dan metode inventaris.
Masing-masing metode tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing sehingga sangat diperlukan pengujian presisi dan akurasi
atau validitas dari metode yang dipilih.
Pengolahan dan analisis data hasil pengumpulan data konsumsi
makanan memerlukan sejumlah daftar antara lain : Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM), Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan
commit to user
Penyerapan Minyak (DKPM) dan Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT).
Sedangkan untuk interpretasi data dibandingkan dengan AKG yang
berlaku untuk penduduk Indonesia yaitu hasil Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi VI tahun 1998.
c. Standar Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang digunakan di Indonesia saat ini secara
nasional adalah hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun
1998. Daftar AKG yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran.
Dasar penyajian Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah : kelompok
umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan aktivitas. Zat gizi yang
terdapat pada AKG hanyalah zat gizi yang penting, antara lain : energi,
protein, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi, zinc, yodium.
Macam Angka Kecukupan Gizi antara lain AKG tingkat nasional,
AKG untuk kelompok rumah tangga, AKG untuk perorangan atau
individu. Pada penulisan ini pembahasan difokuskan pada AKG untuk
perorangan atau individu (Supariasa, 2001 : 113).
Apabila ingin melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi
dengan keadaan gizi seseorang, biasanya dilakukan perbandingan
pencapaian konsumsi zat gizi individu tersebut terhadap AKG. Berhubung
AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi untuk
golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar,
commit to user
individu dapat dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap BB (berat
badan) nyata individu/perorangan tersebut dengan BB standar yang ada
pada tabel AKG.
Contoh perhitungan :
Misalnya diketahui BB seorang laki-laki usia 18 tahun adalah 45 kg.
Berdasarkan hasil recall 24 jam diketahui tingkat konsumsi energi sehari
adalah 2750 kalori. Pada daftar AKG diketahui BB standar laki-laki usia
16-19 tahun adalah 56 kg dan AKG untuk energi adalah 2500 kalori.
Jadi AKG energi laki-laki tersebut adalah :
45 kg
AKG individu = x 2500 kalori
56 kg
= 2009 kalori
Pencapaian AKG (Tingkat Konsumsi Energi) individu tersebut adalah :
2750 kalori
AKG Individu = x 100% = 137%
2009 kalori
d. Klasifikasi Tingkat Konsumsi
Untuk klasifikasi dari tingkat konsumsi kelompok/rumah tangga atau
perorangan belum ada standar. Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi
Puskesmas, Depkes RI (1990) dalam Supariasa (2001 : 114), klasifikasi
tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of point
masing-masing sebagai berikut :
1) Baik : ≥100% AKG
commit to user
3) Kurang : 70-80% AKG
4) Defisit : <70% AKG
e. Metode Pengukuran Angka Kecukupan Gizi
Metode pengukuran Angka Kecukupan Gizi atau konsumsi
makanan tingkat individu atau perorangan antara lain dengan metode
recall 24 jam. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode
24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila
anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia
bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat
juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang
sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pukul 07.00 ke rumah
responden, maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00
(saat itu) dan mundur ke belakang pukul 07.00 pagi hari sebelumnya.
Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan
menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24
jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan
idividu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok,
gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan
commit to user
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam) maka data
yang diperoleh kurang repentatif untuk menggambarkan kebiasaan makan
individu. Oleh karena itu recall 24 jam sebaiknya dilakukan
berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.
Beberapa penelitian mcnunjukan bahwa mininimal 2 kali recall 24
jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi
lebih optimal dan memberi variasi yang lebih besar tentang intake harian
individu (Sanjur, 1997 dalam Supariasa 2001 : 94).
Langkah pelaksanaan recall 24 jam pertama adalah petugas dan
pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT)
selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu responden
mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya
seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari
sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan
utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dia
makan diluar rumah seperti di restorant, di kantor, di rumah teman atau
saudara. Untuk masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang mengandung
vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau
kapsul vitamin A.
Berikutnya petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran
berat (gram). Dalam menaksir kedalam ukuran berat (gram) pewawancara
commit to user
(piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan. Makanan
yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan
menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut
informasi tentang komposisi makanan jadi.
Dilanjutkan dengan menganalisis bahan makanan kedalam zat gizi
dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
Kemudian membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner
sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan waktu dan
pengelompokan bahan makanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok,
sumber protein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan, dan
lain-lain. Contoh kuesioner recall 24 jam dapat dilihat pada lampiran.
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain mudah melaksanakan serta tidak terlalu
membebani responden, biaya relatif murah karena tidak memerlukan alat
khusus dan tempat yang luas untuk wawancara. Cepat, sehingga dapat
mencakup banyak responden. Dapat digunakan untuk responden yang buta
huruf. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kelemahannya antara lain tidak dapat menggambarkan asupan
commit to user
ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena
itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini
tidak cocok dilakukan pada anak di bawah usia 7 tahun, orang tua berusia
diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
Kecenderungan bagi resporden yang kurus untuk melaporkan
konsumsinya lebih banyak dan bagi resporden yang gemuk cenderung
melaporkan lebih sedikit. Membutuhkan tenaga atau petugas terlatih dalam
menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat
secara tepat menanyakan apa yang dimakan responden, dan mengenal cara
pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara
umum. Responden harus dimotivasi dan diberi penjelasan tujuan
penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari
recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada
saat melakukan upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.
f. Angka Kecukupan Gizi Mempengaruhi Status Gizi Anak
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaan
tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh
(Supariasa, 2002 : 18). Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah
dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan
commit to user
Pada dasarnya status gizi dipengaruhi dua faktor yaitu konsumsi
makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan meliputi faktor zat gizi dalam
makanan, ada tidaknya program pemberian makanan di luar keluarga, daya
beli keluarga dan kebisaaan makan. Sedangkan faktor kesehatan meliputi
pemeliharaan kesehatan dan lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, 2002 :
20). Lebih jelasnya dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Supariasa, 2002 : 20)
Sesuai bagan tersebut dapat dipahami status gizi dipengaruhi
langsung oleh kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan dipengaruhi
faktor daya beli keluarga terhadap makanan yang dikonsumsi setiap hari,
pemeliharaan kesehatan dan lingkungan fisik maupun sosial. Faktor lain
adalah konsumsi makanan baik kualitas maupun kuantitasnya. Konsumsi
makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program
pemberian makanan di luar keluarga, dan kebisaaan makan keluarga.
commit to user
Sedangkan faktor yang mempengaruhi gizi kurang menurut
Persagi (1999) dapat dijelaskan seperti bagan ini :
Gambar 2. Faktor Penyebab Gizi Kurang (Supariasa, 2001 : 20) 5. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan Pemenuhan AKG
Pemenuhan AKG dalam kontek ini adalah perilaku dalam pemberian
makanan agar anak tercukupi kebutuhan gizi berdasarkan umur dan jenis
kelamin. Dengan demikian dapat dikaji berdasarkan konsep perilaku, dimana Gizi Kurang
Asupan makanan Penyakit Infeksi
commit to user
dalam konsep P-S-P (pengetahuan-sikap-perilaku) artinya perilaku terwujud
didahului sikap dan sikap didahului pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Dalam kontek ini harus dipahami bahwa perilaku dipengaruhi banyak
faktor lain selain pengetahuan maupun sikap. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai pendapat atau teori perilaku yang dikemukakan beberapa ahli.
Menurut L.W. Green perilaku dipengaruhi faktor predisposisi atau
faktor pendahulu seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan,
faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan pendorong seperti
sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Snehendu B.Karr perilaku seseorang dipengaruhi faktor niat
untuk bertindak, dukungan, informasi, kebebasan pribadi untuk mengambil
keputusan dan situasi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005).
Sedangkan menurut tim kerja WHO, faktor yang mempengaruhui
perilaku meliputi pemikiran dan perasaan, acuan atau referensi dari seseorang
yang dipercayai, sumber daya untuk berperilaku dan sosio budaya (Suliha,
2007).
B. Penelitian Yang Relevan
“Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Di
Wilayah Puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas” oleh Triyani Widiastuti
Tahun 2005. Jenis penelitian yang digunakan Explanatory research atau penelitian
penjelasan. Dalam penelitian ini populasinya adalah kelompok anak balita
commit to user
balita. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui langsung keadaan ekonomi yang
nampak dari keadaan rumah. Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu sebagian
besar balita berumur 20-39 bulan, jumlah kelamin laki-laki sebesar 53,3% dan
perempuan sebesar 46,7%, status gizi baik sebesar 55,2% balita, gizi kurang
sebesar 34,3% balita dan gizi buruk sebesar 10,5% balita. Sebagian besar sampel
dengan jumlah anggota keluarga < 4 orang sebesar 67,6% sebagian besar
pendapatan keluarga tidak miskin sebesar 86,7%, ibu tidak bekerja sebesar 87,6%,
tamat pendidikan dasar ibu sebesar 61,9%, pengetahuan gizi ibu cukup sebesar
64,8%, konsumsi energi sedang sebesar 52,4%, konsumsi protein baik sebesar
76,2%, penyakit infeksi sebesar 42,9%, dan sanitasi lingkungan cukup sebesar
66,7%. Setelah dilakukan uji statistik Rank Spearman tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga,
pendidikan ibu, dengan konsumsi energi dan protein (p>0,05), uji Pearson
Corelation tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan
konsumsi energi dan protein, tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi
energi dan protein, konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita (p>0,05),
uji chi Square tidak ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan
dengan penyakit infeksi (p=0,05), tidak ada hubungan yang signifikan pekerjaan
ibu dengan konsumsi energi dan protein (p>0,05) dan ada hubungan penyakit
infeksi dengan status gizi balita (p<0,05). Untuk itu perlu meningkatkan
penyuluhan sanitasi lingkungan dan makanan bergizi dan sehat kepada ibu-ibu
commit to user
C. Kerangka Berfikir
Kerangka konsep atau kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut : 3. Pengaruh orang lain 4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan agama
6. Emosi dalam diri individu
Persepsi ibu
commit to user
Dari kerangka berfikir diatas dijelaskan bahwa pemenuhan kecukupan gizi
pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengetahuan ibu
tentang kecukupan gizi balita, sikap ibu tentang kecukupan gizi balita, persepsi
ibu tentang kecukupan gizi balita dan faktor – faktor inilah yang akan diteliti oleh
penulis. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pendidikan,
pengalaman, usia, IQ, penyuluhan, madia masa dan sosial budaya. Sikap
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain, media
masa, lembaga pendidikan, emosi dalam diri individu. Sedangkan persepsi sendiri
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
D. Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di
Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.
2. Ada hubungan sikap ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di
Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.
3. Ada hubungan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di
Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.
4. Ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional dimana variabel pengetahuan, sikap, persepsi dan
pemenuhan kecukupan gizi balita hanya dinilai satu kali saja pada saat yang
bersamaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Tiron Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri tepatnya di Posyandu Delima.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2009 sampai
bulan Juli 2010.
C. Populasi, Sampel Penelitian dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita
yang ada di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sebanyak 75 ibu.
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi :
1. Ibu yang memiliki anak usia balita (bawah lima tahun)
2. Ibu berada di kawasan Posyandu Delima, tinggal di Desa Tiron Kecamatan
Banyakan Kabupaten Kediri.
commit to user
Besar sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan perhitungan
statistik estimasi proporsi suatu populasi (Notoatmodjo, 2005).
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Sesuai dengan rumus tersebut didapatkan besar sampel :
n = N
1 .+ N 0,05 0,05
n = 75
1 .+ 75 0,0025
n = 63 sampel
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan besar sampel
sebanyak 63 ibu balita.
Sampling atau cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling (pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih
secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian) (Purwanto, 2008). N
n =
commit to user
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan meliputi :
1. Identitas Responden
2. Kuesioner : Pengetahuan ibu tentang kecukupan gizi balita
Sikap ibu tentang kecukupan gizi balita
Persepsi ibu tentang kecukupan gizi balita
Pemenuhan kecukupan gizi balita
E. Kerangka Penelitian
Gambar 3. Kerangka Penelitian
Populasi : semua ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sebanyak 75 ibu
Sampel : sebagian ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sebanyak 63 ibu
Sampling : purposive sampling
Pengetahuan : Kuesioner
Sikap : Kuesioner
Persepsi : Kuesioner
Kecukupan Gizi : Metode Recall
Pengolahan data : editing, scoring, coding, tabulating, analisys regresi logistic
commit to user
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisi pernyataan dan
pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data langsung
diperoleh dari hasil penelitian dengan pengisian kuesioner meliputi data
pengetahuan, sikap, persepsi dan pemenuhan kecukupan gizi balita.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri,
Puskesmas Banyakan dan Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten
Kediri.
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Pengetahuan tentang pemenuhan kecukupan gizi balita
Sikap tentang pemenuhan kecukupan gizi balita
Persepsi tentang pemenuhan kecukupan gizi balita
2. Variabel terikat : Pemenuhan kecukupan gizi balita
H. Definisi Operasional Variabel
1. Pengetahuan tentang pemenuhan kecukupan gizi balita adalah segala sesuatu
yang diketahui tentang upaya pemenuhan kebutuhan gizi bagi anak balita
ditinjau dari pemberian makanan dengan indikator pengertian AKG.
Alat ukur : kuesioner, dengan skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika salah.