• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)

Alamanda Cathartica 110906007

Dosen Pembimbing: Warjio, MA, Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ALAMANDA CATHARTICA (110906007)

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor).

Rincian isi Skripsi, 104 halaman, 12 tabel, 3 gambar, 18 buku, 2 jurnal, 3 dokumen, 4 situs internet.

ABSTRAK

Penelitian ini menguraikan tentang politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah yakni implementasinya di Kecamatan Medan Johor. Hadirnya kebijakan pemerintah Kota Medan dalam bentuk peraturan daerah no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah merupakan terobosan baru yang diharapkan mampu menyelesaikan masalah tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor seperti masalah banjir, buruknya drainase, berkurangnya ruang terbuka hijau, dan kemacetan. Teori pertama yang digunakan untuk menganalisis masalah ini adalah teori kebijakan publik dari James Anderson dan David Easton. Teori kedua yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan publik dari George C. Edwards.

(3)

penyebab keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan tentang rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan studi kepustakaan. Informan di dalam penelitian ini adalah Kabag persidangan, risalah, dan hukum DPRD Kota Medan, Kabid tata ruang Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, Kasi trantib dan Kasubag umum Kecamatan Medan Johor, Direktur Eksekutif WALHI, dan tokoh masyarakat Medan Johor.

Politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang menunjukkan bahwa kebijakan yang dibentuk pemerintah Kota Medan merupakan kebijakan yang mampu dijadikan sebagai penentu arah karena memiliki implikasi kebijakan dan sifat kebijakan yang baik. Namun implementasi di Kecamatan Medan Johor selama tiga tahun belum berhasil karena masalah tata ruang masih terjadi seperti banjir, buruknya drainase, dan kemacetan. Hal ini disebabkan karena lemahnya komunikasi yang terjalin, keterbatasan sumberdaya, disposisi yang melemahkan tindakan implementor, dan struktur birokrasi yang masih membutuhkan koordinasi.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ALAMANDA CATHARTICA (110906007)

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor).

Content, 104 pages, 12 tables, 3 graphichs, 18 books, 2 journals, 3 document, 4 websites.

ABSTRACT

This research review a government policy of Medan on the space layout plan and its implementation in Medan Johor. The local government policy of Medan city in the form of Local Regulation No. 13 of 2011 concerning to Space Layout Plan is a new innovation in solving the problem of space layout in sub-district of Medan Johor such as flood, the poor of drainage, the decline of green open area and traffic jam. The first theory applied in problem analysis is public policy theory of James Anderson and David Easton. The second one is theory of public policy implementation of George c. Edwards.

(5)

data was collected by interview and library study method. Information in this research is Head of Section of Meeting, treatise, and law of DPRD Medan, head of sub section of space layout of building space layout office, Head of subsection of Trantib, and head of sub-section of general affairs of sub-district of Medan Johor, Director executive WALHI and society figures in Medan Johor.

The politic of local government policy of Medan on space layout plan indicates that the policy of Medan is a policy that determine the direction of development because it has a policy implication and good policy characteristic. But the implementation in sub-district of Medan Johor during three years has not yet success because there are any space layout problem such as flood, poor drainage and traffic jam. This is caused by the poor of communication, limitation of resources, the weak of disposition of implementer and structure of bureaucracy that requires coordination.

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Alamanda Cathartica NIM : 110906007

Judul : Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat : Majelis Penguji: Ketua :

Nama ( )

NIP

Penguji Utama:

Nama ( )

NIP

Penguji Tamu:

Nama ( )

(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh: Nama : Alamanda Cathartica

NIM : 110906007 Departemen : Ilmu Politik

Judul : Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

(Dra. T. Irmayani, M.Si) (Warjio, MA, Ph.D) NIP. 196806301994032001 NIP. 197408062006041003

Mengetahui: Dekan FISIP USU

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan

Johor”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan strata satu (S1) pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Alhamdulillahirabbil alamin, atas berkah dan rahmat Allah SWT, penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya, semoga para pengikutnya mendapatkan syafaat di akhir zaman. Skripsi ini menjelaskan tentang implementasi kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor. Kebijakan ini merupakan peluang bagi Kecamatan Medan Johor untuk mengatasi masalah tata ruang yang ada seperti banjir, buruknya drainase, berkurangnya ruang terbuka hijau, dan kemacetan. Namun dalam implementasinya diketahui bahwa kebijakan ini belum mampu menyelesaikan masalah tata ruang di Kecamatan Medan sehingga tata ruang yang aman dan nyaman belum dapat terwujud. Hal itu disebabkan karena dalam proses implementasi masih terdapat kelemahan dalam komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

(10)

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Warjio, MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa kritik dan saran yang membangun selama penulisan skripsi ini

4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

5. Kak Ema, Kak Siti, dan Pak Burhan yang selalu membantu dalam setiap urusan administrasi.

6. Informan dalam penelitian ini yaitu Ibu Alida, Bapak Benny Iskandar, Bapak Rustam Harahap, Ibu Idah N. Bintang, Bapak Kusnadi, Bapak Ell Adrianshah, dan Bapak Dedi Suhairi.

7. Teman-teman seperjuangan stambuk 2011 departemen ilmu politik Fira, Farah, Irwindi, Kevin, Nufus, Sayed, Mujahid, Mesbah, April, Deni, Wulan, Desya, Rina, Rezika, Qomaria, Noveli, Kristin, Pasrah, Hugo, Novzel, Hans, Christian, Joshua, Nesyandri, Anugrah, Nota, Yakson, Efata, Reni, Mantily, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan semua disini. IMADIP tangguh!

Medan, 7 Maret 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iv

Halaman Pengesahan ... vi

Halaman Persetujuan ... vii

Lembar Persembahan ... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar isi ... xi

Daftar Tabel dan Gambar ... xv

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Kerangka Teori... 11

1.6.1 Teori Kebijakan Publik ... 11

1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 15

(12)

1.7.1 Jenis Penelitian ... 21

1.7.2 Lokasi Penelitian ... 22

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.7.4 Teknik Analisa Data ... 23

1.8 Sistematika Penulisan... 23

BAB II: PROFIL KECAMATAN MEDAN JOHOR DAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO.13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2.1 Profil Kecamatan Medan Johor ... 25

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Johor... 26

2.1.2 Batas-Batas dan Luas Wilayah... 27

2.1.3 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ... 30

2.1.4 Visi dan Misi Kecamatan Medan Johor ... 33

2.1.5 Struktur Organisasi... 34

2.1.6 Kependudukan... 35

2.1.7 Potensi Kecamatan ... 39

2.2 Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah ... 45

2.2.1 Latar Belakang Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011 ... 45

2.2.2 Tujuan Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011 ... 46

(13)

2.2.4 Ruang Lingkup Pengaturan Peraturan Derah No.13 Tahun 2011... 47 BAB III: POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN DALAM IMPLEMENTASINYA DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

3.1 Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah ... 50 3.2 Kondisi Tata Ruang Wilayah di Kecamatan Medan Johor ... 55 3.3 Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah di Kecamatan Medan Johor ... 59 3.4 Implementasi Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah di Kecamatan Medan Johor Tidak Maksimal ... 70 3.5 Analisis Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam Implementasinya di Kecamatan Medan Johor ... 83 BAB IV: PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 101 4.2 Saran ... 104 Daftar Pustaka ... xvi Daftar Lampiran:

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkrip Wawancara dengan Ibu Alida

(14)

Lampiran 4. Transkrip Wawancara dengan Bapak Rustam Harahap dan Ibu Idah N. Bintang

(15)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Nama-Nama Camat yang Pernah Menjabat ... 27

Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk ... 29

Tabel 2.3 Data Kependudukan Berdasarkan Suku ... 36

Tabel 2.4 Data Kependudukan Berdasarkan Agama ... 36

Tabel 2.5 Data Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian ... 37

Tabel 2.6 Data Kependudukan Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 38

Tabel 2.7 Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

Tabel 2.8 Data Fasilitas Umum ... 39

Tabel 2.9 Data Pemukiman ... 41

Tabel 2.10 Data Sarana Pendidikan ... 42

Tabel 2.11 Data Sarana Rumah Ibadah ... 43

Tabel 2.12 Data Fasilitas Kebersihan... 44

Daftar Gambar Gambar 2.1 Peta Kecamatan Medan Johor ... 28

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kecamatan Medan Johor ... 34

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ALAMANDA CATHARTICA (110906007)

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor).

Rincian isi Skripsi, 104 halaman, 12 tabel, 3 gambar, 18 buku, 2 jurnal, 3 dokumen, 4 situs internet.

ABSTRAK

Penelitian ini menguraikan tentang politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah yakni implementasinya di Kecamatan Medan Johor. Hadirnya kebijakan pemerintah Kota Medan dalam bentuk peraturan daerah no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah merupakan terobosan baru yang diharapkan mampu menyelesaikan masalah tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor seperti masalah banjir, buruknya drainase, berkurangnya ruang terbuka hijau, dan kemacetan. Teori pertama yang digunakan untuk menganalisis masalah ini adalah teori kebijakan publik dari James Anderson dan David Easton. Teori kedua yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan publik dari George C. Edwards.

(17)

penyebab keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan tentang rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan studi kepustakaan. Informan di dalam penelitian ini adalah Kabag persidangan, risalah, dan hukum DPRD Kota Medan, Kabid tata ruang Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, Kasi trantib dan Kasubag umum Kecamatan Medan Johor, Direktur Eksekutif WALHI, dan tokoh masyarakat Medan Johor.

Politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang menunjukkan bahwa kebijakan yang dibentuk pemerintah Kota Medan merupakan kebijakan yang mampu dijadikan sebagai penentu arah karena memiliki implikasi kebijakan dan sifat kebijakan yang baik. Namun implementasi di Kecamatan Medan Johor selama tiga tahun belum berhasil karena masalah tata ruang masih terjadi seperti banjir, buruknya drainase, dan kemacetan. Hal ini disebabkan karena lemahnya komunikasi yang terjalin, keterbatasan sumberdaya, disposisi yang melemahkan tindakan implementor, dan struktur birokrasi yang masih membutuhkan koordinasi.

(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ALAMANDA CATHARTICA (110906007)

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor).

Content, 104 pages, 12 tables, 3 graphichs, 18 books, 2 journals, 3 document, 4 websites.

ABSTRACT

This research review a government policy of Medan on the space layout plan and its implementation in Medan Johor. The local government policy of Medan city in the form of Local Regulation No. 13 of 2011 concerning to Space Layout Plan is a new innovation in solving the problem of space layout in sub-district of Medan Johor such as flood, the poor of drainage, the decline of green open area and traffic jam. The first theory applied in problem analysis is public policy theory of James Anderson and David Easton. The second one is theory of public policy implementation of George c. Edwards.

(19)

data was collected by interview and library study method. Information in this research is Head of Section of Meeting, treatise, and law of DPRD Medan, head of sub section of space layout of building space layout office, Head of subsection of Trantib, and head of sub-section of general affairs of sub-district of Medan Johor, Director executive WALHI and society figures in Medan Johor.

The politic of local government policy of Medan on space layout plan indicates that the policy of Medan is a policy that determine the direction of development because it has a policy implication and good policy characteristic. But the implementation in sub-district of Medan Johor during three years has not yet success because there are any space layout problem such as flood, poor drainage and traffic jam. This is caused by the poor of communication, limitation of resources, the weak of disposition of implementer and structure of bureaucracy that requires coordination.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memiliki berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah secara kompleks akibat krisis multidimensi yaitu pertentangan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Dengan demikian kita tidak dapat terlepas dari apa yang disebut sebagai kebijakan publik. Kebijakan publik merupakan proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik.1 Kebijakan publik penting untuk dikaji dari sudut pandang ilmu politik untuk memperoleh pengetahuan yang luas tentang asal muasalnya, proses-proses perkembangannya dan konsekuensi bagi masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan menambah pengertian tentang sistem politik dan masyarakat secara umum.2 Kebijakan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah.

Masalah penataan ruang di Indonesia sedang mengalami percepatan perkembangan yang membawa dampak pada peningkatan kebutuhan ruang perkotaan yang menyediakan prasarana dan sarana dalam jumlah yang cukup

1

Eddi Wibowo, T.Saiful Bahri, dan Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2004. Kebijakan Publik dan Budaya. Yogyakarta: YPAPI. hal. 29

2

(21)

untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. 3 Hal ini terkait dengan pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia yang menunjukkan perkembangan cukup pesat dari 32,8 juta jiwa pada tahun 1980; 55,4 juta jiwa pada tahun 1990; 74 juta jiwa pada tahun 1998, 90 juta jiwa pada tahun 2002, dan diperkirakan akan mencapai angka 150 juta jiwa pada tahun 2015.4 Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi setiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Dimana hal ini berakibat pada perubahan pemanfaatan ruang yang cukup besar. Namun ruang mempunyai keterbatasan dalam pemanfaatannya, sehingga perlu adanya perencanaan dan penyelenggaraan penataan ruang yang efektif, terintegrasi, dan sinkron untuk setiap sektor.5 Perencanaan atau konsep tata ruang tersebut sebagai arahan dan pedoman dalam melaksanakan pembangunan sehingga masalah-masalah yang akan timbul sebagai akibat dari hasil pembangunan akan dapat diminimalisir. 6 Bentuk kebijakan yang dihasilkan pemerintah dalam menangani masalah penataan ruang di Indonesia yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang penting untuk dikaji karena kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Maka kebijakan penataan ruang diperlukan agar dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak

3

Prasetijo Rijadi. 2005. Pembangunan Hukum Penataan Ruang Dalam Konteks Kota Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press. hal. 35

4

Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana. 2003. Kebijakan, Strategi dan Program Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Depkimraswil. Jakarta: Widyaiswara. hal. 15.

5

Bambang Susantono. 2009. Strategi Dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. hal. 81

6

(22)

negatif lingkungan akibat pemanfaatan ruang. 7 Undang Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 menyebutkan bahwa untuk memperkukuh ketahanan nasional berdasarkan wawasan nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatuar demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar daerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah. Berdasarkan ketentuan ini, maka setiap daerah perlu memiliki peraturan daerah tentang penataan ruang masing masing, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Daerah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Kota Medan, khususnya Kecamatan Medan Johor.

Dipandang dari segi tata ruang dan bentuk pola perkembangan perkotaan di Indonesia, Kota Medan merupakan kota yang berkembang cepat bersama dengan Semarang dan Ujung Pandang (Makassar).8 Ini menunjukkan bahwa Kota Medan merupakan kota yang paling unggul diantara kota-kota lainnya yang ada di Pulau Sumatera sehingga menarik untuk dibahas. Ditetapkannya Medan sebagai pusat kegiatan nasional tentu memiliki konsekuensi bahwa Medan mengemban fungsi tidak hanya melayani wilayah administratifnya tetapi juga melayani kegiatan skala nasional dan wilayah yang lebih luas. Kondisi ini membawa implikasi yang cukup besar bagi perkembangan kota sehingga tidak menutup kemungkinan memunculkan berbagai permasalahan kota metropolitan pada umumnya seperti

7

Bambang Susantono. Op.cit., hal. 51 8

(23)

kepadatan penduduk yang terus meningkat dari 1.895.317 jiwa pada tahun 1996; 1.926.520 jiwa pada tahun 2001; 2.067.288 jiwa pada tahun 2006; dan 2.117.224 jiwa pada tahun 2011.9

Selanjutnya adalah masalah banjir, transportasi dan kemacetan, kebersihan dan persampahan, penataan pedagang kaki lima, ruang terbuka hijau yang tidak memadai, pemukiman kumuh dan lain-lain. 10 Untuk mengantisipisasinya, dibutuhkan produk rencana tata ruang wilayah yang berkualitas untuk menciptakan Kota Medan yang semakin aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sekaligus mempunyai daya saing dan daya tarik tersendiri sebagai daerah tujuan investasi. Berdasarkan kondisi tersebut maka pemerintah Kota Medan menetapkan sebuah kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031.

Pasal 1 ayat (8) peraturan daerah tersebut menyatakan bahwa tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumberdaya air dan sistem jaringan

9

Hotlim P Sirait, Ujian Sinulingga, dan Rahmat Sitepu. 2013. Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Brown Dalam Meramalkan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Medan. Medan: Saintia Matematika Vol. 1 no.1 hal. 3

10

(24)

lainnya. Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.11

Perda No.13 Tahun 2011 yang telah disahkan terdiri dari 96 pasal. Secara garis besar mengatur rencana struktur dan pola ruang. Prinsip pembangunan menjadi salah satu isu utama dalam perda ini. Salah satu bentuk konkritnya adalah pengalokasian proporsi sebesar 30% dari wilayah kota sebagai kawasan lindung atau kawasan terbuka hijau. Untuk mewujudkannya, Pemko Medan turut menandatangani piagam komitmen kota hijau yang merupakan program Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia sebagai pilot project pengembangan kota hijau.12 Hal ini dilakukan mengingat ruang terbuka hijau di Kota Medan hanya berkisar 7,5-10%. Penandatanganan piagam komitmen kota hijau yang diikuti oleh 60 kabupaten/kota dilaksanakan di Jakarta dalam acara peringatan hari tata ruang tahun 2011.

Selain itu perda ini juga mengatur tentang bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang. Guna meningkatkan peranan masyarakat tersebut, Pemko Medan akan membangun sistem informasi dan dokumentasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Di samping itu akan mengembangkan media agar masyarakat dapat menyampaikan masukan mengenai implementasi rencana

11

Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 12

(25)

tata ruang secara langsung.13 Kebijakan pemerintah Kota Medan dalam bentuk peraturan daerah ini tentu melalui keseluruhan tahap dalam pembuatan kebijakan seperti agenda kebijakan, perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, hingga evaluasi kebijakan. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tahap implementasi kebijakan.

Implementasi kebijakan dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.14 Dalam berbagai sistem politik, kebijakan diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada warganegaranya. 15 Adapun yang menjadi sasaran implementasi dari kebijakan ini meliputi seluruh wilayah administasi Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini.

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman di Kota Medan yang terletak di sebelah selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 123.851 jiwa pada tahun 2011. Di Kecamatan Medan Johor banyak terdapat perumahan-perumahan, daerah ini sangat potensial

13

Loc.cit.

14

Budi winarno, Op.cit., hal. 144. 15

(26)

bagi para investor yang bergerak di bidang real estate.16 Posisi Kecamatan Medan Johor sebagai daerah resapan air sangat penting bagi Kota Medan karena daerah resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresap air hujan, dengan demikian daerah tersebut merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelestarian lingkungan.17 Meskipun Kecamatan Medan Johor adalah daerah resapan air bagi Kota Medan, namun efektifitasnya terancam akibat banyaknya pembangunan perumahan di daerah ini. Banyaknya lahan proyek yang masuk kawasan resapan air Kota Medan tersebut menjadi persoalan baru, yakni banjir karena hilangnya ruang terbuka hijau. Masalah lainnya yang muncul di Kecamatan Medan johor terkait dengan struktur ruang wilayah kota yaitu sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana infrastrukur di daerah tersebut, seperti jalan raya, drainase dan penghijauan kian memburuk. Selain itu kondisi sebagian besar badan jalan di wilayah ini dari tahun ke tahun semakin buruk. Bahkan, sebagian besar jalan raya, seperti Jalan Karya Jaya dan Karya Wisata hampir setiap hari terjadi kemacetan lalu lintas, karena ruas jalan sudah tidak seimbang dengan volume kendaraan yang melintas. Selain jalan raya, warga di Medan Johor selalu

16

http://www.pemkomedan.go.id/mdnjhr.php. Diakses pada tanggal 5 November 2014. Pukul 14.15 WIB. 17

(27)

mengeluhkan buruknya sebagian saluran drainase, sehingga pada saat turun hujan rentan mengakibatkan banjir.18

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah merupakan langkah yang baik dan diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada khususnya di Kecamatan Medan Johor. Meskipun daerah ini merupakan daerah yang potensial di bidang real estate, namun segala bentuk pembangunan tersebut harus mengutamakan fungsi utamanya sebagai daerah resapan air. Maka dari itu, penting untuk diteliti mengenai implementasi kebijakan ini di Kecamatan Medan Johor karena di dalam peraturan daerah no 13 tahun 2011 tercantum secara rinci mengenai berbagai program sasaran di semua kecamatan untuk menyelesaikan masalah tata ruang yang ada.

Tahap implementasi merupakan tahap yang menarik untuk dikaji karena peraturan daerah ini sudah berjalan selama tiga tahun dan belum pernah ada penelitian sebelumnya mengenai masalah ini, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan masukan kepada pemerintah dan akademisi. Maka penting untuk diteliti mengenai sejauh mana para aktor politik yang berkuasa terlibat dalam upaya mengimplementasikan pencapaian program untuk mewujudkan tata ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi.

18

(28)

1.2Perumusan Masalah

Kecamatan Medan Johor memiliki berbagai masalah penataan ruang seperti banjir, buruknya drainase, berkurangnya ruang terbuka hijau, dan kemacetan. Permasalahan tersebut seharusnya tidak terjadi karena Medan Johor merupakan daerah resapan air yang seharusnya mencegah banjir, bukan malah menimbulkan banjir. Namun karena disamping itu Medan Johor merupakan daerah yang potensial di bidang real estate, maka pembangunan di daerah ini juga tidak dapat dihindari yang menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau dan tidak diimbangi dengan drainase yang baik sehingga menimbulkan masalah banjir. Selain itu semakin gencarnya pembangunan di kawasan ini menyebabkan semakin padatnya penduduk sehingga infrastruktur jalan tidak mampu menampung volume kendaraan sehingga sering terjadi kemacetan.

(29)

mempengaruhi aktor politik dalam proses implementasi tersebut sebagai bentuk politik kebijakan karena peraturan daerah ini sudah berjalan selama tiga tahun. Sehingga yang menjadi pertanyaan penelitiannya adalah: bagaimana politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor?

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebatas pada politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan profil Kecamatan Medan Johor dan peraturan daerah Kota Medan no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah

(30)

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai politik kebijakan tentang rencana tata ruang wilayah

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bukan hanya bagi peneliti tapi juga akademisi lainnya mengenai kajian politik kebijakan dalam implementasinya terkait penataan ruang wilayah Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Johor. Serta dapat menjadi referensi bagi departemen ilmu politik FISIP USU

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memahami implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah yang diterapkan di Kecamatan Medan Johor.

1.6Kerangka Teori

1.6.1 Teori Kebijakan Publik

(31)

dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.19 Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khusus dari kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa yang

dikatakan David Easton sebagai “penguasa” dalam suatu sistem politik, yaitu para

sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif, administrator, penasihat, raja, dan semacamnya. Menurut Easton, mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem politik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan.20 Menurut James Anderson, implikasi dari kebijakan publik yaitu:

 Selalu mempunyai tujuan tertentu/tindakan yang berorientasi pada tujuan

 Berisi tindakan atau pola-pola tindakan pemerintah atau pejabat

 Merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah bahkan merupakan apa yang pemerintah maksud atau melakukan sesuatu atau menyatakan melakukan sesuatu

 Bersifat positif, yang berarti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai masalah tertentu, dan bersifat negatif sebagai keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu

19

Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS. hal. 21 20

(32)

 Kebijakan publik setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan/ undang-undang yang bersifat memaksa (otoritatif). Sifat otoritatif dari kebijakan tersebut: Easton (1953) menyatakan dalam kebijakan publik, hanya pemerintahlah yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya, atau sering disebut pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Berarti bukan tindakan golongan yang sengaja merebut posisi pemerintah dalam urusan negara. Dari beberapa pengertian tersebut pada gilirannya di tingkatan praktik banyak kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sepenuhnya tidak terimplementasikan. Justru kebijakan hanya sebatas simbol dan formalitas dari suatu tatanan pemerintahan. Dalam tataran idealnya tindakan yang dilakukan oleh pemerintah seharusnya memberi makna yang berarti atau setidaknya akan berdampak positif bagi masyarakat. Dengan rasionalisasi bahwa kebijakan publik adalah yang berasal dari masyarakat dan mampu menjawab persoalan masyarakat. 21 Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori, antara lain:

1. Tuntutan-tuntutan kebijakan (policy decisions) adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Tuntutan-tuntutan tersebut berupa desakan agar pejabat-pejabat pemerintah mengambil

21

Saiful Arif. 2006. Reformasi Birokrasi dan Demokratisasi Kebijakan Publik. Malang: PLaCID’s dan

(33)

tindakan atau tidak mengambil tindakan mengenai suatu masalah tertentu. Biasanya tuntutan-tuntutan ini diajukan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat dan mungkin berkisar antara desakan secara umum bahwa

pemerintah harus “berbuat sesuatu” sampai usulan agar pemerintah

mengambil tindakan tertentu mengenai suatu persoalan.

2. Keputusan-keputusan kebijakan (policy demands) didefenisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan substansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. Termasuk dalam kegiatan ini adalah menetapkan undang-undang, memberikan perintah-perintah eksekutif atau pernyataan-pernyataan resmi, mengumumkan peraturan-peraturan administratif atau membuat interpretasi yuridis terhadap undang-undang.

3. Pernyataan-pernyataan kebijakan (policy statements) adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi kebijakan publik. Yang termasuk dalam kategori ini adalah undang-undang legislatif, perintah-perintah dan dekrit presiden, peraturan-peraturan administratif dan pengadilan, maupun pernyataan-pernyataan atau pidato-pidato pejabat pemerintah yang menunjukkan maksud dan tujuan pemerintah dan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(34)

dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan.

5. Dampak-dampak kebijakan (policy outcomes) lebih merujuk pada akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan dari pemerintah.22 Teori kebijakan publik digunakan dalam penelitian ini karena relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis arah tindakan pemerintah Kota Medan sebagai aktor politik yang berkuasa dalam mengatasi masalah tata ruang di Kota Medan, dengan melihat tujuan, isi, tindakan, dan sifat dari kebijakan itu sendiri. Selanjutnya arah kebijakan yang akan dilakukan juga dapat dianalisis berdasarkan sifatnya mulai dari tuntutan sampai pada dampaknya bagi masyarakat. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan apakah kebijakan yang dibuat pemerintah Kota Medan mampu atau tidak dijadikan sebagai penentu arah politik kebijakan para aktor politik dalam mengimplementasikan peraturan daerah tersebut untuk mengatasi masalah tata ruang di Kota Medan.

1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik

George C. Edwards menyatakan implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu

22

(35)

kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan, jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Dalam mengkaji implementasi kebijakan, Edwards mulai dengan mengajukan dua pertanyaan yakni: prakondisi-prakondisi apa yang diperlukan sehingga suatu implementasi kebijakan berhasil? Dan hambatan hambatan utama apa yang mengakibatkan suatu implementasi gagal? Edwards berusaha menjawab dua pertanyaan penting ini dengan membicarakan empat faktor atau variable krusial dalam implementasi kebijakan publik.

(36)

dijelaskan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain, dan bagaimana variabel-variabel ini memengaruhi proses implementasi kebijakan.23

Berdasarkan pandangan yang diutarakan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi san sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif.24

Dalam mengkaji implementasi kebijakan, empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan publik yang dimaksud oleh George C. Edwards diantaranya:

1. Komunikasi

Agar implementasi menjadi efektif, maka mereka yang tanggungjawabnya adalah untuk mengimplementasikan sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan. Komando untuk mengimplementasikan kebijakan mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat dan kebijakan ini mesti akurat, jelas dan konsisten. Jika para pembuat keputusan ini berkehendak untuk melihat yang diimplementasikan tidak jelas dan bagaimana rinciannya maka kemungkinan akan timbul kesalahpahaman diantara pembuat kebijakan dan implementornya.

23

Ibid., hal. 177-178. 24

(37)

Komunikasi yang tidak cukup juga memberikan implementor dengan kewenangan ketika mereka mencoba untuk membalik kebijakan umum menjadi tindakan-tindakan khusus. Kewenangan ini tidak akan perlu dilakukan untuk memajukan tujuan para pembuat keputusan aslinya. Dengan demikian, perintah-perintah implementasi yang tidak ditransmisikan, yang terdistorsi dalam transmisi, atau yang tidak pasti atau tidak konsisten mendatangkan rintangan-rintangan serius bagi implementasi kebijakan. Sebaliknya, ukuran-ukuran yang terlalu akurat mungkin merintangi implementasi dengan perubahan kreativitas dan daya adaptasinya.

2. Sumberdaya

Sumberdaya yang penting meliputi staf ukuran yang tepat dengan keahlian yang diperlukan, informasi yang relevan dan cukup tentang cara untuk

mengimplementasikan kebijakan dan dalam penyesuaian lainnya yang terlibat dalam

implementasi. Kewenangan untuk meyakinkan bahwa kebijakan ini dilakukan

semuanya sebagaimana dimaksudkan dan berbagai fasilitas (termasuk bangunan,

peralatan, tanah, dan persediaan) di dalamnya atau dengannya harus memberikan

pelayanan. Sumberdaya yang tidak cukup akan berarti bahwa undang-undang tidak

akan diberlakukan, pelayanan tidak akan diberikan dan peraturan-peraturan yang

layak tidak akan dikembangkan.

3. Disposisi

(38)

apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk melakukan hal ini, melainkan juga mereka mesti berkehendak untuk melakukan suatu kebijakan. Para implementor kebanyakan bisa melakukan seleksi yang layak di dalam implementasi kebijakan. Salah satu dari berbagai alasan untuk ini adalah indenpendensinya dari atasan (superior) nominal yang merumuskan kebijakan. Alasan lain adalah kompleksitas dari kebijakan mereka sendiri. Cara dimana para implementor ini melakukan seleksinya, bagaimanapun juga, bergantung sebagian besar pada disposisinya terhadap kebijakan. Sikap-sikapnya pada gilirannya, akan dipengaruhi oleh berbagai pandangannya terhadap kebijakan masing-masing dan dengan cara apa mereka melihat kebijakan yang mempengaruhi kepentingan organisasional dan pribadinya.

Para implementor tidak selalu siap untuk mengimplementasikan kebijakan sebagaimana mereka para pembuat kebijakan. Konsekuensinya, para pembuat keputusan sering dihadapkan dengan tugas untuk mencoba untuk memanipulasi atau mengerjakan semua disposisi implementor atau untuk mengurangi opsi-opsinya.

4. Struktur Birokrasi

(39)

untuk mengimplementasikan dengan sukses sebuah kebijakan kompleks yang mensyaratkan kerjasama banyak orang, dan mungkin juga memboroskan sumberdaya langka, merintangi perubahan, menciptakan kekacauan, mengarah kepada kebijakan bekerja dalam lintas tujuan, dan menghasilkan fungsi-fungsi penting yang terabaikan.

Sebagaimana unit-unit organisasional menyelenggarakan kebijakan mereka mengembangkan prosedur pengoperasian standard (standart operating procedure

(SOP)) untuk menangani situasi rutin alam pola hubungan yang beraturan. Malangnya, SOP yang dirancang untuk kebijakan-kebijakan masa depan sering tidak tepat bagi kebijakan-kebijakan baru dan mungkin menyebabkan perintangan terhadap perubahan, penundaan, pemborosan, atau tindakan-tindakan yang diinginkan. SOP kadang merintangi bukan membantu implementasi kebijakan.25 Teori implementasi kebijakan publik digunakan sebagai teori kedua di dalam penelitian ini karena relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu proses implementasi kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah yang diterapkan di Kecamatan Medan johor. Teori ini digunakan untuk menganalisis tindakan yang dilakukan pemerintah sebagai aktor politik yang melaksanakan kebijakan dalam pencapaian program ditinjau dari variabel komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan penyebab dari keberhasilan atau kegagalan pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan

25

Hessel Nogi. S Tangkilisan. 2003. Implementasi Kebijakan Publik Transformasi Pikiran George Edwards.

(40)

tentang rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor sebagai bentuk politik kebijakan yang terjadi di dalam ruang lingkup aktor politik yang terlibat. 1.7Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitataif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data.26

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis penilitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek amatan secara rinci.27

26

John W. Creswell. 2012. Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal. 4 27

(41)

1.7.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di: 1. Kantor DPRD Kota Medan

2. Kantor Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Medan 3. Kantor Camat Medan Johor

4. Kantor LSM Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.28 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik wawancara. Wawancara adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi yang dijawab secara lisan pula oleh informan. Dengan kata lain, wawancara secara sederhana adalah alat pengumpul data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan.29 Adapun yang menjadi informan dalam wawancara ini yaitu:

1. Anggota DPRD Kota Medan

2. Kepala Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Medan 3. Camat Medan Johor

28

Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal. 132. 29

(42)

4. Ketua LSM WALHI 5. Tokoh masyarakat

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber kedua atau data yang sudah ada. Data tersebut dapat diperoleh melalui buku, jurnal, internet, ataupun literatur lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 1.7.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan menekankan analisisnya pada sebuah proses pengambilan kesimpulan secara induktif serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan metode ilmiah.30 Dalam penelitian ini data dan informasi yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder selanjutnya disusun dan diuraikan dengan cara menjelaskan fenomena yang ditemukan dalam proses pengumpulan data.

1.8Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

30

(43)

Bab II: Profil Kecamatan Medan Johor dan Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Bab ini akan menjelaskan mengenai profil Kecamatan Medan Johor dan peraturan daerah kota Medan no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah

Bab III: Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Dalam Implementasinya di Kecamatan Medan Johor

Bab ini berisi penyajian data dan analisis data yang diperoleh dari lapangan mengenai politik kebijakan pemerintah Kota Medan dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor.

Bab IV: Penutup

(44)

BAB II

PROFIL KECAMATAN MEDAN JOHOR DAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO.13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA

RUANG WILAYAH

Bab dua berisi penjelasan secara umum mengenai profil Kecamatan Medan Johor dan penjelasan secara umum mengenai peraturan daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah. Penting untuk diketahui mengenai profil Kecamatan Medan Johor karena Kecamatan Medan Johor merupakan objek di dalam penelitian ini. Hal penting kedua adalah menjelaskan secara umum mengenai perda Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang karena peraturan daerah ini merupakan bentuk kebijakan yang akan dianalisis implementasinya di Kecamatan Medan Johor. Maka penjelasan pertama yang akan dipaparkan pada bab dua adalah profil Kecamatan Medan Johor, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai peraturan daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah.

2.1Profil Kecamatan Medan Johor

(45)

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada di wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 m dari permukaan laut, yang sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor ke wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya ± 3.228 Ha dan terdiri dari 10 Kelurahan. Selanjutnya berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor: 140/ 4078/K/ 1978 tentang pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya terdapat Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah kelurahan yang tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.

(46)
[image:46.595.113.513.188.465.2]

Tabel 2.1

Nama-Nama Camat Yang Pernah Menjabat

No Nama Camat Masa Bakti

1 Adnan Ramlan 1974 s/d 1977 2 Drs. Gandhi Diapari

Tambunan 1977 s/d 1979 3 B.S Parlaungan 1979 s/d 1985 4 Drs. Zainal Arifin

Nasution, BA

1985 s/d 1988 (telah meninggal dunia tahun 2003)

5 Drs. H. Ramli 1988 s/d 1993 6 Ahmad Husni Nasution,

BA 1993 s/d 1998

7 Drs. Farid Wajedi 1998 s/d 1999 8 H. Dammikrot, S.Sos, M.Si 1999 s/d 2004

9 Nasib, S.Sos, M.Si Februari 2004 s/d 06 Desember 2006 10 Pulungan Harahap, SH,

M.Si 06 Desember 2006 s/d 23 Agustus 2010 11 Mhd. Azwarlin Nasution,

SH 23 Agustus 2010 s/d 23 Januari 2013 12 Khoiruddin, S.Sos 23 Januari 2013 s/d saat ini

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

2.1.2 Batas-Batas dan Luas Wilayah

(47)

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru, dan Medan Selayang

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang

 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan.

[image:47.595.164.497.432.681.2]

Keberadaan Kecamatan Medan Johor dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1

Peta Kecamatan Medan Johor

(48)
[image:48.595.114.556.279.445.2]

Luas wilayah Kecamatan Medan Johor secara lebih rinci berikut jumlah penduduk sampai dengan 31 Januari tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk

No Kelurahan Luas Jlh KK

Jumlah Penduduk Jlh

lingk RT RW

L P Jlh L+P

1 Suka Maju 152 Ha 3.048 7.025 7.313 14.338 13 27 11 2 Titi Kuning 181 Ha 4.630 12.606 12.471 25.097 15 47 15 3 Kedai Durian 98 Ha 2.012 3.637 3.787 7.424 5 14 3 4 P. Mashyur 400 Ha 7.642 17.663 19.621 37.284 15 46 13 5 Gedung Johor 315 Ha 6.157 14.826 14.562 29.388 13 17 6 6 Kwala Bekala 550 Ha 7.169 16.793 17.448 34.241 20 47 16

Jumlah 1.696Ha 30.658 72.530 75.202 147.732 81 198 64

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

(49)

Luas wilayah Kecamatan Medan Johor adalah 1.696 ha yang terdiri dari 6 Kelurahan. Kelurahan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kelurahan Kwala Bekala yaitu 550 Ha, diikuti dengan Kelurahan Pangkalan Mashyur 400 Ha, Kelurahan Gedung Johor 315 Ha, Kelurahan Titi Kuning 181 Ha, Kelurahan Suka Maju 152 Ha, dan Kelurahan Kedai Durian 98 Ha yang merupakan wilayah yang paling kecil. Dari segi jumlah penduduk, diketahui bahwa Kelurahan Pangkalan Mashyur merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 37.284 jiwa, diikuti dengan Kelurahan Kwala Bekala 34.241 jiwa, Kelurahan Gedung Johor 29.388 jiwa, Kelurahan Titi Kuning 25.077 jiwa, Kelurahan Suka Maju 14.338 jiwa dan Kelurahan Kedai Durian 7.424 jiwa yang merupakan daerah dengan penduduk paling sedikit di Kecamatan Medan Johor. Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor meningkat dari 123.851 jiwa pada tahun 2011 menjadi 147.752 jiwa pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah penduduk sebesar 23.901 jiwa sepanjang tahun 2011 sampai tahun 2014.

2.1.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi

(50)

1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat: a) Mendorong partisipasi masyarakat

b) Pembinaan dan pengawasan c) Melakukan evaluasi

d) Tugas-tugas lain di bidang pemberdayaan

e) Melaporkan pelaksanaan serta kewenangan atribut yang melekat pada jabatan Camat

2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum:

a) Melakukan koordinasi dengan TNI dan Polri b) Koordinasi dengan pemuka agama

c) Melaporkan pelaksanaan pembinaan

3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan:

a) Melakukan koordinasi dengan SKPD untuk penerapan Perda b) Melaporkan kepada atasan

4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum: a) Koordinasi dengan SKPD pemeliharaan fasilitas umum

b) Koordinasi dengan swasta untuk pemeliharaan fasilitas umum c) Melaporkan kepada atasan

(51)

a) Koordinasi dengan SKPD bidang penyelenggaraan pemerintahan b) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan SKPD c) Melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan

d) Melaporkan kepada atasan

6. Membina penyelenggaraan pemerintah kelurahan: a) Pembinaan dan pengawasan tertib administrasi b) Memberikan bimbingan supervise dan fasilitasi c) Pembinaan dan pengawasan terhadap lurah d) Pembinaan dan pengawasan aparat Kelurahan e) Evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan f) Melaporkan kepada atasan

7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah Kelurahan:

a) Perencanaan kegiatan pelayanan b) Percepatan pencapaian SPM

c) Pembinaan dan pengawasan pelayanan masyarakat d) Evaluasi pelaksanaan pelayanan di wilayah Kecamatan e) Melaporkan kepada atasan

(52)

2.1.4 Visi dan Misi Kecamatan Medan Johor a) Visi

Dengan mengacu kepada Visi Kota Medan yaitu Kota Medan Menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera maka visi

Kecamatan Medan Johor adalah “Terwujudnya Aparatur Pemerintahan Yang

Kredibilitas dan Profesional dalam Pelayanan Prima Bagi Masyarakat Kecamatan

Medan Johor”.

b) Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Adapun misi yang akan diwujudkan yaitu:

 Menciptakan pemerintahan yang profesional dalam pelayanan publik

 Meningkatkan kualitas kepemimpinan yang demokrasi, berkeadilan, dan transparan

 Meningkatkan pelayanan prima kepada seluruh masyarakat

(53)
[image:53.595.110.513.184.508.2]

2.1.5 Struktur Organisasi

Gambar 2.2

Struktur Organisasi Kecamatan Medan Johor

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Keterangan:

1. Camat Medan Johor : Khoiruddin, S.Sos

2. Sekretaris : Muhammad Yassir Rizka, S.STP

3. Kasubag Umum : Idah N. Bintang, SE Lurah Sukamaju Lurah Titi Kuning Lurah Kedai Durian Lurah Gedung Johor Lurah Pangkalan Mashyur Lurah Kwala Bekala Kasi Pemerintahan Kasi PMK Kasi Trantib Kasi Kessos Kasubag Umum Kasubag Keuangan Kasubag Penram Sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional

(54)

4. Kasubag Keuangan : Nani Ria Nita, SH

5. Kasubag Penram : Siti Nur

6. Kasi Pemerintahan : Drs. Yusuf Sutan Putra Siregar

7. Kasi PMK : Ph. Idah N Bintang, SE

8. Kasi Trantib : Rustam Harahap, SH

9. Kasi Kessos : Syahril, Sm.Hk

10. Lurah Sukamaju : Ph. Muhammad Yassir Rizka, S.STP

11. Lurah Titi Kuning : Drs. A. Muhzi

12. Lurah Kedai Durian : Marwan Purba, SH

13. Lurah Gedung Johor : Edwin Faisal, SH

14. Lurah Pangkalan Mashyur: Ahmad Minwal, S.Sos

15. Lurah Kwala Bekala : Ali Sitepu, SE, S.Sos, M.IP

2.1.6 Kependudukan

(55)
[image:55.595.115.468.187.385.2]

Tabel 2.3

Data Kependudukan Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah %

1 Jawa 51.481 34,77%

2 Melayu 32.312 21,83%

3 Mandailing 20.965 14,13%

4 Batak 11.845 7,91%

5 Minang 6.096 4,11%

6 Aceh 4.295 2,90%

7 Nias 3.309 2.05%

8 India 438 0,29%

9 Cina 13.318 8,99%

10 dan lain-lain 3.673 2,67%

Total 147.732 100%

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Tabel 2.3 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Johor adalah suku jawa yaitu sebanyak 51.481 jiwa, diikuti suku Melayu sebanyak 32.312 jiwa, suku Mandailing 20.965 jiwa, Cina 13.318 jiwa, suku Batak 11.485 jiwa, suku minang 6.096 jiwa, suku Aceh 4.295 jiwa, suku Nias 3.309 jiwa, dan suku India 438 jiwa.

Tabel 2.4

Data Kependudukan Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 Islam 101.129 68,47%

2 Kristen 27.315 18,49%

3 Katolik 5.142 3,48%

[image:55.595.110.468.645.727.2]
(56)

5 Budha 13.494 9,14%

Total 147.732 100%

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

[image:56.595.113.429.433.566.2]

Tabel 2.4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Johor memeluk agama Islam yaitu sebanyak 101.129 jiwa, diikuti dengan penduduk beragama Kristen 27.315 jiwa, penduduk beragama Budha 13.494 jiwa, penduduk beragama Katholik 5.142 jiwa, dan penduduk beragama Hindu 632 jiwa. Namun jika dijumlahkan seharusnya jumlah penduduk berdasarkan agama adalah 147.712 jiwa namun yang tertulis di atas adalah 147.732 jiwa.

Tabel 2.5

Data Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Jumlah

1 Buruh 8.741

2 PNS/ ABRI 4.219

3 Pegawai Swasta/ Wiraswasta 18.739

4 Pedagang 13.673

5 Petani 2.039

6 Jasa-Jasa 1.861

Total 49.272

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

(57)
[image:57.595.113.507.190.257.2]

Tabel 2.6

Data Kependudukan Berdasarkan Status Kewarganegaraan

No Kewarganegaraan Laki-laki Wanita Jumlah

1 WNI 72.863 74.849 147.712

2 WNA 8 12 20

Jumlah 72.871 74.861 147.732

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Tabel 2.6 menunjukkan bahwa terdapat 147.712 jiwa penduduk di Kecamatan Medan Johor yang berstatus sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) dan terdapat 20 jiwa penduduk berstatus sebagai WNA (Warga Negara Asing). Penduduk berstatus sebagai WNI lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berstatus WNA dengan selisih sebanyak 147.692 jiwa

Tabel 2.7

Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa %

1 Laki-laki 72.871 49,29

2 Wanita 74.861 50,71

Jumlah 147.732 100

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

[image:57.595.113.497.514.586.2]
(58)

2.1.7 Potensi Kecamatan

Secara garis besar Kecamatan Medan Johor merupakan kawasan pemukiman namun masih memiliki kawasan pertanian yang terdapat di Kelurahan Gedung Johor dan Kwala Bekala, yang masih memiliki peluang untuk dapat dikembangkan menjadi kawasan agrobisnis yang bernilai ekonomis, apalagi jika dapat dikembangkan secara profesional.

A. Fasilitas Umum dan Sosial

[image:58.595.112.420.497.718.2]

Data fasilitas umum dan fasilitas sosial di Kecamatan Medan Johor yang tersedia dan sangat bermanfaat dalam menunjang kebutuhan sekunder masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.8.

Tabel 2.8

Data Fasilitas Umum

No Jenis Fasilitas/Sarana Jumlah

1 Telepon Umum 11 Unit

2 Wartel 51 Unit

3 Jasa PLN 20.161 pelanggan

4 PDAM 14.123 pelanggan

5 Pasar 2 unit

6 Kantor Pos dan Giro 2 unit

7 Perbankan 6 unit

Anjungan Tunai Mandiri 8 unit 8 Sarana Kesehatan

a. Puskesmas 2 unit

b. Puskesmas Pembantu 4 unit

(59)

d. Poliklinik 9 unit e. Praktek Dokter 89 unit f. Praktek Bidan 25 unit

g. Posyandu 72 unit

h. Apotik 15 unit

9 Pariwisata:

a. Perkemahan Pramuka 1 unit b. Restoran/ Buffet 65 unit

c. Warung 323 unit

10 Sarana Olah Raga

a. Lapangan Bola Kaki 3 unit b. Lapangan Bola Volley 13 unit c. Lapangan Badminton 16 unit d. Lapangan Kasti 3 unit e. Lapangan Tennis 3 unit f. Gelanggang Bela Diri 8 unit h. Kolam Renang 1 unit

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Tabel 2.8 menunjukkan bahwa fasilitas umum yang paling banyak terdapat di Kecamatan Medan Johor adalah sarana pariwisata yaitu sebanyak 389 unit, diikuti dengan sarana kesehatan 220 unit, wartel 51 unit, sarana olah raga 47 unit, telepon umum 11 unit, perbankan 6 unit, pasar 2 unit, serta kantor pos dan giro 2 unit.

B. Data Pemukiman

(60)

Tabel 2.9

Data Pemukiman

No Jenis Pemukiman Jumlah 1 Perumahan/Kompleks 40 Kompleks 2 Asrama ABRI 1 Kompleks 3 Rumah Sehat 18.125 unit 4 Rumah Sederhana 7.072 unit

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Tabel 2.9 menunjukkan bahwa jenis pemukiman di Medan Johor terdiri dari 40 perumahan/ kompleks, asrama ABRI satu kompleks, rumah sehat 18.125 unit dan rumah sederhana 7.027 unit. Jenis rumah sehat lebih banyak dibandingkan dengan rumah sederhana dengan selisih 11.098 unit.

C. Data Sarana Pendidikan

(61)
[image:61.595.114.431.183.473.2]

Tabel 2.10

Data Sarana Pendidikan

No Jenis Sekolah Jumlah

1 TK 19 unit

2 Sekolah Dasar

a. SD Negeri 23 unit

b. SD Swasta 14 unit

3 SLTP/Tsanawiyah

a. SLTP Negeri 1 unit b. SLTP Swasta 18 unit

c. Tsanawiyah 2 unit

4 SLTA

a. SLTA Negeri 1 unit b. SLTA Swasta 13 unit 5 Akademi/ Perguruan Tinggi

a. Akademi 1 unit

b. Perguruan Tinggi Swasta 1 unit 6 Pondok Pesantren 2 unit

7 Panti Asuhan 2 unit

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Tabel 2.10 menunjukkan bahwa sarana pendidikan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Medan Johor adalah SD sebanyak 37 unit, diikuti dengan SLTP 21 unit, TK 19 unit, SLTA 14 unit, perguruan tinggi 2 unit, pesantren 2 unit, dan panti asuhan 2 unit. Sarana pendidikan di Kecamatan Medan Johor cukup baik karena terdapat sarana pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi.

(62)

D. Sarana Rumah Ibadah

Mengingat Kecamatan Medan Johor penduduknya mayoritas beragama Islam maka jenis rumah ibadah yang sangat menonjol adalah Mesjid/ Mushola dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.11.

Tabel 2.11

Data Sarana Rumah Ibadah

No Jenis Rumah Ibadah Jumlah

1 Mesjid 51 unit

2 Langgar/ Mushola 28 unit

3 Gereja 11 unit

4 Klenteng/ Vihara 9 unit

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

Tabel 2.11 menunjukkan bahwa jumlah Mesjid di Kecamatan Medan Johor sebanyak 51 unit ditambah dengan Mushola 28 unit, diikuti dengan Gereja sebanyak 11 unit dan Vihara 9 unit.

E. Sarana Kebersihan

(63)
[image:63.595.113.516.188.415.2]

Tabel 2.12

Data Fasilitas Kebersihan

No Jenis Sarana

Sumbangan Pemko Medan

Swadaya Masyarakat Jlh

Unit Keterangan

Jlh

unit Keterangan

1 Typer 7 Baik

2 Kontainer 4 Baik

3 Tong sampah 75 Baik 1292

4 Becak sampah 13 Rusak sebagian 6 Baik 5 Kereta dorong sampah 4 Baik 1 Baik 6 Personil Bestari 13 Aktif 6 Aktif 7 Personil Melati 25 Aktif 2 Aktif 8 Personil Becak Sampah 7 Aktif 7 Aktif 9 Personil Kereta Dorong 1 Aktif 1 Aktif 10

Becak sampah

bermotor 3 2 Aktif

Sumber: Ekspose Kecamatan Medan Johor 2014. Diperoleh dari Kantor Camat Medan Johor pada tanggal 23 Desember 2014

(64)

2.2Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Peraturan daerah No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah akan dijelaskan di dalam penelitian ini dimulai dari penjelasan mengenai latar belakang peraturan daerah tersebut, tujuan, peran dan fungsi perda tersebut, serta ruang lingkupnya.

2.2.1 Latar Belakang Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011

(65)

kepentingan secara terpadu yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

2.2.2 Tujuan Peraturan Daerah No.13 Tahun 2011

Penataan ruang wilayah Kota Medan bertujuan untuk:

a. Mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berk

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kecamatan Medan Johor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Yang Relevan Dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Dalam mengkaji suatu

tentang “PERANAN DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA MEDAN ( Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di. Kecamatan Medan

Rencana tata Ruang Kota Palopo sudah menganut Prinsip Pembangunan berkelnjutan namun dalam hal ini regulasi secara proposional belum seimbang, peningkatan secara ekonomi mempunyai

Untuk menggambarkan dan menganalisis keterkaitan disposisi dengan implementasi Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Penetapan Kawasan Ruang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah dalam penetapan kawasan ruang terbuka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah dalam penetapan kawasan ruang terbuka

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur Tentang Rencana Tata Ruang