• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Olahraga Penapasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Olahraga Penapasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS OLAHRAGA PERNAPASAN SATRIA NUSANTARA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI LEMBAGA SENI PERNAPASAN SATRIA NUSANTARA CABANG MEDAN

SKRIPSI Oleh

Riskina Syahputri Nasution 071101022

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Title : The Effectiveness of Satria Nusantara to Decrease Blood Pressure in Hypertension’s Patient at Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan

Name of Student : Riskina Syahputri Nasution

NIM : 071101022

Faculty : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year of Academic : 2010/2011

Abstract

The economy development which has changed social economy and lifestyle in developed countries has been caused various disease. One of disease is hypertension. Satria Nusantara is non-pharmacology therapy of hypertension to decrease blood pressure beside others lifestyle modification. The purpose of this research is to recognize the effectiveness of Satria Nusantara to decrease blood pressure in hypertension’s patient in Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan. This was pre-experimental using one group pretest-postest design. The population of this research is all new member in Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan and 12 member selected as respondent with purposive sampling technique. This research has done since February 27, 2011 for a month.

Breathing exercise in this research is regular exercise for 120 minutes per session, 3 times a week for a month. Respondent’s blood pressure was observed pre and post intervention and documented in observation sheets. The data obtained were statistically analyzed by using the Wilcoxon test. In addition, the difference existing is significant if p<0.05. The finding of this study reveals that Satria Nusantara significanty decrease the blood pressure of the hypertension’s patient [p=0.001, (p<0.05) for systolic, p=0.002, (p<0.05) for diastolic]. This study proves the effectiveness of Satria Nusantara to decrease blood pressure in hypertension’s patient in Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan.

(4)

Judul : Efektifitas Olahraga Penapasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan Nama : Riskina Syahputri Nasution

NIM : 071101022

Fakultas : Keperawatan USU Tahun Akademik : 2010/2011

Abstrak

Kemajuan ekonomi yang telah mengubah sosial ekonomi dan gaya hidup di negara berkembang telah menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah hipertensi. Satria Nusantara adalah salah satu penatalaksanaan non farmakologis pada hipertensi untuk menurunkan tekanan darah selain perubahan gaya hidup lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian pra-eksperimental yaitu one group pretest-postest design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota baru di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 12 orang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Pebruari 2011 selama sebulan.

Olahraga pernafasan pada penelitian ini dilakukan secara rutin selama 120 menit/ sesi, 3 kali/ minggu dalam waktu satu bulan. Tekanan darah responden diukur sebelum dan setelah dilakukan olahraga pernapasan Satria Nusantara kemudian hasil pengukuran dicatat dalam lembar observasi. Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Wicoxon. Perbedaan yang bermakna apabila nilai significancy p<0.05. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Satria Nusantara efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p=0.001 untuk sistolik dan p= 0.002 untuk diastolik. Penelitian ini mengungkapkan keefektifitasan olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan.

(5)

Prakata

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang tiada terhitung sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Efektifitas Olahraga Pernapasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Lembaga Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Uswatun Hasanah, Rasulullah Muhammad SAW, semoga mendapat syafaat beliau di yaumul akhir kelak.

Selama proses penulisan proposal skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Sofia Deritawati Lubis S. H. dan Ayahanda Ir. Syahlan Nasution, M. Si. yang selalu penulis rindukan, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan pengorbanan hidup, yang menjadi penyemangat dikala penulis merasa lelah dan selalu mengirimkan beribu doa disetiap malamnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(6)

3. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

4. Nur Afi Darti, S.Kp,MKep selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan akademik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Salbiah, SKp. M. Kep dan Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukan yang telah diberikan demi perbaikan skripsi ini

6. Seluruh dosen, staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Semoga Allah membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan

7. Saudara-saudaraku tersayang drg. Syahnita Sari Nugraha Nasution dan Fahrul Rozi Harahap S.S (suami), Syoflaige Larunta Nasution, S.Pd dan Rabin Suhardi, S.Pd (suami), Adhan Barqah Nasution, S.T, dan Suci Alhamna Rahmadina Nasution atas do’a, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis

8. Kakanda tercinta Syafrina Dalimunthe, Elfi Harianti, dan Ainil Fitri yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(7)

Melinda Agnesha, dan Nuraidar yang selalu memberikan semangat dan saling mendukung dalam kondisi apapun

10. Teman-teman dari stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kerja samanya selama empat tahun ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberi sumbangsih pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan bagi masyarakat

Medan, Juni 2011

(Riskina Syahputri Nasution) NIM: 071101022

(8)

DAFTAR ISI

2.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah ... 10

2.4 Gangguan Tekanan Darah ... 11

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 12

3. Hipertensi ... 14

4. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara 4.1 Pengertian Olahraga Pernapasan Satria Nusantara ... 24

4.2 Prinsip Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara ... 25

4.3 Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara ... 27

4.4 Manfaat Olahraga Pernapasan Satria Nusantara ... 30

5. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara pada Penderita Hipertensi 31 Bab 3. Kerangka Konseptual ... 33

1. Kerangka Konsep ... 33

2. Defenisi Operasional ... 34

2.1 Tekanan Darah ... 34

2.2 Olahraga Pernafasan Satria Nusantara ... 35

(9)

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 36

1.1 Karakteristik Demografi Responden ... 42

1.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara ... 44

1.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara ... 45

2. Pembahasan ... 46

2.1 Karakteristik Demografi Responden ... 46

2.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara ... 48

2.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara ... 50

1. Lembar Persetujuan menjadi Responden

2. Kuesioner Data Demografi dan Data Demografi Responden 3. Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah 4. Cara Mengukur Tekanan Darah

5. Protokol Panduan Olahraga Pernafasan Satria Nusantara 6. Prosedur Gerakan Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

7. Persentase Derajat Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden

(10)
(11)

DAFTAR SKEMA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Derajat Tekanan Darah………... 15 Tabel 2 Karakteristik Demografi Responden………. 43 Tabel 3 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga

Pernafasan Satria Nusantara……….………. 45 Tabel 4 Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pre dan

Post Olahraga Pernafasan Satria

(13)

Title : The Effectiveness of Satria Nusantara to Decrease Blood Pressure in Hypertension’s Patient at Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan

Name of Student : Riskina Syahputri Nasution

NIM : 071101022

Faculty : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year of Academic : 2010/2011

Abstract

The economy development which has changed social economy and lifestyle in developed countries has been caused various disease. One of disease is hypertension. Satria Nusantara is non-pharmacology therapy of hypertension to decrease blood pressure beside others lifestyle modification. The purpose of this research is to recognize the effectiveness of Satria Nusantara to decrease blood pressure in hypertension’s patient in Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan. This was pre-experimental using one group pretest-postest design. The population of this research is all new member in Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan and 12 member selected as respondent with purposive sampling technique. This research has done since February 27, 2011 for a month.

Breathing exercise in this research is regular exercise for 120 minutes per session, 3 times a week for a month. Respondent’s blood pressure was observed pre and post intervention and documented in observation sheets. The data obtained were statistically analyzed by using the Wilcoxon test. In addition, the difference existing is significant if p<0.05. The finding of this study reveals that Satria Nusantara significanty decrease the blood pressure of the hypertension’s patient [p=0.001, (p<0.05) for systolic, p=0.002, (p<0.05) for diastolic]. This study proves the effectiveness of Satria Nusantara to decrease blood pressure in hypertension’s patient in Satria Nusantara Breathing Art Institute Medan.

(14)

Judul : Efektifitas Olahraga Penapasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan Nama : Riskina Syahputri Nasution

NIM : 071101022

Fakultas : Keperawatan USU Tahun Akademik : 2010/2011

Abstrak

Kemajuan ekonomi yang telah mengubah sosial ekonomi dan gaya hidup di negara berkembang telah menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah hipertensi. Satria Nusantara adalah salah satu penatalaksanaan non farmakologis pada hipertensi untuk menurunkan tekanan darah selain perubahan gaya hidup lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian pra-eksperimental yaitu one group pretest-postest design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota baru di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 12 orang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Pebruari 2011 selama sebulan.

Olahraga pernafasan pada penelitian ini dilakukan secara rutin selama 120 menit/ sesi, 3 kali/ minggu dalam waktu satu bulan. Tekanan darah responden diukur sebelum dan setelah dilakukan olahraga pernapasan Satria Nusantara kemudian hasil pengukuran dicatat dalam lembar observasi. Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Wicoxon. Perbedaan yang bermakna apabila nilai significancy p<0.05. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Satria Nusantara efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p=0.001 untuk sistolik dan p= 0.002 untuk diastolik. Penelitian ini mengungkapkan keefektifitasan olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi yang telah mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian penyakit tidak menular sudah mulai naik diikuti dengan bermunculannya penyakit-penyakit baru (Depkes, 2007 dalam Lidya, 2009). Perubahan ini disebabkan gaya hidup manusia yang semakin canggih sehingga membuat manusia kurang bergerak. Selain gaya hidup, terdapat juga faktor resiko berupa merokok dan pola makan yang tidak sehat yang menyebabkan berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes, obesitas dan hipertensi. Dari semua penyakit yang tidak menular yang paling menonjol dan dikenal adalah hipertensi (Kaplan, 2006).

(16)

termasuk hipertensi ringan, 28,1% hipertensi sedang, dan 3,5% hipertensi berat (Armilawaty, Amalia, Amiruddin, 2007).

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu organ target, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia (Armilawaty, Amalia, Amiruddin, 2007).

Hipertensi disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner & Suddarth, 2001).

Penanganan hipertensi dapat ditangani secara farmakologis dan non farmakologis atau gabungan keduanya. Penanganan secara farmakologis yaitu dengan obat-obat anti hipertensi sedangkan secara non farmakologis yaitu dengan modifikasi gaya hidup. Pengobatan farmakologis akan lebih baik atau tidak akan ada artinya bila tidak ditunjang oleh pengobatan non farmakologis (Dekker, 1996). Salah satu penatalaksanaan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup adalah menurunkan stres dan olahraga teratur (Gray, et al, 2005; Joewono, 2003).

(17)

hubungan dengan penyakit kardiovaskular. Salah satu cara yang dapat mengurangi dampak stres pada kesehatan fisik ialah olahraga teratur (Potter & Perry, 2005).

Olahraga merupakan aktifitas fisik untuk membuat kondisi tubuh meningkatkan kesehatan dan mempertahankan kesehatan jasmani. Pengaruh aktivitas fisik pada sistem kardiovaskular ialah meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial yang kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah istirahat, dan memperbaiki aliran balik vena sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Potter & Perry, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Af’idah (2008) menyatakan bahwa senam aerobik efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang dimana senam aerobik adalah latihan fisik rutin secara teratur yang diiringi dengan musik.

(18)

kenaikan tekanan darah (Siswantoyo, 2007). Pada penelitian sebelumnya oleh Fitriani (2009), telah dibuktikan bahwa latihan kultivasi (Falun Dafa) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dimana Falun Dafa adalah olahraga yang mencakup pembinaan fisik (raga) dan mental (jiwa), yang secara nyata dapat memperbaiki dan meningkatkan kesehatan tubuh, moral, dan mental spiritual agar seseorang dapat menjadi lebih baik.

Berdasarkan studi pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Efektifitas Olahraga Pernapasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi”.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana keefektifan olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan.

4. Manfaat Penelitian

(19)

4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar tambahan di laboratorium untuk menambah pengetahuan peserta didik keperawatan dalam merawat pasien dengan hipertensi.

4.2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di klinik terutama bagian medikal bedah dengan melakukan olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi.

4.3. Penelitian Keperawatan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Model Konsep Betty Neuman

Model konsep Neuman adalah model konsep yang menggambarkan tindakan keperawatan yang berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

(21)

Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga, dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal (Neuman dan Young, 1972 dalam Potter & Perry, 2005). Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Adapun pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stresor dan mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stres. Pencegahan sekunder meliputi tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stresor. Sedangkan pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi suatu penyakit. Prinsip dari pencegahan tersier adalah memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan membantu dalam pencegahan terjadinya masalah yang sama (Potter & Perry, 2005).

Keperawatan sebagai profesi merupakan variabel dari reaksi individu terhadap stres. Keperawatan berfokus pada individu sebagai satu kesatuan, bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kestabilan pasien. Konsep keperawatan ini juga memiliki dasar pemikiran yang memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stres (Potter & Perry, 2005).

(22)

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat ialah dengan berolahraga secara teratur dan menghindari stres yang diaplikasikan melalui olahraga pernapasan Satria Nusantara dilakukan dalam tiga tahapan yaitu latihan pernapasan duduk awal, latihan pernafasan bergerak, latihan pernapasan duduk akhir (Maryanto, 2008).

2. Tekanan Darah

2.1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju, serta viskositas darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis dimana tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi (sistolik) dan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat (diastolik). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).

2.2. Pengukuran Tekanan Darah

(23)

atas manset dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga manset (Brunner & Suddarth, 2001).

Awal pengukuran dilakukan dengan membalutkan manset pada lengan atas dengan kencang dan lembut dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Brunner & Suddarth, 2001).

(24)

2.3. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Otak berfungsi sebagai pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh dan pengatur berbagai organ lainnya dalam merespon kebutuhan tubuh. Tekanan darah juga dikontrol oleh serabut saraf yang merupakan bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf yang bereaksi secara otomatis menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

(25)

hormon-hormon itu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal terdiri dari pembuluh elastis yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan (Brunner & Suddarth, 2001). Otot-otot yang terdapat di dalam pembuluh darah dapat membesar untuk meningkatkan suplai darah ke suatu organ, ataupun dapat berkontraksi untuk mengeluarkan darah dan menyebarkan ke tempat lain yang membutuhkan (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satuan waktu yang merupakan hasil kali denyut jantung dan volume sekuncup (Brunner & Suddarth, 2001). Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri pada setiap kontraksi. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri pada akhir diastol (preload), tahanan terhadap semprotan ventrikular kiri (afterload), dan kontraktilitas miokard (Potter & Perry, 2005).

Tahanan perifer adalah perlawanan pembuluh darah terhadap aliran darah dimana tahanan perifer ditentukan oleh beberapa faktor yaitu viskositas darah, panjang pembuluh, dan radius pembuluh (Brunner & Suddarth, 2001). 2.4. Gangguan Tekanan Darah

(26)

oksigen dan nutrisi ke jaringan. Ketika kebutuhan metabolisme menurun, pembuluh darah akan berkontraksi dan darah yang mengalir ke jaringan akan berkurang. Mekanisme dimana pembuluh darah berdilatasi dan berkontraksi untuk menyesuaikan perubahan metabolisme menunjukkan bahwa tekanan arteri yang normal tetap terjaga tetapi jika mekanisme tersebut gagal terjadi akan mengakibatkan gangguan tekanan darah (Brunner & Suddarth, 2001).

Terdapat dua jenis gangguan tekanan darah yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tekanan darah rendah atau hipotensi akan tetapi komplikasi yang terjadi pada penderita tekanan darah rendah tidak seberat tekanan darah tinggi (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini hanya berfokus pada informasi tentang tekanan darah tinggi atau hipertensi.

2.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang adekuat menunjukkan tekanan darah klien. Meskipun saat dalam kondisi yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke denyut lainnya (Perry and Potter, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah menurut Perry and Potter (2005) adalah:

a. Usia

(27)

Anak-anak yang lebih besar (lebih berat atau lebih tinggi) tekanan darahnya lebih tinggi daripada anak-anak yang lebih kecil dari usia yang sama.

Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini berhubungan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan semakin kaku, sehingga tahanan pada arteri akan semakin besar dan meningkatkan tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi tidur ke duduk, duduk ke berdiri bias mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pombuluh darah perifer (Nugroho, 2000).

b. Stress

Ansietas, takut, nyeri, dan stress emosional akan merangsang saraf simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.

c. Ras

(28)

d. Medikasi

Banyak medikal yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan tekanan darah. Salah satu golongan medikasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yaitu dapat menurunkan tekanan darah.

e. Variasi Diurnal

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan mencapai puncaknya pada senja atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

f. Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

3. Hipertensi

3.1. Pengertian Hipertensi

(29)

disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003; Dekker, 1996).

Hipertensi memiliki dua tipe yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer terdiri atas hipertensi jinak dimana terdapat suatu peningkatan progresif lambat dari tekanan darah selama periode bertahun-tahun dan hipertensi maligna yang merupakan bentuk hipertensi yang lebih progresif, dimana sering dicapai tingkat tekanan darah yang sangat tinggi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit renal, darah, endokrin, serebral, dan kardiovaskular (Thomson & Cotton, 1997).

3.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium. Tabel 1. Klasifikasi derajat tekanan darah menurut The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection 1997

Kategori Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 140-159 90-99

Stadium 2 160-179 100-109

Stadium 3 >180 >110

Dikutip dari The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection, Evaluation

(30)

Bila tekanan sistolik dan diastolik turun ke kategori berbeda, kategori yang lebih tinggi harus diseleksi untuk mengklasifikasi status tekanan darah individual (Dunitz, 2001).

3.3. Respon Penderita Hipertensi

Tekanan darah bervariasi sepanjang hari. Meningkat pada saat berolahraga dan mengalami stres atau gangguan mental. Sebaliknya tekanan darah akan menurun bila tubuh sedang dalam kondisi istirahat atau tidur (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah salah satu penyakit yang benyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya (Dekker, 1996). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2001).

(31)

gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia (Brunner & Suddarth, 2001).

Olahraga dapat mengurangi risiko terkena hipertensi atau reaksi abnormal lainnya bila seseorang telah menderita hipertensi. Untuk menyelidiki apakah latihan fisik dapat memberi nilai dalam pengobatan hipertensi, sekelompok pasien hipertensi yang sebelumnya tidak aktif, diharuskan menjalani program latihan dan setelah itu efeknya terhadap tekanan darah diperiksa. Hasilnya, latihan dinamik secara regular dapat mengurangi tekanan darah senilai 10 mmHg (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

3.4. Bahaya Penderita Hipertensi

Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan langsung, tetapi lama-kelamaan dapat mengakibatkan berbagai penyakit (Dekker, 1996). Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terjadi edema pupil (Brunner & Suddarth, 2001).

Karena pengaruh tekanan darah tinggi, proses penumpukkan zat-zat lemak di dalam urat-urat nadi besar makin cepat, sehingga mengakibatkan pengapuran pembuluh darah (arteriosclerosis). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah gagal jantung, stroke, juga gagal ginjal (Dekker, 1996).

(32)

Kaplan, 2006) mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar yang disebabkan oleh hipertensi.

Beberapa efek hipertensi pada otak, bila tidak dikontrol dalam jangka panjang, akan menimbulkan stroke dengan resiko hingga tujuh kali lipat bila dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal. Tekanan darah tinggi juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal dimana terjadi penurunan aliran darah ke ginjal dan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal. Makin tinggi hipertensi maka makin cepat terjadi kerusakan sistem penyaringan (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dicurigai juga penyakit hipertensi dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan kematian yang berhubungan dengan hipertensi arterosklerosis (Agmon, Khandheria, Meissner et al., 2002 dalam Kaplan, 2006). Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

3.5. Penatalaksanaan Hipertensi

Penurunan tekanan darah tinggi hingga di bawah 140/90 mmHg dapat mengurangi segala komplikasi yang mungkin terjadi. Terdapat dua jenis penatalaksanaan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

3.5.1. Penatalaksanaan Farmakologis

(33)

a. Diuretik

Diuretik dapat meningkatkan kadar garam dan air yang dikeluarkan ginjal dari tubuh. Aksi ini mengurangi volume darah yang dipompa oleh jantung setiap denyutan. Tekanan darah kemudian secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Diuretik juga menurunkan kandungan sodium di dalam pembuluh darah. Keberadaan sodium yang terlalu tinggi dalam darah cenderung mempersulit aliran darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dengan demikian tekanan darah akan turun akibat berkurangnya curah jantung dan resistensi perifer serta diikuti oleh vasodilatasi perifer dan berkurangnya volume cairan interstisial yang mengakibatkan berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular (McGowan, 2001; Dekker, 1996; Ganiswara, 1995 dalam Fitriani, 2005).

b. Penghambat adrenergik (β-bloker)

Beta-bloker menghambat aksi noradrenalin dan adrenalin pada reseptor beta, mengurangi kekuatan dan mempercepat kontraksi jantung dan menurunkan sekresi renin oleh ginjal sehingga terjadi pengurangan tekanan darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Bloker yang berbeda menurunkan renin dengan tingkatan berbeda pula (Goodfriend, 1983).

(34)

berkurang dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Cara lain yaitu dengan menghambat pelepasan norephinephrin melalui hambatan reseptor para sinaps dan menghambat sekresi renin melalui hambatan reseptor β1 di ginjal serta efek sentral yang dapat menurunkan tekanan darah (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995). c. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah membatasi efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzyme) sehingga produksi angiotensin II menurun. Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah sehingga meringankan kerja jantung. ACE inhibitor dapat mengurangi fungsi ginjal dan menyebabkan akumulasi potasium apabila terjadi penurunan fungsi ginjal (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

d. Antagonis Kalsium (Calcium Antagonist)

Antagonis kalsium dapat mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh darah, menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar. Meskipun demikian, antagonis kalsium berbeda dari vasodilator lainnya.

(35)

e. Vasodilator

Vasodilator mengendurkan otot-otot pada dinding pembuluh darah. Pembuluh darah dikendurkan dan daya tahan fluida di dalamnya diturunkan. Selain menurunkan tekanan darah, vasodilator memiliki beberapa efek lain yang cenderung mengurangi kemampuan mengendurkan pembuluh darah yaitu menyebabkan ginjal menahan sodium dan air sehingga terjadi peningkatan jumlah sodium dan air di dalam tubuh serta menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Vasodilator biasanya tidak digunakan sendiri. Obat ini sering digunakan bersama dengan beta-bloker dan diuretik untuk mengatasi efek samping vasodilator pada ginjal dan jantung (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Semua obat-obat di atas bertambah manfaatnya jika ditunjang oleh pengobatan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup (Dekker, 1996). 3.5.2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis atau penatalaksanaan tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi. Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu seperti di berikut ini :

a. Mempertahankan Berat Badan Ideal

(36)

dkk., 1981 dalam Kaplan & Stamler, 1994). Penurunan berat badan hingga 10% dapat secara bermakna menurunkan beberapa faktor resiko penyakit kardiovaskular (Kaplan & Stamler, 1994).

Beberapa cara untuk mempertahankan berat badan ideal adalah diet rendah lemak namun kaya serat dan protein serta adanya aktivitas fisik yang nyata (Kaplan & Stamler, 1994).

b. Kurangi asupan natrium (sodium)

Tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Meskipun demikian, efeknya secara keseluruhan hanya sedikit, khususnya pada tekanan diastolik. Perubahan diet yang normal adalah dengan mengurangi asupan garam dan dapat menurunkan tekanan darah rata-rata 2 sampai 3 mmHg (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

c. Latihan aktivitas fisik secara teratur

Peningkatan aktivitas fisik dan kapasitas latihan dapat mencegah hipertensi dan menurunkan resiko kematian (Blair & Church, 2004 dalam Kaplan, 2006). Insidens hipertensi 20 hingga 40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam perminggu daripada mereka yang kurang aktif (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg (Radmarssy, 2007).

d. Batasi konsumsi alkohol

(37)

bersifat membakar sehinggga menimbulkan panas dan menyebabkan tekanan darah meningkat (Irawan & Mulyadi, 1998). Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar daripada mereka yang tidak minum minuman beralkohol (Radmarssy, 2007).

e. Makan K, Ca, Mg yang cukup dari diet

Individu yang mengonsumsi makanan berkadar potasium tinggi memiliki tekanan darah yang lebih rendah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/ hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urine.

Diet kaya potasium sangat penting bagi orang yang mengonsumsi diuretik untuk mengatasi tekanan darah tinggi karena pil tersebut menghabiskan potasium di dalam darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007).

f. Hindari stres

(38)

Stres akan menimbulkan respon ‘’fight or flight’’. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, renin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik (Idrus, 2006).

Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan mengurangi jumlah darah, kegiatan jantung memompa, dan mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi halus sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun (Dekker, 1996).

4. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

4.1. Pengertian Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Olahraga pernapasan merupakan latihan yang menghasilkan kekuatan dan daya tahan terhadap otot pernafasan dimana terdapat sebuah proses rekonstruksi tubuh pada setiap tahapan latihan untuk memperoleh keseimbangan. Oleh karena itu, dalam memulai latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi tubuh seseorang (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Makasar, 2008).

(39)

peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu mengelola stresor dengan baik untuk menjaga dan bahkan mengembalikan ke homeostasis (Maryanto, 1990). 4.2. Prinsip Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Olahraga pernafasan Satria Nusantara adalah pengolahan nafas dan tenaga dalam yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk meningkatkan kesehatan (Maryanto, 2008). Prinsip gerakan olahraga pernapasan Satria Nusantara adalah sebagai berikut:

1. Latihan peregangan selama 10 (sepuluh) menit dilakukan dalam dua periode Peregangan sangat dibutuhkan sebelum menjalani latihan dalam upaya mencapai kelenturan otot menghindari cedera. Otot akan menjadi rentan cedera dan sakit jika tidak melakukan peregangan. Manfaat lain dari peregangan ialah dapat menghilangkan rasa ngilu atau pegal sehabis bekerja keras atau olahraga selama delapan jam atau lebih, serta menyebabkan otot tetap fleksibel. Untuk mencapai hasil yang baik, peregangan dilakukan sebelum dan setelah latihan dimana otot sudah mulai panas (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Makasar, 2008).

2. Latihan pernapasan duduk awal dan duduk akhir selama 20 menit dalam dua periode

Latihan pernapasan duduk awal dilakukan sebagai pemanasan (warming-up) bagian dalam tubuh sebelum melakukan pernapasan bergerak. Pernapasan duduk akhir dilakukan untuk pendinginan (cooling down) dan pengendapan tenaga hasil latihan (Maryanto, 2008).

(40)

bernafas pelan dan dalam akan memberikan pengaruh terhadap stabilitas fungsi saraf otonom dengan semakin meningkatnya fungsi saraf parasimpatik. Fungsi syaraf parasimpatik berhubungan erat dengan anabolisme yaitu metabolisme yang bersifat membangun, yang mengarah kepada perbaikan-perbaikan terhadap kerusakan jaringan dan gangguan fungsional. Penghambatan fungsi sistem jantung-pembuluh darah yang cenderung menyebabkan melambatnya denyut jantung dan melemasnya pembuluh darah, khususnya arterioale sehingga menyebabkan tekanan darah menurun (Maryanto, 2008).

Latihan pernapasan duduk akhir merupakan latihan pendinginan dimana latihan ini dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan pendinginan yaitu mecegah pengumpulan darah dalam vena dan memastikan cukupnya aliran darah dalam otot, mencegah kekakuan dan nyeri otot (Maryanto, 2008 dalam Mardhiah, 2009).

3. Latihan pernapasan bergerak, dilakukan selama 80 (delapan puluh) menit dilakukan dalam dua periode.

Pernapasan bergerak adalah pengolahan pernapasan yang dilakukan bersamaan dengan gerak tertentu/ jurus. Pada latihan pernapasan bergerak, napas ditahan selama 3 sampai 5 menit (Maryanto, 2008).

(41)

4. Istirahat Selama 10 Menit

Istirahat dilakukan di antara dua periode latihan pernapasan bergerak selama 10 (sepuluh) menit dalam satu kali periode (Maryanto, 2008).

Istirahat dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti pada awal latihan sebagai persiapan untuk latihan kemudian (Simbar, 2008).

4.3. Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Adapun gerakan yang dilakukan saat latihan olahraga pernapasan adalah sebagai berikut:

1. Gerakan peregangan

Tiap gerakan lakukan dua sampai tiga kali kemudian meningkat menjadi delapan sampai sepuluh kali.

a. Latihan kepala dan leher

Miringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu. Tekuk kepala ke samping kiri hingga mengenai bahu diikuti dengan meluruskan lengan ke arah yang sama dengan arah kepala. Lalu bergantian dengan sisi lain (Maryanto, 2008).

b. Latihan bahu dan lengan

(42)

lengan ke belakang punggung sejauh mungkin. Lengan harus lurus dan tidak bengkok. Kepal jari-jari tangan kanan lalu tangan kiri mendorong tangan kanan ke belakang. Gerakan ini juga dilakukan bergantian dengan sisi lain (Maryanto, 2008).

c. Latihan paha

Kaki kanan diluruskan dengan tumit menyentuh lantai dan kaki kiri ditekuk. Lalu kaki kanan ditekuk dengan telapak kaki menyentuh lantai sedangkan kaki kiri diluruskan dengan ujung jari menyentuh lantai. Gerakan dilakukan bergantian dengan sisi lain. Badan tegak lurus dengan kedua kaki dirapatkan dan tangan lurus ke depan, Lalu perlahan-lahan turunkan punggung hingga tangan menyentuh tanah. Silangkan kedua kaki dengan badan tetap tegak dan tangan lurus ke depan. Perlahan-lahan turunkan punggung hingga tangan menyentuh tanah. Lakukan gerakan ini dengan menyilangkan kaki bergantian (Maryanto, 2008).

2. Gerakan latihan pernapasan duduk awal

(43)

sama yakni 10-30 detik. Pernapasan duduk dilakukan selama 10 menit (Maryanto, 2008).

3. Gerakan latihan pernapasan bergerak I

Adapun gerakan latihan pernapasan latihan bergerak adalah sebagai berikut:

a. Gerakan tungkai

Tungkai membentuk posisi kuda-kuda rendah, kedua kaki sejajar, ujung kaki ke samping berlawanan arah, telapak kaki digesekan ke bumi dan kedua tumit ditemukan satu sama lain pada setiap gerakan kaki maju sejengkal (Maryanto, 2008).

b. Gerakan tangan

Jurus untuk tingkat dasar, 10 jurus untuk tingkat pengendalian 1, 6 jurus untuk tingkat gabungan dasar. Untuk tingkat dasar, pada awal gerakan, napas ditarik sebanyak mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan ditahan di bawah perut sambil menggesek telapak kaki maju sejengkal yang disebut satu langkah kuda-kuda, seiring seirama dengan gerakan tangan. Untuk 1 kali menekan dan menahan napas minimal dilakukan 15 langkah, setelah itu napas dikeluarkan, juga melalui hidung. Kemudian atur napas dengan tarik dan keluar napas 2 atu 3 kali , lalu lanjutkan dengan latihan lagi. Latihan dilakukan selama 90 menit dalam dua periode yang diselingi dengan istirahat (Maryanto, 2008). 4. Istirahat

(44)

5. Gerakan latihan pernapasan bergerak II

Merupakan lanjutan dari gerakan latihan pernapasan bergerak sebelum istirahat. Melanjutkan gerakan jurus yang sebelum istirahat, untuk memantapkan gerakan latihan gerakan jurus yang sudah diajari sebelumnya (Maryanto, 2008). 6. Gerakan latihan pernapasan duduk akhir

Gerakan yang dilakukan pada latihan pernapasan duduk akhir sama dengan latihan pernapasan duduk awal. Pernapasan duduk akhir dilakukan selama 10 menit (Maryanto, 2008).

7. Gerakan peregangan

Gerakan peregangan akhir untuk menutup latihan sama dengan gerakan peregangan yang dilakukan di awal latihan olahraga pernapasan (Maryanto, 2008).

4.4. Manfaat Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

(45)

dengan stres, memperlambat denyut jantung, tekanan darah rendah dan mengurangi kelelahan. (4) Mempercepat penurunan berat badan dimana berat badan juga mempengaruhi tekanan darah (Livestrong, 2010).

5. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara pada Penderita Hipertensi Olahraga pernapasan mempunyai banyak kegunaannya. Menurut Gilang (2007); olahraga pernafasan merupakan suatu sarana yang membantu tubuh untuk mengubah udara yang dihirup menjadi energi. Aliran udara berenergi ini mampu menghasilkan tenaga dalam yang akan disebarkan ke seluruh bagian tubuh. Menurut penelitian yang dilakukan Siswantoyo, 2007; terhadap siswa laki-laki kelas 2 Madrasah Aliyah Mu’alimin Yogyakarta dengan memenuhi kriteria inkubasi tertentu, menghasilkan kesimpulan bahwa olahraga pernapasan dapat meningkatkan kadar beta-endorphin, IgG dan interleukin-6, sedangkan pada interleukin-2 dan interleukin-4 tidak terjadi peningkatan, sedangkan kortisol mengalami penurunan.

Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal berfungsi untuk membantu mengatur tekanan darah dan sistem kekebalan tubuh saat terjadi krisis tiba-tiba, baik serangan fisik atau kemunduran emosional (Tarigan, 2010). Kelebihan kortisol mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dan tekanan darah serta perubahan ekspresi dari gen-gen tertentu yang menyebabkan gangguan psikosomatis misalnya hipertensi dan infark jantung (Dahroji, 2009).

(46)

kita hanya perlu mengendurkan otot lambung, menghirup perlahan-lahan melalui hidung, dan memasukkan udara sampai rasanya bagian bawah lambung terisi penuh oleh udara. Kemudian berhentilah sebentar sebelum menghembuskan napas melalui mulut (Wordpress.com, 2008).

(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini disusun berdasarkan konsep teori Neuman (Marriner-Tomey, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Konsep yang dikemukakan oleh Betty Newman adalah konsep “Health care system” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stres dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Bingar, 2008). Oleh karena itu perawat berperan membantu klien untuk mengukur tekanan darah dan memberikan intervensi secara mandiri yang didasari oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, guna mengetahui bagaimana respon klien terhadap penatalaksanaan ketika tekanan darahnya tinggi (Potter & Perry, 2005; Ahmad, 2008).

Kondisi hipertensi membutuhkan beberapa bentuk penatalaksanaan, salah satunya dengan cara penatalaksanaan non farmakologi. Penatalaksanaan non farmakologi adalah penatalaksanaan hipertensi melalui modifikasi gaya hidup (Kaplan, 2006).

(48)

Olahraga pernafasan Satria Nusantara dilakukan dengan durasi 120 menit dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu selama sebulan dengan gerakan jurus-jurus tertentu (Maryanto, 2008).

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti merumuskan kerangka penelitian berdasarkan konsep Neuman (Potter & Perry, 2005) yang akan menjadi panduan dalam penelitian untuk melihat efektifitas olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada responden diawali dengan pengukuran tekanan darah (pre-test). Kemudian kelompok diberi perlakuan olahraga pernafasan Satria Nusantara. Pengukuran tekanan darah kembali dilakukan setelah olahraga pernafasan Satria Nusantara.

Skema 1. Kerangka Konseptual Efektivitas Olahraga Pernafasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

2. Defenisi Operasional 2.1. Tekanan Darah

Tekanan darah dalam penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri brakhialis yang terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik dengan kategori tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg pada penderita hipertensi ringan, dan

Penderita Hipertensi

Olahraga pernafasan Satria Nusantara, 120 menit 3x/ minggu

selama 4 minggu

TD Pre intervensi

(49)

tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg pada penderita hipertensi sedang yang diukur dengan sphygmomanometer One Med dan stetoskop One Med pada saat sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hasil pengukuran tekanan darah disajikan dalam bentuk lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg.

2.2 Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Olahraga pernapasan Satria Nusantara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah latihan yang menghasilkan kekuatan dan daya tahan terhadap otot pernafasan meliputi gerakan latihan peregangan awal, gerakan latihan pernafasan duduk awal, gerakan latihan jurus, gerakan latihan pernafasan duduk akhir, dan gerakan latihan peregangan akhir. Olahraga pernapasan dilakukan 3 kali dalam seminggu pada waktu sore hari selama 4 minggu.

3. Hipotesis

(50)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan/ menjawab suatu pertanyaan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian pra-eksperimental yaitu one group pretest-postest design yaitu rancangan yang berupaya mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok eksperimen (Nursalam, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada responden diawali dengan pengukuran tekanan darah (pre-test). Kemudian diberi perlakuan olahraga pernafasan Satria Nusantara selama 120 menit/ sesi setiap 3 kali/ minggu selama 4 minggu. Pengukuran tekanan darah kembali dilakukan setelah olahraga pernafasan Satria Nusantara (post-test).

2. Populasi Penelitian

(51)

3. Sampel Penelitian

Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Peneliti mengembangkan kriteria tertentu yang dianggap mewakili bagi populasi target dan dengan sengaja memilih unit sampling yang sesuai dengan kriteria (Dempsey & Dempsey, 1996). Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Penderita hipertensi yang telah didiagnosa oleh dokter b. Tidak merokok dan tidak minum alkohol

c. Pria/ Wanita dewasa berusia sekitar 25-60 tahun d. Tidak minum obat anti hipertensi

e. Bersedia mengikuti olahraga pernafasan Satria Nusantara selama 120 menit/ sesi setiap 3 kali/ minggu selama 4 minggu sesuai jadwal dan tidak melakukan olahraga pernapasan lain di luar jadwal yang dikontrol peneliti.

(52)

tercantum di atas, perolehan jumlah sampel sudah dikategorikan mencukupi untuk melakukan penelitian sejenis.

Peneliti sudah mengupayakan jumlah sampel sesuai ketentuan tersebut. Namun oleh karena keterbatasan penelitian, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 12 orang responden.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan. Alasan peneliti memilih Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan karena lembaga tersebut merupakan salah satu kelompok olahraga pernapasan yang sering diikuti oleh penderita hipertensi dan berada di Medan, sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan.

5. Pertimbangan Etik Penelitian

(53)

Di awal latihan, responden akan merasa sedikit pusing sebagai proses adaptasi terhadap latihan olahraga pernapasan. Olahraga pernapasan dihentikan pada penderita hipertensi yang mengalami kekambuhan dan kondisi tubuh menjadi buruk. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Lembar persetujuan menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1.

6. Instrumen Penelitian 6.1. Data demografi

Data demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pekerjaan/ aktivitas, dan suku. Data demografi dilengkapi dengan data tambahan seperti pengukuran tekanan darah setelah 3 kali pengukuran dalam penentuan responden dan keluhan yang dialami guna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

6.2. Lembar observasi tekanan darah pre dan post

(54)

7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur pengumpulan data pada calon responden

b. Mengelompokkan responden yakni 12 orang c. Memberikan informed consent kepada responden

d. Menjelaskan jadwal kontrak olahraga pernafasan Satria Nusantara

e. Mengisi kuesioner data demografi responden dengan melakukan wawancara pada responden

f. Mengukur tekanan darah pre-test pada responden dengan sphygmomanometer One Med dan stetoskop One Med pada setiap latihan yaitu selama 120 menit/sesi tiga kali dalam seminggu dalam waktu 4 minggu hingga diperoleh tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

g. Melakukan olahraga pernapasan selama 120 menit/sesi tiga kali dalam seminggu dalam waktu 4 minggu pada kelompok. Responden mengikuti kegiatan hingga akhir penelitian. Pada semua responden harus terpenuhi jadwal olahraganya dari awal sampai akhir yaitu 12 kali, dan bila tidak hadir pada jadwal yang telah ditentukan maka responden tersebut menggantinya pada hari yang lain diluar jadwal

(55)

8. Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisis data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti kepada penderita hipertensi dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan intervensi olahraga pernafasan Satria Nusantara dan sesudah dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara pada setiap latihan yaitu selama 120 menit/ sesi tiga kali dalam seminggu dalam waktu 4 minggu .

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan tekanan darah pre dan post dalam bentuk tabel. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menganalisis perbedaan tekanan darah antara pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara. Uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro-wilk. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal maka akan dilakukan uji paired t-test sedangkan uji Wilcoxon akan dilakukan apabila data tidak berdistribusi normal (Nursalam, 2008).

Setelah dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-wilk, ternyata data tidak berdistribusi normal pada sistolik maupun diastolik. Oleh karena itu, digunakan uji Wilcoxon pada sistolik dan diastolik (p<0.05).

Menurut Harsono (2001) dari uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p < α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak sedangkan bila nilai p >

(56)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai efektivitas olahraga pernapasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara Cabang Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 27 Pebruari 2011 sampai 27 Maret 2011. Penelitian ini melibatkan 12 orang responden yang merupakan anggota baru di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan dimana responden mengikuti latihan olahraga pernafasan Satria Nusantara selama 120 menit/ sesi setiap 3 kali/ minggu dalam waktu 1 bulan.

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tekanan darah responden pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara, dan perbedaan tekanan darah pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara. 1.1 Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah anggota baru di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan yang merupakan penderita hipertensi ringan dan sedang yang telah didiagnosa oleh dokter. Lebih dari tiga per empat dari jumlah responden berada pada rentang usia dewasa tengah yaitu 40-64 tahun (Mean=52.42, SD=10.184).

(57)

dalam penelitian ini berada pada rentang normal yaitu 18.5-24.9 (Mean=58.50, SD=7.330).

Dan lain-lain adalah pilihan terbanyak sebagai jenis pekerjaan atau aktivitas keseluruhan dari responden (masing-masing 66,7%, n=8). Menurut kategori suku responden pada kelompok intervensi mayoritas adalah suku Jawa, Mandailing, Minang (25%, n=3). Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Data Demografi

Responden

Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia (tahun) Obesitas III (> 40.0)

(58)

1.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Tekanan darah responden diukur pada arteri brakhialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan darah sistolik dan diastolik yang diukur dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan berarti tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolik 90-99 mmHg, dan hipertensi sedang berarti tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan diastolik 100-109 mmHg (Brunner & Suddarth, 2001). Kemudian hasil pengukuran tekanan darah dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post dengan satuan mmHg.

Dari hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi diketahui hasil tekanan darah responden pre olahraga pernafasan Satria Nusantara dimana penderita hipertensi ringan 83.3% (n= 10) dan selebihnya adalah hipertensi sedang 16.7% (n= 2) untuk sistolik, sedangkan untuk diastolik penderita hipertensi ringan 8.3% (n=1), penderita hipertensi sedang 66.7% (n=8), dan penderita hipertensi berat 25% (n=3). Setelah dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara, tekanan darah post olahraga pernafasan Satria Nusantara diukur kembali 10 menit kemudian dan diperoleh data dimana setengah dari responden mengalami penurunan tekanan darah ke klasifikasi normal tinggi dan hipertensi ringan (50%, n=6) untuk sistolik. Sedangkan untuk diastolik, normal tinggi 25% (n=3), hipertensi ringan 58.3% (n=7), dan hipertensi sedang 16.7% (n=2). Hal ini dapat dilihat pada lampiran 7.

(59)

pernafasan Satria Nusantara. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pre-post olahraga pernafasan Satria Nusantara cenderung mengalami penurunan. Tekanan darah responden pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Pengukuran Pre Satria Nusantara Post Satria Nusantara

Mean SD Range Mean SD Range

Sistolik 147.50 7.538 140-160 135.00 5.222 130-140

Diastolik 101.67 5.774 90-110 89.17 6.686 80-100

1.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk diperoleh bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik tidak terdistribusi normal (p<0.05). Maka untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara digunakan uji Wilcoxon untuk sistolik dan diastolik. Hasil uji normalitas data sistolik dan diastolik dapat dilihat pada lampiran 8.

(60)

olahraga pernafasan Satria Nusantara. Perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Tekanan Darah Mean Pre Mean Post Mean Difference Sig.

Sistolik 147.50 135.00 12.50 0.001

Diastolik 101.67 89.17 12.50 0.002

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai bagaimana keefektifan olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2.1 Karakteristik Demografi Responden

Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 25-60 tahun dimana lebih dari tiga per empat responden berada pada rentang usia dewasa tengah yaitu 40-64 tahun (83.3%, n=10) dan memiliki nilai Mean=52.42, SD=10.184, dan min-max= 29-65 (Tabel 2).

(61)

yaitu cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia 60 tahun ke atas. Hayens, Leenen, & Soetrisno, (2003) juga mengatakan bahwa tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia.

(62)

2.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Penelitian ini mendapatkan data awal dari pengukuran tekanan darah responden dimana untuk tekanan sistolik, responden lebih banyak berada pada klasifikasi hipertensi ringan dan untuk tekanan diastolik, responden lebih banyak berada pada klasifikasi hipertensi sedang. Hal ini didukung oleh karakteristik demografi responden dimana 83.3% responden berada pada usia dewasa tengah (40-64 tahun). Menurut Perry & Potter (2005), tekanan darah dewasa meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun (Palmer & Williams, 2007). Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), 58.3% responden berada pada rentang normal sehingga tidak menjadi faktor pemberat yang mempengaruhi tekanan darah responden. Berdasarkan suku, 25% responden merupakan suku Jawa, Mandailing, dan Minang. Hal ini terkait dengan makanan yang dikonsumsi adalah makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol (Admin, 2007).

Hal ini sesuai dengan pendapat Armilawaty, Amalia, Amiruddin (2007) yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi di Indonesia diperkirakan sebanyak 15 juta kasus (17-21% dari populasi) dengan prevalensi 68,4% termasuk hipertensi ringan, 28,1% hipertensi sedang, dan 3,5% hipertensi berat.

(63)

sistolik dan untuk diastolik, mean turun dari 101.67 sebelum intervensi menjadi 89.17 setelah intervensi (Tabel 3) . Hal ini sesuai dengan pendapat Hayens, Leenen, & Soetrisno (2003) bahwa insiden hipertensi 20 hingga 40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam perminggu daripada mereka yang kurang aktif. Latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg (Radmarssy, 2007).

(64)

2.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Pada penelitian ini dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara dalam waktu 120 menit/ sesi setiap 3 kali/ minggu dalam waktu 1 bulan. Sebelum dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi.

(65)

dalam menghadapi kemiskinan akan oksigen. Sel adalah satuan terkecil dari tubuh manusia. Secara biologis, kehidupan dan kesehatan manusia tergantung pada kehidupan dan kesehatan sel. Tetap bertahan dalam kemiskinan oksigen, maka fungsi sel-sel menjadi semakin baik dalam keadaan oksigen normal. Dalam latihan senam pernapasan, sel-sel itu dipuasakan dari oksigen selama melakukan jurus yaitu 30-45 detik. Dengan demikian dari sudut ilmu faal dapat dikemukakan bahwa manipulasi oksigen yakni membuat sel-sel tubuh kekurangan akan oksigen adalah cara yang sangat fisiologis untuk merangsang sel-sel tubuh meningkatkan dirinya (Nugroho, 2006). Padmawinata (2001) menyatakan bahwa aktifitas fisik secara teratur dapat mencegah ataupun menangani hipertensi. Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, memampukan individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondioksida. Individu yang melakukan aktivitas fisik 3 sampai 4 kali dalam satu minggu selama 20 hingga 40 menit memiliki frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah dan mengalami penurunan kolesterol serta mengalami peningkatan aliran darah dan menggunakan lebih banyak oksigen akibat kerja otot. Individu yang melakukan aktivitas fisik sepenuhnya akan meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 10% sampai 20% karena latihan fisik menyebabkan peningkatan curah jantung dan efesiensi otot miokard (Potter & Perry, 2005).

(66)

secara khusus mengubah atau membalik sistem pernapasan biasa menjadi sistem pernapasan perut. Sistem pernapasan perut yang dilakukan dengan halus dan lembut penuh perasaan, untuk mengolah sumber-sumber energi dari alam, diserap bersamaan waktu bernapas agar terbentuk suatu pusat pemasok energi yang kuat, nantinya berguna untuk mengolah makanan dan minuman dalam metabolisme tubuh dan lebih besar untuk aktivitas, serta sebagai penangkal dan penyembuh organ yang sakit dalam tubuh (Nugroho, 2006). Pernafasan yang benar ialah dengan mengendurkan otot lambung, menghirup perlahan-lahan melalui hidung, dan memasukkan udara sampai rasanya bagian bawah lambung terisi penuh oleh udara. Kemudian berhentilah sebentar sebelum menghembuskan napas melalui mulut (Wordpress.com, 2008). Penahanan napas dapat meningkatkan jumlah Hb dalam darah dan penurunan jumlah oksigen dalam jaringan tubuh, yang menyebabkan meningkatkan keasaman jaringan tubuh. Cairan jaringan yang asam ini merangsang pembuluh pembuluh kapiler dan pembuluh darah untuk melebar sehingga jumlah darah yang mengalir lebih banyak. Pelebaran pembuluh darah berpengaruh terhadap tekanan darah yaitu memperkecil hambatan terhadap aliran darah, sehingga tekanan darah cenderung menjadi normal (Fadhil, 2009)

(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian pra eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Cabang Medan. Proses pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan mulai tanggal 27 Pebruari 2011 sampai 27 Maret 2011. Pengumpulan data diawali dengan mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian tindakan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi dengan skala mmHg. Pengolahan data dengan menggunakan program komputer dengan Uji Wilcoxon.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara dalam waktu 120 menit setiap kali olahraga pernafasan Satria Nusantara dengan frekuensi 3-4 kali setiap minggu selama 1 bulan (sistolik: p=0.001, mean difference=12.50; diastolik: p=0.002, mean difference=12.50).

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi derajat tekanan darah menurut The Sixth Report of The Joint
Tabel 2.  Karakteristik Demografi Responden
Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pre dan Post Olahraga

Referensi

Dokumen terkait