• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil dan Pembahasan

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai bagaimana keefektifan olahraga pernafasan Satria Nusantara terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2.1 Karakteristik Demografi Responden

Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 25-60 tahun dimana lebih dari tiga per empat responden berada pada rentang usia dewasa tengah yaitu 40-64 tahun (83.3%, n=10) dan memiliki nilai Mean=52.42, SD=10.184, dan min-max= 29-65 (Tabel 2).

Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi banyak terjadi pada rentang usia seperti pada data demografi responden. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuswardhani (2006) yang mengatakan bahwa penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Armilawaty, Amalia, Amiruddin (2007) yang mengatakan bahwa

yaitu cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia 60 tahun ke atas. Hayens, Leenen, & Soetrisno, (2003) juga mengatakan bahwa tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia.

Berdasarkan jenis kelamin dari seluruh responden pada penelitian ini, jumlah responden laki-laki sama dengan perempuan 50% (n=6) (Tabel 2). Berdasarkan hasil penelitian Undari (2006) bahwa laki-laki memiliki resiko empat kali lipat menderita hipertensi dibanding perempuan. Namun berdasarkan Padmawinata (2001) tidak terdapat bukti nyata tentang perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita. Tetapi pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi dan perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua, perbedaan itu menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik. Berdasarkan WHO (1998), klasifikasi rentang Indeks Massa Tubuh (IMT) dibagi atas enam kelas, yang diperoleh dari Berat Badan (kg) dibagi Tinggi Badan (m2), maka lebih dari setengah responden memiliki IMT normal dan lebih dari sepertiga memiliki IMT lebih dari normal. Hal ini kurang sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Azwar (2004) bahwa kegemukan salah satu faktor resiko hipertensi. Palmer & Williams (2007) mengatakan bahwa semakin tinggi tekanan berat badan semakin tinggi pula tekanan darah. Menurut Linder (2004) masih menjadi perdebatan kontroversi tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup terhadap terjadinya penyakit kardiovaskular.

2.2 Tekanan Darah Responden Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Penelitian ini mendapatkan data awal dari pengukuran tekanan darah responden dimana untuk tekanan sistolik, responden lebih banyak berada pada klasifikasi hipertensi ringan dan untuk tekanan diastolik, responden lebih banyak berada pada klasifikasi hipertensi sedang. Hal ini didukung oleh karakteristik demografi responden dimana 83.3% responden berada pada usia dewasa tengah (40-64 tahun). Menurut Perry & Potter (2005), tekanan darah dewasa meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun (Palmer & Williams, 2007). Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), 58.3% responden berada pada rentang normal sehingga tidak menjadi faktor pemberat yang mempengaruhi tekanan darah responden. Berdasarkan suku, 25% responden merupakan suku Jawa, Mandailing, dan Minang. Hal ini terkait dengan makanan yang dikonsumsi adalah makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol (Admin, 2007).

Hal ini sesuai dengan pendapat Armilawaty, Amalia, Amiruddin (2007) yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi di Indonesia diperkirakan sebanyak 15 juta kasus (17-21% dari populasi) dengan prevalensi 68,4% termasuk hipertensi ringan, 28,1% hipertensi sedang, dan 3,5% hipertensi berat.

Setelah dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara, terjadi penurunan tekanan darah pada responden. Hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai rata-rata tekanan sistolik dan diastolik dimana mean sebelum intervensi bernilai 147.50 mmHg turun menjadi 135.00 mmHg setelah intervensi untuk

sistolik dan untuk diastolik, mean turun dari 101.67 sebelum intervensi menjadi 89.17 setelah intervensi (Tabel 3) . Hal ini sesuai dengan pendapat Hayens, Leenen, & Soetrisno (2003) bahwa insiden hipertensi 20 hingga 40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam perminggu daripada mereka yang kurang aktif. Latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg (Radmarssy, 2007).

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah harian responden, tidak terdapat batasan waktu untuk menentukan kapan tekanan darah responden stabil yaitu tidak mengalami peningkatan atau penurunan tekanan darah. Hal ini terkait dengan kemampuan responden dalam melakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara terutama dalam olah nafas. Pernafasan dengan ritme teratur, pelan, dan dalam akan memberi pengaruh terhadap stabilitas fungsi saraf otonom dengan semakin meningkatnya fungsi saraf parasimpatik yang berhubungan erat dengan anabolisme. Anabolisme yaitu metabolisme yang bersifat membangun, yang mengarah kepada perbaikan-perbaikan terhadap kerusakan jaringan dan gangguan fungsional. Penghambatan fungsi sistem jantung-pembuluh darah yang cenderung menyebabkan melambatnya denyut jantung dan melemasnya pembuluh darah, khususnya arterioale sehingga menyebabkan tekanan darah menurun (Maryanto, 2008).

2.3 Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Olahraga Pernafasan Satria Nusantara

Pada penelitian ini dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara dalam waktu 120 menit/ sesi setiap 3 kali/ minggu dalam waktu 1 bulan. Sebelum dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi.

Dari hasil penelitian setelah dilakukan olahraga pernafasan Satria Nusantara terdapat penurunan tekanan darah yang bermakna. Tekanan darah sistoliknya memiliki mean difference=12.50 dengan level of significancy= 0.001, dan tekanan darah diastolik memiliki mean difference=12.50 dengan level of significancy= 0.002 (Tabel 4). Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok intervensi pre dan post olahraga pernafasan Satria Nusantara memiliki perbedaan yang signifikan atau bermakna karena nilai significancy yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 (p<0.05) dan terdapat penurunan tekanan darah rata-rata sebelum dan setelah intervensi sebesar 12.50 mmHg untuk sistolik dan diastolik. Hal ini sesuai dengan pendapat Radmarssy (2007) bahwa latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg. Secara fisiologis senam pernapasan dengan menahan dan menekan napas di bawah perut sambil bergerak menyebabkan keadaan hipoksik (kekurangan oksigen) pada paru, berlanjut ke darah dan berakhir pada seluruh sel jaringan tubuh, terutama pada sel-sel otot yang aktif, sehingga akan melatih dan merangsang seluruh sel tubuh melalui mekanisme hipoksia agar tetap bertahan

dalam menghadapi kemiskinan akan oksigen. Sel adalah satuan terkecil dari tubuh manusia. Secara biologis, kehidupan dan kesehatan manusia tergantung pada kehidupan dan kesehatan sel. Tetap bertahan dalam kemiskinan oksigen, maka fungsi sel-sel menjadi semakin baik dalam keadaan oksigen normal. Dalam latihan senam pernapasan, sel-sel itu dipuasakan dari oksigen selama melakukan jurus yaitu 30-45 detik. Dengan demikian dari sudut ilmu faal dapat dikemukakan bahwa manipulasi oksigen yakni membuat sel-sel tubuh kekurangan akan oksigen adalah cara yang sangat fisiologis untuk merangsang sel-sel tubuh meningkatkan dirinya (Nugroho, 2006). Padmawinata (2001) menyatakan bahwa aktifitas fisik secara teratur dapat mencegah ataupun menangani hipertensi. Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, memampukan individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondioksida. Individu yang melakukan aktivitas fisik 3 sampai 4 kali dalam satu minggu selama 20 hingga 40 menit memiliki frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah dan mengalami penurunan kolesterol serta mengalami peningkatan aliran darah dan menggunakan lebih banyak oksigen akibat kerja otot. Individu yang melakukan aktivitas fisik sepenuhnya akan meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 10% sampai 20% karena latihan fisik menyebabkan peningkatan curah jantung dan efesiensi otot miokard (Potter & Perry, 2005).

Penatalaksanaan hipertensi dengan olahraga pernafasan Satria Nusantara merupakan salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah dengan mengelola stresor dengan baik untuk menjaga dan mengembalikan kehomeostatis (Maryanto, 1990). Senam pernapasan memang mengutamakan olah napas yang

secara khusus mengubah atau membalik sistem pernapasan biasa menjadi sistem pernapasan perut. Sistem pernapasan perut yang dilakukan dengan halus dan lembut penuh perasaan, untuk mengolah sumber-sumber energi dari alam, diserap bersamaan waktu bernapas agar terbentuk suatu pusat pemasok energi yang kuat, nantinya berguna untuk mengolah makanan dan minuman dalam metabolisme tubuh dan lebih besar untuk aktivitas, serta sebagai penangkal dan penyembuh organ yang sakit dalam tubuh (Nugroho, 2006). Pernafasan yang benar ialah dengan mengendurkan otot lambung, menghirup perlahan-lahan melalui hidung, dan memasukkan udara sampai rasanya bagian bawah lambung terisi penuh oleh udara. Kemudian berhentilah sebentar sebelum menghembuskan napas melalui mulut (Wordpress.com, 2008). Penahanan napas dapat meningkatkan jumlah Hb dalam darah dan penurunan jumlah oksigen dalam jaringan tubuh, yang menyebabkan meningkatkan keasaman jaringan tubuh. Cairan jaringan yang asam ini merangsang pembuluh pembuluh kapiler dan pembuluh darah untuk melebar sehingga jumlah darah yang mengalir lebih banyak. Pelebaran pembuluh darah berpengaruh terhadap tekanan darah yaitu memperkecil hambatan terhadap aliran darah, sehingga tekanan darah cenderung menjadi normal (Fadhil, 2009)

Dengan adanya penurunan tekanan darah yang bermakna, maka dapat disimpulkan bahwa olahraga pernafasan Satria Nusantara efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Dokumen terkait