• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.10 Pembahasan

a. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari siswi dalam rentang usia 14 sampai 17 tahun. Responden dengan jumlah terbanyak, yaitu responden dengan usia 15 tahun, yaitu sebanyak 30 orang (40%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sarwono (2006) yang mengatakan bahwa gangguan pada siklus menstruasi 75% dialami oleh banyak wanita pada tahap remaja akhir, yaitu kisaran usia 15-18 tahun (Sarwono, 2006).

Sebagian besar responden memiliki status gizi normal, yaitu sebanyak 51 orang (68%). Terdapat 15 responden (20%) dengan status gizi kurus dan 9 responden (12%) dengan status gizi gemuk. Angka ini menunjukkan bahwa secara umum status gizi responden adalah baik.

Supriasa (2002) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pengetahuan terhadap gizi, budaya, dan ketersediaan bahan makanan.

Lokasi penelitian ini adalah SMA St. Thomas 2 Medan yang terletak di pusat kota Medan, dimana tidak terdapat permasalahan terhadap ketersediaan bahan makanan. Sekolah ini juga merupakan sekolah kalangan menengah ke atas dengan pendapatan orang tua masing-masing siwa yang cukup memadai sehingga tidak terdapat masalah dalam pemenuhan zat gizi, malah terdapat kecenderungan pemenuhan kebutuhan gizi yang berlebihan.

Untuk masalah keteraturan siklus menstruasi, didapatkan dari penelitian ini sebanyak 40 responden (53,3%) mengalami siklus menstruasi yang teratur dan 35 responden (46,7%) mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.

Semua responden sudah memenuhi kriteria inklusi, termasuk batasan yang boleh menjadi responden dalam penelitian ini adalah sampel yang sudah mengalami menstruasi selama lebih dari dua tahun. Diharapkan dari kriteria tersebut responden sudah memiliki siklus menstruasi yang teratur.

b. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Tabel 5.6 menunjukkan hubungan antara status gizi responden dengan keteraturan siklus menstruasi responden. Dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 33 orang (27,2%), sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus menstruasi yang tidak teratur sebanyak 17 orang (11,2%). Hal ini disebabkankarena status gizi yang baik dapat mempertahankan siklus ovulatorik yang normal (Coad, 2007).

Hasil uji hipotesis, yaitu hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi menunjukkan terdapat hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ayudhia (2011) yang meneliti tentang hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Dalam penelitiannya, Ayudhia memperoleh adanya hubungan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,003 dan juga sejalan dengan hasil penelitian Dahliansyah (2007) yang meneliti hubungan indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh terhadap usia menarche dan keteraturan siklus menstruasi. Dahliansyah menyebutkan terdapatnya hubungan yang signifikan dikarenakan adanya pengaruh lemak terhadap pembentukan hormon estrogen. Dengan kandungan lemak yang banyak akan menyebabkan produksi hormon estrogen juga meningkat dan akan mempengaruhi pematangan folikel serta mempengaruhi siklus menstruasi yang terjadi.

Penelitian lainnya, yaitu Rakhmawati (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,037. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi 1,89 kali lebih besar dari wanita dengan status gizi yang normal. Hal ini dikaitkan dengan kandungan estrogen. Diketahui bahwa wanita dengan obesitas umumnya memiliki kadar estrogen yang relatif tinggi, menyebabkan gangguan pada perkembangan folikel yang akan mempengaruhi siklus menstruasi dan menimbulkan risiko ketidakteraturan siklus mentruasi.

c. Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal dan siklus menstruasi yang tidak teratur adalah sebanyak 18 orang (23,8%), sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 7 responden (12, 8%). Hal ini dapat dsebabkan oleh karena adanya keterlibatan faktor-faktor lain, seperti kondisi fisik, gaya hidup, stress, usia, psikis, dan status aktivitas dan olahraga responden.

Stress sendiri ternyata mempunyai hubungan dengan keteraturan siklus menstruasi dan hubungan yang ditunjukkan sangat signifikan, yaitu 0,001, seperti terlihat pada Tabel 5.7.

Stress dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stress memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon Gonadotropine

Releasing Hormone (GnRH) yang akan menyebabkan fluktuasi kadar hormon

FSH dan LH sehingga terjadi proses proliferasi dan sekresi yang memanjang atau memendek dan menyebabkan siklus menstruasi memanjang atau memendek. Hal ini sesuai dengan penelitian Asniya Rakhmawati (2012) yang menyatakan bahwa risiko responden untuk mengalami gangguan siklus menstruasi, termasuk ketidakteraturan siklus menstruasi pada responden yang mengalami stress meningkat dua kali dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stress.

Penelitian lain, yaitu yang dilakukan Nur’aini (2011) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara stress dan keteraturan siklus menstruasi akibat proses fluktuasi hormonal yang terjadi karena stress. Menurut Duchesne (2013), hubungan stress dan keteraturan siklus menstruasi juga diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dalam tubuh.

d. Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Faktor lainnya yang dinilai dalam penelitian ini, yaitu olahraga yang teratur tidak menunjukkan adanya hubungan dengan keteraturan siklus menstruasi seperti pada tabel 5.11.

Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa aktivitas reguler, seperti olahraga secara teratur, misalnya pada atlet dapat mempengaruhi kelancaran siklus menstruasi melalui pengaktifan jalur hormonal tertentu yang mekanismenya belum dapat diketahui dengan pasti (Sogi, 2011).

Hal tersebut terlihat seperti pada penelitian Asmarani (2010) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara olahraga teratur dengan keteraturan siklus menstruasi para atlet. Olahraga teratur pada penelitian Asmarani (2010) memiliki indikator durasi, frekuensi, dan jenis olahraga (atletik dan non atletik). Indikator frekuensi olahraga, yaitu dengan rerata 6 kali dalam 1 minggu dan durasi olahraga rerata 2 jam dan tidak dijumpai hubungan bermakna antara jenis olahraga dengan keteraturan siklus menstruasi.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmarani. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi frekuensi olahraga hanya 3-4 kali dalam 1 minggu dengan durasi 30-45 menit. Perbedaan indikator tersebut merupakan alasan perbedaan pada hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.

Penelitian lain, yaitu yang dilakukan oleh Dayanti (2004) pada siswi kelas II SMP 1 Galur Kab. Kulon Progo mengatakan bahwa terdapat hubungan olahraga teratur dengan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,006. Indikator untuk menentukan olahraga teratur pada penelitian Dayanti (2004) sama dengan indikator olahraga teratur pada penelitian ini. Tetapi dalam analisa selanjutnya dikatakan bahwa hubungan yang ditunjukkan adalah olahraga teratur sebagai faktor protektif dan bukan sebagai faktor risiko.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sianipar et al (2009) yang mengatakan bahwa olahraga dengan intensitas ringan akan mengurangi risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi, sedangkan olahraga intensitas berat akan menimbulkan risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi. Namun dalam penjelasan selanjutnya dikatakan bahwa belum ada batasan yang tegas antara olahraga dengan intensitas berat dan ringan, sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Dokumen terkait