HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI
SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014
OLEH: RANI LESTARI B.
110100128
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI
SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH: RANI LESTARI B.
110100128
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Gangguan terhadap keteraturan siklus menstruasi merupakan masalah kedua terbanyak dalam temuan gangguan siklus menstruasi dengan prevalensi sebesar 31,2 %. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh gangguan produksi hormon estrogen. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produksi hormon estrogen dan secara langsung akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi, diantaranya yaitu status gizi, stress, dan olahraga teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang. Sampel adalah siswi SMA St. Thomas 2 Medan yang sudah mengalami menstruasi lebih dari dua tahun dan dipilih secara simple random sampling. Data tentang status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh, data tentang stress dan olahraga teratur diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan data tentang siklus menstruasi diperoleh melalui pengisian kuesioner mengenai riwayat siklus menstruasi selama tiga bulan terakhir. Selanjutnya data diolah dengan bantuan program komputer dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004 dan ditemui juga hubungan yang signifikan antara faktor stress dengan nilai p sebesar 0,001, sedangkan untuk faktor olahraga yang teratur tidak dijumpai adanya hubungan.
ABSTRACT
Menstrual irregularity is the second problem that common among menstrual disorder with the prevalence around 31,2%. That problem caused by the disturbance of estrogen production. There are so many factors that affected the production of estrogen, such as nutritional status, stress, and regular exercise. This study is aimed to know about the factors which are influence the menstrual cycle regularity.
This study was analytic study and used cross sectional design with 75 sample. The sample were female students of Saint Thomas 2 Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years and they were choosen by simple random sampling. Data about nutritional status were obtained by measure of body mass index, data about stress and exercise regularity were obtained from the questionnare, while data about menstruation cycle regularities were obtained from the questionnare about last of three menstruation cycle. Then, all of the data were analyzed by computer program and used Chi Square test.
This study resulted that there was a significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity with p value 0,004 and a significant correlation between stress and menstrual cycle regularity too, with p value 0,001, while there was no correlation between regular exercise with menstrual cycle regularity.
Key words : Nutritional Status, Menstrual Cycle Regularity, Stress, Regular
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana kedokteran dengan baik dan
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
tidak lepas dari bantuan banyak pihak, baik berupa bimbingan, dorongan, dan
nasihat-nasihat. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima
kasih kepada berbagai pihak, yaitu :
1. Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,
Sp.PD, KGEH atas kesempatan yang diberikan untuk mengenal dan mempelajari
proses penulisan Karya Tulis Ilmiah.
2. Dr. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing. Penulis
mengucapkan terima kasih banyak atas bimbingannya selama penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini. Terimakasih atas nasihat, saran, dan motivasi dalam penyelesaian
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK selaku dosen penguji I. Penulis
mengucapkan terima kasih banyak atas kritik dan saran yang diberikan kepada
penulis sejak pembuatan proposal hingga seminar hasil penelitian sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih atas kesediaan
waktunya dalam setiap seminar, baik seminar proposal maupun seminar hasil
penelitian.
4. dr. H.R. Yusa Herwanto, Sp.THT-KL, M.Ked (ORL-HNS) selaku
dosen penguji II. Penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang
diberikan dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih juga atas
kesediaan waktunya dalam setiap seminar, baik seminar proposal maupun seminar
5. Drs. Nelson Nababan, M.Si selaku Kepala Sekolah SMA St. Thomas 2
Medan. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas izin yang diberikan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di tempat tersebut dengan
lancar.Terima kasih atas motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat dengan
bersemangat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Adik-adik responden, siswi SMA St. Thomas 2 Medan. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaannya menjadi responden dalam
penelitian ini. Terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk terlibat
dalam penelitian ini.
7. Orang Tua dan Adik-adik yang terkasih. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada kedua orangtua penulis dan kepada kedua adik penulis atas
dukungan, bimbingan, bantuan yang diberikan selama proses penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini. Terima kasih atas segala doa yang tulus yang dikirimkan demi
kelancaran penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman Fakultas Kedokteran USU angkatan 2011. Penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan, motivasi, dan bantuan yang diberikan
teman-teman seperjuangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih
atas kritik dan saran yang diberikan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam Karya
Tulis Ilmiah ini. Untuk itu penulis berharap pemberian saran dan kritik yang
membangun terhadap peningkatan dan perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini dari
DAFTAR ISI
LEMBARPENGESAHAN………..i
ABSTRAK ……….. ii
ABSTRACT ……… iii
KATAPENGANTAR ………... iv
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……….. ix
DAFTAR GAMBAR ………. x
DAFTARSINGKATAN ……… xi
BAB 1 PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………... 4
1.4 Manfaat Penelitian ………... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. 5
2.1 Definisi Siklus Menstruasi ……….. 5
2.2 Fisiologi Menstruasi ………. 5
2.3 Keteraturan Siklus Menstruasi ………. 9
2.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi ……… 9
2.4.1Status Gizi ……… 9
2.4.2Stress ………. 12
2.4.3Olahraga Teratur ………... 12
2.4.4Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Reproduksi .. 13
2.4.5Merokok ………. 13
2.4.6Kelainan Genetik ……… 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL… 15
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ………... 15
3.2 Definisi Operasional ……… 15
3.3 Hipotesis ……….. 19
BAB 4 METODE PENELITIAN ……… 20
4.1 Jenis Penelitian ……….. 20
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………... 20
4.3 Populasi dan Sampel ………. 20
4.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 22
4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 22
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……… 24
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 24
5.2Karakteristik Responden ……….. 24
5.3 Data Status Gizi ……… 25
5.4 Data tentang Faktor Stress ……… 26
5.5 Data tentang Olahraga Teratur ………. 27
5.6 Data tentang Keteraturan Siklus Menstruasi ……… 27
5.7 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi … 28 5.8 Hubungan Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ………. 29
5.9 Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ……….. 30
5.10 Pembahasan ……… 31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 35
6.1 Kesimpulan ………. 35
DAFTAR PUSTAKA……… 37
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan 12 WHO (2004)
2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan 12 Departemen Kesehatan Repubik Indonesia (2005)
5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden berdasarkan 29 Kelas dan Usia
5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 30
5.3 Distribusi Frekuensi Status Stress Responden 30
5.4 Distribusi Frekuensi Status Olahraga Responden 31
5.5 Distribusi Frekuensi Keteraturan Siklus Menstruasi 31 Responden
5.6 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus 32 Menstruasi Responden
5.7 Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus 33 Menstruasi Responden
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme umpan balik hormon-hormon 14
yang berperan dalam siklus menstruasi
Gambar 2.2 Perubahan struktur dan hormonal selama siklus 16
Menstruasi
DAFTAR SINGKATAN
IMT Indeks Massa Tubuh
WHO World Health Organization
GnRH Gonadotropin Releasing Hormone
LH Luteinizing Hormone
FSH Follicle Stimulating Hormone
ABSTRAK
Gangguan terhadap keteraturan siklus menstruasi merupakan masalah kedua terbanyak dalam temuan gangguan siklus menstruasi dengan prevalensi sebesar 31,2 %. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh gangguan produksi hormon estrogen. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produksi hormon estrogen dan secara langsung akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi, diantaranya yaitu status gizi, stress, dan olahraga teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang. Sampel adalah siswi SMA St. Thomas 2 Medan yang sudah mengalami menstruasi lebih dari dua tahun dan dipilih secara simple random sampling. Data tentang status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh, data tentang stress dan olahraga teratur diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan data tentang siklus menstruasi diperoleh melalui pengisian kuesioner mengenai riwayat siklus menstruasi selama tiga bulan terakhir. Selanjutnya data diolah dengan bantuan program komputer dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004 dan ditemui juga hubungan yang signifikan antara faktor stress dengan nilai p sebesar 0,001, sedangkan untuk faktor olahraga yang teratur tidak dijumpai adanya hubungan.
ABSTRACT
Menstrual irregularity is the second problem that common among menstrual disorder with the prevalence around 31,2%. That problem caused by the disturbance of estrogen production. There are so many factors that affected the production of estrogen, such as nutritional status, stress, and regular exercise. This study is aimed to know about the factors which are influence the menstrual cycle regularity.
This study was analytic study and used cross sectional design with 75 sample. The sample were female students of Saint Thomas 2 Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years and they were choosen by simple random sampling. Data about nutritional status were obtained by measure of body mass index, data about stress and exercise regularity were obtained from the questionnare, while data about menstruation cycle regularities were obtained from the questionnare about last of three menstruation cycle. Then, all of the data were analyzed by computer program and used Chi Square test.
This study resulted that there was a significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity with p value 0,004 and a significant correlation between stress and menstrual cycle regularity too, with p value 0,001, while there was no correlation between regular exercise with menstrual cycle regularity.
Key words : Nutritional Status, Menstrual Cycle Regularity, Stress, Regular
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap remaja khususnya wanita normal selalu mengalami masa pubertas,
yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai
kira-kira pada umur 8-14 tahun dengan ciri-ciri pertumbuhan yang cepat dan
timbulnya ciri-ciri kelompok sekunder, salah satunya adalah menstruasi (Arief et.
al, 2007). Menstruasi didefinisikan sebagai perdarahan secara periodik dan siklik
dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005).
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akan membentuk siklus
menstruasi (Cunningham, 2005).
Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus
menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas biasanya
berlangsung selama kurang lebih 7 hari.Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc (Bobak, 2005). Adanya perubahan dan
gangguan dalam siklus menstruasi merupakan indikator penting yang
menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan risiko berbagai macam penyakit, seperti kanker rahim dan
payudara, infertilitas, dan fraktur tulang (Rakhmawati, 2012). Selain itu,
gangguan-gangguan dalam siklus menstruasi termasuk ketidakteraturan siklus
menstruasi dapat menimbulkan masalah sosial, yaitu kecemasan yang apabila
berkepanjangan dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita (Dars et al,
2014).
Penelitian Cakir M et al (2007) menjelaskan temuangangguan siklus
menstruasi dengan prevalensi terbesar adalah dismenorea (89,5%), diikuti
ketidakteraturan siklus menstruasi (31,2 %), dan perpanjangan durasi menstruasi
(5,3%). Gangguan menstruasi ini 75% dialami oleh banyak wanita pada tahap
Sheldon (1990) dalam Pratiwi (2011) menyatakan hasil penelitian
terhadap 4000 wanita remaja, ternyata hanya 3% diantaranya yang mempunyai
siklus menstruasi yang teratur. Hampir semua wanita mengalami siklus
menstruasi yang kurang teratur dari bulan yang satu ke bulan yang lain. Penelitian
Dars et al (2014) menyatakan bahwa setelah 3 tahun menstruasi pertama, 60-80%
wanita akan mengalami perpanjangan siklus menstruasi.
Siklus menstruasi merupakan proses kompleks yang mencakup
reproduktif dan endokrin yang berangkai secara kompleks dan saling
mempengaruhi dan dalam prosesnya terdapat pengaruh besar hormon. Salah
satunya adalah peranan hormon estrogen yang sangat signifikan, sehingga segala
keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan
mempengaruhi siklus menstruasi yang normal (Prawirohardjo, 2005).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi estrogen dan
menyebabkan gangguan keteraturan siklus menstruasi adalah status gizi, faktor
stress, olahraga teratur, kelainan genetik, merokok, dan mengkonsumsi
obat-obatan (Sogi, 2011).
Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
estrogen dan keteraturan siklus menstruasi. Estrogen sebagai peran kunci dalam
proses menstruasi dihasilkan di ovarium dan juga pada jaringan adiposa (Pratiwi,
2011).
Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi status gizi
berlebih pada remaja meningkat tajam secara global. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, masalah status gizi yang
mendominasi pada remaja kelompok umur 16-18 tahun adalah masalah status gizi
berlebih. Selain itu, masalah gizi kurang juga masih dapat ditemui pada wanita
akibat adanya persepsi dan kekhawatiran bentuk tubuh serta pengaruh
perkembangan zaman dan peristiwa globalisasi (Depkes RI, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa dokter spesialis obstetrik dan
ginekologi dan kedokteran komunitas Universitas Indonesia yang dipublikasi di
Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59, 6 Juli 2009 dengan judul Prevalensi
Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur mengatakan bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi.
Walaupun demikian, didapati dari penelitian tersebut siswi dengan gangguan
siklus menstruasi memiliki Indeks Massa Tubuh rerata yang lebih tinggi (IMT =
22,3) dibandingkan siswi yang tidak mengalami gangguan dalam siklus
menstruasi (IMT = 20,8), tetapi pada analisis selanjutnya tidak didapatkan pola
khusus hubungan antara IMT dengan gangguan siklus menstruasi.
Faktor lain, yaitu faktor stress merupakan suatu ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Keadaan stress
sendiri akan mempengaruhi produksi kortisol yang nantinya akan mempengaruhi
produksi hormon sex, terutama hormon estrogen pada wanita (Sherwood, 2009).
Penelitian tentang hubungan stress dan gangguan dalam siklus menstruasi
pernah dilakukan oleh Rakhmawati (2011) dan diketahui bahwa risiko gangguan
keteraturan siklus menstruasi pada wanita dengan stress meningkat dua kali
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami stress.
Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa aktivitas reguler, seperti
olahraga secara teratur pada atlet, juga dapat mempengaruhi kelancaran siklus
menstruasi. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar hormon yang signifikan
yang masih belum diketahui dengan jelas mekanismenya. Penelitian tentang
hubungan olahraga teratur dengan keteraturan siklus menstruasi juga belum
banyak dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi pada
siswi SMA St. Thomas 2 Medan. Peneliti memilih tempat penelitian di SMA St.
Thomas 2 Medan karena belum pernah ada penelitian seperti ini dilakukan di
sekolah tersebut dan peneliti melihat banyaknya variasi status gizi dan banyaknya
masalah gangguan keteraturan siklus menstruasi di kalangan siswi SMA St.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian analitik untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keteraturan siklus
menstruasi.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melihat hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.
1.3.2 Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi
pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor stress dengan keteraturan siklus menstruasi
pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan faktor olahraga teratur terhadap keteraturan siklus
menstruasi pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Memberi informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan
siklus menstruasi.
2. Membantu menumbuhkan kesadaran, terutama bagi para remaja untuk lebih
memperhatikan status gizi, status stress, dan kebiasaan olahraga.
3. Membantu menumbuhkan kesadaran, terutama bagi para remaja untuk lebih
memperhatikan keteraturan siklus menstruasi.
4. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan status gizi, stress, dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan
siklus menstruasi adalah menstruasi yang berulang setiap bulan yang merupakan
suatuproses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin yang berangkai
secara kompleks dan saling mempengaruhi (Sherwood, 2009).
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan
dinamakan hari pertama siklus (Prawirohardjo, 2005).
Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus
menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas biasanya
berlangsung selama kurang lebih 7 hari.Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc (Bobak, 2005).
Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita dipersiapkan untuk fertilisasi
dan implantasi ovum yang dibebaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan
tidak terjadi, maka siklus akan berulang. Jika pembuahan terjadi, maka siklus
terhenti sementara dan sistem pada wanita tersebut beradaptasi untuk memelihara
dan melindungi makhluk hidup yang baru terbentuk sampai dapat berkembang
menjadi individu yang dapat berkembang di luar lingkungan ibu (Sherwood,
2009).
2.2 Fisiologi Menstruasi
Siklus menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarian axis). Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin
Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Sedangkan ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.
Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi
disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus
(Prawirohardjo, 2005).
Gambar 2.1. Mekanisme umpan balik hormon-hormon yang berperan dalam siklus menstruasi
Siklus menstruasi normal dapat dipahami dengan baik dengan
membaginya atas 2 fase dan 1 saat, yaitu fase folikular, saat ovulasi, dan fase
luteal (Prawirohardjo, 2005).
1. Fase Folikular
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai
berkembang. Pada fase ini, terjadi peningkatan hormon FSH untuk membantu Hipotalamus
GnRH
Hipofisis Anterior
Sel penghasil LH Sel Penghasil FSH
LH FSH
Folikel Ovarium Matang
Kadar Estrogen
Tinggi
perkembangan dan pematangan folikel. Dengan berkembangnya folikel, produksi
estrogen meningkat dan ini akan memberi efek feedback, yaitu penekanan produksi hormon FSH. Hanya folikel dengan lingkungan hormonal tepat untuk
mendorong pematangannya yang berlanjut melewati tahap-tahap awal
perkembangan. Folikel yang lain karena tidak mendapat bantuan hormon akan
mengalami atresia. Pada waktu ini, LH juga meningkat untuk membantu
pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma meningkat secara signifikan. Selama pembentukan folikel,
seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer untuk
digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang
mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium
(Sherwood, 2009).
2. Saat ovulasi
Pada saat ovulasi, kadar estrogen perlahan-lahan meningkat dan kemudian
dengan cepat mencapai puncaknya dan akan menyebabkan lonjakan LH pada
pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan besar dalam
folikel :
a. Hal ini menghentikan sintesis estrogen oleh sel folikel.
b. Hal ini memicu kembali meiosis di oosit folikel yang sedang berkembang.
c. Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal yang akan memicu
ovulasi dengan mendorong perubahan vaskular yang menyebabkan
pembengkakan cepat folikel dan menginduksi digesti enzimatik dinding folikel
yang akan menyebabkan pecahnya dinding folikel yang menutupi tonjolan
folikel.
d. Hal ini menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel luteal.
Lonjakan LH di pertengahan siklus akan mengakhiri fase folikular dan
memulai fase luteal. (Sherwood, 2009).
3. Fase Luteal
Setelah memicu pembentukan korpus luteum, LH merangsang sekresi
berkelanjutan hormon steroid oleh struktur ovarium ini. Di bawah pengaruh LH,
meningkat dan kadar estrogen juga meningkat tetapi tidak sampai mencapai kadar
yang sama ketika fase folikular. Progesteron akan mendominasi fase luteal dan
akan menghambat sekresi LH dan FSH untuk mencegah pematangan folikel baru
dan ovulasi selama fase luteal.
Korpus luteum berfungsi selama kurang lebih dua minggu dan akan
berdegenerasi jika tidak terjadi fertilisasi. Proses degenerasi ini ditandai dengan
berkurangnya kapiler-kapiler darah dan menurunnya sekresi progesteron dan
estrogen. Hilangnya efek inhibisi kedua hormon ini akan memungkinkan sekresi
FSH dan LH kembali meningkat dan akan mempengaruhi kelompok folikel
primer untuk matang kembali dan memulai kembali fase folikular baru.
Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh rangsangan
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang disekresi oleh blastokista yang
tertanam. Hal ini terjadi sampai 9-10 minggu kehamilan dan fungsinya akan
diambil alih oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2005).
2.3 Keteraturan Siklus Menstruasi
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Prawirohardjo, 2005). Panjang
siklus menstruasi mengalami kesalahan ±3 hari karena waktu keluarnya darah dari
ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat. (Winkjosastro,
2007).
Menurut Tarigan (2010) dalam Pratiwi (2011), ketidakteraturan siklus
menstruasi adalah kondisi dimana siklus bervariasi dari bulan ke bulan
Ketidakteraturan siklus menstruasi pada masa-masa awal merupakan suatu hal
yang fisiologis. Baziad (2009) dalam Pratiwi (2011) juga menyatakan bahwa
mungkin saja jarak antar siklus berlangsung selama dua bulan atau mengalami dua
siklus menstruasi dalam satu bulan.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi 2.4.1 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini
merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran berdasarkan pangan yang dikonsumsi (Sunarti,
2004).Menurut Almatsier (2009), status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui penilaian secara langsung dan
tidak langsung (Supriasa, 2002). Secara langsung dapat dilakukan dengan metode
biokimia, biofisik, cara klinis, dan metode antropometri. Sedangkan secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan metode survei konsumsi makanan, statistik
vital, dan faktor ekologi.
Penilaian status gizi untuk dewasa yang lazim digunakan adalah metode
antropometri karena relatif sederhana dan mudah untuk dilakukan. Alat yang
Metode antropometri dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi
badan kemudian menginterpretasikan status gizi dalam bentuk Indeks Massa
Tubuh yang dapat diperoleh dengan rumus :
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m2)
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh yang dikeluarkan oleh WHO untuk
digunakan secara internasional tidak dapat diaplikasikan untuk orang Indonesia
karena kepadatan dan ukuran tulang akan mempengaruhi perhitungan berat badan.
Maka, Departemen Kesehatan mengeluarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh
khusus untuk orang Indonesia (Riyadi, 2010).
Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan WHO (2004)
Klasifikasi IMT
Underweight < 18,50
Berat < 16,00
Sedang 16,00 – 16,99
Ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Overweight ≥ 25,00
Pre-Obese 25,00 – 29,99
Obesitas ≥ 30,00
Obesitas Kelas 1 30,00 – 34,99
Obesitas Kelas 2 35,00 - 39,99
Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Repubik Indonesia (2005)
Kategori IMT
Status Gizi mempunyai peranan penting dalam siklus menstruasi.
Diperlukan paling tidak 22% lemak dan indeks tubuh yang lebih besar dari 19
kg/m2 agar siklus ovulatorik dapat terpelihara dengan normal. (Coad, 2007).
Siklus menstruasi sendiri sangat bergantung pada mekanisme hormonal,
termasuk hormon estrogen yang memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap mekanisme feedback (Prawirohardjo, 2005). Selain dihasilkan di ovarium di bawah kontrol hipotalamus, estrogen juga dapat dihasilkan dari
jaringan lemak. Dengan demikian, produksi estrogen juga bergantung pada berat
badan dan komposisi lemak tubuh (Proverawati, 2009).
Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan
adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon androgen dan estrogen.
Pada wanita dengan obesitas terjadi peningkatan produksi estrogen yang apabila
terjadi secara terus-menerus secara tidak langsung akan menyebabkan
peningkatan hormon androgen yang dapat mengganggu perkembangan folikel
sehingga tidak dapat menghasilkan folikel yang matang (Rakhmawati, 2012).
Waryana (2010) dalam Wahyuni (2012) mengatakan bahwa pada keadaan
gizi kurang atau terbatas juga terjadi gangguan fungsi reproduksi dan perubahan
kadar hormon estrogen yang akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.
underweight umumnya akibat eating disorder, mengalami keterlambatan dalam maturitas seksual dan menyebabkan risiko siklus menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu, sekresi hormon LH yang terganggu akibat penurunan berat badan juga
akan mengganggu siklus dengan menyebabkan pemendekan fase luteal (Coad,
2007).
2.4.2 Stress
Stress merupakan respons nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap
faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kompensasi tubuh
untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, 2009).
Respon utama terhadap rangsangan stress adalah pengaktifan sistem saraf simpatis generalisata dan pengaktifan sistem CRH-ACTH-kortisol (Corticotropin-
releasing hormone-Adenocorticotropik Hormone) (Sherwood, 2009). Stress akan
memicu produksi hormon kortisol yang berlebihan, dimana hormon ini bekerja
mengatur seluruh sistem di dalam tubuh, termasuk sistem reproduksi. Produksi
kortisol yang berlebihan ini akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari korteks
adrenal, terutama hormon estrogen yang nantinya akan mempengaruhi kelancaran
siklus menstruasi dan akan memicu perubahan-perubahan dependen androgen
pada wanita (Duchesne, 2013).
Dalam pengaruhnya terhadap sistem menstruasi, stress melibatkan sistem
neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi
wanita. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pada saat terjadi stress,
terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan aktivasi
saraf otonom yang menyebabkan beberapa perubahan, salah satunya
menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi, yakni siklus menstruasi yang
abnormal (Pinasti et al, 2012).
2.4.3 Olahraga yang teratur
Beberapa penelitian mengatakan bahwa olahraga yang teratur dapat
mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi. Olahraga yang teratur akan
yang akan menyebabkan penekanan sekresi pulsatil GnRH dari hypothalamus.
Penekanan pulsatil GnRH ini juga diyakini akibat penggunaan energi yang
berlebihan yang melebihi pemasukan energi pada orang-orang yang berolahraga
secara teratur. Akibatnya, sekresi LH dan FSH akan berkurang dan membatasi
stimulasi ke ovarium dan produksi estradiol dan mengakibatkan pemanjangan
siklus folikuler dan hilangnya LH peak pada tengah siklus (fase ovulasi) (Dayanti, 2004).
Olahraga memang memberikan banyak keuntungan, tetapi olahraga yang
berlebihan dapat menyababkan gangguan pada siklus menstruasi.
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi, yaitu Gangguan-gangguan keteraturan siklus menstruasi hingga
amenorea (tidak mengalami menstruasi), penipisan tulang (osteoporosis),
perdarahan abnormal, dan infertilitas. Sifat dan tingkat keparahan gejala
tergantung pada beberapa hal, seperti jenis olahraga, intensitas dan durasi
olahraga (Asmarani, 2010).
2.4.4 Penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi
Penyakit reproduksi seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, dan kanker serviks dapat menyebabkan perubahan
kadar hormon sehingga mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi
(Winkjosastro, 2007).
2.4.5 Merokok
Siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih pendek dan lebih
tidak teratur dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (Winkjosastro,
2007).
2.4.6 Kelainan genetik
Kelainan genetik, seperti sindrom cushing, sindrom asherman, sindrom
turner, sindrom testicular feminization dapat menyebabkan terjadinya amenore
2.4.7 Konsumsi obat-obatan
Konsumsi kontrasepsi hormonal atau obat-obatan yang meningkatkan
kadar hormon prolaktin dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi.
Konsumsi obat-obatan jenis ini dapat menyebabkan manipulasi siklus menstruasi
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penulisan karya ilmiah ini, maka kerangka konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut :
V. Independen V. Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2Definisi Operasional 3.2.1 Status Gizi
1. Definisi
Status Gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dapat dinyatakan dengan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT).
2. Cara pengukuran
Cara pengukuran status gizi dalam penelitian ini adalah : Faktor – Faktor yang
mempengaruhi :
- Status Gizi
- Stress
- Olahraga
Teratur
Keteraturan Siklus
a. Metode antropometri, yaitu mengukur tinggi badan dan menimbang berat
badan.
i. Pengukuran berat badan :
1. Mempersilahkan responden naik ke atas timbangan dengan terlebih dahulu
melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala, meletakkan tas, handphone,
dan barang-barang lainnya.
2. Memposisikan responden dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan
menghadap ke depan, membelakangi alat.
3. Melihat dan mencatat berat badan responden dalam kilogram (kg) dengan
tepat.
ii. Pengukuran tinggi badan :
1. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak
kepala (vertex) responden.
2. Melihat dan mencatat tinggi badan responden dalam sentimeter (cm)
dengan tepat
.
b. Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menggunakan rumus: :
IMT=
Berat badan (kg)Tinggi badan (m)2
3. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Timbangan Berat Badan dan Pengukur Tinggi Badan.
Alat yang digunakan sudah diukur reliabilitas dan validitasnya dengan melakukan
kalibrasi setiap pengukuran sampel.
4. Hasil Pengukuran :
a. Status Gizi Normal (IMT 18,5-24,9)
b. Status Gizi Tidak Normal (IMT < 18,5 dan IMT > 25)
(Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen
5. Skala Pengukuran : Ordinal
3.2.2 Faktor Stress
1. Definisi
Stress adalah suatu kondisi tidak menyenangkan akibat tekanan fisik dan psikis
pada seseorang.
2. Cara Pengukuran
Cara penentuan kondisi stress pada responden adalah dengan metode wawancara
menanyakan keadaan stress yang mungkin dialami oleh responden.
3. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas
dan reliabilitasnya oleh peneliti sebelumnya, yaitu Asniya Rakhmawati dari
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, menggunakan kuesioner
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dengan skala penilaian 0-3 dan
jumlah pertanyaan sebanyak 14 pertanyaan.
4. Hasil Ukur :
a. Skor 0-14 : Tidak mengalami stress
b. Skor 15-42 : Mengalami stress
5. Skala Pengukuran : Ordinal
3.2.5 Olahraga Teratur
1. Definisi
Olahraga teratur adalah olahraga yang dilakukan minimal 3 kali setiap minggu
dan dilakukan minimal 30 menit yang telah menjadi rutinitas responden.
2. Cara Pengukuran
Cara penentuan berolahraga teratur adalah dengan metode wawancara untuk
menanyakan riwayat kebiasaan berolahraga responden.
3. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang
4. Hasil Ukur
a. Olahraga teratur : Bila berolahraga ≥ 30 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
b. Olahraga tidak teratur : Bila berolahraga < 30 menit sebanyak 1-2 kali
seminggu.
5. Skala Pengukuran : Nominal
3.2.4 Keteraturan Siklus Menstruasi
1. Definisi
Keteraturan Siklus menstruasiadalah jarak antara tanggal mulainya siklus
menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya yang berada
pada rentang yang sama setiap bulan.
2. Cara pengukuran
Cara penentuan keteraturan siklus menstruasi yaitu dengan metode wawancara,
menanyakan riwayat siklus menstruasi 3 bulan terakhir.
3. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur.
4. Hasil Pengukuran :
a. Siklus menstruasi teratur : Bila responden menjawab jarak antara tanggal
mulainya siklus menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi
berikutnya berada pada rentang yang sama selama 3 bulan berturut-turut.
b. Siklus menstruasi tidak teratur : Bila responden menjawab jarak antara
tanggal mulainya siklus menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus
menstruasi berikutnya tidak berada pada rentang yang sama selama 3 bulan
berturut-turut.
3.2.5 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis, yaitu :
1. Ada hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi.
2. Ada hubungan antara stress dengan keteraturan siklus menstruasi.
3. Ada hubungan antara olahraga teratur dengan keteraturan siklus
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.
Studi cross sectional adalah sebuah studi dimana peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) dengan melakukan
pengukuran sesaat dan dalam studi dengan desain cross sectional ini tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow up (Sastroasmoro, 2013).
4.2 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA St. Thomas 2 Medan, Jl. Letjen S. Parman
No. 107 Medan pada bulan September 2014. Sekolah ini dipilih karena akses yang
relatif mudah dan peneliti melihat banyaknya variasi status gizi yang dapat diteliti.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
4.3.1.1Populasi target
Merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian yang bersifat umum,
yang pada penelitian klinis biasanya ditandai dengan karakteristik demografis dan
karakteristik klinis (Sastroasmoro, 2013). Populasi target dalam penelitian ini
adalah semua remaja putri, khususnya usia 15-18 tahun yang rentan mengalami
ketidakteraturan siklus menstruasi.
4.3.1.2Populasi terjangkau
Merupakan bagian populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti atau
dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA St. Thomas 2 Medan tahun ajaran
2014/2015 yang berjumlah 344 orang.
4.3.2 Sampel
4.3.2.1Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik simple
random sampling yang harus dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam
populasi yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian. Kemudian setiap
subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan teknik undian
(lottery technique), yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang telah dikocok
terlebih dahulu.
4.3.2.2 Perhitungan Besar Sampel
Karena penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross
sectional, maka rumus perhitungan sampel yang digunakan adalah :
n = Z1
2−α/2p(1−p)N
d2(N−1)+ Z12α/2p(1−p)
N adalah jumlah populasi aktual, � adalah interval kepercayaan, biasa
digunakan adalah 0,05, maka berdasarkan tabel Z didapatkan nilai Z1-�/2 adalah
1,96, sehingga pada rumus Z12-�/2 adalah 1,962, sedangkan p adalah proporsi
yang didapatkan dari kepustakaan atau penelitian sebelumnya. Jika nilai p tidak
ditemukan dari literatur atau penelitian sebelumnya, maka dapat dilakukan
maximal estimation dengan p = 0,5. Nilai d adalah limit dari error atau presisi absolut.
Karena jumlah populasi aktual adalah 344 orang dan limit error atau
presisi absolut adalah 0,1, maka setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai n
atau besar sampel minimumnya adalah sebanyak 75 orang. (Lemeshow et al,
4.3.2.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Siswi SMA St. Thomas 2 Medan.
2. Sudah menstruasi lebih dari 2 tahun saat pengambilan data.
3. Bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Hadir saat pengambilan data.
b. Kriteria Eksklusi :
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Menderita penyakit reproduksi, seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, dan kanker serviks yang telah didiagnosa oleh
dokter sebelumnya.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini semua data merupakan data primer. Data tentang
satus gizi diperoleh dengan metode antropometri dan pengelompokan Indeks
Massa Tubuh (IMT) menggunakan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh berdasarkan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005, data tentang stress
diperoleh melalui teknik wawancara dengan kuesioner DAAS 42 yang berisi 14 pertanyaan dan sudah divalidasi oleh peneliti sebelumnya, dan data tentang
olahraga teratur diperoleh melalui teknik wawancara dan kuesioner dengan
pertanyaan yang terstruktur, sedangkan data tentang siklus menstruasi diperoleh
melalui teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner dengan
pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan
atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu.
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data
belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancara
ulang responden.
b. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian
diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.
c. Entri
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam program komputer.
d. Cleaning Data
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving
Proses penyimpanan data untuk siap dianalisis.
f. Analisis Data
4.5.2 Analisa Data
Data hasil penelitian diolah dengan bantuan program komputer dengan
derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
1. Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden
dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisa bivariat digunakan untuk pengujian hipotesis. Semua analisa bivariat
menggunakan uji Chi Square (X2) dengan nilai kemaknaan atau confidence
interval 0,05. Interpretasi hasil pada uji Chi-Square :
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA St. Thomas 2 Medan terletak di Jl. S. Parman No. 107, Kelurahan
Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan dan merupakan salah satu
sekolah swasta berbasis katolik di kota Medan.
Jumlah siswa SMA St. Thomas 2 Medan tahun ajaran 2014/2015 adalah
750 siswa dengan siswa perempuan sebanyak 344 orang dan siswa laki-laki
sebanyak 406 orang yang terbagi dalam 18 kelas, yaitu 6 kelas untuk kelas X, 6
kelas untuk kelas XI, dan 6 kelas untuk kelas XII dengan jurusan masing-masing
IPA dan IPS. Semua tingkatan terdiri dari 4 kelas jurusan IPA dan 2 kelas jurusan
IPS.
SMA St. Thomas 2 Medan merupakan sekolah menengah ke atas dengan
fasilitas cukup memadai, yang terdiri dari empat lantai dan terdapat 18 ruangan
kelas dengan kapasitas 40-50 orang setiap kelas di setiap lantai, ruangan tata
usaha, kantor guru dan kantor kepala sekolah, laboratorium komputer di lantai
dua, ruang multimedia dan ruang UKS di lantai dasar, dan laboratorium biologi
dan kimia di lantai tiga, kantin di belakang sekolah dan lapangan yang cukup luas.
5.2 Karakteristik Responden
Responden atau yang merupakan subjek penelitian ini adalah siswi SMA
St. Thomas 2 Medan yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 siswi dan
dipilih secara simple random sampling.
Distribusi frekuensi jumlah responden berdasarkan kelas dan usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden berdasarkan Kelas dan Usia
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Kelas
X 29 38,7
XI 20 26,7
XII 26 34,7
Usia
14 5 6,7
15 30 40,0
16 22 29,3
17 18 24,0
Jumlah 75 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah
dari kelas X, yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 38,7%, sedangkan berdasarkan
kelompok umur, responden terbanyak adalah siswi yang berusia 15 tahun, yaitu
sebanyak 30 orang atau sebesar 40%.
5.3 Data Status Gizi
Status Gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Dalam penelitian ini, status gizi dinyatakan dalam
indeks massa tubuh (IMT) dan diinterpretasikan sesuai dengan kriteria
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden
Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)
Kurus 15 20,0
Normal 51 68,0
Gemuk 9 12,0
Jumlah 75 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 75 responden,
kebanyakan dengan status gizi yang normal, yaitu sebanyak 51 orang atau sebesar
68% dan sebanyak 24 orang dengan status gizi yang tidak normal atau sebesar
32%.
5.4 Data tentang Faktor Stress
Stress adalah suatu kondisi tidak menyenangkan akibat tekanan fisik dan
psikis pada seseorang.
Kondisi stress diukur dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety
Stress Scale 42 (DASS 42) dengan skala penilaian 0-3 dan jumlah pertanyaan
sebanyak 14 pertanyaan.
Distribusi frekuesi status stress responden tercantum pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Stress Responden
Status Stress Jumlah (n) Persentase (%)
Stress 46 61,3
Tidak Stress 29 38,7
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang mengalami stress
sebanyak 46 orang atau sebesar 69,1%, sedangkan responden yang tidak
mengalami stress sebanyak 29 orang atau sebesar 38,7%.
5.5 Data tentang Olahraga Teratur
Penelitian ini membatasi pengertian olahraga teratur seperti yang didefinisikan oleh WHO, yaituolahraga yang dilakukan minimal 3 kali setiap
minggu dan dilakukan minimal 30 menit yang telah menjadi rutinitas responden.
Tidak ada batasan intensitas olahraga dan jenis olahraga dalam penelitian ini.
Distribusi frekuensi status olahraga responden tercantum dalam tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Olahraga Responden
Status Olahraga Jumlah (n) Persentase (%)
Olahraga Teratur 13 17,3
Olahraga Tidak Teratur 62 82,7
Jumlah 75 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui jumlah responden dengan olahraga
teratur yaitu sebanyak 13 orang atau sebesar 17,3%, sedangkan responden dengan
olahraga tidak teratur sebanyak 62 orang atau sebesar 82,7%.
5.6 Data Keteraturan Siklus Menstruasi
Keteraturan Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya siklus
menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya yang berada
pada rentang yang sama setiap bulan.
Distribusi frekuensi keteraturan siklus menstruasi responden tercantum
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keteraturan Siklus Menstruasi Responden
Siklus Menstruasi Jumlah (n) Persentase (%)
Teratur 40 53,3
Tidak teratur 35 46,7
Jumlah 75 100,0
Tabel di atas menunjukkan responden dengan siklus menstruasi teratur
sebanyak 40 orang atau sebesar 53,3%, sedangkan responden dengan siklus
menstruasi tidak teratur sebanyak 35 orang atau sebesar 46,7%.
5.7 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Penelitianini bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi dan
keteraturan siklus menstruasi. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Responden
Siklus Menstruasi Responden
Status Gizi Responden Teratur Tidak Teratur Jumlah nilai p n (%) n (%) n (%)
Status Gizi Normal 33 44 18 24 51 68
Status Gizi Tidak Normal 7 9,3 17 22,7 24 32 0,004
Jumlah 40 (53,3) 35 (46,7) 75 (100)
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal
dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 33 orang (44%), sedangkan
responden dengan status gizi normal dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak
18 orang (24%).
Selanjutnya responden dengan status gizi tidak normal dan siklus
status gizi tidak normal dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 17 orang
(22,7%).
Hasil uji analisa dengan uji Chi Square dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0,004, yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dan siklus menstruasi.
5.8 Hubungan Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Stress akan mempengaruhi produksi kortisol yang nantinya akan
mempengaruhi produksi hormon sex, terutama hormon estrogen pada wanita yang
akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.
Hubungan faktor stress dengan keteraturan siklus menstruasi tercantum
pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Siklus Menstruasi Responden
Status Stress Responden Teratur Tidak teratur Jumlah nilai p n (%) n (%) n (%)
Stress 16 (21,3) 30 (40,0) 48 (61,3)
Tidak Stress 24 (32) 5 (6,7) 29 (38,7) 0,001
Jumlah 40 (53,3) 35 (46,7) 75 (100)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan stress dan
siklus menstruasi teratur yaitu sebanyak 16 orang (21,3%), sedangkan responden
dengan stress dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 30 orang (40%).
Selanjutnya, responden yang tidak mengalami stress dengan siklus
menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 24 orang (32%), sedangkan responden
yang tidak mengalami stress dengan siklus menstruasi yang tidak teratur adalah
Hasil uji analisa uji Chi Square dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0,001, yang berarti terdapat hubungan antara stress dan keteraturan siklus menstruasi.
5.9 Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Olahraga yang teratur akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi
melalui pengaruhnya terhadap perubahan kadar hormon yang signifikan.
Hubungan status olahraga responden dengan keteraturan siklus menstruasi
ditampilkan dalam tabel 5.8.
Tabel 5.8 Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Siklus Menstruasi Responden
Status Olahraga Responden Teratur Tidak teratur Jumlah nilai p n (%) n (%) n (%)
Olahraga teratur 4 5,3 9 12 13 17,3
Olahraga tidak teratur 36 48 26 34,7 62 82,7 0,073
Jumlah 40 (53,3) 35 (46,7) 75 (100)
Dari tabel di atas, responden dengan olahraga teratur dan siklus menstruasi
yang teratur yaitu sebanyak 4 orang (5,3%), sedangkan responden dengan
olahraga teratur dan siklus menstruasi yang tidak teratur yaitu sebanyak 9 orang
(12%).
Selanjutnya, responden dengan olahraga yang tidak teratur dan siklus
menstruasi yang teratur sebanyak 36 orang (48%), sedangkan responden dengan
olahraga yang tidak teratur dan siklus menstruasi yang tidak teratur ada sebanyak
26 orang (34,7%).
5.10Pembahasan
a. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari siswi dalam rentang usia 14
sampai 17 tahun. Responden dengan jumlah terbanyak, yaitu responden dengan
usia 15 tahun, yaitu sebanyak 30 orang (40%). Hal ini sesuai dengan penelitian
Sarwono (2006) yang mengatakan bahwa gangguan pada siklus menstruasi 75%
dialami oleh banyak wanita pada tahap remaja akhir, yaitu kisaran usia 15-18
tahun (Sarwono, 2006).
Sebagian besar responden memiliki status gizi normal, yaitu sebanyak 51
orang (68%). Terdapat 15 responden (20%) dengan status gizi kurus dan 9
responden (12%) dengan status gizi gemuk. Angka ini menunjukkan bahwa secara
umum status gizi responden adalah baik.
Supriasa (2002) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
status gizi, yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan
dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pengetahuan terhadap gizi, budaya, dan
ketersediaan bahan makanan.
Lokasi penelitian ini adalah SMA St. Thomas 2 Medan yang terletak di
pusat kota Medan, dimana tidak terdapat permasalahan terhadap ketersediaan
bahan makanan. Sekolah ini juga merupakan sekolah kalangan menengah ke atas
dengan pendapatan orang tua masing-masing siwa yang cukup memadai sehingga
tidak terdapat masalah dalam pemenuhan zat gizi, malah terdapat kecenderungan
pemenuhan kebutuhan gizi yang berlebihan.
Untuk masalah keteraturan siklus menstruasi, didapatkan dari penelitian
ini sebanyak 40 responden (53,3%) mengalami siklus menstruasi yang teratur dan
35 responden (46,7%) mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.
Semua responden sudah memenuhi kriteria inklusi, termasuk batasan yang
boleh menjadi responden dalam penelitian ini adalah sampel yang sudah
mengalami menstruasi selama lebih dari dua tahun. Diharapkan dari kriteria
b. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Tabel 5.6 menunjukkan hubungan antara status gizi responden dengan
keteraturan siklus menstruasi responden. Dapat diketahui bahwa responden
dengan status gizi normal dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 33 orang
(27,2%), sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus
menstruasi yang tidak teratur sebanyak 17 orang (11,2%). Hal ini
disebabkankarena status gizi yang baik dapat mempertahankan siklus ovulatorik
yang normal (Coad, 2007).
Hasil uji hipotesis, yaitu hubungan status gizi dan keteraturan siklus
menstruasi menunjukkan terdapat hubungan status gizi dan keteraturan siklus
menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ayudhia (2011) yang meneliti tentang
hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1
Mojolaban. Dalam penelitiannya, Ayudhia memperoleh adanya hubungan antara
status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,003 dan juga sejalan dengan hasil penelitian Dahliansyah (2007) yang meneliti hubungan
indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh terhadap usia menarche dan
keteraturan siklus menstruasi. Dahliansyah menyebutkan terdapatnya hubungan
yang signifikan dikarenakan adanya pengaruh lemak terhadap pembentukan
hormon estrogen. Dengan kandungan lemak yang banyak akan menyebabkan
produksi hormon estrogen juga meningkat dan akan mempengaruhi pematangan
folikel serta mempengaruhi siklus menstruasi yang terjadi.
Penelitian lainnya, yaitu Rakhmawati (2012) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi
dengan nilai p sebesar 0,037. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan keteraturan siklus
menstruasi 1,89 kali lebih besar dari wanita dengan status gizi yang normal. Hal
ini dikaitkan dengan kandungan estrogen. Diketahui bahwa wanita dengan
obesitas umumnya memiliki kadar estrogen yang relatif tinggi, menyebabkan
gangguan pada perkembangan folikel yang akan mempengaruhi siklus menstruasi
c. Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal
dan siklus menstruasi yang tidak teratur adalah sebanyak 18 orang (23,8%),
sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus menstruasi yang
teratur yaitu sebanyak 7 responden (12, 8%). Hal ini dapat dsebabkan oleh karena
adanya keterlibatan faktor-faktor lain, seperti kondisi fisik, gaya hidup, stress,
usia, psikis, dan status aktivitas dan olahraga responden.
Stress sendiri ternyata mempunyai hubungan dengan keteraturan siklus
menstruasi dan hubungan yang ditunjukkan sangat signifikan, yaitu 0,001, seperti
terlihat pada Tabel 5.7.
Stress dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stress
memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon Gonadotropine
Releasing Hormone (GnRH) yang akan menyebabkan fluktuasi kadar hormon
FSH dan LH sehingga terjadi proses proliferasi dan sekresi yang memanjang atau
memendek dan menyebabkan siklus menstruasi memanjang atau memendek. Hal
ini sesuai dengan penelitian Asniya Rakhmawati (2012) yang menyatakan bahwa
risiko responden untuk mengalami gangguan siklus menstruasi, termasuk
ketidakteraturan siklus menstruasi pada responden yang mengalami stress
meningkat dua kali dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stress.
Penelitian lain, yaitu yang dilakukan Nur’aini (2011) juga mengatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara stress dan keteraturan siklus
menstruasi akibat proses fluktuasi hormonal yang terjadi karena stress. Menurut
Duchesne (2013), hubungan stress dan keteraturan siklus menstruasi juga
diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dalam tubuh.
d. Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Faktor lainnya yang dinilai dalam penelitian ini, yaitu olahraga yang
teratur tidak menunjukkan adanya hubungan dengan keteraturan siklus menstruasi
Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa aktivitas reguler, seperti
olahraga secara teratur, misalnya pada atlet dapat mempengaruhi kelancaran
siklus menstruasi melalui pengaktifan jalur hormonal tertentu yang mekanismenya
belum dapat diketahui dengan pasti (Sogi, 2011).
Hal tersebut terlihat seperti pada penelitian Asmarani (2010) yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara olahraga teratur dengan keteraturan
siklus menstruasi para atlet. Olahraga teratur pada penelitian Asmarani (2010)
memiliki indikator durasi, frekuensi, dan jenis olahraga (atletik dan non atletik).
Indikator frekuensi olahraga, yaitu dengan rerata 6 kali dalam 1 minggu dan
durasi olahraga rerata 2 jam dan tidak dijumpai hubungan bermakna antara jenis
olahraga dengan keteraturan siklus menstruasi.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Asmarani. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi frekuensi olahraga hanya 3-4
kali dalam 1 minggu dengan durasi 30-45 menit. Perbedaan indikator tersebut
merupakan alasan perbedaan pada hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
Penelitian lain, yaitu yang dilakukan oleh Dayanti (2004) pada siswi kelas
II SMP 1 Galur Kab. Kulon Progo mengatakan bahwa terdapat hubungan olahraga
teratur dengan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,006.
Indikator untuk menentukan olahraga teratur pada penelitian Dayanti (2004) sama
dengan indikator olahraga teratur pada penelitian ini. Tetapi dalam analisa
selanjutnya dikatakan bahwa hubungan yang ditunjukkan adalah olahraga teratur
sebagai faktor protektif dan bukan sebagai faktor risiko.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sianipar et al (2009) yang mengatakan
bahwa olahraga dengan intensitas ringan akan mengurangi risiko gangguan
keteraturan siklus menstruasi, sedangkan olahraga intensitas berat akan
menimbulkan risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi. Namun dalam
penjelasan selanjutnya dikatakan bahwa belum ada batasan yang tegas antara
olahraga dengan intensitas berat dan ringan, sehingga masih perlu dilakukan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Status Gizi Siswi SMA St. Thomas 2 Medan pada umumnya adalah normal,
yaitu sebanyak 51 responden (68%).
2. Sebanyak 40 responden (53,3%) memiliki siklus menstruasi yang teratur.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus
menstruasi.
4. Stress juga menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap keteraturan siklus
menstruasi, tetapi olahraga teratur tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap
keteraturan siklus menstruasi.
6.2 Saran
1. BagiRemaja
Perlunya edukasi bagi remaja terutama tentang pengenalan
perubahan-perubahan terhadap sistem reproduksi dan diharapkan kesadaran dari para remaja
untuk memperhatikan keteraturan siklus menstruasi setiap bulannya serta
memperhatikan berat badan untuk mencegah terjadi permasalahan khususnya
terhadap keteraturan siklus menstruasi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih baik lagi serta dapat
meneliti hubungan multivariant antar ketiga faktor yang berperan dalam
keteraturan siklus menstruasi, yaitu status gizi, stress, dan olahraga yang teratur
atau dapat melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang ikut terlibat
3. Bagi Tempat Penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mengalami
stress, sehingga diperlukan kebijakan bagi pihak sekolah untuk mengurangi beban
siswa dan lebih aktif memberi bimbingan konseling untuk mengurangi tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Arief, Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Medica Aesculpalus, FK UI.
Asmarani, Rima. 2010. PengaruhOlahragaTerhadapSiklusHaidAtlet. Available
from :
September 2014].
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Cakir, Murat et al. 2007. Menstrual pattern and common menstrual
disordersamong university students in Turkey. Available from :
http:
Coad, Jane. 2007. Anatomi dan Fisiologi Kebidanan. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC.
Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Wiliams Edisi 21. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC.
Dahliansyah. 2008. Hubungan IMT dan Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Menarche dan Keteraturan Siklus Menstruasi (Studi pada Siswi SMPN 1
Hulu Gunung Kab. Kapuas Hulu Kalbar Tahun 2007). Available from :
eprints.undip.ac.id.[Accesed : 18 April 2014].
Dars, Saira, Khasia Sayed, dan Zara Yousufzai. 2014. Relationship of
menstrualirregularities to BMI and nutritional status in adolescent girls.
Available from : http:
[Accesed :23 April 2014].
Dayanti, Wiwin. 2004. Hubungan Status Gizi (Indeks BB/U) dan FrekuensiOlahraga dengan Pola Siklus Menstruasi pada Siswi SMP N 1
Galur Kabupaten Kulon Progo Tahun 2004. Available from :