• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi, Stress, Olah Raga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Siswi SMA St. Thomas 2 Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Status Gizi, Stress, Olah Raga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Siswi SMA St. Thomas 2 Medan Tahun 2014"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI

SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

OLEH: RANI LESTARI B.

110100128

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI

SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH: RANI LESTARI B.

110100128

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Gangguan terhadap keteraturan siklus menstruasi merupakan masalah kedua terbanyak dalam temuan gangguan siklus menstruasi dengan prevalensi sebesar 31,2 %. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh gangguan produksi hormon estrogen. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produksi hormon estrogen dan secara langsung akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi, diantaranya yaitu status gizi, stress, dan olahraga teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang. Sampel adalah siswi SMA St. Thomas 2 Medan yang sudah mengalami menstruasi lebih dari dua tahun dan dipilih secara simple random sampling. Data tentang status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh, data tentang stress dan olahraga teratur diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan data tentang siklus menstruasi diperoleh melalui pengisian kuesioner mengenai riwayat siklus menstruasi selama tiga bulan terakhir. Selanjutnya data diolah dengan bantuan program komputer dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004 dan ditemui juga hubungan yang signifikan antara faktor stress dengan nilai p sebesar 0,001, sedangkan untuk faktor olahraga yang teratur tidak dijumpai adanya hubungan.

(6)

ABSTRACT

Menstrual irregularity is the second problem that common among menstrual disorder with the prevalence around 31,2%. That problem caused by the disturbance of estrogen production. There are so many factors that affected the production of estrogen, such as nutritional status, stress, and regular exercise. This study is aimed to know about the factors which are influence the menstrual cycle regularity.

This study was analytic study and used cross sectional design with 75 sample. The sample were female students of Saint Thomas 2 Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years and they were choosen by simple random sampling. Data about nutritional status were obtained by measure of body mass index, data about stress and exercise regularity were obtained from the questionnare, while data about menstruation cycle regularities were obtained from the questionnare about last of three menstruation cycle. Then, all of the data were analyzed by computer program and used Chi Square test.

This study resulted that there was a significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity with p value 0,004 and a significant correlation between stress and menstrual cycle regularity too, with p value 0,001, while there was no correlation between regular exercise with menstrual cycle regularity.

Key words : Nutritional Status, Menstrual Cycle Regularity, Stress, Regular

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana kedokteran dengan baik dan

tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

tidak lepas dari bantuan banyak pihak, baik berupa bimbingan, dorongan, dan

nasihat-nasihat. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima

kasih kepada berbagai pihak, yaitu :

1. Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,

Sp.PD, KGEH atas kesempatan yang diberikan untuk mengenal dan mempelajari

proses penulisan Karya Tulis Ilmiah.

2. Dr. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing. Penulis

mengucapkan terima kasih banyak atas bimbingannya selama penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini. Terimakasih atas nasihat, saran, dan motivasi dalam penyelesaian

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK selaku dosen penguji I. Penulis

mengucapkan terima kasih banyak atas kritik dan saran yang diberikan kepada

penulis sejak pembuatan proposal hingga seminar hasil penelitian sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih atas kesediaan

waktunya dalam setiap seminar, baik seminar proposal maupun seminar hasil

penelitian.

4. dr. H.R. Yusa Herwanto, Sp.THT-KL, M.Ked (ORL-HNS) selaku

dosen penguji II. Penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang

diberikan dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih juga atas

kesediaan waktunya dalam setiap seminar, baik seminar proposal maupun seminar

(8)

5. Drs. Nelson Nababan, M.Si selaku Kepala Sekolah SMA St. Thomas 2

Medan. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas izin yang diberikan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di tempat tersebut dengan

lancar.Terima kasih atas motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat dengan

bersemangat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Adik-adik responden, siswi SMA St. Thomas 2 Medan. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaannya menjadi responden dalam

penelitian ini. Terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk terlibat

dalam penelitian ini.

7. Orang Tua dan Adik-adik yang terkasih. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada kedua orangtua penulis dan kepada kedua adik penulis atas

dukungan, bimbingan, bantuan yang diberikan selama proses penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini. Terima kasih atas segala doa yang tulus yang dikirimkan demi

kelancaran penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman Fakultas Kedokteran USU angkatan 2011. Penulis

mengucapkan terima kasih atas dukungan, motivasi, dan bantuan yang diberikan

teman-teman seperjuangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih

atas kritik dan saran yang diberikan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam Karya

Tulis Ilmiah ini. Untuk itu penulis berharap pemberian saran dan kritik yang

membangun terhadap peningkatan dan perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini dari

(9)

DAFTAR ISI

LEMBARPENGESAHAN………..i

ABSTRAK ……….. ii

ABSTRACT ……… iii

KATAPENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTARSINGKATAN ……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ………... 4

1.4 Manfaat Penelitian ………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. 5

2.1 Definisi Siklus Menstruasi ……….. 5

2.2 Fisiologi Menstruasi ………. 5

2.3 Keteraturan Siklus Menstruasi ………. 9

2.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi ……… 9

2.4.1Status Gizi ……… 9

2.4.2Stress ………. 12

2.4.3Olahraga Teratur ………... 12

2.4.4Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Reproduksi .. 13

2.4.5Merokok ………. 13

2.4.6Kelainan Genetik ……… 13

(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL… 15

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ………... 15

3.2 Definisi Operasional ……… 15

3.3 Hipotesis ……….. 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ……… 20

4.1 Jenis Penelitian ……….. 20

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………... 20

4.3 Populasi dan Sampel ………. 20

4.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 22

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……… 24

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 24

5.2Karakteristik Responden ……….. 24

5.3 Data Status Gizi ……… 25

5.4 Data tentang Faktor Stress ……… 26

5.5 Data tentang Olahraga Teratur ………. 27

5.6 Data tentang Keteraturan Siklus Menstruasi ……… 27

5.7 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi … 28 5.8 Hubungan Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ………. 29

5.9 Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi ……….. 30

5.10 Pembahasan ……… 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 35

6.1 Kesimpulan ………. 35

(11)

DAFTAR PUSTAKA……… 37

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan 12 WHO (2004)

2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan 12 Departemen Kesehatan Repubik Indonesia (2005)

5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden berdasarkan 29 Kelas dan Usia

5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 30

5.3 Distribusi Frekuensi Status Stress Responden 30

5.4 Distribusi Frekuensi Status Olahraga Responden 31

5.5 Distribusi Frekuensi Keteraturan Siklus Menstruasi 31 Responden

5.6 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus 32 Menstruasi Responden

5.7 Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus 33 Menstruasi Responden

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Mekanisme umpan balik hormon-hormon 14

yang berperan dalam siklus menstruasi

Gambar 2.2 Perubahan struktur dan hormonal selama siklus 16

Menstruasi

(14)

DAFTAR SINGKATAN

IMT Indeks Massa Tubuh

WHO World Health Organization

GnRH Gonadotropin Releasing Hormone

LH Luteinizing Hormone

FSH Follicle Stimulating Hormone

(15)

ABSTRAK

Gangguan terhadap keteraturan siklus menstruasi merupakan masalah kedua terbanyak dalam temuan gangguan siklus menstruasi dengan prevalensi sebesar 31,2 %. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh gangguan produksi hormon estrogen. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produksi hormon estrogen dan secara langsung akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi, diantaranya yaitu status gizi, stress, dan olahraga teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang. Sampel adalah siswi SMA St. Thomas 2 Medan yang sudah mengalami menstruasi lebih dari dua tahun dan dipilih secara simple random sampling. Data tentang status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh, data tentang stress dan olahraga teratur diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan data tentang siklus menstruasi diperoleh melalui pengisian kuesioner mengenai riwayat siklus menstruasi selama tiga bulan terakhir. Selanjutnya data diolah dengan bantuan program komputer dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004 dan ditemui juga hubungan yang signifikan antara faktor stress dengan nilai p sebesar 0,001, sedangkan untuk faktor olahraga yang teratur tidak dijumpai adanya hubungan.

(16)

ABSTRACT

Menstrual irregularity is the second problem that common among menstrual disorder with the prevalence around 31,2%. That problem caused by the disturbance of estrogen production. There are so many factors that affected the production of estrogen, such as nutritional status, stress, and regular exercise. This study is aimed to know about the factors which are influence the menstrual cycle regularity.

This study was analytic study and used cross sectional design with 75 sample. The sample were female students of Saint Thomas 2 Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years and they were choosen by simple random sampling. Data about nutritional status were obtained by measure of body mass index, data about stress and exercise regularity were obtained from the questionnare, while data about menstruation cycle regularities were obtained from the questionnare about last of three menstruation cycle. Then, all of the data were analyzed by computer program and used Chi Square test.

This study resulted that there was a significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity with p value 0,004 and a significant correlation between stress and menstrual cycle regularity too, with p value 0,001, while there was no correlation between regular exercise with menstrual cycle regularity.

Key words : Nutritional Status, Menstrual Cycle Regularity, Stress, Regular

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap remaja khususnya wanita normal selalu mengalami masa pubertas,

yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai

kira-kira pada umur 8-14 tahun dengan ciri-ciri pertumbuhan yang cepat dan

timbulnya ciri-ciri kelompok sekunder, salah satunya adalah menstruasi (Arief et.

al, 2007). Menstruasi didefinisikan sebagai perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005).

Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akan membentuk siklus

menstruasi (Cunningham, 2005).

Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus

menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas biasanya

berlangsung selama kurang lebih 7 hari.Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dengan

jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc (Bobak, 2005). Adanya perubahan dan

gangguan dalam siklus menstruasi merupakan indikator penting yang

menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan risiko berbagai macam penyakit, seperti kanker rahim dan

payudara, infertilitas, dan fraktur tulang (Rakhmawati, 2012). Selain itu,

gangguan-gangguan dalam siklus menstruasi termasuk ketidakteraturan siklus

menstruasi dapat menimbulkan masalah sosial, yaitu kecemasan yang apabila

berkepanjangan dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita (Dars et al,

2014).

Penelitian Cakir M et al (2007) menjelaskan temuangangguan siklus

menstruasi dengan prevalensi terbesar adalah dismenorea (89,5%), diikuti

ketidakteraturan siklus menstruasi (31,2 %), dan perpanjangan durasi menstruasi

(5,3%). Gangguan menstruasi ini 75% dialami oleh banyak wanita pada tahap

(18)

Sheldon (1990) dalam Pratiwi (2011) menyatakan hasil penelitian

terhadap 4000 wanita remaja, ternyata hanya 3% diantaranya yang mempunyai

siklus menstruasi yang teratur. Hampir semua wanita mengalami siklus

menstruasi yang kurang teratur dari bulan yang satu ke bulan yang lain. Penelitian

Dars et al (2014) menyatakan bahwa setelah 3 tahun menstruasi pertama, 60-80%

wanita akan mengalami perpanjangan siklus menstruasi.

Siklus menstruasi merupakan proses kompleks yang mencakup

reproduktif dan endokrin yang berangkai secara kompleks dan saling

mempengaruhi dan dalam prosesnya terdapat pengaruh besar hormon. Salah

satunya adalah peranan hormon estrogen yang sangat signifikan, sehingga segala

keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan

mempengaruhi siklus menstruasi yang normal (Prawirohardjo, 2005).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi estrogen dan

menyebabkan gangguan keteraturan siklus menstruasi adalah status gizi, faktor

stress, olahraga teratur, kelainan genetik, merokok, dan mengkonsumsi

obat-obatan (Sogi, 2011).

Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi

estrogen dan keteraturan siklus menstruasi. Estrogen sebagai peran kunci dalam

proses menstruasi dihasilkan di ovarium dan juga pada jaringan adiposa (Pratiwi,

2011).

Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi status gizi

berlebih pada remaja meningkat tajam secara global. Di Indonesia sendiri,

berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, masalah status gizi yang

mendominasi pada remaja kelompok umur 16-18 tahun adalah masalah status gizi

berlebih. Selain itu, masalah gizi kurang juga masih dapat ditemui pada wanita

akibat adanya persepsi dan kekhawatiran bentuk tubuh serta pengaruh

perkembangan zaman dan peristiwa globalisasi (Depkes RI, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa dokter spesialis obstetrik dan

ginekologi dan kedokteran komunitas Universitas Indonesia yang dipublikasi di

Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59, 6 Juli 2009 dengan judul Prevalensi

(19)

Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur mengatakan bahwa tidak terdapat

hubungan bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi.

Walaupun demikian, didapati dari penelitian tersebut siswi dengan gangguan

siklus menstruasi memiliki Indeks Massa Tubuh rerata yang lebih tinggi (IMT =

22,3) dibandingkan siswi yang tidak mengalami gangguan dalam siklus

menstruasi (IMT = 20,8), tetapi pada analisis selanjutnya tidak didapatkan pola

khusus hubungan antara IMT dengan gangguan siklus menstruasi.

Faktor lain, yaitu faktor stress merupakan suatu ketegangan yang

mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Keadaan stress

sendiri akan mempengaruhi produksi kortisol yang nantinya akan mempengaruhi

produksi hormon sex, terutama hormon estrogen pada wanita (Sherwood, 2009).

Penelitian tentang hubungan stress dan gangguan dalam siklus menstruasi

pernah dilakukan oleh Rakhmawati (2011) dan diketahui bahwa risiko gangguan

keteraturan siklus menstruasi pada wanita dengan stress meningkat dua kali

dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami stress.

Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa aktivitas reguler, seperti

olahraga secara teratur pada atlet, juga dapat mempengaruhi kelancaran siklus

menstruasi. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar hormon yang signifikan

yang masih belum diketahui dengan jelas mekanismenya. Penelitian tentang

hubungan olahraga teratur dengan keteraturan siklus menstruasi juga belum

banyak dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi pada

siswi SMA St. Thomas 2 Medan. Peneliti memilih tempat penelitian di SMA St.

Thomas 2 Medan karena belum pernah ada penelitian seperti ini dilakukan di

sekolah tersebut dan peneliti melihat banyaknya variasi status gizi dan banyaknya

masalah gangguan keteraturan siklus menstruasi di kalangan siswi SMA St.

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian analitik untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keteraturan siklus

menstruasi.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melihat hubungan

faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.

1.3.2 Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi

pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan faktor stress dengan keteraturan siklus menstruasi

pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan faktor olahraga teratur terhadap keteraturan siklus

menstruasi pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Memberi informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan

siklus menstruasi.

2. Membantu menumbuhkan kesadaran, terutama bagi para remaja untuk lebih

memperhatikan status gizi, status stress, dan kebiasaan olahraga.

3. Membantu menumbuhkan kesadaran, terutama bagi para remaja untuk lebih

memperhatikan keteraturan siklus menstruasi.

4. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan status gizi, stress, dan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Siklus Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

siklus menstruasi adalah menstruasi yang berulang setiap bulan yang merupakan

suatuproses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin yang berangkai

secara kompleks dan saling mempengaruhi (Sherwood, 2009).

Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi

yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan

dinamakan hari pertama siklus (Prawirohardjo, 2005).

Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus

menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas biasanya

berlangsung selama kurang lebih 7 hari.Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dengan

jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc (Bobak, 2005).

Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita dipersiapkan untuk fertilisasi

dan implantasi ovum yang dibebaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan

tidak terjadi, maka siklus akan berulang. Jika pembuahan terjadi, maka siklus

terhenti sementara dan sistem pada wanita tersebut beradaptasi untuk memelihara

dan melindungi makhluk hidup yang baru terbentuk sampai dapat berkembang

menjadi individu yang dapat berkembang di luar lingkungan ibu (Sherwood,

2009).

2.2 Fisiologi Menstruasi

Siklus menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,

hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarian axis). Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin

(22)

Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Sedangkan ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.

Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi

disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus

(Prawirohardjo, 2005).

Gambar 2.1. Mekanisme umpan balik hormon-hormon yang berperan dalam siklus menstruasi

Siklus menstruasi normal dapat dipahami dengan baik dengan

membaginya atas 2 fase dan 1 saat, yaitu fase folikular, saat ovulasi, dan fase

luteal (Prawirohardjo, 2005).

1. Fase Folikular

Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai

berkembang. Pada fase ini, terjadi peningkatan hormon FSH untuk membantu Hipotalamus

GnRH

Hipofisis Anterior

Sel penghasil LH Sel Penghasil FSH

LH FSH

Folikel Ovarium Matang

Kadar Estrogen

Tinggi

(23)

perkembangan dan pematangan folikel. Dengan berkembangnya folikel, produksi

estrogen meningkat dan ini akan memberi efek feedback, yaitu penekanan produksi hormon FSH. Hanya folikel dengan lingkungan hormonal tepat untuk

mendorong pematangannya yang berlanjut melewati tahap-tahap awal

perkembangan. Folikel yang lain karena tidak mendapat bantuan hormon akan

mengalami atresia. Pada waktu ini, LH juga meningkat untuk membantu

pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar

estrogen dalam plasma meningkat secara signifikan. Selama pembentukan folikel,

seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer untuk

digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang

mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium

(Sherwood, 2009).

2. Saat ovulasi

Pada saat ovulasi, kadar estrogen perlahan-lahan meningkat dan kemudian

dengan cepat mencapai puncaknya dan akan menyebabkan lonjakan LH pada

pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan besar dalam

folikel :

a. Hal ini menghentikan sintesis estrogen oleh sel folikel.

b. Hal ini memicu kembali meiosis di oosit folikel yang sedang berkembang.

c. Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal yang akan memicu

ovulasi dengan mendorong perubahan vaskular yang menyebabkan

pembengkakan cepat folikel dan menginduksi digesti enzimatik dinding folikel

yang akan menyebabkan pecahnya dinding folikel yang menutupi tonjolan

folikel.

d. Hal ini menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel luteal.

Lonjakan LH di pertengahan siklus akan mengakhiri fase folikular dan

memulai fase luteal. (Sherwood, 2009).

3. Fase Luteal

Setelah memicu pembentukan korpus luteum, LH merangsang sekresi

berkelanjutan hormon steroid oleh struktur ovarium ini. Di bawah pengaruh LH,

(24)

meningkat dan kadar estrogen juga meningkat tetapi tidak sampai mencapai kadar

yang sama ketika fase folikular. Progesteron akan mendominasi fase luteal dan

akan menghambat sekresi LH dan FSH untuk mencegah pematangan folikel baru

dan ovulasi selama fase luteal.

Korpus luteum berfungsi selama kurang lebih dua minggu dan akan

berdegenerasi jika tidak terjadi fertilisasi. Proses degenerasi ini ditandai dengan

berkurangnya kapiler-kapiler darah dan menurunnya sekresi progesteron dan

estrogen. Hilangnya efek inhibisi kedua hormon ini akan memungkinkan sekresi

FSH dan LH kembali meningkat dan akan mempengaruhi kelompok folikel

primer untuk matang kembali dan memulai kembali fase folikular baru.

Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh rangsangan

Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang disekresi oleh blastokista yang

tertanam. Hal ini terjadi sampai 9-10 minggu kehamilan dan fungsinya akan

diambil alih oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2005).

(25)

2.3 Keteraturan Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi

yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Prawirohardjo, 2005). Panjang

siklus menstruasi mengalami kesalahan ±3 hari karena waktu keluarnya darah dari

ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat. (Winkjosastro,

2007).

Menurut Tarigan (2010) dalam Pratiwi (2011), ketidakteraturan siklus

menstruasi adalah kondisi dimana siklus bervariasi dari bulan ke bulan

Ketidakteraturan siklus menstruasi pada masa-masa awal merupakan suatu hal

yang fisiologis. Baziad (2009) dalam Pratiwi (2011) juga menyatakan bahwa

mungkin saja jarak antar siklus berlangsung selama dua bulan atau mengalami dua

siklus menstruasi dalam satu bulan.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi 2.4.1 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan

oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini

merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara

pemasukan dan pengeluaran berdasarkan pangan yang dikonsumsi (Sunarti,

2004).Menurut Almatsier (2009), status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui penilaian secara langsung dan

tidak langsung (Supriasa, 2002). Secara langsung dapat dilakukan dengan metode

biokimia, biofisik, cara klinis, dan metode antropometri. Sedangkan secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan metode survei konsumsi makanan, statistik

vital, dan faktor ekologi.

Penilaian status gizi untuk dewasa yang lazim digunakan adalah metode

antropometri karena relatif sederhana dan mudah untuk dilakukan. Alat yang

(26)

Metode antropometri dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi

badan kemudian menginterpretasikan status gizi dalam bentuk Indeks Massa

Tubuh yang dapat diperoleh dengan rumus :

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m2)

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh yang dikeluarkan oleh WHO untuk

digunakan secara internasional tidak dapat diaplikasikan untuk orang Indonesia

karena kepadatan dan ukuran tulang akan mempengaruhi perhitungan berat badan.

Maka, Departemen Kesehatan mengeluarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh

khusus untuk orang Indonesia (Riyadi, 2010).

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan WHO (2004)

Klasifikasi IMT

Underweight < 18,50

Berat < 16,00

Sedang 16,00 – 16,99

Ringan 17,00 – 18,49

Normal 18,50 – 24,99

Overweight ≥ 25,00

Pre-Obese 25,00 – 29,99

Obesitas ≥ 30,00

Obesitas Kelas 1 30,00 – 34,99

Obesitas Kelas 2 35,00 - 39,99

(27)

Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Repubik Indonesia (2005)

Kategori IMT

Status Gizi mempunyai peranan penting dalam siklus menstruasi.

Diperlukan paling tidak 22% lemak dan indeks tubuh yang lebih besar dari 19

kg/m2 agar siklus ovulatorik dapat terpelihara dengan normal. (Coad, 2007).

Siklus menstruasi sendiri sangat bergantung pada mekanisme hormonal,

termasuk hormon estrogen yang memiliki pengaruh yang sangat signifikan

terhadap mekanisme feedback (Prawirohardjo, 2005). Selain dihasilkan di ovarium di bawah kontrol hipotalamus, estrogen juga dapat dihasilkan dari

jaringan lemak. Dengan demikian, produksi estrogen juga bergantung pada berat

badan dan komposisi lemak tubuh (Proverawati, 2009).

Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan

adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon androgen dan estrogen.

Pada wanita dengan obesitas terjadi peningkatan produksi estrogen yang apabila

terjadi secara terus-menerus secara tidak langsung akan menyebabkan

peningkatan hormon androgen yang dapat mengganggu perkembangan folikel

sehingga tidak dapat menghasilkan folikel yang matang (Rakhmawati, 2012).

Waryana (2010) dalam Wahyuni (2012) mengatakan bahwa pada keadaan

gizi kurang atau terbatas juga terjadi gangguan fungsi reproduksi dan perubahan

kadar hormon estrogen yang akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.

(28)

underweight umumnya akibat eating disorder, mengalami keterlambatan dalam maturitas seksual dan menyebabkan risiko siklus menstruasi yang tidak teratur.

Selain itu, sekresi hormon LH yang terganggu akibat penurunan berat badan juga

akan mengganggu siklus dengan menyebabkan pemendekan fase luteal (Coad,

2007).

2.4.2 Stress

Stress merupakan respons nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap

faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kompensasi tubuh

untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, 2009).

Respon utama terhadap rangsangan stress adalah pengaktifan sistem saraf simpatis generalisata dan pengaktifan sistem CRH-ACTH-kortisol (Corticotropin-

releasing hormone-Adenocorticotropik Hormone) (Sherwood, 2009). Stress akan

memicu produksi hormon kortisol yang berlebihan, dimana hormon ini bekerja

mengatur seluruh sistem di dalam tubuh, termasuk sistem reproduksi. Produksi

kortisol yang berlebihan ini akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari korteks

adrenal, terutama hormon estrogen yang nantinya akan mempengaruhi kelancaran

siklus menstruasi dan akan memicu perubahan-perubahan dependen androgen

pada wanita (Duchesne, 2013).

Dalam pengaruhnya terhadap sistem menstruasi, stress melibatkan sistem

neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi

wanita. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pada saat terjadi stress,

terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan aktivasi

saraf otonom yang menyebabkan beberapa perubahan, salah satunya

menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi, yakni siklus menstruasi yang

abnormal (Pinasti et al, 2012).

2.4.3 Olahraga yang teratur

Beberapa penelitian mengatakan bahwa olahraga yang teratur dapat

mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi. Olahraga yang teratur akan

(29)

yang akan menyebabkan penekanan sekresi pulsatil GnRH dari hypothalamus.

Penekanan pulsatil GnRH ini juga diyakini akibat penggunaan energi yang

berlebihan yang melebihi pemasukan energi pada orang-orang yang berolahraga

secara teratur. Akibatnya, sekresi LH dan FSH akan berkurang dan membatasi

stimulasi ke ovarium dan produksi estradiol dan mengakibatkan pemanjangan

siklus folikuler dan hilangnya LH peak pada tengah siklus (fase ovulasi) (Dayanti, 2004).

Olahraga memang memberikan banyak keuntungan, tetapi olahraga yang

berlebihan dapat menyababkan gangguan pada siklus menstruasi.

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi, yaitu Gangguan-gangguan keteraturan siklus menstruasi hingga

amenorea (tidak mengalami menstruasi), penipisan tulang (osteoporosis),

perdarahan abnormal, dan infertilitas. Sifat dan tingkat keparahan gejala

tergantung pada beberapa hal, seperti jenis olahraga, intensitas dan durasi

olahraga (Asmarani, 2010).

2.4.4 Penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi

Penyakit reproduksi seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, dan kanker serviks dapat menyebabkan perubahan

kadar hormon sehingga mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi

(Winkjosastro, 2007).

2.4.5 Merokok

Siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih pendek dan lebih

tidak teratur dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (Winkjosastro,

2007).

2.4.6 Kelainan genetik

Kelainan genetik, seperti sindrom cushing, sindrom asherman, sindrom

turner, sindrom testicular feminization dapat menyebabkan terjadinya amenore

(30)

2.4.7 Konsumsi obat-obatan

Konsumsi kontrasepsi hormonal atau obat-obatan yang meningkatkan

kadar hormon prolaktin dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi.

Konsumsi obat-obatan jenis ini dapat menyebabkan manipulasi siklus menstruasi

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan karya ilmiah ini, maka kerangka konsep

penelitian ini adalah sebagai berikut :

V. Independen V. Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2Definisi Operasional 3.2.1 Status Gizi

1. Definisi

Status Gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi yang dapat dinyatakan dengan menggunakan Indeks

Massa Tubuh (IMT).

2. Cara pengukuran

Cara pengukuran status gizi dalam penelitian ini adalah : Faktor – Faktor yang

mempengaruhi :

- Status Gizi

- Stress

- Olahraga

Teratur

Keteraturan Siklus

(32)

a. Metode antropometri, yaitu mengukur tinggi badan dan menimbang berat

badan.

i. Pengukuran berat badan :

1. Mempersilahkan responden naik ke atas timbangan dengan terlebih dahulu

melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala, meletakkan tas, handphone,

dan barang-barang lainnya.

2. Memposisikan responden dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan

menghadap ke depan, membelakangi alat.

3. Melihat dan mencatat berat badan responden dalam kilogram (kg) dengan

tepat.

ii. Pengukuran tinggi badan :

1. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak

kepala (vertex) responden.

2. Melihat dan mencatat tinggi badan responden dalam sentimeter (cm)

dengan tepat

.

b. Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menggunakan rumus: :

IMT=

Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)2

3. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Timbangan Berat Badan dan Pengukur Tinggi Badan.

Alat yang digunakan sudah diukur reliabilitas dan validitasnya dengan melakukan

kalibrasi setiap pengukuran sampel.

4. Hasil Pengukuran :

a. Status Gizi Normal (IMT 18,5-24,9)

b. Status Gizi Tidak Normal (IMT < 18,5 dan IMT > 25)

(Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen

(33)

5. Skala Pengukuran : Ordinal

3.2.2 Faktor Stress

1. Definisi

Stress adalah suatu kondisi tidak menyenangkan akibat tekanan fisik dan psikis

pada seseorang.

2. Cara Pengukuran

Cara penentuan kondisi stress pada responden adalah dengan metode wawancara

menanyakan keadaan stress yang mungkin dialami oleh responden.

3. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas

dan reliabilitasnya oleh peneliti sebelumnya, yaitu Asniya Rakhmawati dari

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, menggunakan kuesioner

Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dengan skala penilaian 0-3 dan

jumlah pertanyaan sebanyak 14 pertanyaan.

4. Hasil Ukur :

a. Skor 0-14 : Tidak mengalami stress

b. Skor 15-42 : Mengalami stress

5. Skala Pengukuran : Ordinal

3.2.5 Olahraga Teratur

1. Definisi

Olahraga teratur adalah olahraga yang dilakukan minimal 3 kali setiap minggu

dan dilakukan minimal 30 menit yang telah menjadi rutinitas responden.

2. Cara Pengukuran

Cara penentuan berolahraga teratur adalah dengan metode wawancara untuk

menanyakan riwayat kebiasaan berolahraga responden.

3. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang

(34)

4. Hasil Ukur

a. Olahraga teratur : Bila berolahraga ≥ 30 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

b. Olahraga tidak teratur : Bila berolahraga < 30 menit sebanyak 1-2 kali

seminggu.

5. Skala Pengukuran : Nominal

3.2.4 Keteraturan Siklus Menstruasi

1. Definisi

Keteraturan Siklus menstruasiadalah jarak antara tanggal mulainya siklus

menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya yang berada

pada rentang yang sama setiap bulan.

2. Cara pengukuran

Cara penentuan keteraturan siklus menstruasi yaitu dengan metode wawancara,

menanyakan riwayat siklus menstruasi 3 bulan terakhir.

3. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur.

4. Hasil Pengukuran :

a. Siklus menstruasi teratur : Bila responden menjawab jarak antara tanggal

mulainya siklus menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi

berikutnya berada pada rentang yang sama selama 3 bulan berturut-turut.

b. Siklus menstruasi tidak teratur : Bila responden menjawab jarak antara

tanggal mulainya siklus menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus

menstruasi berikutnya tidak berada pada rentang yang sama selama 3 bulan

berturut-turut.

(35)

3.2.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis, yaitu :

1. Ada hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi.

2. Ada hubungan antara stress dengan keteraturan siklus menstruasi.

3. Ada hubungan antara olahraga teratur dengan keteraturan siklus

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA St. Thomas 2 Medan.

Studi cross sectional adalah sebuah studi dimana peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) dengan melakukan

pengukuran sesaat dan dalam studi dengan desain cross sectional ini tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow up (Sastroasmoro, 2013).

4.2 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA St. Thomas 2 Medan, Jl. Letjen S. Parman

No. 107 Medan pada bulan September 2014. Sekolah ini dipilih karena akses yang

relatif mudah dan peneliti melihat banyaknya variasi status gizi yang dapat diteliti.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

4.3.1.1Populasi target

Merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian yang bersifat umum,

yang pada penelitian klinis biasanya ditandai dengan karakteristik demografis dan

karakteristik klinis (Sastroasmoro, 2013). Populasi target dalam penelitian ini

adalah semua remaja putri, khususnya usia 15-18 tahun yang rentan mengalami

ketidakteraturan siklus menstruasi.

4.3.1.2Populasi terjangkau

Merupakan bagian populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti atau

(37)

dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA St. Thomas 2 Medan tahun ajaran

2014/2015 yang berjumlah 344 orang.

4.3.2 Sampel

4.3.2.1Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik simple

random sampling yang harus dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam

populasi yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian. Kemudian setiap

subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan teknik undian

(lottery technique), yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang telah dikocok

terlebih dahulu.

4.3.2.2 Perhitungan Besar Sampel

Karena penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross

sectional, maka rumus perhitungan sampel yang digunakan adalah :

n = Z1

2−α/2p(1p)N

d2(N−1)+ Z12α/2p(1−p)

N adalah jumlah populasi aktual, � adalah interval kepercayaan, biasa

digunakan adalah 0,05, maka berdasarkan tabel Z didapatkan nilai Z1-�/2 adalah

1,96, sehingga pada rumus Z12-�/2 adalah 1,962, sedangkan p adalah proporsi

yang didapatkan dari kepustakaan atau penelitian sebelumnya. Jika nilai p tidak

ditemukan dari literatur atau penelitian sebelumnya, maka dapat dilakukan

maximal estimation dengan p = 0,5. Nilai d adalah limit dari error atau presisi absolut.

Karena jumlah populasi aktual adalah 344 orang dan limit error atau

presisi absolut adalah 0,1, maka setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai n

atau besar sampel minimumnya adalah sebanyak 75 orang. (Lemeshow et al,

(38)

4.3.2.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Siswi SMA St. Thomas 2 Medan.

2. Sudah menstruasi lebih dari 2 tahun saat pengambilan data.

3. Bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Hadir saat pengambilan data.

b. Kriteria Eksklusi :

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Menderita penyakit reproduksi, seperti polycystic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, dan kanker serviks yang telah didiagnosa oleh

dokter sebelumnya.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini semua data merupakan data primer. Data tentang

satus gizi diperoleh dengan metode antropometri dan pengelompokan Indeks

Massa Tubuh (IMT) menggunakan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh berdasarkan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005, data tentang stress

diperoleh melalui teknik wawancara dengan kuesioner DAAS 42 yang berisi 14 pertanyaan dan sudah divalidasi oleh peneliti sebelumnya, dan data tentang

olahraga teratur diperoleh melalui teknik wawancara dan kuesioner dengan

pertanyaan yang terstruktur, sedangkan data tentang siklus menstruasi diperoleh

melalui teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner dengan

pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan

atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu.

(39)

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data

belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancara

ulang responden.

b. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian

diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

c. Entri

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam program komputer.

d. Cleaning Data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna

menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Proses penyimpanan data untuk siap dianalisis.

f. Analisis Data

4.5.2 Analisa Data

Data hasil penelitian diolah dengan bantuan program komputer dengan

derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%.

1. Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden

dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisa bivariat digunakan untuk pengujian hipotesis. Semua analisa bivariat

menggunakan uji Chi Square (X2) dengan nilai kemaknaan atau confidence

interval 0,05. Interpretasi hasil pada uji Chi-Square :

(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA St. Thomas 2 Medan terletak di Jl. S. Parman No. 107, Kelurahan

Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan dan merupakan salah satu

sekolah swasta berbasis katolik di kota Medan.

Jumlah siswa SMA St. Thomas 2 Medan tahun ajaran 2014/2015 adalah

750 siswa dengan siswa perempuan sebanyak 344 orang dan siswa laki-laki

sebanyak 406 orang yang terbagi dalam 18 kelas, yaitu 6 kelas untuk kelas X, 6

kelas untuk kelas XI, dan 6 kelas untuk kelas XII dengan jurusan masing-masing

IPA dan IPS. Semua tingkatan terdiri dari 4 kelas jurusan IPA dan 2 kelas jurusan

IPS.

SMA St. Thomas 2 Medan merupakan sekolah menengah ke atas dengan

fasilitas cukup memadai, yang terdiri dari empat lantai dan terdapat 18 ruangan

kelas dengan kapasitas 40-50 orang setiap kelas di setiap lantai, ruangan tata

usaha, kantor guru dan kantor kepala sekolah, laboratorium komputer di lantai

dua, ruang multimedia dan ruang UKS di lantai dasar, dan laboratorium biologi

dan kimia di lantai tiga, kantin di belakang sekolah dan lapangan yang cukup luas.

5.2 Karakteristik Responden

Responden atau yang merupakan subjek penelitian ini adalah siswi SMA

St. Thomas 2 Medan yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 siswi dan

dipilih secara simple random sampling.

Distribusi frekuensi jumlah responden berdasarkan kelas dan usia

(41)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden berdasarkan Kelas dan Usia

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

Kelas

X 29 38,7

XI 20 26,7

XII 26 34,7

Usia

14 5 6,7

15 30 40,0

16 22 29,3

17 18 24,0

Jumlah 75 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah

dari kelas X, yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 38,7%, sedangkan berdasarkan

kelompok umur, responden terbanyak adalah siswi yang berusia 15 tahun, yaitu

sebanyak 30 orang atau sebesar 40%.

5.3 Data Status Gizi

Status Gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Dalam penelitian ini, status gizi dinyatakan dalam

indeks massa tubuh (IMT) dan diinterpretasikan sesuai dengan kriteria

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005.

(42)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Kurus 15 20,0

Normal 51 68,0

Gemuk 9 12,0

Jumlah 75 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 75 responden,

kebanyakan dengan status gizi yang normal, yaitu sebanyak 51 orang atau sebesar

68% dan sebanyak 24 orang dengan status gizi yang tidak normal atau sebesar

32%.

5.4 Data tentang Faktor Stress

Stress adalah suatu kondisi tidak menyenangkan akibat tekanan fisik dan

psikis pada seseorang.

Kondisi stress diukur dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS 42) dengan skala penilaian 0-3 dan jumlah pertanyaan

sebanyak 14 pertanyaan.

Distribusi frekuesi status stress responden tercantum pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Stress Responden

Status Stress Jumlah (n) Persentase (%)

Stress 46 61,3

Tidak Stress 29 38,7

(43)

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang mengalami stress

sebanyak 46 orang atau sebesar 69,1%, sedangkan responden yang tidak

mengalami stress sebanyak 29 orang atau sebesar 38,7%.

5.5 Data tentang Olahraga Teratur

Penelitian ini membatasi pengertian olahraga teratur seperti yang didefinisikan oleh WHO, yaituolahraga yang dilakukan minimal 3 kali setiap

minggu dan dilakukan minimal 30 menit yang telah menjadi rutinitas responden.

Tidak ada batasan intensitas olahraga dan jenis olahraga dalam penelitian ini.

Distribusi frekuensi status olahraga responden tercantum dalam tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Olahraga Responden

Status Olahraga Jumlah (n) Persentase (%)

Olahraga Teratur 13 17,3

Olahraga Tidak Teratur 62 82,7

Jumlah 75 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui jumlah responden dengan olahraga

teratur yaitu sebanyak 13 orang atau sebesar 17,3%, sedangkan responden dengan

olahraga tidak teratur sebanyak 62 orang atau sebesar 82,7%.

5.6 Data Keteraturan Siklus Menstruasi

Keteraturan Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya siklus

menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya yang berada

pada rentang yang sama setiap bulan.

Distribusi frekuensi keteraturan siklus menstruasi responden tercantum

(44)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keteraturan Siklus Menstruasi Responden

Siklus Menstruasi Jumlah (n) Persentase (%)

Teratur 40 53,3

Tidak teratur 35 46,7

Jumlah 75 100,0

Tabel di atas menunjukkan responden dengan siklus menstruasi teratur

sebanyak 40 orang atau sebesar 53,3%, sedangkan responden dengan siklus

menstruasi tidak teratur sebanyak 35 orang atau sebesar 46,7%.

5.7 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Penelitianini bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi dan

keteraturan siklus menstruasi. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Responden

Siklus Menstruasi Responden

Status Gizi Responden Teratur Tidak Teratur Jumlah nilai p n (%) n (%) n (%)

Status Gizi Normal 33 44 18 24 51 68

Status Gizi Tidak Normal 7 9,3 17 22,7 24 32 0,004

Jumlah 40 (53,3) 35 (46,7) 75 (100)

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal

dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 33 orang (44%), sedangkan

responden dengan status gizi normal dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak

18 orang (24%).

Selanjutnya responden dengan status gizi tidak normal dan siklus

(45)

status gizi tidak normal dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 17 orang

(22,7%).

Hasil uji analisa dengan uji Chi Square dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0,004, yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dan siklus menstruasi.

5.8 Hubungan Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Stress akan mempengaruhi produksi kortisol yang nantinya akan

mempengaruhi produksi hormon sex, terutama hormon estrogen pada wanita yang

akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.

Hubungan faktor stress dengan keteraturan siklus menstruasi tercantum

pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi Responden

Status Stress Responden Teratur Tidak teratur Jumlah nilai p n (%) n (%) n (%)

Stress 16 (21,3) 30 (40,0) 48 (61,3)

Tidak Stress 24 (32) 5 (6,7) 29 (38,7) 0,001

Jumlah 40 (53,3) 35 (46,7) 75 (100)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan stress dan

siklus menstruasi teratur yaitu sebanyak 16 orang (21,3%), sedangkan responden

dengan stress dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 30 orang (40%).

Selanjutnya, responden yang tidak mengalami stress dengan siklus

menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 24 orang (32%), sedangkan responden

yang tidak mengalami stress dengan siklus menstruasi yang tidak teratur adalah

(46)

Hasil uji analisa uji Chi Square dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0,001, yang berarti terdapat hubungan antara stress dan keteraturan siklus menstruasi.

5.9 Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Olahraga yang teratur akan mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi

melalui pengaruhnya terhadap perubahan kadar hormon yang signifikan.

Hubungan status olahraga responden dengan keteraturan siklus menstruasi

ditampilkan dalam tabel 5.8.

Tabel 5.8 Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi Responden

Status Olahraga Responden Teratur Tidak teratur Jumlah nilai p n (%) n (%) n (%)

Olahraga teratur 4 5,3 9 12 13 17,3

Olahraga tidak teratur 36 48 26 34,7 62 82,7 0,073

Jumlah 40 (53,3) 35 (46,7) 75 (100)

Dari tabel di atas, responden dengan olahraga teratur dan siklus menstruasi

yang teratur yaitu sebanyak 4 orang (5,3%), sedangkan responden dengan

olahraga teratur dan siklus menstruasi yang tidak teratur yaitu sebanyak 9 orang

(12%).

Selanjutnya, responden dengan olahraga yang tidak teratur dan siklus

menstruasi yang teratur sebanyak 36 orang (48%), sedangkan responden dengan

olahraga yang tidak teratur dan siklus menstruasi yang tidak teratur ada sebanyak

26 orang (34,7%).

(47)

5.10Pembahasan

a. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari siswi dalam rentang usia 14

sampai 17 tahun. Responden dengan jumlah terbanyak, yaitu responden dengan

usia 15 tahun, yaitu sebanyak 30 orang (40%). Hal ini sesuai dengan penelitian

Sarwono (2006) yang mengatakan bahwa gangguan pada siklus menstruasi 75%

dialami oleh banyak wanita pada tahap remaja akhir, yaitu kisaran usia 15-18

tahun (Sarwono, 2006).

Sebagian besar responden memiliki status gizi normal, yaitu sebanyak 51

orang (68%). Terdapat 15 responden (20%) dengan status gizi kurus dan 9

responden (12%) dengan status gizi gemuk. Angka ini menunjukkan bahwa secara

umum status gizi responden adalah baik.

Supriasa (2002) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

status gizi, yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan

dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pengetahuan terhadap gizi, budaya, dan

ketersediaan bahan makanan.

Lokasi penelitian ini adalah SMA St. Thomas 2 Medan yang terletak di

pusat kota Medan, dimana tidak terdapat permasalahan terhadap ketersediaan

bahan makanan. Sekolah ini juga merupakan sekolah kalangan menengah ke atas

dengan pendapatan orang tua masing-masing siwa yang cukup memadai sehingga

tidak terdapat masalah dalam pemenuhan zat gizi, malah terdapat kecenderungan

pemenuhan kebutuhan gizi yang berlebihan.

Untuk masalah keteraturan siklus menstruasi, didapatkan dari penelitian

ini sebanyak 40 responden (53,3%) mengalami siklus menstruasi yang teratur dan

35 responden (46,7%) mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.

Semua responden sudah memenuhi kriteria inklusi, termasuk batasan yang

boleh menjadi responden dalam penelitian ini adalah sampel yang sudah

mengalami menstruasi selama lebih dari dua tahun. Diharapkan dari kriteria

(48)

b. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Tabel 5.6 menunjukkan hubungan antara status gizi responden dengan

keteraturan siklus menstruasi responden. Dapat diketahui bahwa responden

dengan status gizi normal dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 33 orang

(27,2%), sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus

menstruasi yang tidak teratur sebanyak 17 orang (11,2%). Hal ini

disebabkankarena status gizi yang baik dapat mempertahankan siklus ovulatorik

yang normal (Coad, 2007).

Hasil uji hipotesis, yaitu hubungan status gizi dan keteraturan siklus

menstruasi menunjukkan terdapat hubungan status gizi dan keteraturan siklus

menstruasi dengan nilai p sebesar 0,004.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ayudhia (2011) yang meneliti tentang

hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1

Mojolaban. Dalam penelitiannya, Ayudhia memperoleh adanya hubungan antara

status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,003 dan juga sejalan dengan hasil penelitian Dahliansyah (2007) yang meneliti hubungan

indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh terhadap usia menarche dan

keteraturan siklus menstruasi. Dahliansyah menyebutkan terdapatnya hubungan

yang signifikan dikarenakan adanya pengaruh lemak terhadap pembentukan

hormon estrogen. Dengan kandungan lemak yang banyak akan menyebabkan

produksi hormon estrogen juga meningkat dan akan mempengaruhi pematangan

folikel serta mempengaruhi siklus menstruasi yang terjadi.

Penelitian lainnya, yaitu Rakhmawati (2012) menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi

dengan nilai p sebesar 0,037. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan keteraturan siklus

menstruasi 1,89 kali lebih besar dari wanita dengan status gizi yang normal. Hal

ini dikaitkan dengan kandungan estrogen. Diketahui bahwa wanita dengan

obesitas umumnya memiliki kadar estrogen yang relatif tinggi, menyebabkan

gangguan pada perkembangan folikel yang akan mempengaruhi siklus menstruasi

(49)

c. Hubungan Faktor Stress dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal

dan siklus menstruasi yang tidak teratur adalah sebanyak 18 orang (23,8%),

sedangkan responden dengan status gizi tidak normal dan siklus menstruasi yang

teratur yaitu sebanyak 7 responden (12, 8%). Hal ini dapat dsebabkan oleh karena

adanya keterlibatan faktor-faktor lain, seperti kondisi fisik, gaya hidup, stress,

usia, psikis, dan status aktivitas dan olahraga responden.

Stress sendiri ternyata mempunyai hubungan dengan keteraturan siklus

menstruasi dan hubungan yang ditunjukkan sangat signifikan, yaitu 0,001, seperti

terlihat pada Tabel 5.7.

Stress dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stress

memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon Gonadotropine

Releasing Hormone (GnRH) yang akan menyebabkan fluktuasi kadar hormon

FSH dan LH sehingga terjadi proses proliferasi dan sekresi yang memanjang atau

memendek dan menyebabkan siklus menstruasi memanjang atau memendek. Hal

ini sesuai dengan penelitian Asniya Rakhmawati (2012) yang menyatakan bahwa

risiko responden untuk mengalami gangguan siklus menstruasi, termasuk

ketidakteraturan siklus menstruasi pada responden yang mengalami stress

meningkat dua kali dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stress.

Penelitian lain, yaitu yang dilakukan Nur’aini (2011) juga mengatakan

bahwa terdapat hubungan yang positif antara stress dan keteraturan siklus

menstruasi akibat proses fluktuasi hormonal yang terjadi karena stress. Menurut

Duchesne (2013), hubungan stress dan keteraturan siklus menstruasi juga

diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dalam tubuh.

d. Hubungan Olahraga Teratur dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Faktor lainnya yang dinilai dalam penelitian ini, yaitu olahraga yang

teratur tidak menunjukkan adanya hubungan dengan keteraturan siklus menstruasi

(50)

Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa aktivitas reguler, seperti

olahraga secara teratur, misalnya pada atlet dapat mempengaruhi kelancaran

siklus menstruasi melalui pengaktifan jalur hormonal tertentu yang mekanismenya

belum dapat diketahui dengan pasti (Sogi, 2011).

Hal tersebut terlihat seperti pada penelitian Asmarani (2010) yang

mengatakan bahwa terdapat hubungan antara olahraga teratur dengan keteraturan

siklus menstruasi para atlet. Olahraga teratur pada penelitian Asmarani (2010)

memiliki indikator durasi, frekuensi, dan jenis olahraga (atletik dan non atletik).

Indikator frekuensi olahraga, yaitu dengan rerata 6 kali dalam 1 minggu dan

durasi olahraga rerata 2 jam dan tidak dijumpai hubungan bermakna antara jenis

olahraga dengan keteraturan siklus menstruasi.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Asmarani. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi frekuensi olahraga hanya 3-4

kali dalam 1 minggu dengan durasi 30-45 menit. Perbedaan indikator tersebut

merupakan alasan perbedaan pada hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.

Penelitian lain, yaitu yang dilakukan oleh Dayanti (2004) pada siswi kelas

II SMP 1 Galur Kab. Kulon Progo mengatakan bahwa terdapat hubungan olahraga

teratur dengan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,006.

Indikator untuk menentukan olahraga teratur pada penelitian Dayanti (2004) sama

dengan indikator olahraga teratur pada penelitian ini. Tetapi dalam analisa

selanjutnya dikatakan bahwa hubungan yang ditunjukkan adalah olahraga teratur

sebagai faktor protektif dan bukan sebagai faktor risiko.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sianipar et al (2009) yang mengatakan

bahwa olahraga dengan intensitas ringan akan mengurangi risiko gangguan

keteraturan siklus menstruasi, sedangkan olahraga intensitas berat akan

menimbulkan risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi. Namun dalam

penjelasan selanjutnya dikatakan bahwa belum ada batasan yang tegas antara

olahraga dengan intensitas berat dan ringan, sehingga masih perlu dilakukan

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Status Gizi Siswi SMA St. Thomas 2 Medan pada umumnya adalah normal,

yaitu sebanyak 51 responden (68%).

2. Sebanyak 40 responden (53,3%) memiliki siklus menstruasi yang teratur.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus

menstruasi.

4. Stress juga menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap keteraturan siklus

menstruasi, tetapi olahraga teratur tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap

keteraturan siklus menstruasi.

6.2 Saran

1. BagiRemaja

Perlunya edukasi bagi remaja terutama tentang pengenalan

perubahan-perubahan terhadap sistem reproduksi dan diharapkan kesadaran dari para remaja

untuk memperhatikan keteraturan siklus menstruasi setiap bulannya serta

memperhatikan berat badan untuk mencegah terjadi permasalahan khususnya

terhadap keteraturan siklus menstruasi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih baik lagi serta dapat

meneliti hubungan multivariant antar ketiga faktor yang berperan dalam

keteraturan siklus menstruasi, yaitu status gizi, stress, dan olahraga yang teratur

atau dapat melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang ikut terlibat

(52)

3. Bagi Tempat Penelitian

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mengalami

stress, sehingga diperlukan kebijakan bagi pihak sekolah untuk mengurangi beban

siswa dan lebih aktif memberi bimbingan konseling untuk mengurangi tingkat

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.

Arief, Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Medica Aesculpalus, FK UI.

Asmarani, Rima. 2010. PengaruhOlahragaTerhadapSiklusHaidAtlet. Available

from :

September 2014].

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Cakir, Murat et al. 2007. Menstrual pattern and common menstrual

disordersamong university students in Turkey. Available from :

http:

Coad, Jane. 2007. Anatomi dan Fisiologi Kebidanan. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC.

Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Wiliams Edisi 21. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC.

Dahliansyah. 2008. Hubungan IMT dan Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Menarche dan Keteraturan Siklus Menstruasi (Studi pada Siswi SMPN 1

Hulu Gunung Kab. Kapuas Hulu Kalbar Tahun 2007). Available from :

eprints.undip.ac.id.[Accesed : 18 April 2014].

Dars, Saira, Khasia Sayed, dan Zara Yousufzai. 2014. Relationship of

menstrualirregularities to BMI and nutritional status in adolescent girls.

Available from : http:

[Accesed :23 April 2014].

Dayanti, Wiwin. 2004. Hubungan Status Gizi (Indeks BB/U) dan FrekuensiOlahraga dengan Pola Siklus Menstruasi pada Siswi SMP N 1

Galur Kabupaten Kulon Progo Tahun 2004. Available from :

Gambar

Gambar 2.1. Mekanisme umpan balik hormon-hormon yang berperan dalam siklus menstruasi
Gambar 2.2 Perubahan struktur dan hormonal selama siklus menstruasi
Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan WHO (2004)
Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada Tabel 6 adalah cukup sesuai / S2 ( nr, rc, eh )

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, lebih luas lagi peserta didik diajak menjadi berani untuk

Atap dan plafond) dan Pemasangan Dinding Aluminium Composite Panel Lokasi : Jalan Sutomo No.2 Tebing Tinggi1. Tahun Anggaran :

CHECKLIST DOKUMEN PENAWARAN (DATA ADMINISTRASI, TEKNIS DAN HARGA PENAWARAN) PEKERJAAN RENOVASI GEDUNG MIDDLE DAN BACK OFFICE (RENOVASI ATAP DAN

Alhamdulillah, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, serta usaha yang dilakukan penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “ Pengendali Lampu

It is estimated that the total cigarette sales volume in Indonesia decreased by 2.6% from 315 billion cigarettes in 2016 into 307.4 billion cigarettes in 2017... Asia

Istilah “positif” mengacu pada suatu teori yang dapat membuat prediksi yang baik dari kejadian-kejadian dunia nyata, teori akuntansi positif adalah

Kurikulum LPTK yang