Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DAN CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI
PEMANASAN GLOBAL
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA
Oleh ;
YESI NOFLA MERI
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
Penerapan Brain Based Learning pada Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dan Connected untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Penguasaan Konsep Materi Pemanasan Global
Oleh Yesi Nofla Meri
S.Pd UNP Padang, 2010
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
© Yesi Nofla Meri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
HALAMAN PENGESAHAN
YESI NOFLA MERI
PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DAN CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing,
Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd NIP. 19740417 199903 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Brain Based Learning pada Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dan
Connected untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep
Materi Pemanasan Global Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan keterampilan proses saisn (KPS) siswa dan penguasaan konsep pemanasan global antara kelas yang menerapkan Brain based Learning keterpaduan tipe webbed dengan keterpaduan tipe connected. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Only Design terhadap siswa kelas VII SMP N 1 Situjuah Limo Nagari, Sumatra Barat yang dipilih secara cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan mengunakan tes tertulis soal keterampilan proses sains dan penguasaan konsep, lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan peserta didik, serta angket tanggapan peserta didik dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dan tipe connected menggunakan model Brain based Learning terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Peningkatan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global tidak berbeda secara signifikan antara kelas yang menerapkan keterpaduan tipe webbed dan tipe connected. Pada kelas webbed peningkatan keterampilan proses sains peserta didik dengan perolehan nilai gain sebesar 0,68 (kategori sedang) dan penguasaan konsep dengan nilai gain 0,68 (kategori sedang). Sedangkan pada kelas connected peningkatan keterampilan proses sains peserta didik dengan perolehan nilai gain sebesar 0,71 (kategori tinggi) dan penguasaan konsep dengan nilai gain 0,68 (kategori sedang). Guru dan peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan Brain based Learning menggunakan keterpaduan tipe webbed dan tipe connected. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Brain Based Learning pada pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dan tipe connected dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global.
Kata Kunci: Brain based Learning, Penguasaan Konsep, Keterampilan Proses Sains, ,
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Implementation of Brain Based Learning in Integrated Science Type of Webbed and Connected to Improve Science Skills Process and Mastery Concept of Global Warming
Abstract
This study aims to look at the differences increase science process skills (SPS) students and mastery concept of global warming among the classes that implement the Brain-based Learning using integration type webbed with alignment-type connected. The method used a quasi-experimental design with pretest-posttest control group Only Design to the students of class VII SMP N 1 Situjuah Limo Nagari, West Sumatra were selected by cluster random sampling.Data were collected by using a written test about the science process skills and mastery of concepts, sheet implementation learning by teachers and learners, as well as the questionnaire responses of learners and teachers.The results showed that the integrated type webbed and type of connected using a model-based Learning Brain implemented as planned.Improved science process skills and mastery concept of global warming did not differ significantly between the classes that implement the integration type webbed and type connected.in class webbed can enhance science process skills of learners with the acquisition value gain of 0.68 (medium category) and mastery of the concept of the value of gain of 0.68 (medium category).While class connected can enhance science process skills of learners with the acquisition value of a gain of 0.71 (high category) and mastery of the concept of the value of gain of 0.68 (medium category).Teachers and students gave positive responses to the implementation of the Brain-based Learning using alignment type webbed and the type of connected.It can be concluded that the application of the Brain-based Learning in Integrated science teaching type webbed and the type of connected can enhance science process skills and mastery of the concept of global warming.
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini yang berjudul “Penerapan Brain Based Learning pada
Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dan Connected Untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Materi Pemanasan Global”.
Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan IPA, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia. Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd, sebagai Penasehat Akademis sekaligus
sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran,
pemikiran dan motivasi disela-sela kesibukannya..
2. Bapak Dr. Hayat Sholihin, M.Sc, Ibu Prof. Dr. Anna Permanasari, M. Si,
Dr. Bambang Supriatno, M.Si, selaku Penguji yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, saran, pemikiran dan motivasi disela-sela kesibukannya.
3. Bapak Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung yang telah memberikan berbagai
kemudahan dalam penyusunan tesis ini.
4. Direktur Pascasarjana UPI Bandung, Asisten Direktur I dan asisten Direktur II
yang telah memfasilitasi penulis mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman
selama penulis menempuh perkuliahan di Sekolah Pasca Sarjana UPI
Bandung.
5. Ibu Dr. Ida Hamidah, M. Si, sebagai dosen ahli yang telah menjudgement
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan IPA yang telah
memberikan ilmu kepada penulis sebagai dasar penyusunan tesis ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Prodi IPA dan Bagian Akademik Pascasarjana UPI
Bandung yang telah memberikan kemudahan dan pelayanan akademik kepada
penulis.
8. Teman-teman mahasiswa S-2 Program Studi IPA program kerjasama P2TK
angkatan 2013 yang selalu kompak dari awal hingga akhir perkuliahan.
9. Seluruh pihak sekolah SMPN 1 Kec. Situjuah Limo Nagari yang telah
memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian di sekolah yang beliau
pimpin.
10.Suamiku tercinta Febriyadi Pratama, S. Pd yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan motivasi bagiku dalam menyelesaikan kuliah ini dan anakku
tersayang Muhammad Athar Alferysi yang selalu setia menemani Bunda dari
awal hingga selesainya kuliah ini.
11.Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan dorongan,
semangat dan doa kepada penulis.
12.Semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga dorongan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
peneliti menjadi amal ibadah dan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan dari
semua pihak untuk kesempurnaannya.
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Batasan Masalah ... 10
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
1.6 Definisi Operasional ... 12
1.7 Asumsi Penelitian ... 13
BAB II. KAJIAN TEORI 2. 1Pembelajaran IPA Terpadu... 14
2.1.1 Model Webbed ... 18
2.1.2 Model Connected ... 20
2. 2Brain Based Learning ... 23
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. 4Penguasaan Konsep ... 33
2. 5Pembelajaran Tema Pemanasan Global ... 40
2.5.1 Pengertian Pemanasan Global... 43
2.5.2 Penyebab dan Mekanisme Pemanasan Global... 44
2.5.3 2.5.4 Dampak Pemanasan Global ... 46
2.5.5 Langkah-langkah Mengurangi Pemanasan Global ... 49
2. 6 Hipotesis Penelitian ... 51
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 52
3.2 Populasi dan Sampel ... 52
3.3 Instrumen Penelitian ... 53
3.4 Prosedur Penelitian ... 58
3.5 Teknik Analisis Data ... 61
BAB IV. PEMBAHASAN 4.1Analisis Data dan Temuan Hasil Penelitian ... 65
4.1.1 Keterlaksanaan Brain Based learning ... 65
4.1.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 70
4.1.3 Peningkatan Peguasaan Konsep ... 75
4.1.4 Tanggapan Pelaksanaan Brain Based learning ... 81
4.2Pembahasan ... 87
4.2.1 Keterlaksanaan Brain Based learning ... 88
4.2.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 89
4.2.3 Peningkatan Peguasaan Konsep ... 92
4.2.4 Tanggapan Pelaksanaan Brain Based learning ... 94
BAB V . KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 97
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 99
LAMPIRAN ... 99
DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 2.1 Jenis Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 30
Tabel 2.2 Kaitan Tahapan Brain based Learning dan indikator KPS ... 32
Tabel 2.3 Kombinasi Taksonomi Blom Revisi Anderso dan Karthwol ... 35
Tabel 2.4 Hubungan Tahapan Brain based Learning dan dimensi pengetahuan dan dimansi proses kognitif ... 40
Tabel 2.5 Ikhtisar Gas Rumah Kaca... 37
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 52
Tabel 3.2 Jenis Instrumen Penelitian ... 53
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal ... 54
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 55
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 55
Tabel 3.6 Kriteria Daya Beda Soal ... 55
Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Soal KPS ... 56
Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep... 56
Tabel 3.9 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran ... 63
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Peserta Didik... 67
Tabel 4.2 Persentase Rerata Peningkatan KPS ... 64
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas KPS ... 71
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas KPS ... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji t KPS... 73
Tabel 4.6 Hasil Belajar Penguasaan Konsep Pemanasan Global untuk setiap Subkonsep ... 76
Tabel 4.7 Hasil Rerata Penguasaan Konsep Dimensi Pengetahuan ... 76
Tabel 4.6 Hasil Rerata Penguasaan Konsep Dimensi Proses Kognitif ... 77
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Penguasaan Konsep... 79
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Penguasaan Konsep ... 79
Tabel 4.9 Hasil Uji t Penguasaan Konsep ... 79
Tabel 4.11 Tanggapan Peserta didik terhadap Materi Pemanasan Global... 82
Tabel 4.11 Tanggapan Peserta didik terhadap Penerapan BBL ... 82
Tabel 4.12 Tanggapan Peserta didik terhadap Bahan Ajar dan Soal... 84
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Keterhubungan Konsep untuk Keterpaduan Webbed ... 42
Gambar 2.2 Keterhubungan Konsep untuk Keterpaduan Connected ... 43
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 60
Gambar 4.1 Rata-rata Skor Pretest, Postetst, N-gain KPS ... 71
Gambar 4.2 Persentase Gain KPS untuk setiap indikator ... 74
Gambar 4.3 Rata-rata Skor Pretest, Postetst, N-gain Penguasaan Konsep... 78
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 104
A. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 105
A. 2 Bahan Ajar Tipe Webbed ... 109
A. 3 Bahan Ajar Tipe Connected ... 124
Lampiran B Instrumen Penelitian ... 138
B. 1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba KPS ... 139
B. 2 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Penguasaan Konsep... 146
B. 3 Soal Pretest-Postets... 151
B. 4 Format Observasi Guru ... 159
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. 6 Angket Tanggapan Peserta Didik ... 166
B. 7 Instrumen Wawacara Guru... 167
Lampiran C Hasil Uji Coba KPS dan Penguasaan Konsep ... 169
Lampiran D Pengolahan Data ... 180
D.1 Rekap keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru ... 181
D.2 Rekap keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Peserta didik ... 182
D.3 Rincian Skor KPS ... 183
D.4 Rincian Nilai KPS ... 187
D.6 Rincian Skor Penguasaan Konsep ... 188
D.7 Rincian Nilai Penguasaan Konsep... 192
D.5 Uji Statistik KPS ... 193
D.8 Uji Statistik Penguasaan Konsep ... 195
D.9 Rekap Angket Tanggapan Peserta Didik ... 196
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pembelajaran IPA sebagai bagian dari mata pelajaran di SMP menurut
kurikulum 2013, dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science
atau IPA terpadu bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Menurut Rustaman,
(2004) pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang intinya
memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur
pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep
dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga
berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain. Pemaduan dilakukan
dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur
lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih
bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan
lebih dari satu cara pandang. Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa
pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan
kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan
sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan biologi dan alam
sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.
Mengacu pada orientasi tersebut, pembelajaran IPA dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP
menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini
sejalan dengan yang dinyatakan oleh Susilowati (2013) bahwa hakikat IPA
yang cukup penting adalah dimensi proses ilmiah (metode ilmiah) yang
intinya bahwa siswa dalam belajar IPA bukan belajar hafalan konsep tetapi
2
Pelaksanaan proses pembelajaran yang terkait dengan aktivitas sains
dikenal sebagai keterampilan proses sains. Menurut Rustaman (2007)
keterampilan proses sains adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan
kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Nur (dalam Haryono, 2006),
menyatakan bahwa dengan pendekatan keterampilan proses sains, siswa
diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan melalui berbagai
aktivitas proses sains sebagiamana dilakukan oleh para ilmuan dalam
melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru
untuk kehidupannya. Oleh sebab itu Rustaman (2007) mengemukakan bahwa
keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung
sebagai pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya sedang
berlangsung. Melalui pegalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati
proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Sejalan dengan itu, Taconis et.al
(2000), Harlen dalam Keil et.al (2009) menyatakan bahwa keterampilan
proses sains sebagai cara yang penting dalam membangun pengetahuan
dengan investigasi ilmiah.
Pendekatan keterampilan proses menjadi sangat penting karena
beberapa hal berikut; a) perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung
semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua
fakta dan konsep kepada peserta didik, b) anak-anak mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh
yang kongkret, c) penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar
seratus persen, penemuannya relatif, d) dalam proses belajar mengajar
seyogyanya pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Guru
menumbuhkan potensi dan mengembangkan kemampuan-kemampuan
tersebut dalam diri anak sesuai dengan taraf pemikirannya (Semiawan et.al,
1986). Hal ini selaras dengan pendapat Karamustafaoglu (2011) bahwa
dengan pendekatan keterampilan proses sains, siswa disamping bisa
3
akan berpikir terhadap suatu permasalahan dan berusaha mencari solusi
terhadap permasalahan tersebut.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak bisa dipungkiri ada siswa yang
mendapatkan nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka
tampak kurang mampu dalam menerapkan baik pengetahuan, keterampilan
dan sikap ke dalam situasi yang lain. Depdiknas (2007) melihat bahwa
kecenderungan pembelajaran IPA di sekolah hanya berorientasi pada hasil tes,
pengalaman belajar di kelas tidak utuh, guru menyampaikan IPA sebagai
produk, dan siswa menghafal informasi faktual, siswa mempelajari IPA
terbatas pada domain kognitif yang rendah, dan siswa tidak dibiasakan untuk
mengembangkan potensi berpikirnya. Hal inilah yang menurut
Karamustafaoglu (2011) menyebabkan banyak kemampuan siswa yang terkait
keterampilan proses sains tidak dapat berkembang dengan baik, dimana
mereka kesulitan menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan persoalan
dalam kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak, sejumlah pengetahuan yang
diperoleh siswa diterima dari guru sebagai informasi, siswa tidak dibiasakan
untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan dan informasi itu. Akibatnya
pengetahuan tersebut menjadi tidak bermakna.
Adanya kecenderungan pada sebagian besar guru untuk mengajarkan suatu
materi dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dianggap
sebagai cara yang ampuh dalam menyampaikan informasi kepada peserta
didik, sangat umum dan sering dipakai guru tanpa banyak melihat
kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan
yang tersedia. Hal ini selaras dengan pendapat Semiawan et.al (1986) metode
ceramah cukup mudah dilakukan karena kurang menuntut usaha yang terlalu
banyak, baik dari guru maupun dari peserta didik. Akibatnya, materi pelajaran
dijejalkan kepada para peserta didik, tanpa memperhatikan taraf
perkembangan mental siswa secara umum dan perseorangan dengan baik.
4
penelitian Aktamis (2008) keterampilan proses sains dapat meningkatkan
prestasi akademik, sikap positif dan kreativitas sains peserta didik.
Permasalahan lainnya siswa masih kesulitan untuk memahami dan
menguasai dengan baik keterpaduan suatu materi. Hal ini terlihat pada saat
siswa diberikan permasalahan yang membutuhkan analisis dalam kehidupan
nyata, siswa agak kesulitan dalam menemukan solusi. Mengacu pada hasil
PISA Indonesia 2009 dan 2012, dari enam level yang diujikan siswa kita
dengan persentase sangat rendah baru mampu mencapai level empat (siswa
diharapkan mampu bekerja secara efektif dengan situasi dan masalah yang
mungkin melibatkan fenomena eksplisit yang mengharuskan mereka untuk
membuat kesimpulan tentang peran ilmu pengetahuan atau teknologi) dan
kebanyakan siswa kita berada pada level satu dimana yang diukur baru
sebatas pengetahuan ilmiah yang sifatnya masih sangat terbatas pada situasi
biasa dalam kehidupan dan diharapkan mereka dapat memberikan penjelasan
ilmiah yang jelas dan menggambarkan secara eksplisit dari bukti yang
diberikan (OECD, 2010 & 2013).
Berdasarkan hasil observasi terhadap guru-guru IPA yang ada di
Kabupaten Lima Puluh Kota, masih ada guru IPA yang ingin terus konsisten
mengampu mata pelajaran IPA tetapi dipisahkan antara fisika dan biologi, dan
para guru tersebut ingin mengajar sesuai dengan ijazah yang diperolehnya
sewaktu kuliah dulu. Sebagian lainnya berusaha untuk mengampu mata
pelajaran IPA baik untuk materi biologi, fisika atau kimia. Namun mereka
masih belum bisa dengan baik memadukan materi biologi, fisika atau kimia
menjadi IPA terpadu sesuai dengan tuntutan kurikulum. Meskipun hampir
tidak ada guru yang tidak pernah mengikuti kegiatan profesi untuk
meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik profesional (Rahmat et.al,
dalam Rahmat et.al, 2015).
Hal tersebut sangat disayangkan, karena menurut Susilowati (2013)
Guru IPA juga harus mempunyai kemampuan interdisipliner IPA
5
dengan lingkungan, teknologi, dan bidang lainnya. Sejalan dengan itu
NSTA dalam Susilowati (2013), juga merekomendasikan agar guru-guru
IPA sekolah dasar dan menengah harus memiliki kemampuan interdisipliner
IPA. Hal ini yang mendasari perlunya guru IPA memiliki kompetensi
dalam membelajarkan IPA secara terpadu (terintegrasi), meliputi integrasi
dalam bidang IPA, integrasi dengan bidang lain dan integrasi dengan
pencapaian sikap, proses ilmiah dan keterampilan.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung sehingga dapat membantu proses penerimaan,
penyimpanan, dan penarapan konsep yang telah dipelajarinya, dengan
demikian siswa dapat menemukan berbagai konsep yang dipelajari secara
menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif (Kemendikbud, 2013). Opara
(2011) menegaskan bahwa penggunaan pendekatan sains terintegrasi
dibutuhkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi
peserta didik. Sejalan dengan itu Sa’ud et.al (2006) menyatakan bahwa
aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran terpadu menawarkan model-model
pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh
makna bagi anak, baik aktivitas informal maupun formal, meliputi
pembelajaran inkuiri secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan
fakta secara pasif dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman anak
untuk membantu anak mengerti dan memahami dunia mereka.
Menurut Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam
pembelajaran terpadu, yakni : (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4)
sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed,
(10) networked. Hasil analisis Kemendikbud (2013) terhadap sejumlah model
pembelajaran yang dikemukakan Fogarty tersebut, terdapat empat model yang
potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA Terpadu, yaitu
connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih
6
sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan
yang optimal.
Silabus IPA SMP mengandung kompetensi dasar yang konsepnya
saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Guna menghasilkan kompetensi yang
utuh, konsep-konsep harus dikaitkan dengan suatu tema tertentu sehingga
menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut webbed, karena
selalu memerlukan tema pengait, maka model webbed lazim juga disebut
model tematik sebagaimana dijelaskan oleh Fogarty (1991). Tema yang
dipilih harus yang dekat dengan lingkungan anak sehingga dapat memotivasi
anak.
Disamping itu ada sejumlah konsep yang saling bertautan dalam suatu
kompetensi dasar. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang
utuh, maka konsep-konsep tersebut harus dipertautkan (connected) dalam
pembelajarannya. Pada model connected ini konsep pokok menjadi materi
pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan
berfungsi untuk memperkaya. Sebagimana dinyatakan oleh Fogarty (1991)
bahwa connected merupakan pembelajaran terpadu yang secara sengaja
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain dalam satu
mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk bisa menguasai keterpaduan
suatu konsep. Menurut Kemendikbud (2013) melalui pembelajaran terpadu
beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan topik tidak perlu dibahas
berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu
untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga
diharapkan akan lebih efektif. Pemanasan global merupakan salah satu konsep
esensial yang bisa dikaji dari sudut pandang fisika, biologi, dan kimia dalam
hal ini di fokuskan pada materi kelas VII Kompetensi Dasar (KD) 3.10 :
Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan
dampaknya bagi ekosistem dan KD 4.10 : Menyajikan data dan informasi
7
Berdasarkan KD di atas tampak adanya tujuan penguasaan konsep
(pemanasan global yang dikaitkan dengan konsep ekosistem) dan perlunya
keterampilan proses sains (penyajian data dan informasi yang dapat diperoleh
melalui kegiatan pratikum).
Ditinjau dari KD di atas yang menjadi fokus dalam penelitian ini,
setelah dilakukan analisis terhadap KD maka pemanasan global dapat
dikaitkan dengan materi fotosintesis, perpindahan kalor, lapisan atmosfer,
ekosistem dan pencemaran lingkungan dengan menggunakan tema pengait
“Hijaukan Hutan Ku Kembali” sebagai keterpaduan webbed. Tema ini dipilih karena daerah tempat penelitian berada di sekitar kaki pegunungan yang
hutannya mulai tidak dilestarikan dengan baik oleh penduduk sekitar. Banyak
diantara penduduk, memanfaatkan hutan sebagai sumber mata pencarian
dengan melakukan penebangan hutan secara liar. Hal ini tentu dapat memicu
terjadinya pemanasan global. Melalui pembelajaran terpadu tipe webbed
siswa dapat melihat keterkaitan dampak penebangan hutan secara liar dengan
materi fotosintesis, perpindahan kalor, efek gas rumah kaca, serta konsep
ekosistem, dan pencemaran lingkungan. Sebagaimana dijelaskan menurut
Trianto (2007) dengan model webbed melalui pemilihan tema yang tepat akan
memotivasi siswa untuk belajara sehingga dapat memberikan kemudahan bagi
anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide yang berbeda yang
saling terkait.
Disamping dapat dijadikan tematik seperti di atas, setelah dilakukan
analisis terhadap KD pemanasan global 3.10 dan KD 4.10 dapat ditautkan
dengan menggunakan model keterpaduan connected. Bahan ajar tipe
connected dirancang dengan menjadikan induknya pada materi fisika konsep
pemanasan global sebagai akibat efek gas rumah kaca yang dapat ditautkan
dengan proses perpindahan kalor dan lapisan atmosfer, dampak pemanasan
global sebagai interaksi makhluk hidup dengan lingkungan ditautkan dengan
konsep ekosistem dan pencemaran lingkungan serta upaya
8
pembelajaran connected siswa dapat melihat gambaran materi pemanasan
global secara lebih utuh dan komprehensif. Menurut Trianto (2007) dengan
pengintegrasian ide-ide antar bidang studi pada keterpaduan connected, maka
siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang
terfokus pada suatu aspek tertentu.
Memadukan berbagai materi IPA yang relevan dengan tuntutan KD di
atas mampu meningkatkan penguasaan konsep pemanasan global dan
keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran yang aktif,
menyenangkan dan tentunya bermakna bagi siswa. Semua itu akan terwujud
dengan baik bila guru sebagai fasilitator pembelajaran juga memperhatikan
bagian penting dalam setiap pemrosesan informasi yakni otak dari peserta
didik. Hal ini sejalan dengan Ward (2010) poin utama jika kita ingin
membantu siswa belajar sains, pengajaran harus mempertimbangkan cara
siswa belajar dan agar dapat melakukannya secara efektif, membutuhkan
pemahaman akan peran otak dalam proses belajar.
Otak manusia yang bersifat unik inilah yang sering kali terhalang oleh
pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru. Menurut Marzano dalam
Rahmat et.al (2015) untuk mencapai pengalaman belajar yang signifikan,
pembelajaran perlu dikembangkan dengan memperhatikan domain
pengetahuan, proses sistem kognitif (intrinsic cognitive processing), sistem
metakognitif, dan self system. Maka dari itu, perlu adanya suatu model
pembelajaran yang dikonstruksi atas dasar proses berfikir yang melakukan
pemprosesan informasi dalam otak dengan baik.
Salah satu metode yang memperhatikan cara kerja dari otak itu sendiri
adalah Brain based Learning. Menurut Jensen (2011) Brain based
Learning adalah sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan
berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak peserta didik. Brain
based Learning merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk mengembangkan otaknya dalam memecahkan suatu permasalahan atau
9
penelitian Ramakrishnan (2013) bahwa dengan perencanaan yang baik, hasil
penemuan tentang otak dan sedikit kreativitas guru melalui penerapan Brain
based Learning dapat membantu siswa menghadapi tantangan pembalajaran
dan tantangan lainnya.
Brain based Learning mengandung beberapa prinsip menurut Jensen
(2011): 1) otak sebagai prosesor paralel yang dapat melakukan beberapa
kegiatan sekaligus seperti rasa dan bau, karena belajar sesungguhnya
melibatkan seluruh fisiologi, 2) pencarian makna datang melalui
pembentukan pola yang dipengaruhi oleh emosi, sesungguhnya keseluruhan
proses otak dan bagian-bagiannya bekerja secara bersamaan, 3) belajar
melibatkan proses sadar dan tak sadar dengan memusatkan perhatian pada
perifer persepsi, 3) otak memahami fakta terbaik ketika tertanam di dalam
memori spasial, 4) belajar ditingkatkan dan dihambat oleh tantangan dan
ancaman, serta 5) setiap otak adalah unik. Berdasarkan penelitian Duman
(2010) Brain based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa lebih
baik dari metode pembelajaran tradisional.
Brain based Learning dalam pelaksanaanya, tidak hanya mengarah
kepada konten semata, tetapi juga memadukan emosi dan konteks
pembelajaran dengan dunia nyata. Semua itu dipadukan lewat kemelekan
informasi, penyelidikan ilmiah, perkembangan personal, kefasihan sosial serta
dengan ekspresi artistik dan disarankan untuk dilaksanakan lewat
pembelajaran terpadu, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna
(Jensen, 2011). Kebermaknaan dalam pembelajaran akan meningkatkan
keterampilan proses sains siswa dan penguasaan konsep terhadap suatu
materi. Brunner dalam Tawil (2014) mengemukakan ketika seorang individu
belajar dan mengembangkan pikirannya, maka sebenarnya ia telah
menggunakan potensi intelektual untuk berpikir dan melalui sarana
keterampilan-keterampilan proses sains anak akan dapat didorong secara
10
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian
dengan menerapkan Brain based Learning yang diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan
global peserta didik, dalam pembelajaran IPA terpadu yang diharapkan sesuai
kurikulum 2013. Dalam penelitian ini digunakan keterpaduan tipe webbed dan
connected.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Bagaimana penerapan Brain based Learning pada pembelajaran tipe webbed dan tipe connected dalam meningkatkan
keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global?”
Untuk mempermudah penelitian diajukan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah implementasi Brain based Learning pada kelas yang
menerapkan pembelajaran keterpaduan tipe webbed dan keterpaduan
tipe connected?
2. Bagaimanakah perbedaan peningkatan keterampilan proses sains
siswa yang menggunakan Brain based Learning keterpaduan tipe
webbed dengan keterpaduan tipe connected pada materi pemanasan
global?
3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasaan konsep pemanasan
global siswa yang menggunakan Brain based Learning keterpaduan
tipe webbed dengan keterpaduan tipe connected?
4. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap pelaksanaan Brain
based Learning yang menerapkan pembelajaran keterpaduan tipe
webbed dengan keterpaduan tipe connected?
1.3Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terkontrol, maka penulis perlu
membatasi masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah di
11
1. Konsep pemanasan global yang akan diteliti merupakan konsep
pemanasan global pada Kelas VII Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar
(KD) 3.10 : Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan
global dan dampaknya bagi ekosistem dan KD 4.10 : Menyajikan data
dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan
penanggulangan masalah.
2. Penguasaan konsep siswa diukur menggunakan taksonomi Bloom
yang telah di revisi oleh Anderson dan Kratwohl (2001) pada dimensi
pengetahuan yakni pengetahuan faktual dan konseptual serta dimensi
proses kognitif aspek mengingat (remember), memahami
(understand), menerapkan (applying), menganalisis (analyze).
3. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini merujuk pada
Rustaman (2007) yang meliputi interpretasi, prediksi, komunikasi,
berhipotesis dan merencanakan percobaan pada materi pemanasan
global.
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran efektivitas penerapan Brain based Learning
pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan connected untuk
meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
pemanasan global
2. Menganalisis tentang penerapan Brain based Learning pada
pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan connected pada materi
pemanasan global terhadap peningkatan keterampilan proses sains
siswa
3. Membandingkan tentang penerapan Brain based Learning pada
pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan connected terhadap
peningkatan penguasaan konsep pemanasan global
4. Menggali informasi tentang tanggapan siswadan guru terkait
12
webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains
dan penguasaan konsep pemanasan global
1.5Manfaat Penelitian
Bertolak dari tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini
dapat dimanfaatkan untuk :
1. Pengalaman dan bekal bagi peneliti untuk melaksanakan proses
pembelajaran di masa yang akan datang untuk meningkatkan
penguasaan konsep secara utuh dan keterampilan proses dengan materi
bahan ajar IPA yang terintegrasi.
2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi guru-guru dalam melakukan
inovasi terhadap tipe-tipe pembelajaran dalam membelajarkan IPA
secara terpadu serta dapat mengefektif dan mengefisienkan waktu
pembelajaran, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang
penerapan tipe-tipe pembelajaran IPA secara terpadu di sekolah.
3. Sebagai sumber ide, informasi dan referensi dalam pengembangan
penelitian dalam bidang pendidikan dengan menggunakan model, tipe
dan konsep pembelajaran yang berbeda.
1.6Definisi Operasional
1. Pembelajaran Brain Based Learning tentang pemanasan global adalah
pembelajaran yang dilaksanakan dengan tahapan-tahapan : (a) pra-paparan
menggunakan peta konsep dan penetapan tujuan pembelajaran, (b)
persiapan melalui penyajian video, (c) inisiasi dan akuisisi bekerja
berdasarkan LKS yang ada pada bahan ajar, (d) elaborasi dengan
melakukan diskusi kelas, (e) inkubasi dan pengkodean materi dengan
membuat jurnal pembelajaran sendiri, (f) verifikasi dan pengecekan
kepercayaan lewat kuis dalam bentuk permainan, (g) selebrasi pada materi
pemanasan global dengan nyanyian.
2. Keterampilan proses sains merupakan skor tes siswa dalam interpretasi,
prediksi, komunikasi, berhipotesis dan merencanakan percobaan pada
13
3. Penguasaan konsep merupakan skor tes siswa dalam menguasai konsep
pemanasan global yang diukur pada dimensi pengetahuan yang meliputi
pengetahuan faktual dan konseptual serta dimensi proses kognitif yang
meliputi 4 aspek, yaitu mengingat (remember), memahami
(understand), menerapkan (applying), menganalisis (analyze)
menggunakan tes pilihan ganda pada materi pemanasan global.
1.7Asumsi Penelitian
Asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran terpadu melibatkan siswa aktif secara mental dan fisik di
dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat menghubungkan
berbagai konsep melalui pengalaman yang bermakna sesuai dengan
kebutuhan siswa (Karli et.al, 2007).
2. Model pembelajaran berbasis pengolahan informasi memungkinkan siswa
mengaktifkan memori episodik, semantik, dan prosedural sehingga
pengetahuan akan menjadi lebih bermakna (Slavin, 2011).
3. Penguasaan konsep akan lebih bermakna melalui pembelajaran dengan
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen (Frankel et.al,
2012) dengan dua kelas sampel, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Brain based Learning menggunakan Pembelajaran IPA
terpadu tipe webbed dan Brain based Learning menggunakan Pembelajaran
IPA terpadu tipe connected. Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan
Konsep pemanasan global siswa sebagai variabel terikat yang dijaring dengan
pemberian tes objektif sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dalam
penelitian sampel yang digunakan tidak dipilih secara acak murni melainkan
secara acak kelas (random class). Hal ini dilakukan karena dalam penelitian
pendidikan tidak memungkinkan terjadinya pemilihan untuk setiap individu
dan dimasukkan ke dalam suatu kelompok lain karena satu sekolah formal,
siswa telah diatur sedemikian rupa ke dalam kelas-kelas. Rancangan
penelitian menggunakan Pretest-Posttest Control Group Only Design yang
diadaptasi dengan gambaran sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
53
VII4 diberikan perlakuan dengan menerapkan Brain based Learning
dengan IPA terpadu tipe webbed, sedangkan kelas VII5 dengan perlakuan
Brain based Learning dengan IPA terpadu tipe connected
3.2Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengambil data untuk mengungkap
Penguasaan konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa dengan penerapan
Brain based Learning. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
Tabel 3.2 Jenis Instrument Penelitian
No. Jenis Instrumen Kegunaan Waktu Sumber
Data
mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Agar
instrumen merupakan alat ukur yang baik, maka disusun langkah-langkah
54
1. Membuat kisi-kisi soal
2. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
3. Uji coba tes
Dari hasil uji coba dilakukan analisis soal, seperti yang diungkapkan
oleh Arikunto (2006) yaitu “Analisis soal antara lain bertujuan untuk
mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan jelek.
Dengan analisis soal dapat diperoleh kekurangan sebuah soal dan
petunjuk untuk mengadakan perbaikan”.
Dalam menganalisis soal, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a) Menentukan Validitas
Suatu soal dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan
validitas isi (content validity). Untuk mengetahui validitas isi dilakukan
dengan meminta pertimbangan ahli terhadap soal keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep. Hasil pertimbangan tersebut baik berupa
saran maupun koreksi yang disampaikan, direvisi oleh peneliti baru
kemudian soal tersebut digunakan untuk di uji coba. Hasil uji coba
dianalisis menggunakan program Anates V4. Validitas butir soal dilihat
melalui hubungan kolerasi butir soal terhadap skor total. Kriteria validitas
butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal
Koefisien Korelasi Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,6 – 0,79 Tinggi (baik)
0,4 – 0,59 Cukup (sedang)
0,2 – 0,39 Rendah (kurang)
0,0 – 0,19 Sangat rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2006)
b) Menentukan Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila digunakan pada
55
Anates V4. Kriteria untuk reliabilitas instrumen dapat dinyatakan pada
Tabel 3.5 berikut.
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik adalah
keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan
sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran suatu butir soal dihitung
dengan menggunakan program Anates V4, dengan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Indeks Kesukaran Kriteria
0,86 – 1,00 Sangat mudah, sebaiknya dibuang
0,71 – 0,85 Mudah
Daya beda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan antara
siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Menentukan daya
beda digunakan program Anates V4, dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Daya Beda Soal
56
(Arikunto, 2006)
Uji coba dilakukan pada siswa kelas VII SMP N 5 Kecamatan Harau,
Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun rekapitulasi hasil analisis soal-soal tes
keterampilan proses sains dan penguasaan konsep berdasarkan kriteria di atas
dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut :
Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Tes Soal Keterampilan Proses Sains No
Butir Soal
Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Validitas butir Soal Kesimpulan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0.67 Baik 0.58 Sedang 0.50 Sedang Digunakan
Reliabilitas tes keterampilan proses sains yang dicobakan bernilai 0.82
dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan Tabel 3.7 dari 13 soal keterampilan
proses sains yang diuji cobakan, semuanya digunakan untuk soal pretest dan
posttest. Namun pada soal no 2 dan 9 dilakukan perbaikan terhadap bahasa
soal dan option jawaban.
Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Tes Soal Penguasaan Konsep No
Butir Soal
Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas butir Soal
Kesimpula n Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
57
No Butir
Soal
Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas butir Soal
Kesimpula n Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
6 0.83 Baik
Reliabilitas tes penguasaan konsep yang diuji cobakan bernilai 0.88
dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan Tabel 3.8 di atas terdapat soal
penguasaan konsep yang tidak digunakan sebagai soal pretest maupun posttest
karena daya pembedanya jelek, tingkat kesukarannya mudah, dan validitasnya
rendah. Berdasarkan Tabel 3.8, dari 22 soal penguasaan konsep yang diuji
cobakan, 3 soal tidak digunakan. Pada soal no 4, 17 dan 20 dilakukan
perbaikan terhadap bahasa soal dan pilihan jawaban.
3.3.2 Catatan observasi
Catatan observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan
tahapan-tahapan kegiatan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu
tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA
terpadu tipe connected, keterampilan proses sains dan Penguasaan konsep
58
3.3.3 Angket
Angket dalam penelitian ini dirancang untuk mengetahui tanggapan siswa
dan guru terhadap penerapan Brain based Learning yang pada
pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang
pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected. Isi angket mencakup (a)
tentang diri materi pemanasan global, (b) tentang penerapan Brain based
Learning, (c) bahan ajar yang digunakan (d) soal pretest-posttest yang
diberikan.
3.4 Prosedur Penelitian
Secara umum, prosedur penelitian ini sebagai berikut :
3.4.1 Tahap Persiapan
1. Melakukan observasi sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan
penelitian
2. Menetapkan jadwal penelitian
3. Mengurus surat izin penelitian
4. Menentukan populasi dan sampel
5. Mempersiapkan instrumen penelitian
6. Menjudmen instrument penelitian kepada dosen yang berkompeten
dengan masalah yang akan diteiliti
7. Melakukan uji coba instrumen
8. Memperbaiki dan memperbanyak instrumen
9. Menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian
3.4.2 Tahap Pelaksanaan 10.Pelaksanaan pretest
11.Pelaksanaan pembelajaran
Tahapan pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas eksperimena
adalah sama, yang membedakan adalah pengkonstruksian materi pada
59
a. Pra-paparan (Pemberian tinjauan dalam bentuk peta pikiran,
kemudian siswa diminta untuk menetapkan tujuan pembelajaran
mereka sendiri berdasarkan gambaran peta pikiran yang
disampaikan guru)
b. Persiapan (Siswa diberikan gambaran tentang materi yang akan di
ajarkan apakah dalam bentuk video)
c. Inisiasi dan akuisisi (kegiatan pratikum atau kerja kelompok
membahas LKS dalam bahan ajar)
d. Elaborasi (Menyelenggarakan forum debat, diskusi kelas)
e. Inkubasi dan pengkodean memori (Siswa diminta untuk membuat
jurnal tentang pembelajaran versi mereka sendiri, melakukan
peregangan dan relaksasi dengan senam otak)
f. Verifikasi dan pengecekan kepercayaan (Siswa mempresentasikan
hasil rangkuman pembelajarannya, kuis sederhana dalam bentuk
permainan
g. Selebrasi dan integrasi (Siswa merayakan pembelajaran hari itu
dengan nyanyian)
12.Memberikan tes akhir pada kedua kelas sampel, guna melihat hasil
perlakuan yang diberikan.
3.4.3 Tahap Akhir
13.Mengolah data dari kedua kelas sampel
a. Untuk melihat keterlaksanaan metode Brain Based Learning
menggunakan lembar observasi
b. Untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains siswa
digunakan persamaan N-Gain yang ternormalisasi
c. Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep Pemanasan global
siswa digunakan persamaan N-Gain yang ternormalisasi
d. Untuk melihat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains
antara kedua kelas eksperimen dilakukan uji kesamaan dua
60
e. Untuk melihat perbedaan peningkatan penguasaan konsep antara
kedua kelas eksperimen dilakukan uji kesamaan dua rata-rata
f. Untuk melihat tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran
dengan melakukan pengolahan angket tanggapan siswa dan guru.
14.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang didapatkan sesuai dengan
teknik analisis data yang sesuai.
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian
seperti yang tertera pada Gambar 3.1 ;
Analisis standar isi mata pelajaran IPA SMP
Studi kepustakaan Brain
based Learning
Studi kepustakaan IPA terpadu model webbed dan
connected
Menentukan materi
Penentuan tema, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran , penyusunan RPP, Bahan ajar dan instrument penelitian model webbed
Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, penyusunan RPP, Bahan ajar dan instrument penelitian model
connected
Penentuan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
Uji coba soal instrumen penelitian
Implementasi
Pretest
KBM dengan penerapan BBL tipe webbed KBM dengan penerapan BBL tipe
connected
Posttest
61
Gambar 3.1 Alur penelitian
3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Catatan observasi
Menganalisis catatan observasi untuk memperoleh deskripsi
keterlaksanaan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu
tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA
terpadu tipe connected yang telah diterapkan. Berdasarkan data-data
tersebut akan disimpulkan pula kelebihan dan kekurangan pembelajaran
yang diterapkan. Adapun langkah untuk mengolah data tersebut sebagai
berikut ;
1) Menghitung jumlah jawaban yang observer isi pada format
observasi keterlaksanaan pembelajaran.
2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan persamaan ;
∑ ∑ Untuk mengetahui keterlaksanaan Brain based Learning pada
pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang
pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected yang telah diterapkan dapa
diinterpretasikan pada Tabel 3.10 berikut ;
Tabel 3.10 Kriteria keterlaksanaan pembelajaran ;
KP (% ) Kriteria
KP = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana
0 < KP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 < KP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KP = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < KP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75 < KP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
KP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
(Pelita dalam utami, 2015)
3.5.2 Tes Tertulis
Teknik analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata.
62
parameter populasi sehubungan dengan Uji Normalitas dan Uji
Homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel
berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Data hasil
pretest-posttest KPS, pretest-pretest-posttest penguasaan konsep siswa diuji
normalitasnya menggunakan program SPPS 22.0 for window. Uji
yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan hasil uji
tersebut dibandingkan terhadap nilai signifikansinya. Pada taraf
signifikansi α = 0,05, jika nilai signifikansi tersebut lebih besar
daripada nilai , dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data
skor tes terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Data hasil
pretest-posttest KPS, pretest-posttest penguasaan konsep siswa
diuji normalitasnya menggunakan program SPPS 22.0 for window.
Uji yang digunakan adalah uji Levene. Berdasarkan hasil uji
tersebut dibandingkan terhadap nilai signifikansinya. Pada taraf
signifikansi α = 0,05, jika nilai signifikansi tersebut lebih besar dari
pada nilai , dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data skor
tes terdistribusi homogen.
3) Gain
Peningkatan penguasaan konsep dan KPS siswa pada materi
pemanasan global antara sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g faktor (gain skor ternormalisasi), dengan
rumus :
63
g : gain yang dinormalisasi
: Skor pretest : Skor postest : Skor maksimum Dengan kriteria :
g > 0,7 : tinggi
0,3 > g > 0,7 : sedang
g < 0,3 : rendah
(Meltzer, 2002)
4) Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis
penelitian diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis
digunakan uji kesamaan dua rata-rata (independen sample t-test)
menggunakan program SPPS 22.0 for window. Berdasarkan hasil
uji tersebut ditafsiran sebagai berikut: jika nilai signifikansi sig
(2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest dan
posttest pada dua kelas perlakuan. Jika nilai signifikansi sig
(2-tailed )< 0,05 maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest dan
posttest pada dua kelas perlakuan.
3.5.3 Pengolahan angket
Data angket hasil respon siswa dianalisis secara deskriptif
kuantitatif untuk memaparkan hasil respon siswa terhadap penerapan
Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan
Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe
connected. Adapun langkah untuk mengolah data tersebut sebagai
64
1) Menghitung jumlah jawaban “S”, “SB/KD”, “SK/TP” yang diisi
pada angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
2) Menghitung persentase angket tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan persamaan ;
∑ ∑
Untuk mengetahui kategori tanggapan siswa terhadap Brain based
Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based
Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected yang telah
diterapkan dapa diinterpretasikan pada Tabel 3.11 berikut ;
Tabel 3.11 Kriteria Angket Tanggapan Siswa;
ATGS (% ) Kriteria
ATGS = 0 Tak satu kegiatan pun siswa
0 < ATGS < 25 Sebagian kecil siswa
25 < ATGS < 50 Hampir setengah siswa
ATGS = 50 Setengah siswa
50 < ATGS < 75 Sebagian besar siswa
75 < ATGS < 100 Hampir seluruh siswa
ATGS = 100 Seluruh siswa
Yesi nofla meri, 2015
Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan
Penerapan Brain based Learning yang menggunakan keterpaduan tipe
webbed dan Brain based Learning keterpaduan tipe connected pada materi
pemanasan global dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru pada setiap
pertemuan, dan diikuti oleh siswa dengan semakin aktif dalam setiap tahapan
yang meliputi tahapan prapaparan, persiapan, inisiasi, elaborasi, inkubasi,
verifikasi dan selebrasi.
Brain based Learning yang menggunakan keterpaduan tipe webbed dan
Brain based Learning keterpaduan tipe connected pada materi pemanasan
global secara signifikan dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS)
pada materi pemanasan global dengan perolehan rata-rata N-Gain pada kelas
webbed sebesar 0.68 (kategori sedang) dan kelas connected (kategori tinggi)
sebesar 0.71. KPS yang diujikan meliputi keterampilan interpretasi (I), prediksi
(P), komunikasi (K), hipotesis (H), dan merencanakan percobaan (MP).
Penerapan Brain Based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe
webbed dan Brain Based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe
connected secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep pemanasan
global dengan perolehan rata-rata N-Gain pada kelas webbed sebesar 0.68
(kategori sedang) dan kelas connected sebesar 0.69 (kategori sedang).
Penguasaan konsep yang diujikan pada dimensi pengetahuan faktual dan
konseptual,dan dimensi proses kognitif ranah mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasi (C3), dan menganalisis (C4).
Tanggapan siswa dan guru positif terhadap penerapan Brain Based
Learning. Siswa merasa lebih mudah memahami materi pemanasan global