PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan IPA
Oleh
NURLAELATI 1204755
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH PASCA SARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING 1
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 19580712 198303 2 002
PEMBIMBING 2
Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed NIP. 19670919 199103 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan IPA
PERNYATAAN
“Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERDASARKAN MODEL WEBBED
UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA
PENJERNIHAN AIR” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya Saya sendiri, dan Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, Saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya Saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya Saya ini”.
Bandung, Maret 2014 Yang membuat pernyatan,
Ttd.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah disampaikan kepada Allah SWT
yang telah memberi kesempatan dan kemampuan lahir dan batin sehingga penulis
dapat melaksanakan dan menyelesaikan tesis ini sebagaimana yang diharapkan.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga, dan para sahabat, serta umatnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini merupakan salahsatu upaya penulis untuk memberikan
gambaran dan alternatif bagi guru di sekolah yang sudah dituntut untuk
melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu. Pembelajaran IPA terpadu yang
disampaikan pada penelitian ini adalah model webbed dengan tema penjernihan
air, selain itu pembelajaran dilengkapi dengan praktikum serta penayangan video
yang diyakini penulis dapat meningkatkan literasi sains siswa, sehingga siswa
termotivasi untuk terus mau belajar IPA.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri umumnya bagi guru-guru atau pembaca lainnya.
Penulis yakin bahwa tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna,
walaupun penulis telah berusaha secara maksimal dalam menulis tesis ini, namun
penulis yakin masih banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menyempurnakan tesis ini.
Bandung, Maret 2014
Penulis
Puja dan puji syukur Saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah tesis dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model Webbed untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Tema Penjernihan Air” telah dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai fihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :
1. Suamiku tercinta Drs. Kahdipriatna, serta anak-anakku Yoga Pratama Nuradi,
Gina Driya Lugina, Ahmad Ma’aliyal Ulya, dan Lailatul Munawaroh atas
segala do’a, pengertian, pengorbanan, serta dukungan semangat yang begitu
besar dalam menyelesaikan studi ini
2. Seluruh keluarga besar Bandung terutama Ibunda tercinta, Hj. E. Rusmini Rachim dan adikku tersayang Nurhasanah, S.Pd beserta keluarga yang telah dengan sabar mendampingi dan memfasilitasi selama berlangsungnya studi. Juga seluruh keluarga besar Saketi yang sudah memberikan dukungan serta
do’anya.
3. Yang Terhormat Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. selaku pembimbing satu dan sebagai Kepala Program Studi IPA yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk membimbing, memotivasi, dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Yang Terhormat Dr. Hj. Diana Rochintaniawati, M.Ed. selaku pembimbing dua yang telah banyak memberikan arahan bimbingan, motivasi, saran, dan petunjuk dalam rangka menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak H. Tito Sutanto, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 2 Rangkasbitung, beserta seluruh guru dan staf TU, terutama Bapak Kimber Tanjung, S.Pd. selaku guru IPA serta seluruh siswa kelas VII B dan VII C yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian untuk menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Khotimi Abdurachman, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 1 Maja Kabupaten Lebak.
7. Seluruh staf dosen SPs UPI Bandung, khususnya dosen Program Studi IPA yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan sehingga menambah wawasan penulis.
8. Sahabat-sahabat mahasiswa Program Studi IPA P2TK, teman mahasiswa Prodi IPA reguler angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan pendidikan, penyelesaian penelitian sampai penyelesaian penulisan tesis.
9. Serta seluruh fihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik berupa moril, materil, tenaga maupun pikirannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Atas segala kebaikannya, penulis hanya dapat berdo’a semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
DAFTAR ISI
Halaman PERTNYATAAN ...
ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ...
A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional ... F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ...
1
BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA
A. Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed ... B. Literasi Sains ... C. Tinjauan Pembelajaran Tema Penjenihan Air ...
9 20 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... B. Subjek Penelitian ... C. Prosedur Penelitian ... D. Instrumen Penelitian ... E. Tehnik Pengolahan Data dan Hasil Analisis ...
52 52 53 57 63
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Seluruh aspek Di Kelas Eksperimen dan Di Kelas Kontrol ... B. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Masing-masing
aspek Di Kelas Eksperimen dan Di Kelas Kontrol ... C. Keterlaksanaan Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed
pada Tema Penjernihan Air ... D. Hasil Wawancara dengan Siswa ...
69
74
Halaman
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...
100 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
DAFTAR TABEL
Kategori PISA tentang Ilmu IPA ... Kategori PISA tentang Pengetahuan Alam ... Kategori PISA tentang Konsep Aplikasi ... Penjelasan Penilaian Proses Sains oleh PISA ... Aspek Respon Sikap terhadap Isu Sains dalam PISA 2006 ... Deskripsi Enam Level Literasi Sains PISA ... Senyawa yang Terkandung dalam Air Hujan dan Mata Air ... Desain Penelitian ... SK dan KD yang Terkait ... Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran ... Instrumen Penelitian ... Kriteria Umum Penskoran ... Kisi-kisi Soal Literasi Sains ... Kriteria Validasi Item Butir Soal ... Kriteria Reliabilitas Seluruh Soal tes ... Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal ... Kriteria N-gain ...
Tafsiran Kategori Kemampuan ... Pemberian Skor Tanggapan Siswa ... Kriteria Persen Angket ... Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes, Postes, dan N-gain Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes, Postes, dan
N-gain ...
Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pretes, Postes, dan
N-gain di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...
Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks Aplikasi Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Sikap Siswa terhadap Isu-isu Sains ...
Halaman
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Kontak ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Kontak ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Kuriositi ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Kuriositi ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Elaborasi ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Saat Praktikum ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada saat Diskusi ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Pengambilan Keputusan ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Pengambilan Keputusan ... Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Tahap Nexus ... Frekuensi Kegiatan Siswa pada Tahap Nexus ... Tahapan Kegaiatan pada Tahap Evaluasi ... Hasil Wawancara dengan Siswa tentang
Pembelajaran Terpadu Model Webbed ...
DAFTAR GAMBAR
Pemetaan dan Penyusunan RPP Pembelajaran Terpadu Model Webbed ... Kerangka Asesmen Sains PISA 2009 ... Pemisahan Campuran Pasir dengan Cara
Penyaringan ... Pemisahan Campuran Pasir dengan Cara Destilasi Contoh Zat Padat Bolpoin, Pensil, Pena, Batuan ... Model Partikel Zat Padat ... Bentuk Zat Cair Mengikuti Tempatnya ... Materi-materi yang Diwebbedkan ... Bagan Alur Penelitian ... Rata-rata Hasil Pretes, Postes, dan N-gain ... Rata-rata Nilai Postes Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten Sains di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Rata-rata Nilai Postes Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks Aplikasi Sains di Kelas
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Teks Bahan Ajar
Soal Tes Tertulis
1
Rancangan Instrumen Penelitian
Format Observasi Kegiatan Pembelajaran Format Observasi Kegiatan siswa
Pedoman Wawancara
Analisis Tes Obyektif Perolehan Nilai Tiap Aspek Distribusi Skala Sikap Siswa Perhitungan SPSS
Surat Izin Penelitian Dokumentasi Penelitian Riwayat Hidup
PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model Webbed untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Tema Penjernihan Air” ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana model ini dapat meningkatkan literasi sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran tanpa integrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan Non-randomized
Subject Pretest Posttest Control-Group Design yang menggunakan dua kelompok
subjek penelitian kelas VII di salahsatu SMP Negeri di Rangkasbitung, Banten. Instrumen yang digunakan berupa tes tertulis, lembar observasi, LKS, angket, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu model Webbed dapat meningkatkan literasi sains siswa, lebih baik bila dibandingkan dengan peningkatan literasi sains pada kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu. Signifikansi ini ditunjukkan baik secara keseluruhan maupun pada setiap aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains siswa. Selain itu, pembelajaran IPA terpadu dapat pula membangun sikap positif siswa terhadap isu-isu sains.
APLICATION OF INTEGRATED SCIENCE BASED LEARNING WEBBED MODEL TO IMPROVE LITERACY SCIENCE STUDENT
AT THE THEME WATER PURIFICATION
ABSTRACT
The research, entitled”Aplication of Integrated Science Based Learning Webbed Model to Improve Literacy science Student at The Theme Water Purification”
aims to know how far this model can improve the scientific literacy of students compared to the learning without integration. The method used in the study is Quasi Experiment with NonRandomized Subject Pretest Posttest Control-Group that uses two group of research subject in class VII at Junir High School in Rangkasbitung, Banten. Instruments used in the form of written tests, observation sheets, worksheets, quetionnaires, and interview guides. The results showed that the integrated science learning webbed models can improve the scientific literacy of students, better when compared with increase in literacy in science class that does not implement an integrated science learning. Significance is shown both overall and in every aspect of content, aplication context, and the process of science students. In addition, an integrated science learning can also built
students’ positive attitudes toward science isues.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Hasil studi Program for
International Student Assessment (PISA) terhadap 75 negara pada tahun
2009 Indonesia menduduki peringkat 70 (Knighton, 2010: 32) dalam hal
performa sains. PISA mengukur kemajuan pendidikan suatu negara melalui
pemahaman peserta didik suatu negara terhadap Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang dibandingkan secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di
Indonesia belum mampu memahami isi bacaan apalagi mengaplikasikan dan
menghubungkannya dengan kehidupan yang dialaminya sehari-hari.
Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka dunia
pendidikan pun dituntut untuk mengikutinya, oleh karena itu maka siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah (Problem
Solving Skills), kemampuan teknologi (Tecnology Skills), kemampuan dasar
(Basic Skills), kemampuan berkomunikasi (Communication Skills),
kemampuan berpikir kreatif dan kritis (Critical and Creative Thinking Skills),
melek informasi digital (Information/Digital Literacy), kemampuan
menemukan (Inquairy/Reasoning Skills), kemampuan interpersonal
(Interpersonal Skills), dan melek berbagai budaya/berbagai bahasa
(Multicultural/multilingual literacy) (Nuryani, 2012).
Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Permen 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Khususnya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran IPA bahwa di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan
pembelajaran Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Salingtemas)
2
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana.
Penelusuran terhadap berbagai hasil penelitian dan pengamatan
sebagai guru sains, umumnya kecenderungan pembelajaran IPA di sekolah
adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan
konsep, teori dan hukum (Setiawan dalam Mulyitno, 2006 dan Nurhadi dalam
Sumartati, 2009). Sementara itu, model pembelajaran yang digunakan para
guru di lapangan masih menggunakan metode ceramah atau kadang
demonstrasi, sehingga pembelajaran IPA cenderung dihafal dan
membosankan. Akibatnya IPA sebagai proses, aplikasi, dan sikap kurang
tersentuh dalam proses pembelajaran. Hal lain yang teramati adalah bahwa
sampai saat ini, guru belum mempraktekkan model pembelajaran IPA terpadu
dengan cara mengajar yang menyenangkan, meskipun kurikulum tahun 2006
menghendaki pembelajaran terpadu. Dampak dari semua ini menyebabkan
hasil belajar siswa masih rendah. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran
yang beriorientasi pada tes/ujian dengan hanya mengukur ranah kognitif.
Kurikulum tahun 2013 memperkuat kewajiban mengelola
pembelajaran sains secara terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP). IPA
dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu (Kemendikbud, 2013: 2). Harapannya adalah dengan
proses dan materi pembelajaran IPA yang disampaikan secara terpadu dan
utuh dapat membangun tidak hanya pemahaman terhadap pengetahuan saja,
melainkan juga keterampilan dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari terkait sains. Selain itu sebagai efek penyerta,
pembelajaran IPA secara terpadu dapat membangun generasi yang
berkarakter dan dapat bersikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah
alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang
bertanggung jawab (Kemendikbud, 2013). Keterpaduan ini sangat
direkomendasikan untuk diaplikasikan di setiap jenjang pendidikan, terutama
3
dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya (Trianto, 2012).
Sejalan dengan pernyataan Triyanto bahwa dengan memadukan mata
pelajaran dapat dihasilkan pembelajaran yang; 1) relevan dengan kebutuhan
siswa dan pengalamannya, 2) menekankan kepada kesatuan yang mendasar
tentang ilmu pengetahuan, 3) meletakkan dasar yang memadai untuk
pembelajaran spesialis berikutnya dan, 4) menambahkan dimensi budaya
untuk pendidikan sains (Arbon dalam Opara, 2011).
Keterpaduan pembelajaran pada dasarnya sangat disarankan oleh
banyak ahli pendidikan seperti Brown et.al. (1984) dan Perkins et.al (dalam
Gardner, 2003) yang menyatakan bahwa seseorang dapat menerima informasi
dengan baik kalau disajikan dalam konteks yang beragam dan terpadu.
Sebaliknya siswa akan sulit untuk menerima informasi dari pelajaran atau
definisi yang terpisah sehingga memungkinkan terjadinya keterampilan yang
terisolasi hanya pada salah satu jenis masalah saja. Dengan kata lain pendekatan yang disatukan dapat dipikirkan sebagai suatu “metakurikulum” akan berfungsi sebagai jembatan antar kurikulum standar dan pemikiran di
luar konteks atau kurikulum tentang belajar keterampilan yang bertujuan
untuk dapat diterapkan pada lintas tema.
Salahsatu pembelajaran IPA terpadu yang dapat diterapkan yaitu
model/tipe webbed. Pembelajaran IPA terpadu model webbed adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekan ini
dimulai dengan menentukan tema, sebagai contoh tema penjernihan air yang
telah dicobakan melalui penelitian ini. Pengembangan tema-tema ini
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antar berbagai sub bidang ilmu
yang relevan misalnya biologi, fisika, kimia, sosial, dan lingkungan. Dari
tema-tema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan
4
Adapun kelebihan dari model webbed ini adalah 1) Adanya faktor
motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati. 2)
relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman. 3)
mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam
semua bidang isi pelajaran. Dan 4) menyediakan sebuah media yang terlihat
dan memotivasi siswa. Hal itu sangat mudah bagi mereka untuk melihat
bagaimana kegiatan dan ide saling berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya bahwa penerapan model pembelajaran webbed dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa (Wuriyatmi, dkk, 2012).
Pada penelitian ini prinsip-prinsip dasar IPA Terpadu dalam
pembelajaran berbasis Sains Teknologi Masyarakat (STM)) juga akan
diterapkan dalam pembelajaran untuk memenuhi standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD) tertentu dalam mata pelajaran IPA. STM
didefinisikan sebagai pengajaran dan pembelajaran IPTEK dalam konteks
pengalaman manusia (American Association for the Advancement of Science,
1993; National Research Council, 1996; National Science Teachers
Association, 1990, 1990–91 dalam Lee dan Erdogan, 2007). Dengan
menerapkan prinsip dasar pembelajaran IPA Terpadu model webbed
kemampuan literasi sains (aspek yang diukur dalam PISA) siswa SMP
khususnya penguasaan konten, konteks aplikasi, dan proses sains diharapkan
dapat meningkat secara signifikan serta mengasah respon sikap siswa
terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar
belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konten, konteks aplikasi, dan
5
webbed dengan kelas yang tidak menerapkan Pembelajaran IPA terpadu
model webbed pada tema penjernihan air ?”
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa SMP pada aspek konten,
konteks aplikasi, dan proses sains di kelas yang menerapkan
pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak
menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema
penjernihan air ?
2. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada
aspek konten di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model
webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu
model webbed pada tema penjernihan air ?
3. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada
aspek konteks aplikasi di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA
terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran
IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air ?
4. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada
aspek proses di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model
webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu
model webbed pada tema penjernihan air ?
5. Bagaimanakah sikap siswa di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA
terpadu model webbed terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air ?
6. Bagaimanakah tahapan dan keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu
model webbed di kelas eksperimen ?
7. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA
Terpadu model webbed pada tema penjernihan air yang dilakukan ?
6
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar
belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Memperoleh informasi tentang penguasaan literasi sains siswa SMP pada
aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains pada tema penjernihan air.
2. Memperoleh informasi tentang sikap siswa terhadap isu-isu sains pada
tema penjernihan air.
3. Memperoleh informasi tentang tahapan dan keterlaksanaan penerapan
pembelajaran IPA Terpadu model webbed
4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA
Terpadu model webbed.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru :
a. Memberikan wawasan dan informasi tentang tingkat literasi sains
siswa SMP.
b. Memberikan wawasan dan pengalaman tentang penerapan
pembelajaran IPA Terpadu model webbed.
c. Menjadikan pembelajaran IPA terpadu model webbed sebagai
alternatif penerapan model pembelajaran terpadu di sekolah.
2. Bagi siswa
a. Memiliki kemampuan literasi sains dengan melihat hubungan yang
bermakna antar konsep
b. Meningkatkan kesadaran siswa dalam menyikapi pentingnya
penjernihan air.
c. Meningkatkan minat dan motivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran.
7
Hasil penelitian dapat dijadikan masukkan dan bahan pertimbangan
untuk penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran dan
tema yang berbeda.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi tentang
istilah-istilah yang tertera dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed
Pembelajaran IPA terpadu model webbed merupakan model
pembelajaran terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik.
Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema
tertentu. (Trianto, 2013). Tema yang dipilih harus relevan dengan
kebutuhan siswa karena memaksakan pemaduan isi yang tidak logis atau
tidak ilmiah akan menghilangkan nilai pembelajaran IPA terpadu (Sains,
2004: 21).
Tema dalam penelitian ini adalah penjernihan air yang terdiri dari
subtema-tema zat cair (kimia), pemisahan campuran (fisika), pengelolaan
air tawar (fisika), ekosistem dan saling ketergantungan (biologi), ancaman
terhadap kualitas air (kimia), pencemaran air tanah (biologi), pengelolaan
lingkungan air (biologi), dan pencemaran air (biologi).
Keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan
tema penjernihan air diukur dengan menggunakan lembar observasi guru
dan siswa
2. Literasi Sains
Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan
8
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat
keputusan yang berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia pada tema penjernihan air. Dalam
penelitian ini aspek literasi sains yang diukur meliputi aspek konten sains,
konteks aplikasi sains, proses sains, dan aspek sikap terhadap isu-isu sains.
Aspek konten sains diukur dengan menggunkan tes bentuk pilihan
ganda beralasan dan LKS. Aspek konteks aplikasi sains diukur dengan
menggunakan tes bentuk pilihan ganda beralasan dan LKS, dan Aspek
proses sains diukur dengan menggunakan tes bentuk pilihan ganda
beralasan. Sedangkan untuk aspek sikap terhadap isu-isu sains diukur
dengan menggunakan angket.
F. Asumsi dan Hipotesa Penelitian 1. Asumsi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa dengan
pembelajaran IPA terpadu mampu mendukung peningkatan literasi sains
siswa, karena otak bekerja secara asimetris dan mengikutsertakan emosi
pada setiap peristiwa dan pikiran, membentuk pola-pola makna untuk
membangun gambaran yang lebih besar, dan memberikan kesimpulan
tentang informasi yang dimiliki hal ini sejalan dengan kurikulum terpadu
yang dapat mengembangkan sikap siswa dalam melakukan beberapa
pekerjaan, dengan memadukan beberapa ilmu dalam satu kegiatan
sehingga dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan asumsi di atas peneliti membuat hipotesis sebagai
9
HA = Terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan antara
kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed
dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajan IPA terpadu.
H0 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan
antara kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model
webbed dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajan IPA
52
Nurlaelati, 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu
(Quasi Experiment) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
perlakuan pembelajaran IPA terpadu model webbed terhadap peningkatan
literasi sains siswa pada tema penjernihan air. dengan menggunakan
Pretest-Posttest Control-Group Design. Untuk keperluan pengolahan data digunakan
kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran IPA
terpadu model webbed sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan
pembelajaran IPA yang tidak terpadu. Desain penelitian ini tergambar pada
Tabel 3.1 berikut ini
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas Tes awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O X1 O1
Kontrol O X2 O1
Keterangan :
X1 = perlakuan berupa pembelajaran IPA terpadu model webbed
pada tema penjernihan air
X2 = perlakuan berupa pembelajaran IPA tidak terpadu
O = pretest (tes awal)
O1 = posttest (tes akhir)
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Kabupaten
Lebak dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 33
siswa (kelas eksperimen) dan sebanyak 34 siswa (kelas kontrol). Penentuan
53
Nurlaelati, 2014
yang sudah ada dan diyakini oleh peneliti bahwa saat pembagian kelas
diasumsikan dibagi secara acak.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan dan menyusun perangkat
pembelajaran, adapun kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran IPA SMP
b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran terpadu model
webbed.
c. Melakukan studi kepustakaan mengenai penilaian kemampuan literasi
sains
d. Menentukan tema yang sesuai dengan SK dan KD.
Tabel 3.2 SK dan KD yang Terkait
Standar Kompetesi Kompetensi Dasar
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
Tema yang ditentukan dalam penelitian ini adalah penjernihan air
dan subtema terdiri dari zat cair, pemisahan campuran, pengelolaan air
tawar, ekosistem dan saling ketergantungan, ancaman terhadap kualitas
air, pencemaran air tanah, pengelolaan lingkungan air, pencemaran air.
54
Nurlaelati, 2014
wujud zat, pemisahan campuran, dan ekosistem dan saling ketergantungan.
Adapun materi-materi yang diwebbedkan terlihat dalam Gambar 3.1
berikut ini.
Gambar 3.1 Materi-materi yang Diwebbedkan
e. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap terhadap
isu-isu sains melalui telaah konteks, konten dan proses.
f. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui
telaah konteks, konten dan kompetensi
g. Membuat peta sekuensi pembelajaran
h. Membuat perangkat bahan ajar, berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.
i. Menguji coba butir soal instrumen penelitian dan menganalisis hasil uji
coba soal instrumen penelitian.
j. Memperbaiki instrumen penelitian.
k. Mempersiapkan surat izin penelitian.
l. Menghubungi Guru IPA yang bersangkutan untuk menentukan waktu
penelitian.
m. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
55
Nurlaelati, 2014
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini
dilakukan pembelajaran terpadu model webbed. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini adalah :
a. Pertemuan pertama digunakan untuk pretes, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal literasi sains siswa pada tema
penjernihan air.
b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model
webbed pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol selama 8 pertemuan.
c. Pertemuan terakhir dilakukan postes untuk melihat kemampuan literasi
sains siswa pada tema penjernihan air.
d. Pengisian angket dan wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan tema
penjernihan air.
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang observer untuk
mengamati kegiatan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 21 Oktober
2013–29 Oktober 2013. Jadwal pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini:
Tabel 3.3 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran
Pertemuan
ke Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1 Senin, 21
56
Nurlaelati, 2014 Pertemuan
ke Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
4 Selasa, 29
3. Tahap Analisis Data
a. Pengumpulan data.
b. Pengolahan data dengan menggunakan metode statistika.
c. Menganalisis semua data penelitian.
d. Pembahasan hasil penelitian.
e. Penarikan kesimpulan dan saran.
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur
penelitian seperti yang tertera pada Gambar 3.2 berikut ini:
Analisis Standar Isi
Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan kompetensi
tema penjernihan air
Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap
materi melalui telaah konteks, konten dan sikap tema penjernihan air
Pembuatan peta konsekuensi pembelajaran tema penjernihan air Penyusunan teks bahan ajar, RPP dan Instrumen Penelitian tema
penjernihan air
Penentuan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji Coba Butir Soal Instrumen
57
Nurlaelati, 2014
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian. Dalam pengembangan instrumen ini, dilakukan penyusunan
instrumen, validitas instrumen dan reliabilitas soal.
Pada penelitian ini instrumen yang disusun meliputi soal tes tertulis
dalam bentuk pilihan ganda beralasan yang digunakan pada pretes dan postes,
pedoman wawancara dan angket sikap siswa terhadap isu-isu sains. Secara
rinci instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.4 Instrumen Penelitian
No Instrumen Deskripsi Instrumen Target
1 Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja yang digunakan bertujuan untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
Implementasi
Pretes Kelas Eksperimen Pretes Kelas Kontrol
Postes
KBM dengan Pembelajaran pembelajaran IPA Terpadu Model webbed
KBM dengan Pembelajaran Konvensional
Postes
Wawancara, Angket, Skala Sikap
Analisis Data dan Pembahasan
58
Nurlaelati, 2014
No Instrumen Deskripsi Instrumen Target
kegiatan kelompok yang
dilakukan pada saat pembelajaran. Lembar kerja ini juga bertujuan untuk melihat kemampuan berkomunikasi dan kerja sama antar anggota dalam kelompok
kerja sama yang digunakan berjumlah 4 buah (A, B, C dan D). Tes ini diberikan pada saat pretest dan postest
Mengukur
kemampuan literasi sains siswa
3 Lembar Observasi
Lembar observasi berisi pernyataan-pernyataan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas apakah sesuai
Wawancara dilakukan secara terstruktur dan dilakukan setelah pembelajaran
Jumlah pernyataan yang diberikan sebanyak 20 buah. Angket diberikan kepada siswa sebelum postes atau kegiatan setelah pembelajaran dilaksanakan
1. Penyusunan Instrumen Penelitian a. Tes Tertulis
Tes tertulis yaitu kumpulan butir soal yang digunakan untuk
mengukur aspek konten, konteks, proses dan sikap sains siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran. Butir soal yang disusun sebanyak
20 soal pilihan ganda beralasan (Lampiran A.5)
Kriteria penskoran untuk tes pilihan ganda beralasan dan tes
uraian yang digunakan adalah kriteria penskoran yang dikembangkan
59
Nurlaelati, 2014
Tabel 3.5 Kriteria Umum Penskoran
Skor Jawaban siswa
2 Sangat baik, jawaban benar dan alasan benar sesuai dengan kunci
1 Jawaban benar tetapi alasan salah atau alasan tidak sesuai dengan kunci
0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah dan alasan salah
Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Literasi Sains
No Aspek Literasi Sains Nomor Soal
Konten
1 Sifat fisika 1,5,9,13,17
2 Sifat kimia 2,6,10,14,18
3 Perubahan fisika 3,7,11,15,19
4 Perubahan kimia 4,8,12,16,20
5 Sifat fisika, sifat kimia, perubahan fisika, dan perubahan kimia
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,
3 Kondisi Air Waduk Periode 1996 – 2010 di Indonesia
9,10,11,12
4 Pencemaran limbah cuci jins di aliran irigasi sungai Layangan
13,14,15,16 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
1
2 Menerapkan pengetahuan sains dalam situasi tertentu
2,4
3 Menggambarkan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan
3,9
4 Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah
5,7
60
Nurlaelati, 2014
No Aspek Literasi Sains Nomor Soal
penyelidikan ilmiah
6 Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan dibalik kesimpulan
8,20
7 Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
10
8 Mengidentifikasi prediksi yang tepat, penjelasan, dan prediksi
11,13,17,18
9 Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat kesimpulan serta mengkomunikasikan
14,19
Sikap/Nilai Terhadap Isu-isu Sains
1 Mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah
1,2,3,4
2 Menunjukkan rasa tanggung jawab secara personal untuk memelihara lingkungan
5,6,7,8
3 Menunjukkan rasa keingintahuan terhadap sains dan isu-isu yang berkaitan dengan sains
9,10,11,12
4 Menunjukkan kemauan untuk mengambil sikap menjaga sumber alam
13,14,15,16
5 Menunjukkan kepedulian pada dampak lingkungan akibat perilaku manusia
17,18,19,20
b. Rubrik Penilaian Kinerja
Dalam penelitian ini Rubrik Penilaian Kinerja berbentuk
Lembar Kerja Siswa (LKS) bertujuan untuk membantu dan
mengarahkan siswa dalam kegiatan kelompok yang dilakukan pada
saat pembelajaran. Selain itu berfungsi sebagai data untuk
memperkuat hasil penelitian, terutama untuk mengukur proses sains
siswa (Lampiran A.4).
61
Nurlaelati, 2014
Lembar observasi adalah instrumen yang digunakan pada saat
pembelajaran dan berisi pernyatan-pernyataan mengenai kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di kelas (Lampiran B.2 dan B.3).
d. Pedoman Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan terstruktur
dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematik. Tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan
informasi lain yang mendukung analisis data. Wawancara dilakukan
setelah proses pembelajaran (Lampiran B.4).
e. Angket
Penggunaan angket dimaksudkan untuk memperoleh data
mengenai tanggapan atau respon siswa isu-isu sains yang
berhubungan dengan tema penjernihan air. Angket dikembangkan
dalam penelitian ini berupa skala Likert, yaitu penyajian suatu
pernyataan kemudian siswa diminta pendapatnya dengan memberi
tanda ceklist (√). Angket ini menggunakan empat kategori respon
yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS) (Lampiran A.5).
2. Validasi Instrumen Penelitian
Kehandalan instrumen diuji dengan uji validitas, uji reliabilitas,
dan analisis tingkat kesukaran soal. Pengujian instrumen berdasarkan hasil
uji coba soal terhadap siswa kelas VIII yang berjumlah 115 siswa dengan
instrumen tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.
62
Nurlaelati, 2014
Menurut Darmadi (2012: 115) validitas merupakan tingkat
dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Sejalan
dengan pernyataan Arikunto (2012) bahwa sebuah tes dikatakan valid
atau sahih apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Mengukur validitas item butir soal pada penelitian ini dihitung dengan
menggunakan Anates V4 Program. Kriteria validitas item butir soal
tertera pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Validitas Item Butir Soal
Harga Koefisien Korelasi (rxy) Interpretasi
0,80 - 1,00 sangat tinggi
0,60 - 0,80 tinggi
0,40 - 0,60 cukup
0,20 - 0,40 rendah
0,00 - 0,20 sangat rendah
(Arikunto, 2012)
Hasil uji validitas dengan menggunakan Anates V4 Program
diperoleh nilai koefisien korelasi 0,41. Menurut Tabel 3.7 validitas
soal termasuk kategori cukup. Data serta pengolahannya disajikan
pada Lampiran C.1.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi pengukuran.
Menurut Jacobs (1992) suatu tes dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap (Arikunto, 2012). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Darmadi (2011) bahwa reliabilitas adalah tingkatan dimana suatu tes
secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur.
Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas seluruh soal
tes menggunakan Anates V4 Program.
63
Nurlaelati, 2014
Nilai r Interpretasi
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto dalam Priatna , 2009)
Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan Anates
V4 Program diperoleh nilai reliabilitas 0,58. Menurut Tabel 3.8
kriteria reliabilitas soal yang digunakan termasuk kategori cukup.
Data serta pengolahannya disajikan pada Lampiran C.1.
c. Taraf kesukaran
Menghitung taraf kesukaran soal yaitu bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal menggunakan Anates
V4 Program. Kriteria indeks kesukaran soal tertera dalam Tabel 3.9
berikut ini
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran Soal
(Zulaiha, 2007)
Hasil uji tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas butir soal
pada uji coba secara keseluruhan dirangkum dalam Tabel 3.10 berikut ini :
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal
No Pokok Uji
Tingkat
Kesukaran Validitas Reliabilitas Tindak Lanjut
1 Sedang Valid Reliabel Digunakan
2 Mudah Valid Reliabel Digunakan
3 Sukar Valid Reliabel Digunakan
Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori
TK < 0,3 Sukar
0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang
64
Nurlaelati, 2014 No Pokok
Uji
Tingkat
Kesukaran Validitas Reliabilitas Tindak Lanjut
4 Mudah Valid Reliabel Digunakan
5 Mudah Valid Reliabel Digunakan
6 Mudah Valid Reliabel Digunakan
7 Mudah Valid Reliabel Digunakan
8 Sedang Valid Reliabel Digunakan
9 Mudah Valid Reliabel Digunakan
10 Sukar Valid Reliabel Digunakan
11 Sukar Valid Reliabel Digunakan
12 Sukar Valid Reliabel Digunakan
13 Sukar Valid Reliabel Digunakan
14 Sedang Valid Reliabel Digunakan
15 Sukar Valid Reliabel Digunakan
16 Sukar Valid Reliabel Digunakan
17 Mudah Valid Reliabel Digunakan
18 Sedang Valid Reliabel Digunakan
19 Sedang Valid Reliabel Digunakan
20 Sedang Valid Reliabel Digunakan
E. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh
melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar dalam bentuk
skor atau nilai yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji
hipotesis, sedangkan data kualitatif merupakan data pendukung yang
dianalisis dengan cara deskriptif.
1. Analisis Data Kuantitatif
Pengolahan Data Pretes dan Postes
Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data
pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar berupa penguasaan konten, konteks, dan proses
yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
65
Nurlaelati, 2014
Analisis data yang diuji dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban
b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes
c. Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:
Nilai Siswa (%) = ∑ � �
∑ X 100%
d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa
Nilai rata-rata = � �
� ℎ �
e. Menentukan peningkatan literasi sains siswa dengan cara menghitung
Normalized Gain (%) pada keseluruhan literasi sains dan tiap aspek
(konten, konteks, dan proses) untuk keseluruhan siswa, dengan rumus:
N – gain = % − % − � % %
Keterangan :
� � % = skor tes awal
� % = skor tes akhir � ��� % = skor maksimal ideal
Tabel 3.11 Kriteria N-gain
N-gain
Keterangan
Angka (%)
0.00 – 0.30 0 - 30 Rendah
0.31 – 0.70 31 - 70 Sedang
0.71 – 1.00 71 - 100 Tinggi
f. Menilai tingkat penguasaan semua aspek literasi sains siswa
66
Nurlaelati, 2014
Tabel 3.12 Tafsiran Kategori Kemampuan (Arikunto, 2010)
Nilai (%) Kategori Kemampuan
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat kurang
g. Melakukan analisis statistik skor pretes dan postes untuk menguji
signifikansi. Tahap-tahap analisis sebagai berikut:
1) Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smironov program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai
berikut:
Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau
probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika nilai
signifikansinya < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
2) Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program
SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau
probabilitas > 0,05 maka data homogen. Jika nilai signifikansinya
< 0,05 maka data tidak homogen.
3) Data yang terdistribusi normal dialakukan uji nonparametik
dengan menggunakan Independent Sample t – Test pada program
SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0
ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dengan kelas
67
Nurlaelati, 2014
4) Data yang tidak terdistribusi normal, dilakukan uji nonparametrik
berupa U Mann Whitney menggunakan program SPSS versi 16.0
dengan penafsiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas eksperimen dengan
kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0
ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dengan kontrol
5) Melakukan analisis statistik untuk menguji signifikansi perbedaan
penguasaan setiap aspek literasi sains (konten, konteks aplikasi,
dan proses) berdasarkan kategori kelompok siswa (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) dengan menggunakan uji z, karena
sampel yang digunakan > 30, kemudian penelitian ini
membandingkan 2 perlakuan, yaitu kelas yang menerapkan
pembelajaran IPA terpadu dan kelas yang menerapkan
pembelajaran IPA tidak terpadu. Program SPSS versi 16.0
menggunakan uji nonparametrik berupa U Mann Whitney dengan
penafsiran sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi
sains yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak
dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan peningkatan literasi
sains yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
68
Nurlaelati, 2014
Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengumpulkan data dari
hasil observasi, angket, dan wawancara. Data hasil observasi diperoleh
ketika siswa mengikuti pembelajaran, yaitu ketika melalukan praktikum,
diskusi, dan menyimak video pembelajaran yang telah dicatat kemudian
dideskripsikan dalam bentuk tulisan.
Angket digunakan untuk menganalisis tanggapan siswa terhadap
isu-isu sains dengan tema penjernihan air. Analisis data dilakukan dengan
menghitung persentase masing-masing jawaban untuk setiap pernyataan
dalam angket.
Pemberian skor kepada setiap pernyataan siswa dengan ketentuan
seperti pada Tabel 3.13 berikut ini
Tabel 3.13 Pemberian Skor Tanggapan Siswa
Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (SS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif
menggunakan perhitungan persentase (%) untuk setiap pernyataannya.
Angket tanggapan siswa dipersentasekan dengan menggunakan
rumus:
Persentase = �
ℎ � � × %
Untuk menentukan kriteria persentase dari angket yang diolah,
peneliti menggunakan aturan yang dikemukakan oleh Budiarti (Solihat,
2010) pada Tabel 3.12 berikut ini
Tabel 3.14 Kriteria Persen Angket
R (%) Kriteria
69
Nurlaelati, 2014
R (%) Kriteria
0 < R < 25 Sebagian Kecil
25 < R < 50 Hampir Setengahnya
R = 50 Setengahnya
50 < R < 75 Sebagian Besar
75 < R < 100 Hampir Seluruhnya
R = 100 Seluruhnya
R adalah persentase responden yang menjawab alternatif jawaban
untuk item pernyataan.
Data hasil wawancara yang diperoleh dari siswa di kelas
eksperimen. Hasil wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi
tentang tanggapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, m
aka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains
siswa pada aspek konten di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA
terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran
IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air karena nilai untuk
seluruh aspek konten sains Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains
siswa pada aspek konteks aplikasi di kelas yang menerapkan
pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak
menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema
penjernihan air karena nilai seluruh aspek konten sains Asymp. Sig.
(2-tailed) < 0,05
3. Pada aspek proses sains dari 9 aspek proses sains 8 aspek memiliki nilai
signifikansi sig (2-tailed) < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa di kelas yang
menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang
tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema
penjernihan air, sedangkan aspek proses “Menafsirkan bukti ilmiah dan
membuat kesimpulan serta mengkomunikasikan” memiliki nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 sehingga tidak terdapat perbedaan
peningkatan literasi sains yang signifikan pada 2 proses sains antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
4. Pada umumnya siswa sudah dapat menentukan sikap terhadap isu-isu
dengan tema penjernihan air karena siswa dapat memilih mana sikap
101
5. Secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil belajar pada aspek literasi
sains (konten, konteks, dan proses sains) baik di kelas yang menerapkan
pembelajaran IPA terpadu model webbed (kelas eksperimen) dengan
kelas yang menerapkan pembelajaran IPA tidak terpadu (kelas kontrol).
6. Seluruh tahapan pembelajaran IPA terpadu model webbed di kelas
eksperimen terlaksana mulai dari fase kontak, fase kuriositi, fase
elaborasi, fase pengambilan keputusan, fase nexus, sampai pada fase
penilaian.
7. Secara umum siswa merasa senang mempelajari tema penjernihan air
dengan menggunakan pembelajaran IPA terpadu model webbed.
Pemberian tugas dan kegiatan diskusi perlu dilakukan dalam setiap
pembelajaran karena dapat membantu siswa dalam memahami konsep
IPA. Sebagian besar siswa setuju bahwa pembelajaran yang dilakukan
bermanfaat karena berhubungan erat dengan kehidupan di sekitar
mereka, baik itu di lingkungan keluarga maupun sosial mereka.
B. Rekomendasi
Penelitian ini menekankan pada aktivitas siswa tetapi dampaknya
berpengaruh pada penampilan dan sikap siswa. Berkaitan dengan kesimpulan
dari hasil penelitian ini, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Pembelajara IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air dapat
menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP.
2. Guru dapat mengembangkan pembelajaran IPA terpadu dengan model
yang lain, karena secara umum bahwa pembelajaran dengan IPA terpadu
dapat melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotornya.
3. Melalui pembelajaran IPA terpadu model webbed guru dapat melatih
102
karena pemebelajaran diawali dengan mangangkat tema yang ada disekitar
kehidupan siswa.
4. Pembelajaran yang dikembangkan pada tema penjernihan air ini hanya
satu dari berbagai tema yang dapat digunakan oleh guru atau peneliti yang
lain.
5. Kerjasama diantara guru IPA baik yang berlatar belakang pendidikan
fisika, biologi, ataupun kimia sangat diperlukan agar implementasi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Asniar. (2012). Software Pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model
Connected untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII pada Tema Rokok dan Kesehatan. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Bahriah, E.S. (2012). Literasi Sains. [Online]. Tersedia http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/05/literasi-sains/ [7 Juli 2012)
Bustami, Yacobus. (2009). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan berpikir Kritis siswa SMA pada Subtopik Pencemaran Air. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Campbell. et al. (2000). Biologi. Jilid 1 (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar. Konsep-konsep Inti. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dahar, Ratna. W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Buku 1 Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Buku 4 Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Buku1 Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Contoh/Model Silabus Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Penerbit Direktorat Pembinaan SMP :
Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional.
104
Echols, J.M dan Hassan Shadily. (1998). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Fensham, Peter. (1979). Strategies And Implementation Of Integrated Science
Education At The Post-Secondary Level. Volume V. UNESCO.
Fogarty. R. (1991). The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine Illinois. IRI/Skylight Publishing, Inc.
Fong. et al. (2012). Science Matters. Lower Secondary. Vol. A. Singapore: marshall Cavendish Education
Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How To Design And Evaluate Research In
Education, 6thEdition. Singapore: McGrawHill.
Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) : Teori dalam
Praktek. Terjemahan. Batam: Penerbit Lenteraksara.
Gasden T, Beclit P and Dawson G. (1979). The Design And Content Of Integrated
Science Courses. Volume V. UNESCO
Hendrajaya, L. Dkk. (2011). Filsafat Sains. Geliat Sains Dasar Membangun
Bangsa. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Holbrook, J. (1998). A Source Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO
Holbrook. et al. (2007). “The Nature of Science Education for Enhancing Scientific Literacy”. International Journal of Science Education, 29: (11), 1347-1362, First published on: 03 April 2007 (iFirst)
Indrawati. (2009). Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Penerbit PPPPTK IPA
Jacobs, L.C and Chase, C.I. (1992). Developing and Using Test Effectively. A
Guide For Faculty. San Fransisco. USA: Jossey-Bass Publishers.
Jensen, Eric. (2008). Brain-Based Learning : Pembelajaran Berbasis Kemampuan
Otak. Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar.
105
Knighton T, Brochu P, Tomasz G. (2010). Measuring Up: Canadian Results of the OECD PISA Study The Performance of Canada’s Youth in Reading, Mathematics and Science 2009 First Results for Canadians Aged 15.
Statistics Canada, Council of Ministers of Education, Canada.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Ilmu Pengetahuan Alam : Buku
Guru Kelas VII. Jakarta: Penerbit Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lee. et al. (2007). “The Effect of Science Technology–Society Teaching on
Students’Attitudes toward Science and Certain Aspects of Creativity”. International Journal of Science Education. 29, (11), 1315–1327.
Lokan, Jan. (2001). 15-up and counting, reading, writing, reasoning: how literate
are Australian students?: the PISA 2000 survey of students’ reading, mathematical and scientific literacy skills. Australia: National Library of
Australia.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.
Muijs, D and Reynolds, D. (2008). Effective Teaching Theori dan Aplikasi. Edisi kedua. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Mulyitno. (2010). Pembelajaran Tematik Pengaruh Zat Aditif Makanan Terhadap
Kesehatan dengan Pendekatan STL (Science Technology Literacy) untuk Meningkatkan Literasi Sains. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Nurdin, A. (2012). Model Pembelajaran Webbed. [Online] tersedia : http://www.ahmatnurdin.com/model-pembelajaran-terpadu-tipe-webbed. html [3 Maret 2013]
Nurdiyanti, Dewi. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Sampah dan
Usaha Penanggulangannya untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Nuryani. (2012). Litersi Sains Untuk Generasi Muda. Slide Show. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
106
OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading,
Mathematic and Science.
OECD. (2007). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World
Executive Summary.
OECD (2009). Pisa 2009 Assessment Framework – Key Competencies In Reading, Mathematics And Science.
Opara, J.A. (2011). “Baja’s Model and The Teaching and Learning of Integrated Science in Nigerian High School System”. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences. (1)
Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tentang Standar Proses.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Pinto. et al. (2009). “ Scientific Processes in PISA Tests Observed for Science Teachers”. International Journal of Science Education, 31, (16),
2137-2159.
Priatna. D.R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Topik Perubahan Materi
untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI
Bandung: Tidak diterbitkan
Prihantoro, dkk. (1986). Buku Materi Pokok IPA Terpadu. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta Universitas Terbuka
.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Paduan Pengembangan Pembelajaran
IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta : Penerbit Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas.
Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011), Seminar PISA : Analisis Trend
Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009. Jakarta: Penerbit
PUSLITBANG KEMENDIKBUD.
Pusat Pengembangan Kurikulum. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran
IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Penerbit Puskur Balitbang Depdiknas.
107
Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Parametik. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.
Setiawan, W. Dkk. (2001). Biologi Lingkungan 1C. Bandung: Penerbit Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
Solihat, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Sains. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Suanda, Dedi. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema
Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.
Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Sumartati, Losarini. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Makanan dan
Pengaruhnya terhadap Kerja Ginjal untuk Meningkatkan Literasi sains Siswa MTs. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Tim IPA terpadu. (2011). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Penerbit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Trianto. (2012). Model Pembelajatran Terpadu : Konsep, strategi, dan
Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia.
Wartono. Dkk. (2004). Tema Pelatihan Terintegrasi. SAINS. Buku 4. Jakarta: Penerbit Depdiknas.
Wasis, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Sekolah Menengah Pertama. Kelas VII. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas.
108
Wilujeng, I. (2011). Pengembangan Program IPA Terintegrasi Guna Membekali
Kompetensi Pendidik Calon Guru IPA SMP. Disertasi pada SPs.
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Wuriyatmi, dkk. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajran IPA Terpadu
dengan Menggunakan Pendekatan Guided Inquairy Model Webbed di SMP Negeri 3 Depok dan SMP Negeri 2 Tempel. FPMIPA UNY. Tidak
diterbitkan.