• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah teori akuntansii laptop inovatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah teori akuntansii laptop inovatif"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI AKUNTANSI DAN

(2)

Pendahuluan

Akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup luas dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi. Akuntansi sebagai kegiatan penyedia jasa mengisyaratkan bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan untuk merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan harus bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan (to be useful in making economic decision). Karena karakteristik informasi yang dihasilkan akuntansi akan sangat bergantung pada lingkungan tempat akuntansi akan diterapkan, akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan tentunya akan membahas berbagai konsep dan alternatif serta implikasinya dalam berbagai kondisi lingkungan (Suwardjono, 2005: 10).

Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan. Pendekatan klasikal yang lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif mengalami kejayaannya pada tahun 1960-an, tetapi dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi. Alasan yang mendasari pergeseran ini adalah bahwa pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai didalam praktek sehari-hari. Design sistem akuntansi yang dihasilkan dari penelitian normatif dalam kenyataannya tidak dipakai dalam praktek. Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif berfungsinya sistem akuntansi didalam praktek nyata (Januarti, 2004).

(3)

ilmiah. Teori akuntansi berkepentingan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan umum sebagai penjelasan parkatik akuntansi (Suwardjono, 2005:39).

Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, akuntansi merupakan teknologi perangkat lunak yang harus dipelajari dan dikembangkan untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Adanya tujuan sosial yang hendak dicapai oleh akuntansi menjadikan teori akuntansi banyak membahas pertimbangan nilai (value judgment) (Suwardjono, 2007:39).

Atas dasar sasaran yang ingin dicapai, teori akuntansi dibedakan menjadi teori positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains dan teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif (Suwardjono, 2005: 26). Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan, atau perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah sesutu pernyataan itu benar atau salah (true or false) atas dasar kriteria ilmiah. Penjelasan normatif berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai apakah sesuatu baik atau buruk (good or bad) atau relevan atau tak relevan (relevan or irrelevant) dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuatan kebijakan (policy making) (Suwardjono, 2005: 26).

Teori akuntansi normatif

(4)

(subjective) yang melibatkan kemampuan meninmbang (art) antara manfaat dan risiko atau keuntungan dan kerugian. Hasil akhir dari teori akuntansi normatif adalah suatu pernyataan atau proposal yang menganjurkan tindakan tertentu (prescriptive). Dalam contoh ini, misalnya teori akuntansi akan menghasilkan pernyataan yang berbunyi bahwa aset tetap harus (ought dan should) dinilai dan dicantumkan dalam neraca atas dasar kos historis. Penalaran deduktif (bukan empiris dan analisis bukti) yang digunakan dalam riset akuntansi normatif seperti yang dilakukan oleh Paton (1421), Edward and Bell (196), Chamber (1966), dan Sterling (1970) untuk sampai pada kesimpulan apakah yang harus dilakukan (Ghazali, 2004). Menurut Blaug (1992) Sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan penjelasan atau penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif (good or bad) daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai (dalam Suwardjono, 2005: 27).

Akuntansi merupakan pengetahuan tentang perekayasaan informasi untuk pengendalian keuangan negara. Hasil akhir akuntansi adalah prinsip, metoda, atau teknik yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akuntansi. Hasil penalaran logis adalah rerangka konseptual yang menjadi semacam konstitusi akuntansi (Suwardjono, 2005: 39). Kewajiban menggunakan IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek merupakan salah satu perubahan dalam sejarah regulasi Akuntansi di Indonesia.

(5)

tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi wajib bagi akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan pendidik.

Menurut Muchclis (2011), adopsi IFRS dilakukan dengan dua cara: cara sekaligus (pendekatan big bang) dan dengan cara gradual. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan tertentu, digunakan oleh negara-negara maju. Cari ini berdampak drastis terhadap laba dan sistem akuntansi perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Singapura, Australia, Selandia Baru yang memilih pendekatan big bang menghadapi koreksi besar-besaran pada tahun pertama penerapan IFRS. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap, digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah:

a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability). b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.

c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal d. secara global.

e. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

f. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS

a. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya

b. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.

(6)

d. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.

e. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS. f. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.

Teori akuntansi positif

Istilah “positif” mengacu pada suatu teori yang dapat membuat prediksi yang baik dari kejadian-kejadian dunia nyata, teori akuntansi positif adalah berhubungan dengan prediksi yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon untuk mengajukan standar akuntansi yang baru (Scott, 2009:299). Kemunculan teori akuntansi positif merupakan respons dari berbagai kritik terhadap teori akuntansi normatif. Teks-teks teori akuntansi hampir seluruhnya diarahkan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan tentang “apa yang seharusnya diiakukan oieh akuntan (dalam Riduwan, 2007). Senada dengan pernyataan tersebut, menurut (Watt&Zimmerman, 1986 dalam Januarti, 2004) perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif. Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.

(7)

Blaug (1992), menjelaskan bahwa teori positif berkepentingan dengan masalah fakta (realm of fact) sedangkan teori normatif berkepentingan dalam masalah nilai (realm of values). Sebagai contoh penerapan dari teori akuntansi positif adalah dapatkah kita memprediksi perusahaan minyak dan gas itu akan menggunakan metode akuntansi successful efforts untuk biaya eksplorasi atau menggunakan metode akuntansi full cost. Teori akuntansi positif memberikan pandangan bagaimana perusahaan mengorganisasi perusahaannya dengan efisien juga untuk memaksimalkan prospek kelangsungan hidup perusahaan mereka. Banyak bentuk efisiensi organisasi untuk suatu perusahaan pada umumnya tergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan hukum dan institusi, teknologi, dan tingkat persaingan dalam industrinya (Scott, 2009:299).

Menurut Blaug (1992), sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa yang nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai (value judgment) (dalam Suwardjono, 2005: 27). Contoh lain dari Suwardjono adalah ketika teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fakta bahwa sekelompok perusahaan memilih metoda MPKP (LIFO) sementara kelompok yang lain memilih MTKP (LIFO). Teori akuntansi positif mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan pemanufakturan cenderung memilih MPKP sedangkan perusahaan perdagangan cenderung memilih MPKP. Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis benar atau salah dengan menggunakan metoda ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi. Bila hipotesis terbukti, penjelasan diwujudkan dalam bentuk pernyataan misalnya bahwa perusahaan yang memilih MPKP adalah perusahaan pemanufakturan. Karena tujuan akuntansi tidak berkepentingan untuk menilai apakah metoda MPKP lebih baik atau bermanfaat daripada metoda MTKP.

Penelitian menggunakan agency theory yang membahas tentang paradigma pengendalian (control). Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986);

a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik.

b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.

d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan akuntansi.

(8)

Dengan formula dari Watts dan Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis dalam teori akuntansi positif (Scott, 2009)

1. Hipotesis bonus plan

Jika perusahaan merencanakan bonus berdasarkan net income, maka perusahaan tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan earnings masa datang ke periode sekarang.

2. Hipotesis kovenan hutang

Perusahaan cenderung untuk menurunkan rasio utang/ekuitas dengan cara meningkatkan laba sekarang dengan menggeser dari laba-laba periode besok. Motivasi perusahaan melakukan ini adalah untuk menghindari kedekatan terhadap kovenan utang dan untuk mendapatkan suku bunga pinjaman yang lebih rendah, karena semakin rendah rasio utang/ekuitas semakin rendah risiko kebangkrutan perusahaan.

3. Hipotesis kos politik

Perusahaan cenderung untuk menurunkan laba sekarang dengan menggeser ke laba-laba periode besok. Motivasi perusahaan melakukan ini misalnya untuk menghindari tekanan politik seperti tuduhan monopoli dengan menunjukkan laba perusahaan tidak berlebihan seperti yang dicurigai, melobi ke konggres untuk melindungi industri dari barang impor yang menyebabkan keuntungan industri merosot, menghindari tuntutan serikat kerja dengan menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun dan lain sebagainya. Perusahaan dapat menurunkan laba dengan merubah metode atau prosedur akuntansi.

Banyak periset yang telah membuktikan ketiga hipotesis yang dikemukakan oleh Watt & Zimmerman (dalam Juniarti, 2004);

1. Healy,1985 dengan hipotesis perencanaan bonus, yang menghasilkan bukti para manajer yang mendasarkan bonusnya pada income netto dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akuntansi accrual untuk pelaporan pendapatannya sehingga dapat memaksimalkan bonus.

2. Sweeney,1994 dengan hipotesis perjanjian hutang, dihasilkan bukti bahwa perusahaan sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk pemeliharaan modal kerja dan ekuitas pemegang saham.

(9)

4. Lev (1979) dalam hipotesis bonus — debt convenant adanya kecenderungan manajer menjadi opportunistik dengan menyelamatkan bonus dan mengabaikan perubahan debt convenant ketika effisiensi pasar yang diharapkan bereaksi negatif.

Sejak tahun 1982 banyak artikel yang mengkritik dan mengevaluasi teori akuntansi positif yang telah dipublikasikan (Juniarti, 2004).

 Sampel ketidaksepakatan tidak digunakan

Bermain-main et al. (1982)

Positif dibandingkan teori normatif

 Teori positif yang banyak nilai dan menghilangkan bias konservatif

 Mengabaikan perjuangan kelas yang mendasari

Christenson

(1983) MetodologiAkuntansi Positif

 Positivisme logis adalah Metodologi lama

 Pendekatan adalah “sosiologi akuntansi” manfaat dari teori akuntansi

 Tes memperkenalkan argumen sementara untuk memaafkan pengecualian teori

Konsekuensi Sastra” Interpretasi hasil terbatas karena:  Teori-teori politik dan kontrak tidak lengkap

 Spesifikasi Masalah left-hand-side and right-hand-side variables

Lowe et al.

(1983) WZ (1979)  Kerangka ekonomi yangdibenarkan  Pendekatan positif terbuka

(10)

estimasi parameter  Pendekatan adalah “sosiologi

akuntansi” manfaat dari teori akuntansi

Hines (1988) Christenson (1983) dan Metodologi

Popper bukanlah pedoman evaluatif praktis untuk penelitian empiris akuntansi

Teori akuntansi

Dalam Suwardjono, dijelaskan bahwa dibalik praktisi akuntansi sebenarnya terdapat seperangkat gagasan-gagasan yang melandasi prkatik tersebut berupa asumsi-asumsi dasar, konsep-konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang keseluruhannya membentuk bidang teori akuntansi. Teori akuntansi menjelaskan mengapa praktisi akuntansi berjalan seperti yang diamati sekarang. Praktik akuntansi yang nyatanya berjalan di suatu negara belum tentu merefleksi pilihan terbaik ditinjau secara konseptual dan ideal serta dari tujuan yang ingin dicapai. Teori akuntansi membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternatif yang dapat menjadi jawaban atas masalah –masalah yang dihadapi dalam praktisi. Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktisi. Pemahamannya oleh praktisi dan penyusun standar akan sangat mendorong pengembangan serta perbaikan menuju praktisi yang sehat. Teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

(11)

dapat dicapai tanpa satu teori baik yang melandasinya. Praktik dan profesi harus dikembangkan atas dasar penalaran (Causes dan reasons). Dari argumen-argumen tersebut, dapat dikatakan bahwa teori merupakan unsur yang penting dalam mengembangkan dan memajukkan praktisi akuntansi. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa teori merupakan obor yang menerangi praktisi dengan prinsip-prinsip yang masuk akal (Suwardjono, 2005:3).

Suwardjono membagi berbagai alternatif klasifikasi dibidang teori akuntansi menjadi beberapa aspek tataran. Uraian berikut membahas karakteristik tiap bidang teori akuntansi;

Aspek tataran semiotika

Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai sarana komunikasi sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis. Pesan atau makna ada benak pengirim disimbolkan dalam bentuk ungkapan bahasa yang tepat agar makna tersebut ditafsirkan sama persis seperti yang dimaksudkan. Apa yang terkandung dalam simbol bahasa itulah yang menjadi informasi bagi penerima. Dalam tataran semitioka terdapat tiga pertanyaan pokok yang berkaitan dengan simbil informasi. Ketiga pertanyaan tersebut adalah:

1. Apakah simbol tersebut logis (masuk akal)? 2. Apa makna yang dikandung dalam simbol?

3. Apakah ungkapan tersebut mempunyai efek (pengaruh) terhadap penerima?

Pokok masalah diatas membentuk tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatik. Akuntansi keuangan dikembangkan atau direkayasa atas dasar premis bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang dituju informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai adalah agar pihak yang dituju tersebut bersedia menanamkan dana ke kegiatan ekonomik yang dibutuhkan masyarakat melalui perusahaan. Pemahaman teori akuntansi dapat dicapai dengan mengidentifikasi teori akuntansi atas dasar tataran semiotika di atas.

Teori akuntansi semantik

(12)

apa yang memang dimaksudkan dan untuk meyakinkan bahwa makna yang tekandung dalam simbol pelaporan tidak disalah artikan pemakai. Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan. Pendefinisian merupakan langkah penting dalam teori semantik karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi penting dalam pengoperasian akuntansi. Secara konseptual, informasi dalam laporan terefleksi dalam tiga unsur yaitu elemen (objek) yang menyimbolkan kegiatan, jumlah rupiah sebagai pengukur (size),dan hubungan (relationship) antar elemen. Objek, pengukur, dan hubungan itulah yang membentuk makna yang akhirnya menjadi informasi. Jadi, teori akuntansi semantik berkepentingan dengan pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk menghasilkan informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan keuangan.

Teori akuntansi sintaktik

Adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam statemen keuangan. Simbol-simbol tersebut harus berkaitan secara logis sehingga informasi semantik dapat dikandung dikandung dalam statemen keuangan. Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyususnan laporan, Teori akuntansi berusaha memberi penjelasan dan penalaran tentang apa yang harus dilaporkan, siapa melaporkan, kapan dilaporkan, dan bagaimana melaporkannya.

Teori akuntansi pragmatik

Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan pelaporan keuangan. Informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju. Teori pragmatik membahas berbagai hal dan masalah yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.

(13)

Menurut Mardiasmo (2009), akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus memiliki manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor swasta maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan berbeda. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Menurut Suwardjono (2007), Konsep yang dipilih dan diaplikasikan dalam lingkungan tertentu akan menjadi suatu model akuntansi untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Untuk dapat memilih konsep yang relevan harus dipertimbangkan lingkungan (sosial, politik, ekonomi dan budaya). Tiap alternatif tentunya akan dikembangkan dengan penalaran tertentu sehingga apabila konsep atau alternatif tersebut dipilih maka implikasinya terhadap kehidupan nyata dapat diprediksi. Masih menurut Suwardjono, Akuntansi mempunyai peran nyata kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi mengendalikan perilaku pengambilan keputusan ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara. Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Pelaporan keuangan sebagai sistem nasional harus direkayasa dengan seksama untuk pengendalian alokasi tersebut secara automatis melalui mekanisme pasar yang berlaku. Kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan ekonomik jelas merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam alikasi sumber daya ekonomik. Pengendalian secara automatis dapat dicapai melalui standar akuntansi yang merupakan cara tertentu sebagai hasil akhir dari proses perekayasaan.

(14)

menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahn dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas. (Nordiawan, 2009).

Dalam PP 71 tahun 2010 dijelaskan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian, berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:

(a) masyarakat;

(b) wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

(c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan

(d) pemerintah.

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

(a) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan; (b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk

membiayai seluruh pengeluaran;

(c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

(d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

(15)

(f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Implementasi standar setting isu ekonomi dan isu politik di dalam sektor publik

Dalam Scott (2009) dijelaskan bahwa penyusun standar merupakan mediator atau penengah antara konflik kepentingan investor dan manajer. Masalah fundamental teori akuntansi keuangan adalah bagaiamana merekonsiliasi pelaporan keuangan dan peran informasi akuntansi, terkait dengan pengadaan kontrak yang efisien atau bagaimana menentukan jumlah informasi yang benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Banyak aspek produksi informasi perusahaan yang telah diatur, dan banyak dari regulasi ini didasarkan pada lembaga pengatur standar akuntansi itu sendiri, dalam bentuk GAAP. Scott mendefinisikan Standar setting sebagai regulasi dari badan penyusun regulasi tentang keputusan perusahaan untuk memproduksi informasi eksternal. Jumlah regulasi akan meningkat sepanjang waktu, seiring dengan semakin banyaknya standar akuntansi yang diumumkan. Alasan utama adanya regulasi ini adalah untuk melindungi para individu yang berada pada suatu informasi yang merugikan. Hal ini berarti bahwa asimetri informasi menjadi dasar adanya regulasi terhadap informasi yang disampaikan kepada individu dan berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, tidak dapat dipastikan seberapa banyak peraturan yang dibutuhkan untuk mengatur pengumuman inside informasi.

(16)

proses perhitungan. Pertimbangan ini menganggap bahwa teori kelompok kepentingan regulasi mungkin baik sebagai prediktor standar baru daripada teori kepentingan publik.

Rangkuman

Teori positif berkembang karena ketidak puasan terhadap teori normatif , yang disebabkan karena; (1) ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris, (2) normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari pada kemakmuran secara luas (3) normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Perbedaan teori positif dan normatif timbul akibat perbedaan sasaran teori dan bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori. Teori akuntansi positif menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar pengamatan empiris. Teori normatif menjelaskan fenomena akuntansi untuk menjastifikasi atau membenarkan perlakuan akuntansi karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai.

Teori akuntansi membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternatif yang dapat menjadi jawaban atas masalah –masalah yang dihadapi dalam praktisi. Teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar semiotika, teori akuntansi dibedakan menjadi teori sintaktik, semantik dan pragmatik.

(17)

Daftar Pustaka

Ghozali, Imam (2004). Pergeseran Paradigma Akuntansi Dari Positivisme Ke Perspektif Sosiologis Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akuntansi Di Indonesia. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Pidato dipublikasikan.

Januarti, Indira (2004). Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol. 01/No. 01/November 2004.

Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta : Penerbit Andi

Muchlis, Saiful (2011). Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional Dan Dampak Penerapan Dari Adopsi Penuh Ifrs Terhadap PSAK. ASSETS Volume 1 Nomor 2 Tahun 2011.

Nordiawan, Deddi (2009). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Suwarjono (2005). Teori Akuntansi. Edisi ketiga. Yogyakarta : BPFE.

Scott, Willliam Robert (2009). Financial Accounting Theory. 5th edition. Canada : Prentice Hall.

Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tanggal 22 Oktober 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Riduwan, Akhmad(2007). Teori Akuntansi: Dari Normatif Ke Positif, Isu Bebas Nilai,Hingga Mitos Dan Wacana Redefinisi Akuntansi. TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007

http://www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf 2010

http://swa.co.id/my-article/adopsi-ifrs-untuk-daya-saing-di-masa-depan, Posted on January 28 by Neviana

Referensi

Dokumen terkait

Bahan ajar berbasis kontruktivisme pada tema peduli makhluk hidup untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, karena siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya

Disamping itu, kebanyakan studi efisiensi hanya fokus pada pengukuran kinerja efisiensi teknis, sementara penelitian yang melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang

“ada nak, masyarakat setempat jika sakit beliau tak segera dibawa kerumah sakit, melainkan melihat kendi itu terlebih dahulu, jika kendi tersebut berisi air maka masyarakat yang

Misalnya daya pisah sebuah teleskop adalah 2”, artinya teleskop tersebut bisa melihat dua benda yang jarak pisahnya minimal 2”, jika ada dua benda dengan jarak pisah

Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan,

Aktivitas nafkah yang dijalankan oleh individu dengan maksud pemenuhan kebutuhan rumah tangga atau yang diistilahkan oleh Sanderson (2002) sebagai produksi untuk

Dapat disimpulkan bahwa sebanyak 22 orang atau 61.1%, rasa percaya perawat dan pasien pada proses komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, termasuk kategori

Prestasi belajar yang dicapai seorang murid tergantung dari tingkat potensinya (kemampuan) baik yang berupa bakat amaupun kecerdsan. Anak yang mempunyai potensi tinggi