MAKALAH
“TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS”
Disusun oleh :
1. M Agsal Firdaus (20230508053)
2. Alliyeth Ayrie Ramadhan (20230508019) 3. Aditya Putra Dharmawan (20220508034)
BROADCASTING
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang. Selain itu, Kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan hidayah-Nya, sehingga penyelesaian makalah
“Teori, Kerangka pikiran & Hipotesis'' sebagai tugas pada mata kuliah metode penelitian kuantitatif.
Makalah ini kami susun dengan lengkap dan detail, sehingga orang yang masih awam dapat memahami mengenai informasi yang berkaitan teori, kerangka pikiran & hipotesis. Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran bagi seluruh pembaca.
Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi informasi bagi seluruh orang yang membaca. Dan kami berharap bagi pembaca mengetahui teori, kerangka pikiran & hipotesis dalam metode penelitian kuantitatif.
Jakarta 10 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan...1 BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Teori...2 2.2 Kerangka Berpikir...5 2.3 Hipotesis...11 BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan...14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2014). Borg and Gall (1989) mengungkapkan beberapa nama penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif disebut sebagai metode tradisional, positivistik, scientific, confirmatory, kuantitatif. Metode kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian pada populasi yang luas, permasalahan sudah jelas, teramati, terukur, dan peneliti bermaksud menguji hipotesis (Sugiyono, 2014).
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir.
Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan. Tapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini dibuat yaitu:
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan teori, kerangka pikiran dan hipotesis dalam metode kuantitatif.
2. Agar mahasiswa mampu menyusun penelitian metode kuantitatif dalam tahap teori, kerangka pikiran dan hipotesis.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Teori
Dalam membuat sebuah penelitian (kuantitatif) diawali dengan rumusan masalah. Lalu langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori teori. konsep - konsep dan generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar coba coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2014:52).
Menurut William Wiersma (1986) teori adalah seperangkat konstruksi (konsep), defenisi, dan proporsi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikiasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Menurut Siti Rahayu Haditono (1999) suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
Mark (1963) membedakan adanya 3 macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori.
Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3. Teori yang fungsional: di sini nempak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori (Sugiyono, 2014:53).
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa teori adalah salah satu pondasi agar dapat dilakukannya penelitian. Tanpa teori, penelitian akan terlihat coba coba dan tidak ilmiah. Lalu yang benar benar teori adalah teori yang dapat diuji kebenarannya. Jika tidak, itu bukan lah suatu teori.
2.1.2 Fungsi Teori dalam Penelitian
Cooper and Schindler (2003) menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1. Teori mempersempit jangkauan fakta yang perlu kita pelajari.
2. Teori menyarankan pendekatan penelitian mana yang kemungkinan akan menghasilkan makna terbesar.
3. Teori menyarankan sistem untuk penelitian untuk memaksakan data untuk mengklasifikasikannya dengan cara yang paling bermakna.
4. Teori merangkum apa yang diketahui tentang suatu objek studio dan menyatakan keseragaman yang berada di luar pengamatan langsung.
5. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lebih lanjut yang harus ditemukan.
Menurut Sugiyono (2014:57-58) fungsi teori adalah:
1. Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruksi variabel yang akan diteliti.
2. (Prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
3. Digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Menurut Edi Suryadi (2019:108) dalam penelitian ilmiah, teori menempati posisi amat penting. Secara umum fungsi teori dalam penelitian ilmiah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Memperjelas dan mempertajam kajian mengenai variabel variabel penelitian.
2. Teori memberikan arah dan panduan dalam menyusun kerangka pemikiran dan hipotesis.
3. Teori merupakan landasan bagi argumentasi penelitian.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa teori memiliki efek memperjelas permasalahan penelitian sehingga peneliti dan pembaca hasil penelitian dapat dengan mudah mengidentifikasi permasalahan pada subjek penelitian. Lalu teori juga menjadi landasan pembentukan hipotesis dengan cara peneliti dapat membentuk dugaan sementara. Dan teori sebagai acuan penyusunan alat bantu pencarian.
Sebagaimana kita ketahui, penyusunan alat penelitian didasarkan pada kajian teori yang relevan.
2.1.3 Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau
penulis buku) dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang akan diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permukaan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2014:58).
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996).
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. Misalnya peneliti terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat penjualan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya meneliti di Jawa Barat. Jadi hanya berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua ini dapat menggunakan referensi hasil penelitian yang pertama (Sugiyono, 2014:59).
2.2 Kerangka Berpikir
2.2.1 Pengertian Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah model atau gambaran yang berupa konsep yang didalamnya menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Sebaiknya kerangka berpikir dibuat dalam
bentuk diagram atau skema, dengan tujuan untuk mempermudah memahami beberapa variabel data yang akan dipelajari pada tahap selanjutnya. Kerangka berpikir dapat dikatakan sebagai rumusan-rumusan masalah yang sudah dibuat berdasarkan dengan proses deduktif dalam rangka menghasilkan beberapa konsep dan juga proposisi yang digunakan untuk memudahkan seorang peneliti merumuskan hipotesis penelitiannya.
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:60).
1. Ciri Kerangka Berpikir
Perlu diketahui beberapa ciri-ciri dari kerangka berpikir, seperti yang dapat dilihat di bawah ini:
a. Dapat dikatakan sebagai pemikiran dari susunan instruksi logika yang sudah diatur dalam rangka menjelaskan variabel yang diteliti.
b. Kerangka dibuat untuk menjelaskan instruksi dari aliran logika secara sistematis
c. Ditujukan untuk memperjelas variabel data yang sedang diteliti sehingga pengukurannya dapat dirinci secara relevan
d. Dalam kerangka berpikir harus menerangkan: mengapa penelitian ini dilakukan, bagaimana proses penelitian ini dilakukan, apa yang akan diperoleh melalui penelitian tersebut, dan untuk apa hasil penelitian tersebut jika sudah diperoleh.
2. Kerangka Berpikir Hendaknya Memenuhi Kriteria Berikut Ini:
a. Teori yang digunakan untuk berargumentasi sebaiknya yang sudah dikuasai sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang terkini.
b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan pada cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat semua asumsi, prinsip yang mendasarinya.
c. Kerangka berpikir sangat diperlukan dalam proses pembuatan penelitian ilmiah, baik skripsi, karya tulis ataupun dalam pembuatan tugas akhir. Kerangka berpikir menjadi panduan dalam penyelesaian dari awal hingga akhir.
3. Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berpikir
Sebelum membahas lebih jauh mengenai kerangka berpikir, ada baiknya jika kita terlebih dahulu memahami bagaimana cara membuat skema dari kerangka berpikir ini, berikut langkah langkahnya:
a. Menentukan sebuah variabel yang lebih detail
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah menetapkan sebuah variabel data yang lebih rinci. Apabila seorang peneliti ingin mendapatkan berbagai macam teori yang nantinya akan dicari untuk mendukung terbentuknya kerangka berpikir yang lebih jelas, maka dari itu seorang peneliti harus menentukan variabel data terlebih dahulu.
Berikut beberapa cara untuk menentukan variabel data yang lebih detail, yaitu:
• Perhatikan terlebih dahulu judul yang kalian buat
• Tentukan variabel-variabel data dari judul tersebut
• Lalu tuliskan semua variabel data yang sudah kamu tentukan b. Membaca buku-buku hasil penelitian
Apabila hal yang pertama sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti harus membaca buku-buku dari hasil penelitian yang relevan. Buku yang dimaksud disini dapat berupa ensiklopedia, kamus, atau buku teks yang lainnya. Sedangkan untuk mempelajari tentang hasil penelitian yang dibaca dapat meliputi jurnal ilmiah, laporan penelitian, tesis, skripsi maupun disertasi.
c. Deskripsikan teori dan hasil penelitian
Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Jika membaca buku buku dari hasil penelitian sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti dapat mengungkapkan teori-teori yang berhubungan dengan variabel data yang akan diteliti.
d. Menganalisis teori dan juga hasil penelitian secara kritis
Tahap keempat yang harus dilakukan adalah menganalisis teori serta hasil penelitian secara kritis. Namun dalam proses menganalisis, seorang peneliti dapat mengkaji teori yang sudah ditetapkan sesuai dengan objek penelitian tersebut atau tidak. Karena seringkali terdapat teori yang berasal dari luar negeri yang tidak sesuai dengan penelitian yang terdapat di dalam negeri.
e. Menganalisis komparatif tentang teori dan hasil penelitian
Pada tahap yang kelima ini, kalian harus melakukan sebuah analisis serta perbandingan dengan cara membandingkan teori yang satu dengan yang lainnya.
Seorang peneliti dapat menggabungkan teori yang satu dengan yang lainnya ataupun dengan cara mereduksi jika hasil analisis tersebut dipandang terlalu luas.
f. Sintesa kesimpulan
Setelah melakukan beberapa tahap diatas, selanjutnya yang harus dilakukan adalah peneliti dapat melakukan sebuah sintesa atau kesimpulan sementara.
Perpaduan antar variabel akan menghasilkan beberapa kerangka berpikir yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskan sebuah hipotesis. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti.
Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60- 61).
g. Kerangka berpikir
Apabila sintesa kesimpulan tersebut sudah dilakukan, maka tahap yang terakhir adalah peneliti sudah dapat menyusun skema dari kerangka berpikir, terdapat dua macam kerangka berpikir yaitu kerangka asosiatif atau komparatif. Kerangka berfikir asosiatif dapat menggunakan kalimat.
h. Hipotesis
Setelah kerangka berpikir selanjutnya disusunlah hipotesis.
4. Macam-macam Kerangka Berpikir
Ketika ingin menuliskan kerangka berpikir terdapat tiga jenis dari kerangka ini yang perlu kalian ketahui, yaitu sebagai berikut:
a. Kerangka teoritis
Kerangka teoritis merupakan salah satu jenis kerangka yang didalamnya menegaskan tentang teori yang dijadikan sebagai landasan serta digunakan untuk menjelaskan fenomena yang sedang diteliti.
b. Kerangka operasional
Kerangka operasional adalah sebuah kerangka yang didalamnya menjelaskan tentang variabel yang diperoleh dari konsep- konsep yang sudah dipilih dan juga menunjukkan adanya hubungan antara variabel data tersebut serta menjelaskan hal apa saja yang bisa dijadikan sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur variabel yang berhubungan.
c. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah sebuah kerangka yang didalamnya menjelaskan konsep yang terdapat pada asumsi teoritis, yang kemudian digunakan untuk mengistilahkan unsur yang terdapat dalam objek yang akan diteliti serta menunjukkan adanya hubungan antara konsep tersebut. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih.
Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing- masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto
Haryoko, 1999, dalam Sugiyono, 2010). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: “Jika begini, maka akan begitu; Jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif). Sedangkan kerangka berpikir komparatif memiliki contoh “Karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang menggunakan teknologi kerjanya rendah”
2.3 Hipotesis
Dalam model tradisional ilmu, kita melihat bagaimana kasus kasus observasi kita simpulkan dari sebuah teori yang melalui proses induksi. Selanjutnya, teori kita dapat menjabarkan proposisi-proposisi baru melalui proses deduksi. Hipotesis sering disebut statement of theory in testable form atau tentative statement about reality (Champion, 1981:125)
Dengan demikian hipotesis dapat menghubungkan teori dunia dengan empiris.
human relation yang efektif membantu keberhasilan hubungan masyarakat adalah teori. Teori dapat dijabarkan menjadi beberapa hipotesis, antara lain :
1. Semakin puas pegawai dengan perlakuan atasan terhadap dirinya, semakin baik citra perusahaan dalam persepsinya
2. Semakin sering public melakukan kontak dengan perusahaan, semakin positif mereka terhadap Perusahaan
3. Terdapat perbedaan antara produktivitas pegawai yang dimotivasi dengan ancaman dan pegawai yang dimotivasi dengan insentif.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan menguburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar di uji secara empiris. hipotesis yang abstrak biasanya “dibuktikan” kebenarannya dengan data empiris, melainkan dengan interpretasi subjektif.
Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik, Goode Dan Hatt (1952:67-73) menjelaskan ciri- ciri hipotesis yang baik sebagai berikut:
1. Hipotesis Harus Jelas Secapa Konseptual
Konsep sedapat mungkin didefinisikan secara operasional. Untuk menjelaskan konsep, definisikanlah konsep tersebut:
a. Dengan kata-kata
b. Dalam operasi tertentu (indeks pengukuran, jenis observasi)
c. Dengan menghubungkannya pada konsep-konsep lain yang dapat dalam penelitian
2. Hipotesis Harus Mempunyai Rujukan Empiris
Hipotesis tidak boleh mengandung konsep-konsep yang merupakan penilaian (value judgements). “pemuda seharusnya berperan dalam Pembangunan” atau
“jika hubungan Masyarakat akan efektif “ atau “manusia bisa dikatakan manusia jika ia berkomunikasi” adalah contoh contoh hipotesis yang merujuk pada penilaian, bukan pada rujukan empiris. Kata kata seperti
“seharusnya”,”Baik”,”efektif” harus dihindari karena lebih mencerminkan sikap daripada gejala empiris sebelumnya.
3. Hipotesis Harus Bersifat Spesifik
Kita sering kali tergoda untuk membuat hipotesis-hipotesis yang umum karena hipotesis tersebut terdengar “hebat” dan mengesankan. Tetapi, hipotesis seperti itu tidak dapat di uji. Inilah contoh hipotesis “besar” yang sukar untuk di uji:
a. Jika komunikasi timbal balik antara pemerintah dan rakyat dilakukan sebaik- baiknya, partisipasi dalam Pembangunan akan meningkat
b. Bila siaran pedesaan disesuaikan dengan frame of reference pendengarnya, siaran pedesaan itu akan mencapai sasarannya
Agar dapat diteliti (researchable), hipotesis-hipotesis “besar” tersebut harus dijabarkan menjadi sub hipotesis-hipotesis. Dalam sub hipotesis digunakan konsep-konsep yang sudah sangat spesifik. Subjek, waktu, target, dan hubungan hubungan dinyatakan secara jelas serta eksplisit
4. Hipotesis Harus Dihubungkan Dengan Teknik Penelitian Yang Ada
Teori dan metode bukanlah hal yang bertentangan. Ahli teori yang tidak tahu Teknik untuk menguji hipotesisnya tidak akan mampu merumuskan masalah yang diteliti. Sebelum meneliti masalah, kita harus mempelajari beberapa faktor Teknik yang pernah dipergunakan untuk mengukur faktor-faktor yang diteliti. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status sosial ekonomis dengan terapan media adalah hipotesis yang berguna. Tetapi “hipotesis” yang menyatakan bahwa, “semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi terpelihara toleransinya” sukar diuji. Belum ada Teknik yang cermat untuk mengukur keimanan dan moralitas.
5. Hipotesis harus berkaitan dengan suatu teori
Kriteria ini kerap kali luput dari perhatian pemula. Ia cenderung memilih pokok penelitian yang “menarik” tanpa meneliti apakah penelitiannya dapat
menolak, meneguhkan, atau mendukung teori hubungan sosial yang ada. Ilmu baru bersifat kumulatif bila ditegakkan diatas bangunan fakta dan teori yang ada.
Ilmu tidak akan berkembang bila setiap studi merupakan survei yang terpisah (Goode/Hatt).
Untuk merumuskan hipotesis yang berkaitan dengan teori jelas memerlukan penelaahan kepustakaan. Hipotesis yang lahir tanpa pengetahuan teoritis tidak lebih tinggi nilainya dari dugaan orang awam. Selain tidak akan mengembangkan ilmu, hipotesis seperti itu tidak akan memberikan kepuasan ilmiah.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses yang kedua dalam penelitian (kuantitatif) dengan menyusun teori teori yang relevan dengan variable penelitian. Makin banyak