• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS - BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS - BAB II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Deskripsi Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, ketrampilan dan kemampuan. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Menurut Witherington (1952 h.165) dalam (Nana Syaodih Sukmadinata: 2007) “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat senada disampaikan oleh George J. Mouly dalam (Trianto: 2009) bahwa “belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.” Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard. Menurut Crow and Crow (1958 h. 225) “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan

(2)

sikap baru”, sedang menurut Hilgard (1962 h. 252) “belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi”.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut :

1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon peserta didik, 2) respon si peserta didik, dan

3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si peserta didik yang baik diberi hadiah. Sebaliknya perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah : 1) proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan

2) perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

3) perubahan tingkah laku yang ditimbulkan dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).

(3)

5) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, karena belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang (Nana Sujana:2009) maka gagasan belajar bermakna menjadi paradigma pembelajaran sesuai dengan proses pembelajaran menurut PP No. 19 tahun 2005 bahwa proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Menurut Arief Rahman pembelajaran bermakna dan menyenangkan akan membentuk anak menjadi : (1) bertaqwa (2) berkepribadian matang (3) berilmu mutakhir dan berprestasi (4) mempunyai rasa kebangsaan (5) berwawasan global.

(4)

diharapkan. Gagasan diatas merupakan proses teori belajar dan teori belajar modern antara lain:

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori kontrukvisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan yang lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Menurut teori kontrukvisme ini, satu prinsip yang paling penting bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget.

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan dan pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.

(5)

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan Utama Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep ”kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan

Praoperasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi

Operasi Konkret 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimental sistematis

Implikasi penting dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah :

a). Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang mutakhir, dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai dengan yang dimaksud.

(6)

lingkungannya. Sebab itu guru dituntut mempersiapkan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.

c). Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil daripada bentuk kelas yang utuh.

3. Metode Pengajaran John Dewey

Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah :

a). Siswa mengenali masalah, masalah datang dari luar diri siswa itu sendiri. b). Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan

menentukan masalah yang dihadapinya.

c). Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.

d). Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.

(7)

ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.

Namun langkah-langkah ini tidak dipandang secara kaku dan mekanistis, artinya tidak mutlak harus mengikuti urutan seperti itu. Siswa bisa bergerak bolak-balik, antara masalah dan hipotesis ke arah pembuktian, ke arah kesimpulan dalam batas-batas aturan yang bervariasi. Selanjutnya Dewey menganjurkan agar bentuk isi pelajaran hendaknya mulai dari pengalaman siswa dan berakhir pada pola struktur mata pelajaran.

4. Teori Penemuan Jerome Bruner

Teori Jerome Bruner, dikenal dengan belajar penemuan (Discovery learning). Teori ini menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

5. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky

(8)

Ide penting yang lain dari Vygotsky adalah Scaffolding yaitu pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.

6. Teori Pembelajaran Perilaku.

Skinner, salah seorang tokoh yang berperan dalam teori pembelajaran perilaku yang telah mempelajari hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku.

Prinsip yang penting dari teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku. Konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukumam (punisher). Penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut pengkondisian operan (operant conditioning)

(9)

pembelajaran itu penting, supaya kesalahan yang sama tidak dilakukan lagi oleh siswa.

b. Belajar Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Dimyati (Hamzah B. Uno 2009:126) matematika merupakan salah satu dari enam jenis materi ilmu. Keenam materi ilmu tersebut adalah matematika, fisika, biologi, psikologi, imlu-ilmu sosial dan linguistik. Dikarenakan kedudukan matematika sebagai salah satu jenis materi ilmu, maka matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari di lembaga pendidikan.

Menurut Brownell (Didi Suryadi, 2010) matematika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip dan proses sehingga keterkaitan antar aspek-aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hafalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak. Dalam NCTM (2000) dijelaskan bahwa pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan kemampuan berikut : (1) memperhatikan serta menggunakan koneksi matematika antar berbagai ide matematika, (2) memahami bagaimana ide-ide matematika saling terkait satu dengan lainnya sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan (3) memperhatikan serta menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika.

(10)

1. Pengetahuan tidak diterima secara pasif. Pengetahuan dibentuk atau ditemukan secara aktif oleh anak. Seperti disarankan Piaget bahwa pengetahuan matematika sebaiknya dikontruksi oleh anak sendiri bukan diberikan dalam bentuk jadi.

2. Anak mengkonstruksi pengetahuan matematika baru melalui refleksi terhadap aksi-aksi yang dilakukan baik yang bersifat fisik maupun mental. Mereka melakukan obeservasi untuk menemukan keterkaitan dan pola, serta membentuk generalisasi dan abstraksi (Dienes, 1969)

3. Bruner(1998) berpandangan bahwa belajar, merefleksikan suatu proses sosial yang didalamnya anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri mereka sendiri maupun orang lain termasuk guru sehingga mereka berkembang secara intelektual. Prinsip ini pada dasarnya menyarankan bahwa anak sebaiknya tidak hanya terlibat dalam manipulasi material, pencarian pola, penemuan algoritma dan menghasilkan solusi yang berbeda, akan tetapi juga dalam mengkomunikasikan hasil observasi mereka, membicarakan adanya keterkaitan, menjelaskan prosedur yang mereka gunakan, serta memberikan argumentasi atas hasil yang mereka peroleh.

(11)

formalisasi, adalah suatu tahap dimana anak sudah memiliki kemampuan untuk memandang matematika sebagai suatu sistem yang terstruktur.

Dalam memahami konsep-konsep alamiah matematika, ada 3 mazhab yang dikenal dengan nama silogisme, formalisme dan intuitionisme. Mazhab silogisme dipelopori oleh filosof Inggris Bertrand Arthur Russel tahun 1903, dengan bukunya The Principle of Mathematics yang berpendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi dengan prinsip-prinsip logika. Dengan demikian, matematika dan logika merupakan bidang yang sama dengan seluruh konsep dan dalil matematika yang dapat diturunkan dari logika. Mazhab formalisme dipelopori oleh ahli matematika Jerman David Hilbert yang berpendapat bahwa matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol melalui pelbagai sasaran yang menjadi objek matematika. Dan mazhab intuitionisme yang dipelopori ahli matematika Belanda Luitzen Jan Brower berpendapat bahwa matematika adalah sama dengan bagian dari eksakta dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal manusia (human intellect) dan tidak pada simbol-simbol diatas kertas. Pemikiran mazhab intuitionisme matematika berdasarkan suatu ilham dasar (basic intuition) mengenai kemungkinan untuk membangun suatu seri bilangan yang tak terbatas. Ilham ini pada hakikatnya merupakan suatu aktifitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bahasa dan simbolisme serta bersifat objektif.

Berdasarkan tiga mahzab tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa karakteristik matematika dapat bersifat deduktif, logis, sebagai sistem lambang bilangan yang formal, struktur abstrak, simbolisme dan merupakan kumpulan dalil akal manusia atau ilham dasar

serta sebagai aktifitas berfikir.

(12)

matematika penekananya adalah pada proses anak belajar, sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator.

Menurut Josiah Willard Gibbs 1839-1903 (Evawati Alisah, Eko Prasetyo Dharmawan 2007: 22) “Mathematics is a language” (Matematika adalah bahasa). Dunia matematika merupakan dunianya cara manusia membahasakan kembali persamaan-persamaan sebagaimana yang terbentang dalam gerak di alam raya. Dalam hal ini, cara yang dipakai oleh bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol.

Permendiknas RI nomor 22 tahun 2006, menjelaskan bahwa tujuan mempelajari mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1).Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2).Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3).Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4).Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

5).Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

c. Hasil Belajar Matematika

(13)

Tujuan instruksional

Pengalaman belajar(proses Hasil belajar Belajar-mengajar)

Garis (a) menunjukan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b), menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari diagram dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah menempuh pengalaman belajar (proses belajar-mengajar). Sedangkan garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar.

Ralph Tyler (1950) dikutip Suharsimi Arikunto (2010:3) mendifinisikan penilaian atau hasil belajar merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Sedangkan definisi lebih luas dikemukan oleh Cronbach dan Stufflebeam menyatakan bahwa penilaian bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Gagne dikutip Hamzah B. Uno (2010: 137) mendifinisikan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perilaku pengajaran tertentu. Sedangkan Reigeluth menyatakan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator

c a

(14)

tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu proses belajar-mengajar yang dapat diukur dari perubahan individu apakah individu tersebut telah menguasai tujuan pengajaran yang diingkan.

Hasil belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan oleh seorang siswa yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan sebuah nilai sesuai dengan kemampuannya yang diberikan oleh guru. Hasil belajar mata pelajaran matematika merupakan kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dalam penelitian ini, hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dalam materi matematika yang dikuasai oleh seorang siswa.

Menurut Bruner, persoalan inti dari belajar memecahkan masalah matematika terletak pada bagaimana informasi yang didapatkan disimpan di dalam memori sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil (retrieved) pada saat diperlukan. Saat yang dimaksud adalah ketika seseorang dihadapkan pada situasi atau permasalahan yang polanya baru.

2. Deskripsi Media Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi a. Pengertian Media Pembelajaran

(15)

juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam peserta didikan disebut media peserta didikan (Aristo Rahadi 2004:8)

AECT (Assosciation of Education and Communication Techonology (Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo 2010: 121) media adalah segala sesuatu bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sedangkan Heinich, Molenda, Russel (1996:8) menyatakan bahwa “A medium (plural media) is a channel of communication, example include film, television, diagram, printed materials, computers, and instructors”

artinya media adalah saluran komunikasi termasuk film, televise, diagram, material tercetak, computer, dan instruktur.

Gagne (dalam Aristo Rahardi 2004:8) mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Sedangkan (Briggs: 1970 dalam Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo 2010: 121) bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

Dari keterangan diatas penulis berkesimpulan bahwa media pembelajaran segala bentuk alat komunikasi yang merupakan alat sumber informasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses belajar mengajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang, memotivasi, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar dan memberikan penguatan kepada peserta didik.

b. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi berasal dari bahasa Yunani, Technologia, techne berarti “keahlian” dan logia berarti “pengetahuan”. Dalam pengertian yang sempit, teknologi mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktifitas manusia, seperti mesin, perkakas atau perangkat keras.

(16)

sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia.

Menurut Jogiyanto (1998:8) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sedangkan Susanto(2002), informasi merupakan hasil dari pengolahan data namun tidak semua hasil dari pengolahan data tersebut menjadi informasi. Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian kesatuan yang nyata.

Teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi (Abdul Kadir dalam Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo 2010: 200). Wawan Wardana mendefinisikan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan memanipulasi dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

(17)

Computer). Dengan PC ini seseorang dapat melakukan kegiatan apa saja yang sesuai dengan keperluannya masing-masing. Misalnya untuk pekerjaan administrasi, penghitungan keuangan, permainan atau game dan lain-lain.

Dari keterangan diatas penulis berkesimpulan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu produk hasil kerja ilmu pengetahuan yang digunakan untuk memproses segala bentuk data informasi melalui seperangkat alat baik berbentuk perangkat keras (hardware) maupu dalam bentuk perangkat lunak (software).

c. Media Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dengan pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berdampak pada bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi, seperti e-goverment, e-commerce, e-education,e-medicine dan lainnya, yang semuanya berbasis elektronik. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan memicu kecenderungan pergeseran dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka, begitu juga dengan media pembelajaran akan lebih beragam bentuknya sehingga seorang pendidik harus meningkatkan professionalitas dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Berbagai media pembelajaran yang dapat digunakan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini antara lain :

1). Media pembelajaran berbasis teknologi internet;

(18)

pembelajaran. Sebagian besar berasumsi bahwa elektronik yang dimaksud disini lebih diarahkan pada penggunaan teknologi komputer dan internet.

Melalui media internet ini, peserta didik dapat belajar secara individual baik secara terprogram maupun tidak terprogram. Secara tidak terprogram siswa dapat mengakses berbagai bahan belajar dan informasi di internet menggunakan fasilitas di internet seperti mesin pencari data (seacrh enggine). Secara bebas siswa dapat mencari bahan dan informasi sesuai minat masing-masing tanpa adanya intervensi siapapun. Internet juga dapat digunakan secara terprogram, salah satunya dengan program e-learning. Pada program ini sekolah atau pihak penyelenggara menyediakan sebuah situs/web e-learning yang menyediakan bahan belajar secara lengkap baik yang bersifat interaktif maupun non aktif. Kegiatan siswa dalam mengakses bahan belajar melalui e-learning dapat dideteksi apa yang mereka pelajari, bagaimana progresnya, bagaimana kemajuan belajarnya, berapa skor hasil belajarnya dan lain-lain.

2). Media pembelajaran berbasis multimedia;

Berbagai software hasil kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini dapat digunakan sebagai media peserta didikan, sehingga proses belajar lebih efektif dan dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan. Software-software tersebut antara lain :

 Microsoft Power Point  Macromedia Flash

 Software Pesona Matematika  Mathcad

(19)

Media pembelajaran berbasis internet (e-learning) mulai diterapkan sejak tahun 1970-an (Walker & Wilson, 2001). Menurut Siaha1970-an (2002) setidaknya ada tiga fungsi pembelajaran e-learning terhadap kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai suplemen pembelajaran yang sifatnya pilihan/opsional.

E-learning berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kekebesan memilih, apakah siswa akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan pembelajaran konvensional. Sekalipun opsional, siswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

2. Sebagai pelengkap (komplemen) pembelajaran

E-learning berfungsi sebagai komplemen pembelajaran apabila materi pembelajaran diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas konvensional (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti pembelajaran elektornik diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan atau remedial bagi siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. 3. Sebagai pengganti (substitusi) pembelajaran

E-learning sebagai pengganti jika pembelajaran elektronik sepenuhnya digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi ini, siswa hanya belajar lewat pembelajaran elektronik saja, tanpa menggunakan model pembelajaran lainnya. Menurut Made Wena (2009:205) penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi komputer mempunyai keuntungan-keuntungan dibandingkan dengan media pembelajaran konvensional yaitu antara lain :

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara indivual. b. Menyediakan presentasi menarik dengan animasi.

(20)

d. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar

e. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik.

f. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. g. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan mudah

dipahami oleh siswa.

h. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siswa meningkat i. Memberi umpan balik secara langsung.

j. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran k. Siswa dapat melakukan evaluasi diri.

Sedangkan Wankat & Oreonovicz (1993) didalam Made Wena (2009:206) bahwa keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adalah memberi kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut :

a. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.

b. Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya animasi grafis, warna dan musik.

c. Kendala berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan.

3. Deskripsi Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

(21)

Ultrecht University . Pendekatan ini didasarkan oleh pandangan Freudenthal (1905-1990) bahwa matematika adalah kegiatan manusia yang harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat, dengan tujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata. Di sini dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika.Untuk menekankan bahwa proses lebih penting daripada hasil, dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah matematisasi, yaitu proses mematematikan dunia nyata (Sudharta, 2004).

(22)

Zulkardi (2001), mendefinisikan pendidikan matematika realistik adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal “real” bagi siswa, menekankan ketrampilan “process of doing mathematics”, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (“student inventing” sebagai kebalikan dari “teacher telling”) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik individual maupun kelompok.

Matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika. Siswa tidak belajar konsep matematika secara lansung dari guru atau orang lain melalui penjelasan, tetapi siswa membangun sendiri sesuatu yang diketahui oleh siswa itu sendiri. Matematika itu sendiri memberi kesempatan kepada siswa mengkonstruk sendiri konsep-konsep matematika melalui sesuatu yang diketahuinya. Berdasarkan sesuatu yang diketahui siswa melakukan, berbuat, mengerjakan, menginterprestasikan, dan semacamnya, yang akhirnya siswa memahami konsep matematika. Gagasan dari kunci matematika realistik adalah memberi kesempatan siswa menemukan kembali konsep-konsep matematika melalui bimbingan guru (guide reinvention). Melalui pengetahuan informal siswa, guru membimbing siswa sampai menemukan konsep-konsep matematika sebagai pengetahuan formal. Proses seperti ini mendorong siswa belajar secara interaktif, karena guru hanya berperan membangun ide dasar siswa.

Pendidikan matematika realistik mencerminkan suatu pandangan tentang matematika sebagai subject matter, bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika seharusnya diajarkan. Pandangan ini terurai dalam enam karateristik pendidikan matematika realistik sebagai bearikut :

(23)

untuk mempelajari matematika adalah melalui doing yakni dengan mengerjakan masalah-masalah yang didesain secara khusus. Anak tidak dipandang sebagai individu yang hanya siap menerima konsep-konsep matematika siap pakai secara pasif, melainkan harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam keseluruhan proses pendidikan sehingga mereka mampu mengembangkan sejumlah mathematical tools yang kedalaman serta liku-likunya betul-betul dihayati.

2. Prinsip Realitas, yaitu tujuan utama agar siswa mampu menggunakan matematika yang mereka pahami untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka pembelajaran matematika harus diawali dengan proses matematika realitas atau dapat dibayangkan oleh siswa.

3. Prinsip Pemahaman, yaitu proses belajar matematika mencakup berbagai tahapan pemahaman mulai dari pengembangan kemampuan menemukan solusi informal yang berkaitan dengan konteks, menemukan rumus dan skema, sampai menemukan prinsip-prinsip keterkatian. Persyaratan untuk sampai pada tahap pemahaman berikutnya menuntut adanya kemampuan untuk merefleksi aktivitas pengerjaan tugas-tugas matematika yang dilakukan.

4. Prinsip Intertwinement, yaitu bahwa matematika tidak dipandang sebagai bahan ajar yang terpisah-pisah, yang dengan demikian dalam menyelesaikan suatu masalah siswa menerapkan berbagai konsep, rumus, serta pemahaman secara terpadu dan saling berkaitan.

(24)

6. Prinsip Bimbingan, yaitu dalam pembelajaran matematika perlu adanya bimbingan agar siswa mampu menemukan pengetahuan matematika.

Metode pembelajaran pendidikan matematika realistik menggunakan ide yaitu :

1. Pembelajaran pendidikan matematika realistik membangun kemampuan berfikir dan berargumentasi yang dapat dipakai oleh siswa selamanya, jadi bukan sekedar menghitung.

2. Siswa bisa bekerja sendiri atau dalam grup kecil untuk mendapat kesempatan lebih banyak menjelaskan pikiran dan pengertiannya.

3. Kebanyakan soal dapat diselesaikan lebih dari satu strategi atau solusi. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan perbedaan strategi memutuskan mana yang terbaik untuk soal itu. Dalam diskusi guru menanya siswa tertentu untuk menjelaskan idenya dan dilain waktu siswa tertentu akan diminta mendengarkan dan menganalisa jawaban temannya.

B. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika

Proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi cukup penting, sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran.

(25)

bervariasi secara luas, bahkan tanpa batas ruang dan waktu bila dibandingkan media pembelajaran konvensional yang hanya terbatas dalam ruang kelas.

Sasaran media pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi agar proses pembelajaran matematika menjadi pembelajaran lebih efisien, praktis menyenangkan, meningkatkan minat belajar. Dalam penelitian ini akan diteliti kelas yang menggunakan media pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi dinama kelas sebagai treatment dengan kelas yang tidak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai kelas kontrol untuk proses pembelajaran matematika.

Berdasarkan kerangka diatas diduga bahwa hasil belajar matematika dengan menggunakan media pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi lebih tinggi dibandingkan dengan media pembelajaran konvensional dengan kata lain ada pengaruh penggunaan media pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi terhadap hasil belajar matematika siswa.

2. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Teori atau pendekatan pendidikan matematika realistik sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, disingkat CTL). Namun pendekatan konstruktivisme maupun CTL mewakili teori belajar secara umum, sedangkan pendidikan matematika realistik adalah teori belajar yang dikembangkan khusus untuk matematika.

(26)

Berdasarkan kaidah-kaidah tersebut, maka keenam prinsip yang merupakan karakteristik pendidikan matematika realistik sebagai berikut : (1) prinsip kegiatan, (2) prinsip nyata, (3) prinsip bertahap, (4) prinsip saling menjalin, (5) prinsip interaksi dan (6) prinsip bimbingan

Dari pendekatan pendidikan matematika realistik maka mata pelajaran matematika yang oleh sebagian siswa dianggap sulit dan menjenuhkan. Sulit karena sifat keabstrakan matematika dan menjenuhkan karena guru dalam memelajarkan mereka hanya dengan satu arah dan monoton sehingga pelajaran matematika oleh siswa belum bermakna menjadi pelajaran matematika yang lebih bermakna karena ide pendidkan matematika realistik bahwa matematika adalah aktifitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa.

3. Pengaruh Interaksi Media Pembelajaran dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.

Hasil belajar yang dicapai siswa tidaklah berdiri sendiri, namun hasil belajar dipengaruhi beragam faktor yang satu sama lain memberi dampak yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Agar peningkatan hasil belajar siswa optimal maka diperlukan peran dari guru sebagai motivator dan mediator agar dapat memilih media pembelajaran yang efektif dan menentukan pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.

(27)

C. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis yakni :

1. Terdapat pengaruh media pembelajaran terhadap hasil belajar matematika. 2. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.

Referensi

Dokumen terkait

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

Esimerkiksi aasialaisilla on korkeampi toleranssi korkean väentiheyden alueella viihtymiseen kuin länsimaalaisilla, jotka eivät ole tottuneet siihen (Al-Kodmany,

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ PENGARUH WAKTU PERENDAMAN DALAM ELECTROLYZED ACIDIC WATER (EAW) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA

Tahun 2011 akan dilakukan persiapan intensif untuk uji kompetensi, yaitu dengan fokus untuk penyusunan soal-soal uji yang berstandar nasional. Hal ini akan

Judul Skripsi : Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan Pada KAP di Surabaya.. Menyatakan bahwa

Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu dan Produk Susu Serta Frekuensinya ………

Inilah yang dimaksud dengan membunuh anak dan keluarganya, yakni badan menjadi rentan penyakit, dan seringkali merasakan susahnya (orang yang berbuat syirik, anak

Hasil penelitian yang menggunakan analisis rasio keuangan diperoleh kesimpulan yaitu ra- sio permodalan Bank Mandiri lebih baik dari- pada Bank Syariah Mandiri, rasio