• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1 Hasil

4.1.5 Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap serapan hara tanaman kangkung darat terutama hara N, K, dan Mg sedangkan untuk hara P dan Ca tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut serapan N, K, dan Mg serta rataan pada perlakuan pemupukan ditampilkan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K DaunTanaman

Perlakuan Serapan hara (mg/polybag)

N P K Ca Mg

Kontrol (K) 27.89a* 2.70a* 16.19a* 45.35a* 6.05a*

Pupuk SA1 (PA) 70.36 b 7.55a 77.49 d 84.80a 8.39ab

Pupuk GDP (PB) 36.98a 4.49a 30.81ab 55.99a 8.48ab

Pupuk GDL (PC) 71.01 b 8.18a 46.43 c 125.02a 16.71 c

Gandasil D (PG) 52.39ab 4.98a 31.62 b 92.11a 12.29 b

Pupuk Urin Alami

(PU) 69.49 b 5.42a 54.65 c 89.90a 8.42ab

Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada

taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Tabel 10 menunjukkan bahwa kelima perlakuan pada penelitian memberikan pengaruh yang nyata pada serapan N, K dan Mg dibandingkan kontrol, namun tidak berbeda nyata untuk serapan P dan Mg. Untuk serapan N, perlakuan PA, PG maupun PU tidak saling berbeda nyata, namun PU memiliki nilai serapan N tertinggi. Untuk serapan K, PA memiliki nilai tertinggi dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan PG maupun PU dan PG sendiri memiliki nilai yang berbeda nyata dengan PU. Sedangkan untuk serapan Mg, perlakuan PC memiliki nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Untuk serapan P dan Ca, kelima perlakuan tidak saling berbeda nyata, akan tetapi PC memiliki serapan P dan Ca yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. 4.1.6 Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap efisiensi pupuk terutama hara K dan Mg sedangkan untuk hara N, P dan Ca tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut efisiensi pupuk K dan Mg rataan pada perlakuan pemupukan ditampilkan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk

Perlakuan Efiesiensi Pupuk (%)

N P K Ca Mg

Pupuk SA1 (PA) 4.24a* 0.48a* 7.48 c* 8.21a* 0.56a*

Pupuk GDP (PB) 0.90a 0.18a 2.81a 5.33a 0.57a

Pupuk GDL (PC) 4.30a 0.54a 4.37ab 12.26a 1.40 b

Gandasil D (PG) 2.44a 0.22a 2.89a 8.94a 0.96a

Pupuk Urin (PU) 4.15a 0.48a 5.19 b 8.71a 0.57a

Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Tabel 11 menunjukkan bahwa unsur K dan Mg memiliki pengaruh yang nyata. Efisiensi K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA) sedangkan efisiensi Mg teringgi terdapat pada perlakuan PC. Secara umum efisiensi N, P, dan Ca tertinggi terdapat pada perlakuan PC.

4.2 Pembahasan

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja, dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi). Namun, sejak beberapa tahun terakhir telah terjadi pelandaian produktivitas (leveling off), sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai jenis pupuk mana yang paling sesuai untuk mendukung pertumbuhan maupun produktivitas tanaman sehingga efek yang ditimbulkan oleh pemupukan bernilai seminimal mungkin. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini terhadap kangkung darat oleh berbagai perlakuan, termasuk di dalamnya perlakuan dengan menggunakan pupuk urin kambing Etawah maupun pupuk Gandasil D yang merupakan pupuk yang sudah beredar luas di pasaran. Perlakuan pupuk SA1 menunjukkan bahwa pupuk SA1 mampu mengimbangi kemampuan urin kambing Etawah maupun Gandasil D baik itu dari hal pertumbuhan, produksi, kadar hara, serapan hara maupun efisiensi produksi. Walaupun demikian, pupuk urin kambing Etawah memiliki variasi kandungan unsur hara

ataupun hal-hal lain yang tidak dianalisis pada penelitian ini serta memiliki kandungan hara Mn, Cu, Zn, Ca, Mg, dan Na 100 kali lebih banyak dibandingkan pupuk SA1 (PA).

Pemupukan pada daun lebih efisien pada tanaman tertentu, karena pupuk tersebut masuk ke dalam tubuh tanaman melalui stomata yang ada di permukaan daun sebelah bawah (Lingga, 2004). Penyerapan hara pupuk yang diberikan pada daun lebih cepat dibandingkan diberikan pada akar. Tanaman memberikan respons yang lebih cepat dengan munculnya tunas dan juga tanah tidak terlalu rusak atau lelah.

Pada penelitian terlihat adanya keterkaitan yang erat antara pemupukan dengan tinggi tanaman, di mana semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman kontrol. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari pengamatan, tinggi tanaman pada perlakuan pupuk urin alami (PU) tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk SA1 (PA), tetapi pupuk urin alami (PU) memberikan produksi yang paling tinggi dibandingkan pupuk SA1 (PA). Akan tetapi, kedua perlakuan tersebut mempunyai tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk Gandasil D (PG). Hal ini disebabkan masing-masing perlakuan memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perlakuan pada PB menghasilkan tinggi tanaman tertinggi.

Selain meningkatkan tinggi tanaman, pemupukan juga meningkatkan bobot basah dan bobot kering tanaman dibanding dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan (kontrol). Berat basah tanaman mencerminkan secara langsung produksi tanaman, sedangkan berat kering tanaman merupakan salah satu parameter yang secara langsung mencerminkan efisiensi interaksi proses fisiologis dengan lingkungannya. Bobot basah dan bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan PC, sedangkan para perlakuan pupuk SA1 (PA), pupuk urin alami (PU) maupun pupuk Gandasil D (PG), bobot basah antar satu sama lain tidak berbeda nyata. Akan tetapi, pada bobot kering terlihat perbedaan nyata antara

pupuk Gandasil D (PG) dengan pupuk urin alami (PU) serta pupuk SA1 (PA), di mana pupuk Gandasil D (PG) menunjukkan produksi yang lebih rendah dibandingkan keduanya. Peningkatan bobot basah dan bobot kering pada perlakuan cenderung dikarenakan adanya peningkatan kadar hara dan serapan hara oleh tanaman. Hal tersebut terintergrasi karena pemberian pupuk dilakukan melalui daun sehingga dapat menghindari ataupun menekan kemungkinan adanya fiksasi unsur apabila dibandingkan dengan pemberian pupuk langsung pada tanah. Unsur hara merupakan zat yang diserap tanaman yang berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hara yang diserap oleh tanaman dapat berupa kation maupun anion. Kebutuhan unsur hara mutlak bagi setiap tanaman dan tidak bisa digantikan oleh unsur yang lain tentunya dengan kadar yang berbeda sesuai jenis tanamannya sebab jika kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Kadar hara N dan K tersedia pada perlakuan menunjukkan adanya pengaruh nyata. Kadar hara N tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami (PU). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan serapan unsur N pada tanaman. Sejalan dengan unsur N, kadar hara unsur K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA) dan berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami (PU). Hal ini dimungkinkan tingginya kadar K pada bahan baku pembuatan pupuk sehingga tingkat penyerapan unsur K melalui daun meningkat seiring dengan berkurangnya fiksasi apabila diberikan melalui tanah. Kadar hara lain seperti P, Ca, Mg tidak berpengaruh nyata. Untuk kadar P, walaupun tidak berpegaruh nyata tetapi pada perlakuan cenderung menunjukkan peningkatan kadar hara dibandingkan kontrol (K). Selain itu, pada Tabel 9 terlihat bahwa pupuk urin alami (PU) dan pupuk SA1 (PA) memiliki kadar hara N, P, dan K yang lebih tinggi dibandingkan pupuk Gandasil D (PG) tetapi memiliki kadar hara Ca dan Mg yang lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D (PG).

Kadar hara erat kaitannya dengan serapan hara. Pada penelitian, semua perlakuan menunjukkan serapan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (K). Serapan N, K, dan Mg mempunyai pengaruh yang nyata tetapi serapan P dan Ca mempunyai pengaruh yang tidak nyata. Hal ini membuktikan bahwa pemupukan

melaui daun cukup baik untuk menekan tingkat fiksasi unsur-unsur sehingga unsur-unsur yang diperlukan dan digunakan oleh tanaman relatif cepat tersedia untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Akan tetapi, pemupukan melalui daun harus memperhatikan waktu dan dosis pemberian pupuk agar tingkat penyerapan maupun keseimbangan hara berada pada kondisi yang paling baik.

Pendekatan terhadap efisinsi pupuk adalah berdasar pada pengambilan unsur hara oleh tanaman, yakni jumlah pupuk yang paling sedikit yang diperlukan tanaman untuk memproduksi hasil maksimal dianggap sebagai dosis pupuk yang paling efisien (Prasad dan De Datta, 1978). Tingkat efisiensi N, P, dan K pupuk urin alami (PU) dan pupuk SA1 (PA) memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Gandasil D (PG) akan tetapi memiliki efisiensi Ca dan Mg lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D (PG). Secara umum tingkat efisiensi pupuk yang paling baik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan PC. Hal ini dimungkinkan karena bahan baku pembuatan pupuk tersebut beragam dan lengkap. Walaupun demikian, perlakuan pada pupuk SA1 (PA) ataupun pupuk urin alami (PU) memberikan tingkat efisiensi yang cukup baik sehingga bisa dijadikan alternatif penggunaan pupuk untuk tanaman.

Hal lain yang terlihat pada penelitian ini yaitu terjadinya efek pengenceran pada perlakuan PC untuk unsur Ca serta pupuk urin kambing Etawah (PU) dan pupuk SA1 (PA) untuk unsur Mg. Efek pengenceran ini terjadi pada kondisi di mana bobot perlakuan lebih tinggi dibandingkan bobot kontrol tetapi beberapa kandungan unsur hara perlakuan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan kontrol yang kemudian kembali meningkatkan serapan hara pada perlakuan dibandingkan kontrol.

Dokumen terkait