• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Sistem Usahatani Kedelai

Berkurangnya lahan untuk bertanam kedelai disebabkan alih fungsi lahan dan alih fungsi komoditi. Alih fungsi lahan itu sendiri digunakan untuk proyek pembangunan jalan maupun pembangunan rumah. Jalan yang mulai dibangun tersebut dipergunakan untuk sarana melintasnya kendaraan pengangkut bahan material dalam pembangunan banda Kuala Namu. Sedangkan alih fungsi komoditi itu sendiri beralih dari bertanam kedelai ke bertanam kacang ijo. Disamping perawatan yang tidak begitu sulit, bertanam kacang ijo juga memberikan pemasukan yang lebih besar dari kacang kedelai.

Disamping resiko gagal panen dari bertanam kacang kedelai itu jauh lebih besar daripada bertanam kacang ijo. Maka petani lebih memilih bertanam kacang ijo. Sehingga lahan untuk produksi kacang kedelai mulai berkurang.

Budidaya tanaman ini meliputi kegiatan pengolahan tanah yang bertujuan untuk membuat tanah jadi gembur dan membersihkan lahan dari rumput- rumputan, kayu, dan lain-lain, penanaman, pemupukan, penyiraman dan pengairan, penyulaman atau penjarangan yang bertujuan untuk mengurangi persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara di tanah yang kurang subur, penyiangan yang bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman pengganggu (gulma) serta panen dan pasca panen. Kegiatan tahapan pengolahan usahatani kedelai tersebut harus dilakukan dengan tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saleh, dkk, (1999) yang menyatakan bahwa produktivitas kedelai dipengaruhi oleh jenis tanah, kualitas benih, varietas, pengelolaan tanaman, takaran pupuk, pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang digunakan, dan interaksi semua faktor tersebut.

Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang kaya dan merupakan salah satu makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kacang kedelai merupakan salah satu yang mengandung protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi, kacang kedelai juga unik karena bebas dari racun kimia. Sedangkan tisu lemak hewan diketahui mengandung 20 kali lipat baja berat, racun serangga dan racun tanaman dibandingkan yang terdapat pada tanaman kacang-kacangan (Adisarwanto, 2008).

Faktor Sosial

Secara serempak beberapa faktor sosial berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai signifikansi F sebesar 0.000. angka 0.000 < 0.05. Oleh karena itu Ho diterima dan H1 ditolak. Secara parsial, beberapa faktor sosial berpengaruh terhadap produktivitas kacang kedelai yaitu pada variabel kosmopolitan (X5), nilai signifikan t 0.000 < 0.05 yang berarti kosmopolitan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai (Tabel 8).

Sesuai dengan kondisi di lapangan yang menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai, karena pada saat akan musim tanam kacang kedelai masyarakat desa kelompok tani tersebut melakukan musyawarah kelompok tani tentang kegiatan pra tanam hingga pasca panen kacang kedelai maupun kegiatan anjangsana yaitu kegiatan yang dilakukan balai penyuluhan seperti LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi). Kegiatan ini dilakukan guna menimbulkan minat para petani dalam bertanam kedelai. Sehingga tingkat kosmopolitan salah satunya berpengaruh terhadap produktivitas kacang kedelai.

Kelompok tani pada saat mulai bercocok tanam rutin melakukan kegiatan musyawarah maupun kegiatan penyuluhan guna mendapatkan pengetahuan dalam hal berusahatani kecang kedelai. Hal ini dilakukan kelompok tani 1 kali dalam seminggu bahkan dilakukan 2 kali dalam seminggu guna mendapatkan pengetahuan dari kegiatan musyawarah tersebut. Kegiatan musyawarah kelompok tani ini sendiri dilakukan hingga kegiatan pasca panen.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fauziah, dkk (1999) yang menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka.

Hal tersebut juga dipertegas dengan pernyataan Slamet (2003) yang menyatakan bahwa perilaku petani dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya.

Hal ini juga dikemukakan oleh Van den Ban dan Hawkins (1999) bahwa kebutuhan petani akan informasi dapat diperoleh melalui media massa (cetak maupun elektronik). Hal ini karena petani akan memperoleh informasi dari berita-berita yang ditampilkan baik di media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi ada kalanya petani tidak mau menerima pengetahuan dan pendapat yang ditransfer melalui media, tetapi menggunakan pengetahuan dan pendapatan tersebut secara kreatif serta membentuk pendapat sendiri. Dalam proses ini petani juga bisa memanfaatkan sumber-sumber informasi lain seperti organisasi penyuluhan.

Faktor Ekonomi

Secara serempak beberapa faktor Ekonomi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai signifikansi F sebesar 0.000. angka 0.000 < 0.05. Oleh karena itu Ho diterima dan H1 ditolak. Sedangkan secara parsial, beberapa faktor sosial berpengaruh terhadap produktivitas kacang kedelai adalah pada variabel luas lahan (X1), nilai signifikan t 0.000 < 0.05 yang berarti luas lahan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai dan pada variabel pendapatan (X2), nilai signifikan t 0.000 < 0.05 yang berarti pendapatan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai (Tabel 12).

Memiliki lahan yang luas maka produksi juga akan semakin banyak, tetapi hanya saja bagaimana perlakuan di lapangan saat bertanam kedelai. Di lapangan tempat penelitian itu sendiri, lahan yang luas otomatis memiliki hasil produksi kedelai yang banyak pula. Hanya saja bagaimana petani itu mengolahnya dengan baik. Produksi kedelai itu sendiri

berpengaruh terhadap pendapatan. Semakin besar produksi maka pendapatan juga semakin besar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Mosher (1997) yang menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka peroleh dari pengelolaan atas lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang diperoleh juga tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.

Faktor Teknologi

Secara serempak beberapa faktor teknologi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai signifikansi F sebesar 0.039. angka 0.039 < 0.05. Secara parsial, beberapa faktor teknologi berpengaruh terhadap produktivitas kacang kedelai, penjelasannya adalah pada variabel varietas bibit (D1), nilai signifikan t 0.039 < 0.05 yang berarti varietas bibit unggul berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai. Oleh karena itu H1 diterima dan Ho ditolak (Tabel 10).

Benih dari pemerintah yang diberikan kepada petani maupun kelompok tani merupakan benih yang bersertifikasi. Saat musim bertanam kedelai telah tiba, masing-masing dari kelompok tani tersebut telah diberikan varietas bibit unggul Anjasmoro. Hal ini dikarenakan benih Anjasmoro memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Jika dilakukan pengolahan yang baik maka akan didapatkan hasil yang baik pula. Di daerah penelitian ini benih anjasmoro dari pemerintah yang diberikan

kepada kelompok tani secara gratis. Hanya saja petani harus mengeluarkan biaya Rp 1000,-/kg benih tersebut untuk biaya pengangkutan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Adisarwanto (2008) yang menyatakan bahwa varietas kedelai unggul merupakan salah satu komponen kunci dalam pengembangan suatu teknologi produksi kedelai. Suatu produksi tanaman kedelai idealnya memiliki produktivitas tinggi dan berkualitas baik. Hal ini tentu terkait pula dengan penggunaan bibit yang berkualitas.

Faktor Sosial, Ekonomi serta Teknologi yang Mempengaruhi produktifitas Kacang Kedelai

Secara serempak beberapa faktor sosial ekonomi dan teknologi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai signifikansi F sebesar 0.000. angka 0.000 < 0.05. Oleh karena itu Ho diterima dan H1 ditolak.

Sedangkan secara parsial, beberapa faktor sosial ekonomi dan teknologi berpengaruh terhadap produktivitas kacang kedelai penjelasannya masing-masing dari faktor tersebut antara lain: Pada variabel pengalaman bertani (X3), nilai signifikan t 0.092 < 0.05 yang berarti pengalaman tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai.

Sesuai dengan kondisi di lapangan yang menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai, karena pada saat akan musim tanam kacang kedelai masyarakat desa kelompok tani tersebut melakukan musyawarah kelompok tani tentang kegiatan pra tanam hingga pasca panen kacang kedelai maupun

kegiatan anjangsana yaitu kegiatan yang dilakukan balai penyuluhan seperti LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi). Kegiatan ini dilakukan guna menimbulkan minat para petani dalam bertanam kedelai. Sehingga tingkat kosmopolitan salah satunya berpengaruh terhadap produktivitas kacang kedelai.

Pada variabel tingkat kosmopolitan (X5) nilai signifikan t 0.001 < 0.05 yang berarti tingkat kosmopolitan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fauziah, dkk (1999) yang menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka.

Pada variabel luas lahan (X6) nilai signifikan t 0.001 < 0.05 yang berarti tingkat luas lahan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai dan pada variabel pendapatan (X7) nilai signifikan t 0.000 < 0.05 yang berarti pendapatan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kacang kedelai (Tabel 11).

Memiliki lahan yang luas maka produksi juga akan semakin banyak, tetapi hanya saja bagaimana perlakuan di lapangan saat bertanam kedelai. Di lapangan tempat penelitian itu sendiri, lahan yang luas otomatis memiliki hasil produksi kedelai yang banyak pula. Hanya saja bagaimana petani itu mengolahnya dengan baik. Produksi kedelai itu sendiri

berpengaruh terhadap pendapatan. Semakin besar produksi maka pendapatan juga semakin besar.

Hal ini sesuai dengan teori Mosher (1997) yang menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka peroleh dari pengelolaan atas lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang diperoleh juga tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.

Dokumen terkait