• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Beberapa Faktor Sosial Ekonomi dan Teknologi Terhadap Produktifitas Kacang Kedelai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Beberapa Faktor Sosial Ekonomi dan Teknologi Terhadap Produktifitas Kacang Kedelai"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN

TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI

(

Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

RINI TRIWANDANI

060309030

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN

TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI

(

Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

RINI TRIWANDANI

060309030/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing

Anggota Pembimbing

(Ir. Yusak Maryunianta, MSi) (Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi

)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

(4)

RIWAYAT HIDUP

RINI TRIWANDANI, lahir di Medan pada tanggal 18 Agustus 1987. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari keluarga pasangan Sarno dan Rubini.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1993 masuk Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah Labuhan Deli dan tamat

tahun 1994.

2. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar Inpres 106805 Labuhan Deli dan Tamat tahun 2000.

3. Tahun 1996 masuk Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah dan tamat tahun 2002 di Labuhan Deli.

4. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan tamat pada tahun 2003 di Labuhan Deli.

5. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan dan tamat pada tahun 2006.

6. Tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

melalui jalur SPMB.

7. Bulan Juni-Juli mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Kabupaten Dairi-Sidikalang.

8. Bulan April melakukan penelitian di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi

ini adalah “Pengaruh Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kacang Kedelai (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang).

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi. Selaku ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pengerjaan Skripsi ini hingga

akhir.

2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi. Selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan rahan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P selaku ketua Departemen Agribisnis.

4. Terkhusus Ibunda Ir. Iskandarini, MM. yang merupakan staf pengajar

Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan dukungan moril dan materiil maupun arahan-arahan yang sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studinya dengan baik.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis khususnya dan di Fakultas Pertanian umumnya.

6. Kepala Desa Sidodadi Ramunia yang telah membantu dalam memberikan informasi yang cukup berguna.

7. Arif Fadillah yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dukungan serta

(6)

8. Para sampel yang telah bersedia meluangkan waktunya unuk diwawancara oleh

penulis.

9. Seluruh teman stambuk 2006 yang telah banyak membantu dan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

Untuk yang terhormat dan tersayang orang tua Penulis Bapak Sarno dan Ibunda Rubini, yang telah banyak memberikan bantuan baik dari segi materiil dan non materiil.

Dan tak lupa kedua saudara Penulis Rudiono dan Lindawati, yang telah memberikan dukungannya dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar hingga akhir pengerjaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para

pembaca yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Ientifikasi Masalah. ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Kedelai ... 12

2.2. Faktor-faktor Sosial Ekonomi ... 13

2.3. Produktivitas Kedelai ... 19

2.4. Regresi Liner Berganda ... 23

2.5. Kerangka Pemikiran ... 26

2.6. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Daerah Penelitian ... 29

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 30

3.3. Metode Pengambilan Data ... 31

3.4. Metode Analisis Data ... 31

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 35

3.5.1. Definisi ... 35

3.5.2. Batasan Operasional ... 36

(8)

4.1.1. Luas dan Letak Geografis ... 37

4.1.2. Penggunaan Lahan ... 39

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 40

4.1.4. Tingkat Pendidikan ... 41

4.1.5. Mata Pencaharian ... 43

4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 49

5.1.1. Tahapan Kegiatan Pengelolaan Usahatani Kacang Kedelai ... 49

5.1.2 Beberapa Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 55

5.1.3 Beberapa Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 58

5.1.4 Beberapa Faktor Teknologi Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 61

5.1.5 Beberapa Faktor Sosial, Ekonomi dan Teknologi Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 63

5.2. Pembahasan ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

(9)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota 2002-2006 (ton) 4 Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Kedelai Menurut

Kecamatan Tahun 2009 ... 29

Tabel 3. Penentuan Petani Sampel Berdasarkan Kelas Interval Luas Lahan .... 31

Tabel 4. Desa Sidodadi Ramunia yang memiliki 17 dusun ... 38

Tabel 5. Luas dan Letak Geografis Kecamatan Beringin, 2009 ... 39

Tabel 6. Penggunaan Lahan di Desa Sidodadi Ramunia tahun 2009 ... 40

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 40

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidodadi Ramunia ... 42

Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidodadi Ramunia ... 44

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia... 45

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia... 47

Tabel 12.Beberapa Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai... 57

(10)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Kacang Kedelai ... 80 Lampiran 2. Faktor Sosial Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 81 Lampiran 3. Faktor Ekonomi Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 82 Lampiran 4. Faktor Teknologi Mempengaruhi Produktifitas Kacang Kedelai . 83 Lampiran 5. Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Produktifitas Kacang Kedelai .. 84 Lampiran 6. Pengaruh Faktor Ekonomi Produktifitas Kacang Kedelai ... 97 Lampiran 7. Pengaruh Faktor Teknologi Produktifitas Kacang Kedelai ... 100 Lampiran 8. Beberapa Pengaruh Faktor Sosial, Ekonomi Dan Teknologi Terhadap

(12)

ABSTRAK

(13)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi kontribusi terhadap

perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan) meskipun nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya. Ditingkat petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman sela atau tanaman

untung-untungan. Untuk mengatasi itu maka upaya peningkatan produksi kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani menjadi profesional dalam berusahatani

sehingga produktivitas kedelai dapat meningkat (BPS, 2009).

Sampai saat ini, kedelai bisa dikatakan masih menjadi salah satu komoditas pangan yang sangat penting di Indonesia. Hal ini antara lain diindikasikan dari tingginya

gejolak yang timbul akibat kenaikan harga kedelai yang cukup tinggi beberapa waktu lalu. Di sisi lain, kejadian kenaikan harga kedelai yang mengguncangkan perekonomian

ternyata memberi hikmah kepada kita untuk berpikir kembali bahwa aspek ketahanan pangan yang bertumpu pada kekuatan sendiri merupakan perihal yang memang harus digalakkan dan diwujudkan dalam kehidupan penduduk, terutama bila kita tidak ingin

selalu bergantung pada negara lain (Adisarwanto, 2008).

(14)

protein nabati dan minyak nabati bagi tubuh. Penghasil kedelai utama dunia adalah

Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (http://rileks.com, 2009).

Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan ditingkat nasional, khususnya

ketersediaan bahan pangan kedelai, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan produksinya dan tentunya harus diprogramkan secara teliti, terencana,

berjangka panjang, dan tepat sasaran. Tujuan utamanya tak lain adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri secara bertahap bila pemenuhan kedelai melalui impor bisa berkurang atau hanya dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri benar-benar

tidak dapat dipenuhi (Adisarwanto, 2008).

Petani dan keluarganya diharapkan mengelola usaha taninya dengan penuh kesadaran, melakukan pilihan-pilihan yang tepat dari alternatif yang ada melalui bantuan penyuluh pertanian dan pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena itu, petani yakin akan

mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan.

Kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,20 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, produksi

dalam negeri hanya mampu mencukupi 35−40% sehingga kekurangannya (60−65%)

dipenuhi dari impor. Kenaikan harga kedelai di pasar dunia yang mencapai 100%

menyebabkan harga kedelai di dalam negeri meningkat tajam, yaitu dari sekitar

Rp3.500/kg pada akhir tahun 2007 dan menjadi Rp7.500/kg pada awal tahun 2008.

Kenaikan harga tersebut pada gilirannya akan meningkatkan harga bahan pangan

(15)

kembali menanam kedelai yang selama ini ditinggalkan karena dinilai tidak

menguntungkan. Selain itu, melalui berbagai program, pemerintah juga terus berupaya

menaikkan produksi kedelai nasional menuju swasembada pada tahun 2010-2012

(Departemen Pertanian 2008).

Menurut BPS (2009) menyatakan bahwa tidak seperti komoditi padi dan jagung, luas panen dan produksi kacang kedelai justru mengalami penurunan yang sangat signifikan

(mencolok) terutama dari tahun 2005 ke tahun 2006, untuk luas panen yaitu turun sebesar 54,56 persen yaitu turun dari 3.501 hektar tahun 2005 menjadi 1.591 hektar tahun 2006. Tahun 2007 luas panen kacang kedelai juga menurun menjadi 1.224 hektar

atau penurunan rata-rata selama tiga tahun terakhir sebesar 38,82 persen. Sementara produksinya juga mengalami penurunan yang sejalan dengan penurunan luas panen,

yaitu tahun 2005 sebesar 5.101 ton turun menjadi 2.284 ton tahun 2006 atau turun 55,22 persen dan kembali menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar 1.761 ton atau turun sebesar 22,90 persen. Jadi, dalam tiga tahun terakhir secara keseluruhannya

diperkirakan turun sebesar rata-rata 39,06 persen per tahunnya.

Sedangkan produktifitasnya mengalami kenaikan yang tidak signifikan dari tahun 2005 ke 2006 yaitu 14,31 kwintal per hektar atau 1.431 ton/Ha tahun 2005 menjadi 14,35 kwintal per hektar atau 1.435 ton/Ha tahun 2006 atau naik 0,28 persen dari tahun 2007

kembali naik menjadi 14,39 kwintal per hektar atau 1.439 ton/Ha atau naik 0,28 persen. Secara keseluruhan dalam tiga tahun terakhir rata-rata kenaikan produktivitas kacang

(16)

Tabel 1. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota 2002-2006 (ton) Kabupaten/Kota

Regency/City 2002 2003 2004 2005 2006

Kabupaten/Regency

1. N i a s 98 32 0 0 0

2. Mandailing Natal 173 2 045 2 149 2 232 198 3. Tapanuli Selatan 800 1 141 1 539 1 428 1 142

4. Tapanuli Tengah 195 201 12 43 218

5. Tapanuli Utara 11 24 1 1 0

6. Toba Samosir 0 47 22 0 0

7. Labuhan Batu 169 658 1 152 660 327

8. A s a h a n 465 179 228 634 291

9. Simalungun 500 1 670 60 31 38

10. D a i r i 0 0 0 0 0

11. K a r o 0 0 0 0 69

12. Deli Serdang 3 675 2 133 5 288 4 034 1 467

13. L a n g k a t 2 918 2 277 1 842 3 018 2 282

14. Nias Selatan 0 0 0 0 0

15. Humbang Hasundutan 0 0 2 1 0

16. Pakpak Bharat 0 0 0 0 0

17. Samosir 0 0 0 63 41

18. Serdang Bedagai 0 0 0 3 468 643

19. Batu Bara 0 0 0 0 0

20. Padang Lawas Utara 0 0 0 0 0

21. Padang Lawas 0 0 0 0 0

Kota/City

22. S i b o l g a 0 0 0 0 0

23. Tanjung Balai 0 0 0 0 0

24. Pematang Siantar 0 2 2 0 0

25. Tebing Tinggi 21 10 3 6 3

26. M e d a n 5 19 2 10 10

27. B i n j a i 172 11 14 142 296

28. Padangsidimpuan 0 12 17 22 17

Jumlah/Total 10 197 10 466 12 333 15 793 7 042

Sumber: BPS Sumatera Utara, 2009

Rendahnya produksi kedelai di dalam negeri juga ikut berdampak pada krisis kedelai saat ini. Persoalan yang sebenarnya bukan pada rendahnya ketersediaan kedelai didalam

(17)

buruk terlihat dari semakin sempitnya luas lahan kedelai dibandingkan jumlah

permintaan kedelai yang semakin meningkat.

Selain itu, ada persepsi ditengah-tengah masyarakat yang beranggapan bahwa kedelai tidak cocok untuk ditanam didaerah tropika. Persepsi ini sebenarnya tidak salah, tetapi

saat ini telah banyak dilakukan uji varietas dan uji daya adaptasi beberapa varietas kedelai unggul sehingga varietas kedelai yang telah dilepas kepada petani sudah sesuai

dan cocok dengan lingkungan tumbuh yang ada didaerah tropika. Namun, pada prakteknya di lapangan masih terbentur oleh kendala teknis dan masalah faktor sosial ekonomi, terutama dalam hal penerapan budidayanya. Hal inilah penyebab target

produksi kedelai yang optimal tidak tercapai (Adisarwanto, 2008).

Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani.

Disamping itu, pasar komoditas kedelai masih terbuka lebar. Upaya untuk menekan laju impor dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam,

peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha.

Strategi pengembangan sistem produksi kedelai yang dapat ditempuh meliputi: 1) pemanfaatan VUB dan penerapan teknologi budidaya tepat guna, 2) pemanfaatan lahan

(18)

revitalisasi penyuluhan, 5) pemanfaatan tenaga yang terbatas untuk menekan kehilangan

hasil dan, 6) penggunaan alsintan sederhana yang terjangkau sesuai dengan keterbatasan modal.

Kebijakan pengembangan kedelai diarahkan kepada: 1) intensifikasi kedelai untuk

meningkatkan produktivitas, 2) introduksi teknologi biaya rendah untuk menekan biaya produksi, 3) pengembangan teknologi, 4) perluasan areal tanam untuk meningkatkan

luas panen dan produksi kedelai, 5) peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan anomali iklim.

Program pengembangan sistem produksi meliputi: 1) penggunaan varietas unggul dan

pemupukan berimbang yang dikemas dalam pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT), 2) pemanfaatan sumber-sumber pertumbuhan produksi, 3) budidaya kedelai hemat lahan, air, tenaga kerja, dan input kimiawi, 4) penyediaan kredit dan

pendampingan untuk penerapan teknologi PTT, 5) penanaman kedelai pada Musim Kering di lahan tidur, 6) pelatihan penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan

OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta anomali iklim (Departemen Pertanian, 2007).

Untuk mencukupi kebutuhan kedelai dengan sasaran menekan laju impor menjadi 40%

pada tahun 2010 dan menuju swasembada pada tahun 2015 diperlukan upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri rata-rata 9,72% per tahun, dan peningkatan

(19)

2010 dan swasembada kedelai akan dicapai pada tahun 2015 (Departemen Pertanian,

2007)

Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produktivitas usaha tani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usaha taninya memberikan manfaat

tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usaha tani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan

petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh aspek sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja, dkk, 2004).

Produksi kedelai dalam negeri terus menurun seiring dengan merosotnya areal tanam.

Untuk mencukupi permintaan kedelai dalam negeri yang terus meningkat, maka perlu

dilakukan peningkatan produksi kedelai melalui perluasan areal tanam. Dilihat dari sisi

petani, merosotnya luas areal tanam kedelai menunjukkan kurangnya partisipasi petani

untuk menanam kedelai karena dinilai tidak menguntungkan. Oleh karena itu, upaya

meningkatkan produktivitas kedelai berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi dan

teknologi, untuk mendorong partisipasi petani menanam kedelai.

Mengacu pada hal tersebut maka harus ada peran antara petani dan penyuluh agar

terjadi suatu perubahan yang dalam hal ini peningkatan produktivitas. Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya mengingat

(20)

Dalam era globalisasi saat ini, teknologi memegang posisi kunci menghasilkan produksi

kedelai yang optimal. Oleh karena itu, penguasaan teknologi produksi menjadi amat penting bagi petani dalam meningkatkan usahatani kedelainya. Sukses tidaknya penerapan teknologi produksi kedelai bisa dilihat dari tingkat produktivitas yang dapat

dicapai petani.

Sampai saat ini, tingkat adopsi atau penerapan paket teknologi produksi kedelai oleh petani dinilai masih rendah dan senadainya sudah ada, petani tidak menerapkannya secara terpadu semua komponen teknologi yang dianjurkan, melainkan hanya satu atau

dua komponen yang dianggap paling penting saja. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan pendekatan kebijakan yang bersifat teknis maupun non teknis agar

penerapannya bisa meningkat sehingga dapat menekan besarnya kesenjangan hasil di tingkat petani. Besarnya senjang hasil tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh faktor biofisik lahan dan kondisi sosial ekonomi dalam proses alih teknologi

(Adisarwanto, 2008).

Tercapainya tingkat produksi kedelai merupakan hasil keterpaduan partisipasi petani

dalam penanaman, penerapan teknologi budidaya, kerja sama dalam kelompok yang ditunjang oleh kelancaran pelayanan dan penyuluhan. Pemerintah mengharapkan petani melakukan intensifikasi dalam penanaman kedelai. Dalam upaya untuk mengurangi

beban impor dan mengantipasi permintaan yang terus meningkat dimasa mendatang, pemerintah telah mencanangkan untuk memperluas pengembangan kedelai dengan

(21)

memiliki potensi produktivitas yang paling optimal karena tingkat kesuburan tanahnya

relatif subur serta ketersediaan air irigasi yang cukup dengan pola tanam kedelai-padi-padi.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi dan

teknologi apa saja yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Beringin.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain:

1. Apa saja faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?

2. Apa saja faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?

3. Apa saja teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah

penelitian?

4. Bagaimana pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi pertanian dan teknologi

terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas kacang

(22)

2. Untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi produktivitas

kacang kedelai di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di

daerah penelitian.

4. Untuk menentukan bagaimana pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi pertanian terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil

(23)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Kedelai

Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang kaya dan merupakan salah satu makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Tidak seperti makanan lain yang mengandungi lemak jenuh dan tidak dapat dicerna yang terdapat pada sebagian besar makanan hewan, kacang kedelai tidak mengandung kolesterol, mempunyai rasio kalori rendah dibandingkan protein dan

bertindak sebagai makanan yang tidak menggemukkan bagi penderita obesitas. Kacang kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium dan phosphorus. Kacang kedelai

juga kaya akan vitamin B kompleks. Kacang kedelai merupakan salah satu yang mengandung protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi, kacang kedelai juga unik karena bebas dari racun kimia. Sedangkan tisu lemak hewan diketahui mengandung 20

kali lipat baja berat, racun serangga dan racun tanaman dibandingkan yang terdapat pada tanaman kacang-kacangan (Adisarwanto, 2008).

Menurut Sudaryanto dkk (2001) bahwa kedelai memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar yang besar dan terus berkembang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi dalam negeri. Pengembangan kedelai menghadapi

persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai.

(24)

pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang digunakan,

dan interaksi semua faktor tersebut. Kendala nonteknis dalam usaha tani kedelai adalah ketersediaan modal. Produktivitas kedelai antara lain ditentukan oleh penggunaan sarana produksi yang tepat, sehingga untuk memacu peningkatan produksi kedelai,

perlu penyediaan fasilitas kredit yang memadai. Hal ini karena dengan modal yang terbatas, petani akan mengurangi penggunaan sarana produksi untuk menekan biaya.

2.2 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi

Slamet (2003) menyatakan bahwa perilaku petani dipengaruhi oleh pengetahuan,

kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta

bentuk-bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya.

Senada dengan Kartasapoetra (1994) bahwa petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun

ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

Menurut Mosher (1997), latar belakang sosial ekonomi dan budaya maupun politik

(25)

Seperti halnya Soekartawi (2003) bahwa cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor intern dan ekstern sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor-faktor sosial itu diantaranya umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan

pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya, luas lahan yang dimiliki dan pendapatan.

Seperti juga menurut Ginting (2002) bahwa inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Adopsi teknologi baru proses yang terjadi

dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Umur petani

Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih

cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan. 2. Pengalaman bertani.

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

3. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap

(26)

sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu

pertanian kurang. 4. Total pendapatan

Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani atau usahatani

lainnya.

5. Luas pemilikan lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani yang memiliki lahan yang sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi.

6. Jumlah tanggungan

Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan

banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.

Marx mengemukakan dua postulat yang utama yaitu: pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan

perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif. Kedua, menyentuh mekanisme perubahan

(change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak ( Hart, 1995).

(27)

memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat

kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka

memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka.

Hal ini juga dikemukakan oleh Van den Ban dan Hawkins (1999) bahwa kebutuhan petani akan informasi dapat diperoleh melalui media massa (cetak maupun elektronik).

Hal ini karena petani akan memperoleh informasi dari berita-berita yang ditampilkan baik di media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi ada kalanya petani tidak mau

menerima pengetahuan dan pendapat yang ditransfer melalui media, tetapi menggunakan pengetahuan dan pendapatan tersebut secara kreatif serta membentuk pendapat sendiri. Dalam proses ini petani juga bisa memanfaatkan sumber-sumber

informasi lain seperti organisasi penyuluhan.

Menurut Novizar (2000) bahwa pertanian merupakan bagian dari hidupnya bagi petani.

Bahkan suatu cara hidup. Sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek-aspek sosial, kebudayaan, kepercayaan dan aspek-aspek-aspek-aspek tradisi, semuanya memegang peranan penting dalam tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian,

berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan

(28)

Seperti yang dikemukakan oleh Supandi (2008) bahwa peran petani adalah sebagai

pelaku utama dan sekaligus sebagai penerima manfaat.

Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa agen penyuluhan dapat

membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur

atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek sosial

dan aspek ekonomi.

Hal ini juga dikemukakan oleh Supandi (2008) bahwa tiga aspek sosial dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan harus terintegrasi dimana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi perubahan.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), di negara berkembang, dipercayai bahwa

cara terbaik untuk meningkatkan efisiensi usahatani dan meningkatkan produksi pertanian adalah dengan mendidik petani. Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami persoalan mereka,

memikirkan pemecahannya atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada

(29)

Menurut Kartasapoetra (1994) bahwa pendidikan dinilai sebagai sarana peningkatan

pengetahuan tentang teknologi yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern.

Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa dalam menunjang pembangunan pertanian tidak

terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi yang dimaksudkan adalah teknologi pertanian yang berarti bagaimana cara penyebaran benih,

pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis-jenis usaha

oleh para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan.

Syahyuti (2006), yang mengemukakan bahwa partisipasi diperlukan untuk menjamin

keberlanjutan pembangunan, karena pembangunan berkelanjutan sangat tergantung pada proses sosial. Mengacu pada tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi, dan

lingkungan harus diintegrasikan di mana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi suatu perubahan, partisipasi diterima sebagai alat yang esensial. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani mengadopsi teknologi budidaya anjuran merupakan

syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian di suatu daerah.

(30)

keputusan petani dalam berusaha tani. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan

sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani intensif dengan menerapkan teknologi baru, sehingga akan meningkatkan usahatani.

2.3 Produktivitas Kedelai

Marchlup dan Chamberlin mengemukakan bahwa produktivitas batas dalam arti produk batas fisis; jadi artinya jumlah produksi in natura, yang ditambahkan oleh kesatuan

terakhir sebuah alat produksi kepada produksi total seorang pengusaha; produktivitas batas dalam arti nilai daripada produk batas fisis; jadi artinya produk batas fisik kali

harga per satuan; produktivitas batas dalam arti jumlah uang, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi, kepada hasil total berupa uang pengusaha yang bersangkutan (Winardi, 1983).

Menurut Soeharsono (1989) menyatakan bahwa usahatani yang bagus sebagai usahatani

yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas

tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu

(31)

tertentu. Oleh karena itu, secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara

efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah).

Senada dengan Soekartawi (2003) yang mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh

petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap

(fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkannya. Misalnya sewa lahan, bangunan, ternak kerja dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap

adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada suatu barang yang diproduksi, misalnya upah buruh tani.

Ariani (2005) menyatakan bahwa tingkat produktivitas yang stabil, produksi dan luas areal tanam akan berjalan seiring. Hal ini berarti besarnya kenaikan produksi ditentukan pula oleh peningkatan luas areal tanam. Oleh karena itu, tingkat produksi kedelai yang

makin menurun disebabkan oleh makin berkurangnya areal tanam. Tanpa perluasan areal tanam, upaya peningkatan produksi kedelai sulit dilakukan karena laju

peningkatan produktivitas berjalan lambat, apalagi bila harga sarana produksi tinggi dan harga produk rendah.

Mosher (1997) menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap

(32)

Senada dengan Alimoeso (2008) yang menyatakan bahwa di samping perluasan areal,

upaya peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan menaikkan produktivitas dan stabilitas hasil, serta menekan senjang hasil dan kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan: 1) memperluas

areal tanam, 2) meningkatkan produktivitas, 3) mengamankan produksi, dan 4) memperkuat kelembagaan. Perluasan areal tanam diutamakan pada wilayah yang pernah

menjadi sentra produksi kedelai dan pemanfaatan lahan secara optimal melalui peningkatan indeks pertanaman. Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan menggunakan benih varietas unggul bermutu; pengamanan produksi dengan

memberikan bantuan sarana pascapanen; dan perbaikan sistem kelembagaan dengan memperbaiki sistem lembaga permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok

tani dan kemitraan.

Soeharsono (1989) menyatakan bahwa kualitas manusia (pendidikan, ketrampilan dan

keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam proses produksi, sehingga bukan saja kemampuan produksi akan rendah, tetapi

produktivitas dalam produksi pun akan rendah. Rendahnya tingkat produksi mengakibatkan tingkat penghasilan yang rendah pula. Sementara dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia, kemampuan dalam pengembangan teknologi

akan semakin rendah pula, sehingga membutuhkan dana investasi yang cukup besar untuk melakukan penelitian dan perkembangan.

(33)

wilayah. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah

maupun kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga petani

dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima.

Prabowo (2008) menyatakan, untuk meningkatkan produksi kedelai hingga swasembada bukan hal yang mustahil. Dengan memberikan jaminan harga yang layak, petani akan tertarik untuk menanam kedelai. Pemerintah perlu melindungi petani karena di negara

lain pun, pemerintah tidak hanya melindungi petani, tetapi juga produk pertaniannya.

Seperti halnya Pakpahan (2004) juga mengemukakan bahwa petani di negara-negara maju masih mendapat perlindungan dan memperoleh subsidi yang sangat besar. Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, subsidi bagi petani justru

dihapus.

2.4 Regresi Linier Berganda

Menurut Nazir (2003) bahwa jika parameter suatu hubungan fungsional antara satu

variabel dependen dengan lebih dari satu variabel ingin diestimasikan, maka analisis regresi yang dikerjakan berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression).

(34)

berganda akan dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan ini berkaitan dengan

digunakannya sejumlah variabel didalam model (hal ini tidak dijumpai dalam model regresi linier sederhana yang hanya mengkaji satu variabel bebas). Fenomena berubahnya suatu variabel tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan variabel

tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Danang (2009) jika pengukuran antarvariabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas

(X1, X2, X3, ...,Xn) dinamakan analisis regresi linier berganda, dikatakan linier karena setiap estimasi atas nilai diharapkan mengalami peningkatan atau penurunan mengikuti garis lurus. Persamaan estimasi regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn

Dimana :

a = nilai konstanta

b1, b2, b3, ..., bn = nilai koefisien regresi variabel X1, X2, X3, ..., Xn

untuk menentukan nilai a dan b1, b2, b3, ..., bn dipergunakan beberapa persamaan

regresi linier berganda :

1. SY = an + SX1 + b2SX2 + ... + bnSXn

2. SX1Y = aSX1 + b1SX12 + b2SX1X2 + ... + bnSX1Xn

3. SX2Y = aSX2 + b1SX1X2 + b2SX22 + ... + bnSX2Xn dan seterusnya.

Supriana (2008) menyatakan bahwa model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa variabel bebas disebut model regresi

berganda. Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut:

Yi= βo+ β1X1i+β2X2i+β3X3i+...+βkXk+ui

(35)

Yi = Variabel terikat

Xi = Variabel bebas

i = 1,2,3,....k (banyaknya observasi)

Sebagaimana dalam regresi sederhana, nilai-nilai parameter tersebut akan diduga,

sehingga modelnya menjadi:

Ỷi = bo+ b1X1i+b2X2i+b3X3i+...+bkXk

Dimana:

i = 1,2,3,....k (banyaknya observasi) bo,b1,b2,b3...bk dugaan βo,β1,β2,β3...βk

Senada dengan Umar (2005) yang menyatakan bahwa data hasil pengamatan Y

dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas X1,X2,X3,...Xk, sehingga rumus umum dari

regresi linier berganda itu adalah :

Y=a + b X1+ c X2+ ... + k Xk

koefisien-koefisien a,b,c,...k, dapat dicari dengan berbagai cara, misalnya dengan kuadrat terkecil ataupun dengan matrik.

Untuk mengetahui adanya masalah multikolinearitas (Multicolinearity), pada model regresi, maka dilakukan pengujian model regresi dengan menggunakan metode

Backward Elimination pada uji SPSS (Statistical Program for Social Science).

(36)

satu). Jika variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut dengan

“(Multikolineritas Sempurna) Perfect Multicolinearity” Dampak dari Multikolinearitas adalah :

1. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi atau sulit

dibedakan karena koefisien regresi masing-masing variabel bebas tidak dapat digunakan lagi untuk menduga nilai variabel terikat.

2. Standard error cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel bebas. 3. Probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah (kesalahan b) semakin besar.

Metode Backward Elimination ini berguna untuk mengatasi masalah multikolinearitas yang terjadi pada model regresi berganda. Metode ini dipilih dari menu method yang

terdapat d SPSS, dimana metode ini merupakan metode yang akan mengeluarkan variabel bebas yang berkorelasi dengan variabel bebas lainnya sehingga tidak menyebabkan masalah multikolinearitas lagi.

Pengujian dengan SPSS, dapat dilihat pada uji Colinearity Diagnostic yaitu:

a. Pengujian pada Egeinvalue. Jika Egeinvalue mendekati nilai nol, maka akan terjadi multikolinearitas.

b. Pengujian pada Condition Index. Jika harga Condition Index melebihi angka 15,

(37)

2.5 Kerangka Pemikiran

Faktor sosial, ekonomi merupakan faktor yang ada dalam diri petani. Faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap usahatani kedelai. Faktor sosial ekonomi tersebut nantinya

akan mempengaruhi produktivitas kedelai begitupun dengan teknologi.

Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija (kacang-kacangan) yang diusahakan dan dikelola petani. Kedelai merupakan pangan penting setelah padi dan jagung. Selain sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai sebagai

penurun kolesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Kedelai juga berfungsi sebagai anti-oksidan dan dapat mencegah penyakit kanker.

Baik faktor sosial, ekonomi maupun teknologi petani sangat membantu dan berhubungan dengan cara berfikir petani dalam usahataninya. Petani juga perlu

mempertimbangkan keadaan atau kondisi baik dari segi sosial, segi ekonomi maupun segi teknologi.

Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh hasil dari usaha pertaniannya. Dalam pertimbangan tersebut para petani harus yakin mampu mengelola usahataninya

(38)

Adapun skema kerangka pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 1.

Keterangan :

[image:38.595.48.547.149.377.2]

Menyatakan pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.6 Hipotesis Penelitian

Beberapa faktor sosial ekonomi serta teknologi [umur, pengalaman bertani, jumlah

tanggungan, frekuensi penyuluhan, kosmopolitan, luas lahan, pendapatan, varietas bibit unggul, pupuk, penggunaan alsintan (alat-alat mesin pertanian)] berpengaruh nyata

terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian. Produktivitas Kacang Kedelai Faktor Sosial antara lain:

• umur

• pengalaman bertani • jumlah tanggungan • frekuensi penyuluhan • kosmopolitan

Faktor Ekonomi terdiri dari: • luas lahan

• pendapatan

Teknologi terdiri dari: •varietas bibit unggul •pupuk

•penggunaan alsintan •pestisida

(39)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan peneliti seperti pernyataan dari

[image:39.595.88.491.377.598.2]

Notohadiprawiro (2006), terhadap desa tersebut yang merupakan desa dengan produktivitas tertinggi.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Kedelai Menurut Kecamatan Tahun 2009

No Desa Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ha)

Produktivitas (kw/Ha)

1. Karang Anyar 300 295 5 18

2. Sidodadi Ramunia 240 190 50 18

3. Beringin 224 49 175 15

4. Sidoarjo II Ramunia 410 110 300 15

5. Psr V Kebun Kelapa 40 40 - 16

6. Serdang 5 1 4 16

Jumlah 1.219 Ha 685 534

Sumber : BPP Tanjung Garbus, 2009

(40)

Menurut Adisarwanto (2008) bahwa tanah bekas ditanami kedelai biasanya baik sekali

untuk ditanami padi, sebab pada akar-akar kedelai terdapat bintil-bintil yang dapat mengikat unsur N (Nitrogen), dengan demikian akar-akar yang tertinggal pada saat tanaman dicabut, setelah membusuk akan sangat berguna bagi tanaman berikutnya.

Maka kedelai akan sangat terbantu pertumbuhannya dengan adanya unsur hara yang diperoleh dari tanaman sebelumnya.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian sampel adalah petani kedelai yang melakukan usahatani di Desa Sidodadi Ramunia. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari keseluruhan populasi yang ada dimana setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional.

Strata dalam hal ini terdiri atas luas lahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima

(41)
[image:41.595.81.491.113.267.2]

Tabel 3. Penentuan Petani Sampel Berdasarkan Kelas Interval Luas Lahan

No. Kelas Interval Berdasarkan Luas Lahan

(Ha)

Strata Populasi Sampel

1 1,404 – 2,110 Rendah 273 273/619 x 30 =13

2 2,111 – 2,817 Sedang 223 223/619 x 30 =11 3 2,818 – 3,524 Tinggi 123 123/619 x 30 =6

Jumlah 619 30

Sumber : BPP Tanjung Garbus, 2009

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada penyuluh dan petani dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh

dari Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pertanian, Kantor Camat Kecamatan Beringin, Kantor BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Tanjung Garbus, Kantor Desa Sidodadi

Ramunia, buku serta literatur yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menguji identifikasi masalah 1, 2, dan 3 dianalisis menggunakan analisis

deskriptif yaitu menjelaskan faktor-faktor sosial, ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.

Untuk menganalisis identifikasi masalah 4 maka hipotesis diuji dengan metode regresi

(42)

• Model pengujian faktor sosial terhadap produktivitas sebagai berikut:

dimana:

Y = Produktivitas (Ton/Ha)

α

0 = Konstanta

α

1-

α

5 = Koefisien Regresi

X1 = Umur (tahun)

X2 = Jumlah Tanggungan (Orang)

X3 = Pengalaman Bertani (Tahun)

X4 = Frekuensi Penyuluhan (Tahun)

X5 = Kosmopolitan (/Tahun)

є

= Std.Error

• Model pengujian faktor ekonomi terhadap produktivitas sebagai berikut:

dimana:

Y = Produktivitas (Ton/Ha)

α

0 = Konstanta

α

1-

α

2 = Koefisien Regresi

X1 = Luas Lahan (Ha)

X2 = Pendapatan (Rp)

є

= Std.Error

• Model pengujian faktor teknologi terhadap produktivitas sebagai berikut:

dimana:

Y = Produktivitas (Ton/Ha)

α

0 = Konstanta

D1 = Varietas bibit unggul

Y =

α

0 +

α

1

x

1 +

α

2

x

2 +

α

3

x

3 +

α

4

x

4+

α

5

x

5+

є

Y =

α

0 +

α

1

x

1 +

α

2

x

2 +

є

(43)

Dimana : 1 = Wilis 2 = Taiwan 3 = Anjasmoro D2 = Pupuk

Dimana : 1 = Urea 2 = Sprit

3 = Urea dan Sprit D3 = Alsintan

Dimana : 1 = Cukup (cangkul, arit, grendel, tugal)

2 = Baik (zetor/cangkul, babat/arit, grendel, tugal) 3 = Sangat Baik (zetor, babat, garu, grendel, tugal)

є

= Std.Error

• Model pengujian faktor sosial ekonomi dan teknologi terhadap produktivitas sebagai

berikut:

dimana:

Y = Produktivitas (Ton/Ha)

α

0 = Konstanta

α

1-

α

10 = Koefisien Regresi

X1 = Umur (tahun)

X2 = Jumlah Tanggungan (Orang)

X3 = Pengalaman Bertani (Tahun)

X4 = Frekuensi Penyuluhan (Tahun)

X5 = Kosmopolitan (/Tahun)

X6 = Luas Lahan (Ha)

X7 = Pendapatan

D1 = Varietas bibit unggul

Dimana : 1 = Wilis

(44)

2 = Taiwan 3 = Anjasmoro D2 = Pupuk

Dimana : 1 = Urea 2 = Sprit

3 = Urea dan Sprit D3 = Alsintan

Dimana : 1 = Cukup (cangkul, arit, grendel, tugal)

2 = Baik (zetor/cangkul, babat/arit, grendel, tugal) 3 = Sangat Baik (zetor, babat, garu, grendel, tugal)

є

= Std.Error

Untuk melihat variabel bebas berpengaruh secara serempak terhadap variabel terikat (Y)

diuji dengan Uji F statistik. Dengan kriteria sebagai berikut :

F hitung ≤ F tabel ; tolak Ho ; terima H1

F hitung ≥ F tabel ; tolak H1 ; terima Ho

Apabila :

F hitung ≤ F tabel, maka H1 diterima/Ho ditolak, artinya variabel bebas serempak tidak

berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).

F hitung > F tabel, maka H1 ditolak/Ho diterima, artinya variabel bebas secara serempak

berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).

Untuk melihat variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat Y diuji dengan Uji t statistik.

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

t hitung ≤ t tabel ; tolak Ho ; terima H1

(45)

Apabila :

t hitung ≤ t tabel, maka H1 diterima/Ho dtitolak, artinya variabel bebas secara parsial

tidak berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).

t hitung > t tabel, maka H1 ditolak/Ho dterima, artinya variabel bebas secara parsial

berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Definisi

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat defenisi antara lain:

1. Petani kedelai adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani kedelai pada sebidang tanah atau lahan.

2. Faktor sosial antara lain: umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, frekuensi

penyuluhan, tingkat kosmopolitan.

3. Umur petani adalah umur petani pada saat penelitian dilakukan.

4. Pengalaman bertani diukur mulai sejak kapan petani itu secara aktif mandiri mengusahakan usahataninya sampai diadakan penelitian.

5. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang ditanggung dan dibiayai

oleh kepala keluarga dalam satu kepala keluarga termasuk kepala keluarga itu sendiri.

(46)

7. Faktor ekonomi antara lain : luas lahan dan pendapatan

8. Teknologi antara lain : varietas bibit unggul, penggunaan pupuk, penggunaan alsintan (alat-alat mesin pertanian) dan penggunaan pestisida.

9. Usahatani kedelai merupakan usahatani dalam melaksanakan dan mengelola

tanaman kedelai pada sebidang tanah atau lahan.

10.Produktivitas adalah perbandingan antara produksi (ton) terhadap luas lahan (Ha).

3.5.2 Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

2. Petani sampel adalah petani kedelai yang membudidayakan kedelai dan merupakan

anggota kelompok tani.

(47)

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Deskripsi daerah penelitian menggambarkan bahwa penelitian ini dilakukan di desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera

Utara. Desa Sidodadi Ramunia ini berjarak 1 km dari ibukota kecamatan, yaitu Karang Anyar, jarak ke ibukota kabupaten/kota 5 km yaitu Lubuk Pakam, jarak ke ibukota provinsi 32 km, yaitu Medan. Luas desa ini lebih kurang 779 Ha/m2.

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Secara administrasi desa Sidodadi Ramunia ini berbatasan dengan : • Sebelah Utara : Desa Karang Anyar

• Sebelah Selatan : Empl. Kuala Namu

• Sebelah Timur : Sungai Ular

• Sebelah Barat : PSR V Kebun Kelapa

Desa Sidodadi Ramunia terdiri dari 17 dusun. Dusun-dusun tersebut akan disajikan pada

tabel 4 berikut.

(48)
[image:48.595.79.496.116.268.2]

Tabel 4. Desa Sidodadi Ramunia yang memiliki 17 dusun

Nama Dusun Nama Dusun

Suka Damai B. Negoro A

Blora B. Negoro B

Perwira Tani A

Kediri Tani B

Cilacap Madiun A

Kauman Madiun B

Juli PW. Asri A

Jogja PW. Asri B

Bali

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009

Adapun masing-masing dari dusun tersebut dikepalai oleh seorang kepala dusun. Yang masing-masing dari kepala dusun tersebut saling berkoordinasi dengan kepala desa di dalam sistem pemerintahan desa.

Secara geografis, letak koordinat desa Sidodadi Ramunia yaitu antara 03.60302º LU dan

098.888550 º BT dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 32-370C yang berada pada ketinggian tempat 1 meter diatas permukaan laut.

Secara keseluruhan desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5 berikut berdasarkan luas wilayah, titik koordinat,

(49)
[image:49.595.97.492.108.415.2]

Tabel 5. Luas dan Letak Geografis Kecamatan Beringin, 2009

No. Keterangan Kecamatan Beringin

1. Luas Wilayah 52.69 Km2 atau 5.269 Ha

2. Titik Koordinat 03.60862º LU

098.88937 º BT

3. Keadaan Alam Daerah dataran rendah dengan ketinggian 1-8 meter di atas permukaan laut.

4. Batas Wilayah: • Sebelah Utara • Sebelah Selatan • Sebelah Timur

• Sebelah Barat

Kecamatan Pantai Labu Kecamatan Lubuk Pakam Kecamatan Pagar Merbau dan Kab. Serdang Bedagai

Kecamatan Tanjung Morawa dan Batang Kuis

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009

4.1.2 Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Sidodadi Ramunia menurut jenis penggunaan lahan dibagi menjadi areal pemukiman, areal persawahan, areal pekarangan dan areal prasarana umum

(50)
[image:50.595.82.488.113.308.2]

Tabel 6. Penggunaan Lahan di Desa Sidodadi Ramunia tahun 2009

Uraian Luas (Ha)

Areal pemukiman 265.62

Areal persawahan 427

Areal perkuburan 1.5

Areal pekarangan 62

Areal prasarana umum lainnya, terbagi atas: - Perkantoran pemerintah

- Bangunan sekolah/Perguruan Tinggi - Jalan

2.48 7 14.48

Total luas 779

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009

Dari data di atas diketahui bahwa luas areal pertanian sebanyak 427 Ha sedangkan luas

areal yang bukan pertanian sebanyak 352 Ha.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Desa Sidodadi Ramunia terdiri dari suku Aceh, Batak, Melayu, Minang, Sunda, dan

Jawa yang hidup dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh sehingga tidak pernah terjadi perpecahan antara kelompok/etnis dari dulu hingga sekarang.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Agama Jumlah Persen (%)

Islam 11.232 97.49

Kristen 29 0.26

Katolik 15 0.14

Hindu - -

Budha 255 2.21

[image:50.595.81.489.634.732.2]
(51)

Dari tabel 7 tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebesar 97.49% menganut agama Islam, agama Kristen sebesar 0.26%, agama Katolik sebesar 0.14% dan sebesar 0.3% menganut agama Budha sedangkan agama Hindu tidak memiliki penganut di desa

tersebut. Adapun jumlah penduduk desa Sidodadi Ramunia terdiri dari 11521 jiwa (2808 KK) dengan jumlah 5671 penduduk pria dan jumlah 5850 penduduk wanita

dengan kepadatan penduduk sebesar 14.8/km.

4.1.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam hal ini adalah lamanya petani mengecap pendidikan formal

baik swasta maupun negeri. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat dalam pembangunan desa. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi petani dalam menerima teknologi informasi dan inovasi dari luar.

(52)
[image:52.595.85.482.118.585.2]

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidodadi Ramunia Tingkat pendidikan Laki- laki

(orang)

Perempuan

(orang) Total Usia 3-6 Tahun yang belum

masuk TK 225 226

451 Usia 3-6 Tahun yang sedang

TK/Playgroup 313 345

658

Usia 7-18 Tahun yang tidak

pernah sekolah 2 1

3 Usia 7-18 Tahun yang

sedang sekolah 1718 1827 3545

Usia 18-56 Tahun yang

tidak pernah sekolah 63 107 170

Usia 18-56 Tahun pernah

SD tetapi tidak tamat 214 265 479

Tamat SD atau sederajat 605 327 932

Jumlah usia 12-56 Tahun

tidak tamat SLTP 330 342 672

Jumlah usia 18-56 Tahun

tidak tamat SLTA 500 490 990

Tamat SMP atau Sederajat 434 595 1029

Tamat SMA atau sederajat 570 773 1343

Tamat D-1 atau sederajat 58 30 88

Tamat D-2 atau sederajat 65 12 77

Tamat D-3 sederajat 25 3 28

Tamat S-1 atau sederajat 56 28 84

Tamat S-2 atau sederajat 34 9 43

Tamat S-3 atau sederajat 32 5 37

Jumlah 5.671 5.850

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk yang tamatan SMA atau sederajat memiliki

(53)

orang. Hal ini menunjukkan sebagian besar penduduk Sidodadi Ramunia mengecap

pendidikan formal cukup tinggi.

Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani dalam

mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani lebih

mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya akan diharapkan dapat meningkatkan produksi dalam usahataninya tersebut.

4.1.5 Mata Pencaharian

Mata pencaharian dalam hal ini adalah sumber pemasukan masyarakat desa Sidodadi Ramunia berdasarkan jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat

(54)
[image:54.595.125.474.116.568.2]

Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidodadi Ramunia

Jenis pekerjaan Laki- laki

(orang)

Perempuan (orang)

Petani 1435 400

Buruh Tani 634 771

Buruh Migran 28 25

PNS 85 30

Pengrajin Industri Rumah

Tangga 16 20

Pedagang Keliling 58 42

Peternak 32 -

Montir 100 -

Bidan Swasta 5 11

Perawat Swasta 3 13

Pembantu Rumah Tangga 25 165

TNI 30 -

POLRI 8 -

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 51 23

Pengusaha Kecil dan

Menengah 70 130

Dukun Kampung Terlatih - 3

Jasa Pengobatan Alternatif 14 17

Karyawan Perusahaan

Swasta 153 70

Karyawan Perusahaan

Pemerintah 33 7

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan yang paling umum dilakukan oleh masyarakat desa Sidodadi Ramunia adalah sebagai petani yaitu sebesar 1.835

(55)

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Adapun karakteristik petani sampel dalam penelitian ini digambarkan oleh: umur, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi

penyuluhan, tingkat kosmopolitan petani, luas lahan, produksi serta pendapatan dari petani itu sendiri.

[image:55.595.85.506.357.501.2]

Karakteristik sosial petani ini sendiri menggambarkan ciri-ciri yang ada pada diri petani itu. Karakteristik petani responden ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia

No. Karakteristik Range Rataan

1 Umur (Tahun) 28 – 69 46,5

2 Jumlah tanggungan keluarga (Jiwa) 1 – 5 2,7

3 Lama Pendidikan (Tahun) 0 – 12 8,6

4 Pengalaman bertani (Tahun) 10 – 40 24,8

5 Frekuensi penyuluhan (/Tahun) 0 – 24 14,5

6 Kosmopolitan 0 – 72 40,3333333

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 2)

Dari tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa umur petani sampel berkisar antara 28 – 69 dan

rataan sebesar 46,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel berada pada usia produktif, dimana usia tersebut menggambarkan bahwa petani di desa itu masih aktif

melakukan usahataninya dengan baik.

Jumlah tanggungan keluarga berkisar 1 – 5 jiwa dengan rataan jumlah tanggungan

(56)

sampel relatif sedikit atau kecil. Dan hal ini menunjukkan bahwa petani di daerah

tersebut masih menjaga pertumbuhan penduduk dengan baik.

Lama pendidikan petani sampel berkisar 0 – 12 tahun dengan rataan berkisar 8,6 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah lulus sekolah dasar, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani sampel relatif masih rendah, yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam mengelola usaha taninya untuk menghasilkan produksi kedelai.

Pengalaman bertani sampel berkisar antara 10 – 40 tahun dengan rataan sebesar 24,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel telah menggeluti usahatani kedelai

cukup lama, yang berarti petani sampel telah banyak memiliki pengalaman dalam hal bertani kedelai. Petani kedelai di desa tersebut mulai dari balita sudah mulai membantu usahatani orangtuanya, sehingga usahatani kedelai ini bisa dikatakan sudah turun

temurun.

Frekuensi penyuluhan petani berkisar antara 0 – 24 kali/tahun dan dengan rataan sebesar 14,5 kali/tahun. Hal ini menunjukkan masih sangat rendahnya intensitas petani dalam hal mengikuti kegiatan penyuluhan sehingga petani kurang mendapat pembinaan

maupun bantuan dalam hal pengelolaan usahatani kedelai dari penyuluh.

(57)

usahatani kedelai. Padahal kosmopolitan sendiri dapat dicarai dirumah sendiri dengan

menonton siaran televisi, tetapi hal ini sulit dilakukan karena intensitas petani di rumah lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatannya sehari-hari di ladang mereka.

[image:57.595.89.501.292.380.2]

Karakteristik ekonomi petani ini sendiri menggambarkan ciri-ciri yang ada pada diri petani itu. Karakteristik petani responden ini dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia

No. Karakteristik Range Rataan

1. Luas lahan (Ha) 0,12 – 1,12 0,4

2. Produksi (Ton) 0.05 – 3 0.7360666667

3. Pendapatan (Rupiah) 192.500 – 11.550.000 2.801.773, 333

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 3)

Berdasarkan data pada tabel 11 maka dapat dilihat bahwa luas lahan petani sampel

berkisar antara 0,12 – 1,12 Ha dengan rataan sebesar 0,4 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk usahataninya.

Produksi petani sampel berkisar antara 0.05 – 3 ton dengan rataan sebesar 0,7360666667 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi petani sampel masih relatif

kecil yang berbanding lurus dengan rataan luas lahan yang dimiliki.

Pendapatan petani sampel berkisar antara Rp 192.500 – Rp 11.550.000 dengan rataan

(58)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Desa Sidodadi Ramunia merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satunya adalah bercocok tanam kedelai. Kedelai adalah salah satu

tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan seperti kecap, tahu dan tempe.

5.1.1 Tahapan Kegiatan Pengelolaan Usahatani Kacang Kedelai

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.

Tahapan kegiatan usahatani kacang kedelai di daerah penelitian yang diuraikan berikut ini meliputi:

Pengolahan tanah

Pada umumnya bertanam kedelai di lahan bekas padi sawah dilakukan tanpa

pengolahan tanah. Pengolahan tanah, selain kurang berguna, juga mengakibatkan waktu tanam kedelai terlambat dan tanah menjadi kering. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pengolahan tanah adalah:

• Bila tanah terlalu becek, buat saluran drainase dengan jarak 3-4 m dan panjang

(59)

• Untuk menekan gulma dan mempertahankan kelembaban, bisa digunakan mulsa

(penutup tanah) dari jerami yang dipotong.

Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat tanah jadi gembur dan membersihkan lahan dari rumput- rumputan, kayu, dan lain-lain. Di lahan pasang surut, sewaktu pengolahan

tanah perlu memperhatikan kedalaman lapisan parit. Lapisan yang beracun ini tidak boleh terangkat ke permukaan tanah karena dapat meracuni tanaman.

• Alat yang digunakan untuk mengolah tanah: cangkul, bajak ditarik sapi/kerbau

atau traktor.

• Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (dua kali).

• Kedalaman pengolahan tanah di lahan potensial dan sulfat masam sekitar 20 cm.

• Di lahan gambut, kedalaman pengolahan tanah sekitar 10 cm tanpa pembalikan.

• Tanah diratakan menggunakan garu.

• Setelah tanah diolah, dibuat saluran cacing (kemalir) dengan lebar 30 cm,

kedalaman 30 cm, dan jarak antar-saluran 6-10 m.

Penanaman

Jarak tanam

Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah populasi. Jika ditanam rapat maka populasi

akan tinggi dan hasil produksi akan lebih besar. Jarak tanam yang sempit biasanya dilakukan pada tanah yang subur. Untuk tanah yang kurang subur jarak tanam harus

(60)

Pelaksanaan tanam

• Tanah ditugal dan biji biasanya diletakkan di bawah tunggul jerami atau diantara

rumpun

• Dua atau tiga biji diletakkan pada lubang tugal, kemudian tutup dengan tanah atau

dengan abu sekam maupun abu jerami

• Setelah tanam, lahan bisa ditutupi mulsa jerami atau bisa juga dibiarkan terbuka

tanpa mulsa.

• Penyulaman biji sebaiknya dilaksanakan 4-7 hari setelah tanam

Pemupukan

Jumlah takaran pupuk dan saat pemberiannya tidak sama untuk setiap lokasi, tergantung kepada tipologi lahannya. Selain pupuk, kapur juga perlu diberikan untuk mengurangi kemasaman tanah. Kedelai tidak dapat tumbuh baik di lahan yang sangat masam.

Waktu Pemupukan

Pupuk diberikan selama tiga kali yaitu pertama pada saat pupuk dasar ini penting karena pada saat tanaman berumur 15-20 hari, bintil akar belum terbentuk. Pemupukan kedua diberikan pada saat menjelang pembungaan (25 hari setelah tanam) dan pemberian

ketiga dilakukan saat pengisian biji (40-45 hari setelah tanam). Dosis pupuk yang dibutuhkan diberikan bertahap selama tiga kali (setiap pemupukan 1/3 dari dosis total

(61)

Cara Pemberian Pupuk

Cara pemberian pupuk yaitu dengan menugal atau melarik tanah. Setelah pupuk ditempatkan dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah. Dapat juga dilakukan dengan membuat lubang dengan tugal di sebelah kanan dan kiri lubang benih

sedalam 5-7 cm dengan jarak 5-7 cm dari lubang tanam.

Pengairan Dan Penyiraman

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini

dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan bertujuan untuk:

• Mengurangi persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara di tanah yang

kurang subur.

• Mencegah tanaman kekurangan sinar matahari di tanah yang subur.

• Penjarangan dan penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur 1-2 minggu

setelah tanam. Jumlah tanaman yang disisakan setelah penjarangan adalah dua

(62)

Penyiangan

• Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman pengganggu

(gulma).

• Penyiangan dapat dilakukan dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 2-3

minggu clan 5-6 minggu setelah tanam, tergantung pada keadaan gulma. • Alat yang digunakan: kored atau cangkul kecil.

• Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan menyebarkan jerami (mulsa) di

permukaan lahan atau menyemprotkan herbisida (obat-obatan).

Obat-obatan yang dapat dipakai antara lain adalah Gromoxone-4 atau Goal 2E

dengan takaran 1,5-2 liter per hektar. Penyemprotan herbisida dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam.

Panen dan Pengeringan

Ciri kedelai yang siap dipanen yaitu daun dan polong menguning. Panen dilakukan

dengan cara membabat pangkal batang di atas permukaan tanah dengan menggunakan sabit atau alat khusus. Berangkasan dijemur sampai kering. Setelah kering, dipukul-pukul dengan alat pemukul, sampai biji terpisah dari berangkasannya. Setelah biji

terpisah, biasanya dibersihkan dan dijemur sampai kering betul (mencapai kadar air 10-12 %).

Jika panen dilakukan saat musim hujan maka dapat dilakukan cara pengeringan seperti

berikut:

(63)

berangkasan kedelai, kemudian pangkal ikatan (bagian tengahnya) diselipkan

pada tiang-tiang bambu.

Gambar

Tabel 1. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota 2002-2006 (ton)
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Kedelai Menurut Kecamatan Tahun 2009
Tabel 3. Penentuan Petani Sampel Berdasarkan Kelas Interval Luas Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran IPA juga diduga disebabkan oleh faktor: (1) masih banyaknya permasalahan- permasalahan pembelajaran khususnya

Kesesuaian dan keunggulan capaian pembelajaran lulusan program studi, kesesuaian kurikulum dengan bidang ilmu program studi dan capaian pembelajaran lulusan beserta

Harahap (2003) berpendapat bahwa berdasarkan AAOIFI terdapat beberapa aspek yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang seharusnya dilaporkan seperti: 1) Informasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank, Merger adalah penggabungan dari 2 (dua) Bank atau

Aqua biking and wind surfing were becoming increasingly popular, and if she wanted to keep up… She looked back at Jonas Sharpe’s dark, determined eyes and decided it wasn’t worth

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 dapat diketahui pada upaya pencegahan HIV/ADIS menunjukkan bahwa upaya pencegahan kategori tinggi yaitu 7 responden (14%),

Two important asymmetric patterns detected are: (1) the transmission of the shock/ volatility return from the Singapore stock ex- change to the Indonesian stock exchange will

Maksim ini mengandung prinsip sebagai berikut. 1) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. 2) Tambahi pengorbanan diri sendiri. Pada maksim ini tuturan ditinjau