PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN
TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI
(
Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)SKRIPSI
Oleh :
RINI TRIWANDANI
060309030
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN
TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI
(
Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)SKRIPSI
Oleh :
RINI TRIWANDANI
060309030/PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Pembimbing
Anggota Pembimbing
(Ir. Yusak Maryunianta, MSi) (Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi
)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
RINI TRIWANDANI, lahir di Medan pada tanggal 18 Agustus 1987. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari keluarga pasangan Sarno dan Rubini.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah :
1. Tahun 1993 masuk Taman Kanak-Kanak Al-Hikmah Labuhan Deli dan tamat
tahun 1994.
2. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar Inpres 106805 Labuhan Deli dan Tamat tahun 2000.
3. Tahun 1996 masuk Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah dan tamat tahun 2002 di Labuhan Deli.
4. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan tamat pada tahun 2003 di Labuhan Deli.
5. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan dan tamat pada tahun 2006.
6. Tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
melalui jalur SPMB.
7. Bulan Juni-Juli mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Kabupaten Dairi-Sidikalang.
8. Bulan April melakukan penelitian di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi
ini adalah “Pengaruh Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kacang Kedelai (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang).
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi. Selaku ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pengerjaan Skripsi ini hingga
akhir.
2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi. Selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan rahan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P selaku ketua Departemen Agribisnis.
4. Terkhusus Ibunda Ir. Iskandarini, MM. yang merupakan staf pengajar
Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan dukungan moril dan materiil maupun arahan-arahan yang sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studinya dengan baik.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis khususnya dan di Fakultas Pertanian umumnya.
6. Kepala Desa Sidodadi Ramunia yang telah membantu dalam memberikan informasi yang cukup berguna.
7. Arif Fadillah yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dukungan serta
8. Para sampel yang telah bersedia meluangkan waktunya unuk diwawancara oleh
penulis.
9. Seluruh teman stambuk 2006 yang telah banyak membantu dan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
Untuk yang terhormat dan tersayang orang tua Penulis Bapak Sarno dan Ibunda Rubini, yang telah banyak memberikan bantuan baik dari segi materiil dan non materiil.
Dan tak lupa kedua saudara Penulis Rudiono dan Lindawati, yang telah memberikan dukungannya dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar hingga akhir pengerjaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Ientifikasi Masalah. ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Kedelai ... 12
2.2. Faktor-faktor Sosial Ekonomi ... 13
2.3. Produktivitas Kedelai ... 19
2.4. Regresi Liner Berganda ... 23
2.5. Kerangka Pemikiran ... 26
2.6. Hipotesis Penelitian... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Daerah Penelitian ... 29
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 30
3.3. Metode Pengambilan Data ... 31
3.4. Metode Analisis Data ... 31
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 35
3.5.1. Definisi ... 35
3.5.2. Batasan Operasional ... 36
4.1.1. Luas dan Letak Geografis ... 37
4.1.2. Penggunaan Lahan ... 39
4.1.3. Keadaan Penduduk ... 40
4.1.4. Tingkat Pendidikan ... 41
4.1.5. Mata Pencaharian ... 43
4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 49
5.1.1. Tahapan Kegiatan Pengelolaan Usahatani Kacang Kedelai ... 49
5.1.2 Beberapa Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 55
5.1.3 Beberapa Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 58
5.1.4 Beberapa Faktor Teknologi Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 61
5.1.5 Beberapa Faktor Sosial, Ekonomi dan Teknologi Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 63
5.2. Pembahasan ... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77
6.2. Saran ... 78
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
Tabel 1. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota 2002-2006 (ton) 4 Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Kedelai Menurut
Kecamatan Tahun 2009 ... 29
Tabel 3. Penentuan Petani Sampel Berdasarkan Kelas Interval Luas Lahan .... 31
Tabel 4. Desa Sidodadi Ramunia yang memiliki 17 dusun ... 38
Tabel 5. Luas dan Letak Geografis Kecamatan Beringin, 2009 ... 39
Tabel 6. Penggunaan Lahan di Desa Sidodadi Ramunia tahun 2009 ... 40
Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 40
Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidodadi Ramunia ... 42
Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidodadi Ramunia ... 44
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia... 45
Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia... 47
Tabel 12.Beberapa Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai... 57
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Kacang Kedelai ... 80 Lampiran 2. Faktor Sosial Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 81 Lampiran 3. Faktor Ekonomi Mempengaruhi Produktivitas Kacang Kedelai ... 82 Lampiran 4. Faktor Teknologi Mempengaruhi Produktifitas Kacang Kedelai . 83 Lampiran 5. Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Produktifitas Kacang Kedelai .. 84 Lampiran 6. Pengaruh Faktor Ekonomi Produktifitas Kacang Kedelai ... 97 Lampiran 7. Pengaruh Faktor Teknologi Produktifitas Kacang Kedelai ... 100 Lampiran 8. Beberapa Pengaruh Faktor Sosial, Ekonomi Dan Teknologi Terhadap
ABSTRAK
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi kontribusi terhadap
perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan) meskipun nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya. Ditingkat petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman sela atau tanaman
untung-untungan. Untuk mengatasi itu maka upaya peningkatan produksi kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani menjadi profesional dalam berusahatani
sehingga produktivitas kedelai dapat meningkat (BPS, 2009).
Sampai saat ini, kedelai bisa dikatakan masih menjadi salah satu komoditas pangan yang sangat penting di Indonesia. Hal ini antara lain diindikasikan dari tingginya
gejolak yang timbul akibat kenaikan harga kedelai yang cukup tinggi beberapa waktu lalu. Di sisi lain, kejadian kenaikan harga kedelai yang mengguncangkan perekonomian
ternyata memberi hikmah kepada kita untuk berpikir kembali bahwa aspek ketahanan pangan yang bertumpu pada kekuatan sendiri merupakan perihal yang memang harus digalakkan dan diwujudkan dalam kehidupan penduduk, terutama bila kita tidak ingin
selalu bergantung pada negara lain (Adisarwanto, 2008).
protein nabati dan minyak nabati bagi tubuh. Penghasil kedelai utama dunia adalah
Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (http://rileks.com, 2009).
Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan ditingkat nasional, khususnya
ketersediaan bahan pangan kedelai, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan produksinya dan tentunya harus diprogramkan secara teliti, terencana,
berjangka panjang, dan tepat sasaran. Tujuan utamanya tak lain adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri secara bertahap bila pemenuhan kedelai melalui impor bisa berkurang atau hanya dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri benar-benar
tidak dapat dipenuhi (Adisarwanto, 2008).
Petani dan keluarganya diharapkan mengelola usaha taninya dengan penuh kesadaran, melakukan pilihan-pilihan yang tepat dari alternatif yang ada melalui bantuan penyuluh pertanian dan pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena itu, petani yakin akan
mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan.
Kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,20 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, produksi
dalam negeri hanya mampu mencukupi 35−40% sehingga kekurangannya (60−65%)
dipenuhi dari impor. Kenaikan harga kedelai di pasar dunia yang mencapai 100%
menyebabkan harga kedelai di dalam negeri meningkat tajam, yaitu dari sekitar
Rp3.500/kg pada akhir tahun 2007 dan menjadi Rp7.500/kg pada awal tahun 2008.
Kenaikan harga tersebut pada gilirannya akan meningkatkan harga bahan pangan
kembali menanam kedelai yang selama ini ditinggalkan karena dinilai tidak
menguntungkan. Selain itu, melalui berbagai program, pemerintah juga terus berupaya
menaikkan produksi kedelai nasional menuju swasembada pada tahun 2010-2012
(Departemen Pertanian 2008).
Menurut BPS (2009) menyatakan bahwa tidak seperti komoditi padi dan jagung, luas panen dan produksi kacang kedelai justru mengalami penurunan yang sangat signifikan
(mencolok) terutama dari tahun 2005 ke tahun 2006, untuk luas panen yaitu turun sebesar 54,56 persen yaitu turun dari 3.501 hektar tahun 2005 menjadi 1.591 hektar tahun 2006. Tahun 2007 luas panen kacang kedelai juga menurun menjadi 1.224 hektar
atau penurunan rata-rata selama tiga tahun terakhir sebesar 38,82 persen. Sementara produksinya juga mengalami penurunan yang sejalan dengan penurunan luas panen,
yaitu tahun 2005 sebesar 5.101 ton turun menjadi 2.284 ton tahun 2006 atau turun 55,22 persen dan kembali menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar 1.761 ton atau turun sebesar 22,90 persen. Jadi, dalam tiga tahun terakhir secara keseluruhannya
diperkirakan turun sebesar rata-rata 39,06 persen per tahunnya.
Sedangkan produktifitasnya mengalami kenaikan yang tidak signifikan dari tahun 2005 ke 2006 yaitu 14,31 kwintal per hektar atau 1.431 ton/Ha tahun 2005 menjadi 14,35 kwintal per hektar atau 1.435 ton/Ha tahun 2006 atau naik 0,28 persen dari tahun 2007
kembali naik menjadi 14,39 kwintal per hektar atau 1.439 ton/Ha atau naik 0,28 persen. Secara keseluruhan dalam tiga tahun terakhir rata-rata kenaikan produktivitas kacang
Tabel 1. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota 2002-2006 (ton) Kabupaten/Kota
Regency/City 2002 2003 2004 2005 2006
Kabupaten/Regency
1. N i a s 98 32 0 0 0
2. Mandailing Natal 173 2 045 2 149 2 232 198 3. Tapanuli Selatan 800 1 141 1 539 1 428 1 142
4. Tapanuli Tengah 195 201 12 43 218
5. Tapanuli Utara 11 24 1 1 0
6. Toba Samosir 0 47 22 0 0
7. Labuhan Batu 169 658 1 152 660 327
8. A s a h a n 465 179 228 634 291
9. Simalungun 500 1 670 60 31 38
10. D a i r i 0 0 0 0 0
11. K a r o 0 0 0 0 69
12. Deli Serdang 3 675 2 133 5 288 4 034 1 467
13. L a n g k a t 2 918 2 277 1 842 3 018 2 282
14. Nias Selatan 0 0 0 0 0
15. Humbang Hasundutan 0 0 2 1 0
16. Pakpak Bharat 0 0 0 0 0
17. Samosir 0 0 0 63 41
18. Serdang Bedagai 0 0 0 3 468 643
19. Batu Bara 0 0 0 0 0
20. Padang Lawas Utara 0 0 0 0 0
21. Padang Lawas 0 0 0 0 0
Kota/City
22. S i b o l g a 0 0 0 0 0
23. Tanjung Balai 0 0 0 0 0
24. Pematang Siantar 0 2 2 0 0
25. Tebing Tinggi 21 10 3 6 3
26. M e d a n 5 19 2 10 10
27. B i n j a i 172 11 14 142 296
28. Padangsidimpuan 0 12 17 22 17
Jumlah/Total 10 197 10 466 12 333 15 793 7 042
Sumber: BPS Sumatera Utara, 2009
Rendahnya produksi kedelai di dalam negeri juga ikut berdampak pada krisis kedelai saat ini. Persoalan yang sebenarnya bukan pada rendahnya ketersediaan kedelai didalam
buruk terlihat dari semakin sempitnya luas lahan kedelai dibandingkan jumlah
permintaan kedelai yang semakin meningkat.
Selain itu, ada persepsi ditengah-tengah masyarakat yang beranggapan bahwa kedelai tidak cocok untuk ditanam didaerah tropika. Persepsi ini sebenarnya tidak salah, tetapi
saat ini telah banyak dilakukan uji varietas dan uji daya adaptasi beberapa varietas kedelai unggul sehingga varietas kedelai yang telah dilepas kepada petani sudah sesuai
dan cocok dengan lingkungan tumbuh yang ada didaerah tropika. Namun, pada prakteknya di lapangan masih terbentur oleh kendala teknis dan masalah faktor sosial ekonomi, terutama dalam hal penerapan budidayanya. Hal inilah penyebab target
produksi kedelai yang optimal tidak tercapai (Adisarwanto, 2008).
Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani.
Disamping itu, pasar komoditas kedelai masih terbuka lebar. Upaya untuk menekan laju impor dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam,
peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha.
Strategi pengembangan sistem produksi kedelai yang dapat ditempuh meliputi: 1) pemanfaatan VUB dan penerapan teknologi budidaya tepat guna, 2) pemanfaatan lahan
revitalisasi penyuluhan, 5) pemanfaatan tenaga yang terbatas untuk menekan kehilangan
hasil dan, 6) penggunaan alsintan sederhana yang terjangkau sesuai dengan keterbatasan modal.
Kebijakan pengembangan kedelai diarahkan kepada: 1) intensifikasi kedelai untuk
meningkatkan produktivitas, 2) introduksi teknologi biaya rendah untuk menekan biaya produksi, 3) pengembangan teknologi, 4) perluasan areal tanam untuk meningkatkan
luas panen dan produksi kedelai, 5) peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan anomali iklim.
Program pengembangan sistem produksi meliputi: 1) penggunaan varietas unggul dan
pemupukan berimbang yang dikemas dalam pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT), 2) pemanfaatan sumber-sumber pertumbuhan produksi, 3) budidaya kedelai hemat lahan, air, tenaga kerja, dan input kimiawi, 4) penyediaan kredit dan
pendampingan untuk penerapan teknologi PTT, 5) penanaman kedelai pada Musim Kering di lahan tidur, 6) pelatihan penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta anomali iklim (Departemen Pertanian, 2007).
Untuk mencukupi kebutuhan kedelai dengan sasaran menekan laju impor menjadi 40%
pada tahun 2010 dan menuju swasembada pada tahun 2015 diperlukan upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri rata-rata 9,72% per tahun, dan peningkatan
2010 dan swasembada kedelai akan dicapai pada tahun 2015 (Departemen Pertanian,
2007)
Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produktivitas usaha tani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usaha taninya memberikan manfaat
tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usaha tani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan
petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh aspek sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja, dkk, 2004).
Produksi kedelai dalam negeri terus menurun seiring dengan merosotnya areal tanam.
Untuk mencukupi permintaan kedelai dalam negeri yang terus meningkat, maka perlu
dilakukan peningkatan produksi kedelai melalui perluasan areal tanam. Dilihat dari sisi
petani, merosotnya luas areal tanam kedelai menunjukkan kurangnya partisipasi petani
untuk menanam kedelai karena dinilai tidak menguntungkan. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan produktivitas kedelai berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi dan
teknologi, untuk mendorong partisipasi petani menanam kedelai.
Mengacu pada hal tersebut maka harus ada peran antara petani dan penyuluh agar
terjadi suatu perubahan yang dalam hal ini peningkatan produktivitas. Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya mengingat
Dalam era globalisasi saat ini, teknologi memegang posisi kunci menghasilkan produksi
kedelai yang optimal. Oleh karena itu, penguasaan teknologi produksi menjadi amat penting bagi petani dalam meningkatkan usahatani kedelainya. Sukses tidaknya penerapan teknologi produksi kedelai bisa dilihat dari tingkat produktivitas yang dapat
dicapai petani.
Sampai saat ini, tingkat adopsi atau penerapan paket teknologi produksi kedelai oleh petani dinilai masih rendah dan senadainya sudah ada, petani tidak menerapkannya secara terpadu semua komponen teknologi yang dianjurkan, melainkan hanya satu atau
dua komponen yang dianggap paling penting saja. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan pendekatan kebijakan yang bersifat teknis maupun non teknis agar
penerapannya bisa meningkat sehingga dapat menekan besarnya kesenjangan hasil di tingkat petani. Besarnya senjang hasil tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh faktor biofisik lahan dan kondisi sosial ekonomi dalam proses alih teknologi
(Adisarwanto, 2008).
Tercapainya tingkat produksi kedelai merupakan hasil keterpaduan partisipasi petani
dalam penanaman, penerapan teknologi budidaya, kerja sama dalam kelompok yang ditunjang oleh kelancaran pelayanan dan penyuluhan. Pemerintah mengharapkan petani melakukan intensifikasi dalam penanaman kedelai. Dalam upaya untuk mengurangi
beban impor dan mengantipasi permintaan yang terus meningkat dimasa mendatang, pemerintah telah mencanangkan untuk memperluas pengembangan kedelai dengan
memiliki potensi produktivitas yang paling optimal karena tingkat kesuburan tanahnya
relatif subur serta ketersediaan air irigasi yang cukup dengan pola tanam kedelai-padi-padi.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi dan
teknologi apa saja yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Beringin.
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain:
1. Apa saja faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?
2. Apa saja faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?
3. Apa saja teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah
penelitian?
4. Bagaimana pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi pertanian dan teknologi
terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk menganalisis faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas kacang
2. Untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi produktivitas
kacang kedelai di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di
daerah penelitian.
4. Untuk menentukan bagaimana pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi pertanian terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Kedelai
Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang kaya dan merupakan salah satu makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Tidak seperti makanan lain yang mengandungi lemak jenuh dan tidak dapat dicerna yang terdapat pada sebagian besar makanan hewan, kacang kedelai tidak mengandung kolesterol, mempunyai rasio kalori rendah dibandingkan protein dan
bertindak sebagai makanan yang tidak menggemukkan bagi penderita obesitas. Kacang kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium dan phosphorus. Kacang kedelai
juga kaya akan vitamin B kompleks. Kacang kedelai merupakan salah satu yang mengandung protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi, kacang kedelai juga unik karena bebas dari racun kimia. Sedangkan tisu lemak hewan diketahui mengandung 20
kali lipat baja berat, racun serangga dan racun tanaman dibandingkan yang terdapat pada tanaman kacang-kacangan (Adisarwanto, 2008).
Menurut Sudaryanto dkk (2001) bahwa kedelai memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar yang besar dan terus berkembang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi dalam negeri. Pengembangan kedelai menghadapi
persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai.
pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang digunakan,
dan interaksi semua faktor tersebut. Kendala nonteknis dalam usaha tani kedelai adalah ketersediaan modal. Produktivitas kedelai antara lain ditentukan oleh penggunaan sarana produksi yang tepat, sehingga untuk memacu peningkatan produksi kedelai,
perlu penyediaan fasilitas kredit yang memadai. Hal ini karena dengan modal yang terbatas, petani akan mengurangi penggunaan sarana produksi untuk menekan biaya.
2.2 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
Slamet (2003) menyatakan bahwa perilaku petani dipengaruhi oleh pengetahuan,
kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta
bentuk-bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya.
Senada dengan Kartasapoetra (1994) bahwa petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun
ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.
Menurut Mosher (1997), latar belakang sosial ekonomi dan budaya maupun politik
Seperti halnya Soekartawi (2003) bahwa cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor intern dan ekstern sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor-faktor sosial itu diantaranya umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan
pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya, luas lahan yang dimiliki dan pendapatan.
Seperti juga menurut Ginting (2002) bahwa inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Adopsi teknologi baru proses yang terjadi
dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Umur petani
Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih
cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan. 2. Pengalaman bertani.
Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
3. Tingkat pendidikan petani
Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap
sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu
pertanian kurang. 4. Total pendapatan
Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani atau usahatani
lainnya.
5. Luas pemilikan lahan
Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani yang memiliki lahan yang sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi.
6. Jumlah tanggungan
Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan
banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.
Marx mengemukakan dua postulat yang utama yaitu: pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan
perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif. Kedua, menyentuh mekanisme perubahan
(change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak ( Hart, 1995).
memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat
kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka
memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka.
Hal ini juga dikemukakan oleh Van den Ban dan Hawkins (1999) bahwa kebutuhan petani akan informasi dapat diperoleh melalui media massa (cetak maupun elektronik).
Hal ini karena petani akan memperoleh informasi dari berita-berita yang ditampilkan baik di media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi ada kalanya petani tidak mau
menerima pengetahuan dan pendapat yang ditransfer melalui media, tetapi menggunakan pengetahuan dan pendapatan tersebut secara kreatif serta membentuk pendapat sendiri. Dalam proses ini petani juga bisa memanfaatkan sumber-sumber
informasi lain seperti organisasi penyuluhan.
Menurut Novizar (2000) bahwa pertanian merupakan bagian dari hidupnya bagi petani.
Bahkan suatu cara hidup. Sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek-aspek sosial, kebudayaan, kepercayaan dan aspek-aspek-aspek-aspek tradisi, semuanya memegang peranan penting dalam tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian,
berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan
Seperti yang dikemukakan oleh Supandi (2008) bahwa peran petani adalah sebagai
pelaku utama dan sekaligus sebagai penerima manfaat.
Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa agen penyuluhan dapat
membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur
atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek sosial
dan aspek ekonomi.
Hal ini juga dikemukakan oleh Supandi (2008) bahwa tiga aspek sosial dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan harus terintegrasi dimana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi perubahan.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), di negara berkembang, dipercayai bahwa
cara terbaik untuk meningkatkan efisiensi usahatani dan meningkatkan produksi pertanian adalah dengan mendidik petani. Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami persoalan mereka,
memikirkan pemecahannya atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada
Menurut Kartasapoetra (1994) bahwa pendidikan dinilai sebagai sarana peningkatan
pengetahuan tentang teknologi yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern.
Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa dalam menunjang pembangunan pertanian tidak
terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi yang dimaksudkan adalah teknologi pertanian yang berarti bagaimana cara penyebaran benih,
pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis-jenis usaha
oleh para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan.
Syahyuti (2006), yang mengemukakan bahwa partisipasi diperlukan untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan, karena pembangunan berkelanjutan sangat tergantung pada proses sosial. Mengacu pada tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan harus diintegrasikan di mana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi suatu perubahan, partisipasi diterima sebagai alat yang esensial. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani mengadopsi teknologi budidaya anjuran merupakan
syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian di suatu daerah.
keputusan petani dalam berusaha tani. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan
sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani intensif dengan menerapkan teknologi baru, sehingga akan meningkatkan usahatani.
2.3 Produktivitas Kedelai
Marchlup dan Chamberlin mengemukakan bahwa produktivitas batas dalam arti produk batas fisis; jadi artinya jumlah produksi in natura, yang ditambahkan oleh kesatuan
terakhir sebuah alat produksi kepada produksi total seorang pengusaha; produktivitas batas dalam arti nilai daripada produk batas fisis; jadi artinya produk batas fisik kali
harga per satuan; produktivitas batas dalam arti jumlah uang, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi, kepada hasil total berupa uang pengusaha yang bersangkutan (Winardi, 1983).
Menurut Soeharsono (1989) menyatakan bahwa usahatani yang bagus sebagai usahatani
yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas
tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu
tertentu. Oleh karena itu, secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara
efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah).
Senada dengan Soekartawi (2003) yang mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh
petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap
(fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkannya. Misalnya sewa lahan, bangunan, ternak kerja dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap
adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada suatu barang yang diproduksi, misalnya upah buruh tani.
Ariani (2005) menyatakan bahwa tingkat produktivitas yang stabil, produksi dan luas areal tanam akan berjalan seiring. Hal ini berarti besarnya kenaikan produksi ditentukan pula oleh peningkatan luas areal tanam. Oleh karena itu, tingkat produksi kedelai yang
makin menurun disebabkan oleh makin berkurangnya areal tanam. Tanpa perluasan areal tanam, upaya peningkatan produksi kedelai sulit dilakukan karena laju
peningkatan produktivitas berjalan lambat, apalagi bila harga sarana produksi tinggi dan harga produk rendah.
Mosher (1997) menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap
Senada dengan Alimoeso (2008) yang menyatakan bahwa di samping perluasan areal,
upaya peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan menaikkan produktivitas dan stabilitas hasil, serta menekan senjang hasil dan kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan: 1) memperluas
areal tanam, 2) meningkatkan produktivitas, 3) mengamankan produksi, dan 4) memperkuat kelembagaan. Perluasan areal tanam diutamakan pada wilayah yang pernah
menjadi sentra produksi kedelai dan pemanfaatan lahan secara optimal melalui peningkatan indeks pertanaman. Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan menggunakan benih varietas unggul bermutu; pengamanan produksi dengan
memberikan bantuan sarana pascapanen; dan perbaikan sistem kelembagaan dengan memperbaiki sistem lembaga permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok
tani dan kemitraan.
Soeharsono (1989) menyatakan bahwa kualitas manusia (pendidikan, ketrampilan dan
keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam proses produksi, sehingga bukan saja kemampuan produksi akan rendah, tetapi
produktivitas dalam produksi pun akan rendah. Rendahnya tingkat produksi mengakibatkan tingkat penghasilan yang rendah pula. Sementara dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia, kemampuan dalam pengembangan teknologi
akan semakin rendah pula, sehingga membutuhkan dana investasi yang cukup besar untuk melakukan penelitian dan perkembangan.
wilayah. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah
maupun kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga petani
dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima.
Prabowo (2008) menyatakan, untuk meningkatkan produksi kedelai hingga swasembada bukan hal yang mustahil. Dengan memberikan jaminan harga yang layak, petani akan tertarik untuk menanam kedelai. Pemerintah perlu melindungi petani karena di negara
lain pun, pemerintah tidak hanya melindungi petani, tetapi juga produk pertaniannya.
Seperti halnya Pakpahan (2004) juga mengemukakan bahwa petani di negara-negara maju masih mendapat perlindungan dan memperoleh subsidi yang sangat besar. Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, subsidi bagi petani justru
dihapus.
2.4 Regresi Linier Berganda
Menurut Nazir (2003) bahwa jika parameter suatu hubungan fungsional antara satu
variabel dependen dengan lebih dari satu variabel ingin diestimasikan, maka analisis regresi yang dikerjakan berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression).
berganda akan dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan ini berkaitan dengan
digunakannya sejumlah variabel didalam model (hal ini tidak dijumpai dalam model regresi linier sederhana yang hanya mengkaji satu variabel bebas). Fenomena berubahnya suatu variabel tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan variabel
tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Danang (2009) jika pengukuran antarvariabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas
(X1, X2, X3, ...,Xn) dinamakan analisis regresi linier berganda, dikatakan linier karena setiap estimasi atas nilai diharapkan mengalami peningkatan atau penurunan mengikuti garis lurus. Persamaan estimasi regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn
Dimana :
a = nilai konstanta
b1, b2, b3, ..., bn = nilai koefisien regresi variabel X1, X2, X3, ..., Xn
untuk menentukan nilai a dan b1, b2, b3, ..., bn dipergunakan beberapa persamaan
regresi linier berganda :
1. SY = an + SX1 + b2SX2 + ... + bnSXn
2. SX1Y = aSX1 + b1SX12 + b2SX1X2 + ... + bnSX1Xn
3. SX2Y = aSX2 + b1SX1X2 + b2SX22 + ... + bnSX2Xn dan seterusnya.
Supriana (2008) menyatakan bahwa model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa variabel bebas disebut model regresi
berganda. Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut:
Yi= βo+ β1X1i+β2X2i+β3X3i+...+βkXk+ui
Yi = Variabel terikat
Xi = Variabel bebas
i = 1,2,3,....k (banyaknya observasi)
Sebagaimana dalam regresi sederhana, nilai-nilai parameter tersebut akan diduga,
sehingga modelnya menjadi:
Ỷi = bo+ b1X1i+b2X2i+b3X3i+...+bkXk
Dimana:
i = 1,2,3,....k (banyaknya observasi) bo,b1,b2,b3...bk dugaan βo,β1,β2,β3...βk
Senada dengan Umar (2005) yang menyatakan bahwa data hasil pengamatan Y
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas X1,X2,X3,...Xk, sehingga rumus umum dari
regresi linier berganda itu adalah :
Y=a + b X1+ c X2+ ... + k Xk
koefisien-koefisien a,b,c,...k, dapat dicari dengan berbagai cara, misalnya dengan kuadrat terkecil ataupun dengan matrik.
Untuk mengetahui adanya masalah multikolinearitas (Multicolinearity), pada model regresi, maka dilakukan pengujian model regresi dengan menggunakan metode
Backward Elimination pada uji SPSS (Statistical Program for Social Science).
satu). Jika variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut dengan
“(Multikolineritas Sempurna) Perfect Multicolinearity” Dampak dari Multikolinearitas adalah :
1. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi atau sulit
dibedakan karena koefisien regresi masing-masing variabel bebas tidak dapat digunakan lagi untuk menduga nilai variabel terikat.
2. Standard error cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel bebas. 3. Probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah (kesalahan b) semakin besar.
Metode Backward Elimination ini berguna untuk mengatasi masalah multikolinearitas yang terjadi pada model regresi berganda. Metode ini dipilih dari menu method yang
terdapat d SPSS, dimana metode ini merupakan metode yang akan mengeluarkan variabel bebas yang berkorelasi dengan variabel bebas lainnya sehingga tidak menyebabkan masalah multikolinearitas lagi.
Pengujian dengan SPSS, dapat dilihat pada uji Colinearity Diagnostic yaitu:
a. Pengujian pada Egeinvalue. Jika Egeinvalue mendekati nilai nol, maka akan terjadi multikolinearitas.
b. Pengujian pada Condition Index. Jika harga Condition Index melebihi angka 15,
2.5 Kerangka Pemikiran
Faktor sosial, ekonomi merupakan faktor yang ada dalam diri petani. Faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap usahatani kedelai. Faktor sosial ekonomi tersebut nantinya
akan mempengaruhi produktivitas kedelai begitupun dengan teknologi.
Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija (kacang-kacangan) yang diusahakan dan dikelola petani. Kedelai merupakan pangan penting setelah padi dan jagung. Selain sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai sebagai
penurun kolesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Kedelai juga berfungsi sebagai anti-oksidan dan dapat mencegah penyakit kanker.
Baik faktor sosial, ekonomi maupun teknologi petani sangat membantu dan berhubungan dengan cara berfikir petani dalam usahataninya. Petani juga perlu
mempertimbangkan keadaan atau kondisi baik dari segi sosial, segi ekonomi maupun segi teknologi.
Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh hasil dari usaha pertaniannya. Dalam pertimbangan tersebut para petani harus yakin mampu mengelola usahataninya
Adapun skema kerangka pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 1.
Keterangan :
[image:38.595.48.547.149.377.2]Menyatakan pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.6 Hipotesis Penelitian
Beberapa faktor sosial ekonomi serta teknologi [umur, pengalaman bertani, jumlah
tanggungan, frekuensi penyuluhan, kosmopolitan, luas lahan, pendapatan, varietas bibit unggul, pupuk, penggunaan alsintan (alat-alat mesin pertanian)] berpengaruh nyata
terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian. Produktivitas Kacang Kedelai Faktor Sosial antara lain:
• umur
• pengalaman bertani • jumlah tanggungan • frekuensi penyuluhan • kosmopolitan
Faktor Ekonomi terdiri dari: • luas lahan
• pendapatan
Teknologi terdiri dari: •varietas bibit unggul •pupuk
•penggunaan alsintan •pestisida
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan peneliti seperti pernyataan dari
[image:39.595.88.491.377.598.2]Notohadiprawiro (2006), terhadap desa tersebut yang merupakan desa dengan produktivitas tertinggi.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Kedelai Menurut Kecamatan Tahun 2009
No Desa Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ha)
Produktivitas (kw/Ha)
1. Karang Anyar 300 295 5 18
2. Sidodadi Ramunia 240 190 50 18
3. Beringin 224 49 175 15
4. Sidoarjo II Ramunia 410 110 300 15
5. Psr V Kebun Kelapa 40 40 - 16
6. Serdang 5 1 4 16
Jumlah 1.219 Ha 685 534
Sumber : BPP Tanjung Garbus, 2009
Menurut Adisarwanto (2008) bahwa tanah bekas ditanami kedelai biasanya baik sekali
untuk ditanami padi, sebab pada akar-akar kedelai terdapat bintil-bintil yang dapat mengikat unsur N (Nitrogen), dengan demikian akar-akar yang tertinggal pada saat tanaman dicabut, setelah membusuk akan sangat berguna bagi tanaman berikutnya.
Maka kedelai akan sangat terbantu pertumbuhannya dengan adanya unsur hara yang diperoleh dari tanaman sebelumnya.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian sampel adalah petani kedelai yang melakukan usahatani di Desa Sidodadi Ramunia. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari keseluruhan populasi yang ada dimana setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional.
Strata dalam hal ini terdiri atas luas lahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima
Tabel 3. Penentuan Petani Sampel Berdasarkan Kelas Interval Luas Lahan
No. Kelas Interval Berdasarkan Luas Lahan
(Ha)
Strata Populasi Sampel
1 1,404 – 2,110 Rendah 273 273/619 x 30 =13
2 2,111 – 2,817 Sedang 223 223/619 x 30 =11 3 2,818 – 3,524 Tinggi 123 123/619 x 30 =6
Jumlah 619 30
Sumber : BPP Tanjung Garbus, 2009
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada penyuluh dan petani dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh
dari Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pertanian, Kantor Camat Kecamatan Beringin, Kantor BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Tanjung Garbus, Kantor Desa Sidodadi
Ramunia, buku serta literatur yang mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menguji identifikasi masalah 1, 2, dan 3 dianalisis menggunakan analisis
deskriptif yaitu menjelaskan faktor-faktor sosial, ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.
Untuk menganalisis identifikasi masalah 4 maka hipotesis diuji dengan metode regresi
• Model pengujian faktor sosial terhadap produktivitas sebagai berikut:
dimana:
Y = Produktivitas (Ton/Ha)
α
0 = Konstantaα
1-α
5 = Koefisien RegresiX1 = Umur (tahun)
X2 = Jumlah Tanggungan (Orang)
X3 = Pengalaman Bertani (Tahun)
X4 = Frekuensi Penyuluhan (Tahun)
X5 = Kosmopolitan (/Tahun)
є
= Std.Error• Model pengujian faktor ekonomi terhadap produktivitas sebagai berikut:
dimana:
Y = Produktivitas (Ton/Ha)
α
0 = Konstantaα
1-α
2 = Koefisien RegresiX1 = Luas Lahan (Ha)
X2 = Pendapatan (Rp)
є
= Std.Error• Model pengujian faktor teknologi terhadap produktivitas sebagai berikut:
dimana:
Y = Produktivitas (Ton/Ha)
α
0 = KonstantaD1 = Varietas bibit unggul
Y =
α
0 +α
1x
1 +α
2x
2 +α
3x
3 +α
4x
4+α
5x
5+є
Y =
α
0 +α
1x
1 +α
2x
2 +є
Dimana : 1 = Wilis 2 = Taiwan 3 = Anjasmoro D2 = Pupuk
Dimana : 1 = Urea 2 = Sprit
3 = Urea dan Sprit D3 = Alsintan
Dimana : 1 = Cukup (cangkul, arit, grendel, tugal)
2 = Baik (zetor/cangkul, babat/arit, grendel, tugal) 3 = Sangat Baik (zetor, babat, garu, grendel, tugal)
є
= Std.Error• Model pengujian faktor sosial ekonomi dan teknologi terhadap produktivitas sebagai
berikut:
dimana:
Y = Produktivitas (Ton/Ha)
α
0 = Konstantaα
1-α
10 = Koefisien RegresiX1 = Umur (tahun)
X2 = Jumlah Tanggungan (Orang)
X3 = Pengalaman Bertani (Tahun)
X4 = Frekuensi Penyuluhan (Tahun)
X5 = Kosmopolitan (/Tahun)
X6 = Luas Lahan (Ha)
X7 = Pendapatan
D1 = Varietas bibit unggul
Dimana : 1 = Wilis
2 = Taiwan 3 = Anjasmoro D2 = Pupuk
Dimana : 1 = Urea 2 = Sprit
3 = Urea dan Sprit D3 = Alsintan
Dimana : 1 = Cukup (cangkul, arit, grendel, tugal)
2 = Baik (zetor/cangkul, babat/arit, grendel, tugal) 3 = Sangat Baik (zetor, babat, garu, grendel, tugal)
є
= Std.ErrorUntuk melihat variabel bebas berpengaruh secara serempak terhadap variabel terikat (Y)
diuji dengan Uji F statistik. Dengan kriteria sebagai berikut :
F hitung ≤ F tabel ; tolak Ho ; terima H1
F hitung ≥ F tabel ; tolak H1 ; terima Ho
Apabila :
F hitung ≤ F tabel, maka H1 diterima/Ho ditolak, artinya variabel bebas serempak tidak
berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).
F hitung > F tabel, maka H1 ditolak/Ho diterima, artinya variabel bebas secara serempak
berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).
Untuk melihat variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat Y diuji dengan Uji t statistik.
Dengan kriteria uji sebagai berikut:
t hitung ≤ t tabel ; tolak Ho ; terima H1
Apabila :
t hitung ≤ t tabel, maka H1 diterima/Ho dtitolak, artinya variabel bebas secara parsial
tidak berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).
t hitung > t tabel, maka H1 ditolak/Ho dterima, artinya variabel bebas secara parsial
berpengaruh nyata terhadap Y (Produktifitas).
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat defenisi antara lain:
1. Petani kedelai adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani kedelai pada sebidang tanah atau lahan.
2. Faktor sosial antara lain: umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, frekuensi
penyuluhan, tingkat kosmopolitan.
3. Umur petani adalah umur petani pada saat penelitian dilakukan.
4. Pengalaman bertani diukur mulai sejak kapan petani itu secara aktif mandiri mengusahakan usahataninya sampai diadakan penelitian.
5. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang ditanggung dan dibiayai
oleh kepala keluarga dalam satu kepala keluarga termasuk kepala keluarga itu sendiri.
7. Faktor ekonomi antara lain : luas lahan dan pendapatan
8. Teknologi antara lain : varietas bibit unggul, penggunaan pupuk, penggunaan alsintan (alat-alat mesin pertanian) dan penggunaan pestisida.
9. Usahatani kedelai merupakan usahatani dalam melaksanakan dan mengelola
tanaman kedelai pada sebidang tanah atau lahan.
10.Produktivitas adalah perbandingan antara produksi (ton) terhadap luas lahan (Ha).
3.5.2 Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Petani sampel adalah petani kedelai yang membudidayakan kedelai dan merupakan
anggota kelompok tani.
BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Deskripsi daerah penelitian menggambarkan bahwa penelitian ini dilakukan di desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera
Utara. Desa Sidodadi Ramunia ini berjarak 1 km dari ibukota kecamatan, yaitu Karang Anyar, jarak ke ibukota kabupaten/kota 5 km yaitu Lubuk Pakam, jarak ke ibukota provinsi 32 km, yaitu Medan. Luas desa ini lebih kurang 779 Ha/m2.
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Secara administrasi desa Sidodadi Ramunia ini berbatasan dengan : • Sebelah Utara : Desa Karang Anyar
• Sebelah Selatan : Empl. Kuala Namu
• Sebelah Timur : Sungai Ular
• Sebelah Barat : PSR V Kebun Kelapa
Desa Sidodadi Ramunia terdiri dari 17 dusun. Dusun-dusun tersebut akan disajikan pada
tabel 4 berikut.
Tabel 4. Desa Sidodadi Ramunia yang memiliki 17 dusun
Nama Dusun Nama Dusun
Suka Damai B. Negoro A
Blora B. Negoro B
Perwira Tani A
Kediri Tani B
Cilacap Madiun A
Kauman Madiun B
Juli PW. Asri A
Jogja PW. Asri B
Bali
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009
Adapun masing-masing dari dusun tersebut dikepalai oleh seorang kepala dusun. Yang masing-masing dari kepala dusun tersebut saling berkoordinasi dengan kepala desa di dalam sistem pemerintahan desa.
Secara geografis, letak koordinat desa Sidodadi Ramunia yaitu antara 03.60302º LU dan
098.888550 º BT dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 32-370C yang berada pada ketinggian tempat 1 meter diatas permukaan laut.
Secara keseluruhan desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5 berikut berdasarkan luas wilayah, titik koordinat,
Tabel 5. Luas dan Letak Geografis Kecamatan Beringin, 2009
No. Keterangan Kecamatan Beringin
1. Luas Wilayah 52.69 Km2 atau 5.269 Ha
2. Titik Koordinat 03.60862º LU
098.88937 º BT
3. Keadaan Alam Daerah dataran rendah dengan ketinggian 1-8 meter di atas permukaan laut.
4. Batas Wilayah: • Sebelah Utara • Sebelah Selatan • Sebelah Timur
• Sebelah Barat
Kecamatan Pantai Labu Kecamatan Lubuk Pakam Kecamatan Pagar Merbau dan Kab. Serdang Bedagai
Kecamatan Tanjung Morawa dan Batang Kuis
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009
4.1.2 Penggunaan Lahan
Luas wilayah Desa Sidodadi Ramunia menurut jenis penggunaan lahan dibagi menjadi areal pemukiman, areal persawahan, areal pekarangan dan areal prasarana umum
Tabel 6. Penggunaan Lahan di Desa Sidodadi Ramunia tahun 2009
Uraian Luas (Ha)
Areal pemukiman 265.62
Areal persawahan 427
Areal perkuburan 1.5
Areal pekarangan 62
Areal prasarana umum lainnya, terbagi atas: - Perkantoran pemerintah
- Bangunan sekolah/Perguruan Tinggi - Jalan
2.48 7 14.48
Total luas 779
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009
Dari data di atas diketahui bahwa luas areal pertanian sebanyak 427 Ha sedangkan luas
areal yang bukan pertanian sebanyak 352 Ha.
4.1.3 Keadaan Penduduk
Desa Sidodadi Ramunia terdiri dari suku Aceh, Batak, Melayu, Minang, Sunda, dan
Jawa yang hidup dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh sehingga tidak pernah terjadi perpecahan antara kelompok/etnis dari dulu hingga sekarang.
Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Persen (%)
Islam 11.232 97.49
Kristen 29 0.26
Katolik 15 0.14
Hindu - -
Budha 255 2.21
[image:50.595.81.489.634.732.2]Dari tabel 7 tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebesar 97.49% menganut agama Islam, agama Kristen sebesar 0.26%, agama Katolik sebesar 0.14% dan sebesar 0.3% menganut agama Budha sedangkan agama Hindu tidak memiliki penganut di desa
tersebut. Adapun jumlah penduduk desa Sidodadi Ramunia terdiri dari 11521 jiwa (2808 KK) dengan jumlah 5671 penduduk pria dan jumlah 5850 penduduk wanita
dengan kepadatan penduduk sebesar 14.8/km.
4.1.4 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam hal ini adalah lamanya petani mengecap pendidikan formal
baik swasta maupun negeri. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat dalam pembangunan desa. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi petani dalam menerima teknologi informasi dan inovasi dari luar.
Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidodadi Ramunia Tingkat pendidikan Laki- laki
(orang)
Perempuan
(orang) Total Usia 3-6 Tahun yang belum
masuk TK 225 226
451 Usia 3-6 Tahun yang sedang
TK/Playgroup 313 345
658
Usia 7-18 Tahun yang tidak
pernah sekolah 2 1
3 Usia 7-18 Tahun yang
sedang sekolah 1718 1827 3545
Usia 18-56 Tahun yang
tidak pernah sekolah 63 107 170
Usia 18-56 Tahun pernah
SD tetapi tidak tamat 214 265 479
Tamat SD atau sederajat 605 327 932
Jumlah usia 12-56 Tahun
tidak tamat SLTP 330 342 672
Jumlah usia 18-56 Tahun
tidak tamat SLTA 500 490 990
Tamat SMP atau Sederajat 434 595 1029
Tamat SMA atau sederajat 570 773 1343
Tamat D-1 atau sederajat 58 30 88
Tamat D-2 atau sederajat 65 12 77
Tamat D-3 sederajat 25 3 28
Tamat S-1 atau sederajat 56 28 84
Tamat S-2 atau sederajat 34 9 43
Tamat S-3 atau sederajat 32 5 37
Jumlah 5.671 5.850
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk yang tamatan SMA atau sederajat memiliki
orang. Hal ini menunjukkan sebagian besar penduduk Sidodadi Ramunia mengecap
pendidikan formal cukup tinggi.
Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani lebih
mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya akan diharapkan dapat meningkatkan produksi dalam usahataninya tersebut.
4.1.5 Mata Pencaharian
Mata pencaharian dalam hal ini adalah sumber pemasukan masyarakat desa Sidodadi Ramunia berdasarkan jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat
Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidodadi Ramunia
Jenis pekerjaan Laki- laki
(orang)
Perempuan (orang)
Petani 1435 400
Buruh Tani 634 771
Buruh Migran 28 25
PNS 85 30
Pengrajin Industri Rumah
Tangga 16 20
Pedagang Keliling 58 42
Peternak 32 -
Montir 100 -
Bidan Swasta 5 11
Perawat Swasta 3 13
Pembantu Rumah Tangga 25 165
TNI 30 -
POLRI 8 -
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 51 23
Pengusaha Kecil dan
Menengah 70 130
Dukun Kampung Terlatih - 3
Jasa Pengobatan Alternatif 14 17
Karyawan Perusahaan
Swasta 153 70
Karyawan Perusahaan
Pemerintah 33 7
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia, tahun 2009
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan yang paling umum dilakukan oleh masyarakat desa Sidodadi Ramunia adalah sebagai petani yaitu sebesar 1.835
4.2 Karakteristik Petani Sampel
Adapun karakteristik petani sampel dalam penelitian ini digambarkan oleh: umur, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi
penyuluhan, tingkat kosmopolitan petani, luas lahan, produksi serta pendapatan dari petani itu sendiri.
[image:55.595.85.506.357.501.2]Karakteristik sosial petani ini sendiri menggambarkan ciri-ciri yang ada pada diri petani itu. Karakteristik petani responden ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia
No. Karakteristik Range Rataan
1 Umur (Tahun) 28 – 69 46,5
2 Jumlah tanggungan keluarga (Jiwa) 1 – 5 2,7
3 Lama Pendidikan (Tahun) 0 – 12 8,6
4 Pengalaman bertani (Tahun) 10 – 40 24,8
5 Frekuensi penyuluhan (/Tahun) 0 – 24 14,5
6 Kosmopolitan 0 – 72 40,3333333
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 2)
Dari tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa umur petani sampel berkisar antara 28 – 69 dan
rataan sebesar 46,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel berada pada usia produktif, dimana usia tersebut menggambarkan bahwa petani di desa itu masih aktif
melakukan usahataninya dengan baik.
Jumlah tanggungan keluarga berkisar 1 – 5 jiwa dengan rataan jumlah tanggungan
sampel relatif sedikit atau kecil. Dan hal ini menunjukkan bahwa petani di daerah
tersebut masih menjaga pertumbuhan penduduk dengan baik.
Lama pendidikan petani sampel berkisar 0 – 12 tahun dengan rataan berkisar 8,6 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah lulus sekolah dasar, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani sampel relatif masih rendah, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam mengelola usaha taninya untuk menghasilkan produksi kedelai.
Pengalaman bertani sampel berkisar antara 10 – 40 tahun dengan rataan sebesar 24,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel telah menggeluti usahatani kedelai
cukup lama, yang berarti petani sampel telah banyak memiliki pengalaman dalam hal bertani kedelai. Petani kedelai di desa tersebut mulai dari balita sudah mulai membantu usahatani orangtuanya, sehingga usahatani kedelai ini bisa dikatakan sudah turun
temurun.
Frekuensi penyuluhan petani berkisar antara 0 – 24 kali/tahun dan dengan rataan sebesar 14,5 kali/tahun. Hal ini menunjukkan masih sangat rendahnya intensitas petani dalam hal mengikuti kegiatan penyuluhan sehingga petani kurang mendapat pembinaan
maupun bantuan dalam hal pengelolaan usahatani kedelai dari penyuluh.
usahatani kedelai. Padahal kosmopolitan sendiri dapat dicarai dirumah sendiri dengan
menonton siaran televisi, tetapi hal ini sulit dilakukan karena intensitas petani di rumah lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatannya sehari-hari di ladang mereka.
[image:57.595.89.501.292.380.2]Karakteristik ekonomi petani ini sendiri menggambarkan ciri-ciri yang ada pada diri petani itu. Karakteristik petani responden ini dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia
No. Karakteristik Range Rataan
1. Luas lahan (Ha) 0,12 – 1,12 0,4
2. Produksi (Ton) 0.05 – 3 0.7360666667
3. Pendapatan (Rupiah) 192.500 – 11.550.000 2.801.773, 333
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 3)
Berdasarkan data pada tabel 11 maka dapat dilihat bahwa luas lahan petani sampel
berkisar antara 0,12 – 1,12 Ha dengan rataan sebesar 0,4 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk usahataninya.
Produksi petani sampel berkisar antara 0.05 – 3 ton dengan rataan sebesar 0,7360666667 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi petani sampel masih relatif
kecil yang berbanding lurus dengan rataan luas lahan yang dimiliki.
Pendapatan petani sampel berkisar antara Rp 192.500 – Rp 11.550.000 dengan rataan
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Desa Sidodadi Ramunia merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satunya adalah bercocok tanam kedelai. Kedelai adalah salah satu
tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan seperti kecap, tahu dan tempe.
5.1.1 Tahapan Kegiatan Pengelolaan Usahatani Kacang Kedelai
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
Tahapan kegiatan usahatani kacang kedelai di daerah penelitian yang diuraikan berikut ini meliputi:
Pengolahan tanah
Pada umumnya bertanam kedelai di lahan bekas padi sawah dilakukan tanpa
pengolahan tanah. Pengolahan tanah, selain kurang berguna, juga mengakibatkan waktu tanam kedelai terlambat dan tanah menjadi kering. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengolahan tanah adalah:
• Bila tanah terlalu becek, buat saluran drainase dengan jarak 3-4 m dan panjang
• Untuk menekan gulma dan mempertahankan kelembaban, bisa digunakan mulsa
(penutup tanah) dari jerami yang dipotong.
Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat tanah jadi gembur dan membersihkan lahan dari rumput- rumputan, kayu, dan lain-lain. Di lahan pasang surut, sewaktu pengolahan
tanah perlu memperhatikan kedalaman lapisan parit. Lapisan yang beracun ini tidak boleh terangkat ke permukaan tanah karena dapat meracuni tanaman.
• Alat yang digunakan untuk mengolah tanah: cangkul, bajak ditarik sapi/kerbau
atau traktor.
• Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (dua kali).
• Kedalaman pengolahan tanah di lahan potensial dan sulfat masam sekitar 20 cm.
• Di lahan gambut, kedalaman pengolahan tanah sekitar 10 cm tanpa pembalikan.
• Tanah diratakan menggunakan garu.
• Setelah tanah diolah, dibuat saluran cacing (kemalir) dengan lebar 30 cm,
kedalaman 30 cm, dan jarak antar-saluran 6-10 m.
Penanaman
Jarak tanam
Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah populasi. Jika ditanam rapat maka populasi
akan tinggi dan hasil produksi akan lebih besar. Jarak tanam yang sempit biasanya dilakukan pada tanah yang subur. Untuk tanah yang kurang subur jarak tanam harus
Pelaksanaan tanam
• Tanah ditugal dan biji biasanya diletakkan di bawah tunggul jerami atau diantara
rumpun
• Dua atau tiga biji diletakkan pada lubang tugal, kemudian tutup dengan tanah atau
dengan abu sekam maupun abu jerami
• Setelah tanam, lahan bisa ditutupi mulsa jerami atau bisa juga dibiarkan terbuka
tanpa mulsa.
• Penyulaman biji sebaiknya dilaksanakan 4-7 hari setelah tanam
Pemupukan
Jumlah takaran pupuk dan saat pemberiannya tidak sama untuk setiap lokasi, tergantung kepada tipologi lahannya. Selain pupuk, kapur juga perlu diberikan untuk mengurangi kemasaman tanah. Kedelai tidak dapat tumbuh baik di lahan yang sangat masam.
Waktu Pemupukan
Pupuk diberikan selama tiga kali yaitu pertama pada saat pupuk dasar ini penting karena pada saat tanaman berumur 15-20 hari, bintil akar belum terbentuk. Pemupukan kedua diberikan pada saat menjelang pembungaan (25 hari setelah tanam) dan pemberian
ketiga dilakukan saat pengisian biji (40-45 hari setelah tanam). Dosis pupuk yang dibutuhkan diberikan bertahap selama tiga kali (setiap pemupukan 1/3 dari dosis total
Cara Pemberian Pupuk
Cara pemberian pupuk yaitu dengan menugal atau melarik tanah. Setelah pupuk ditempatkan dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah. Dapat juga dilakukan dengan membuat lubang dengan tugal di sebelah kanan dan kiri lubang benih
sedalam 5-7 cm dengan jarak 5-7 cm dari lubang tanam.
Pengairan Dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini
dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan bertujuan untuk:
• Mengurangi persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara di tanah yang
kurang subur.
• Mencegah tanaman kekurangan sinar matahari di tanah yang subur.
• Penjarangan dan penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur 1-2 minggu
setelah tanam. Jumlah tanaman yang disisakan setelah penjarangan adalah dua
Penyiangan
• Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman pengganggu
(gulma).
• Penyiangan dapat dilakukan dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 2-3
minggu clan 5-6 minggu setelah tanam, tergantung pada keadaan gulma. • Alat yang digunakan: kored atau cangkul kecil.
• Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan menyebarkan jerami (mulsa) di
permukaan lahan atau menyemprotkan herbisida (obat-obatan).
Obat-obatan yang dapat dipakai antara lain adalah Gromoxone-4 atau Goal 2E
dengan takaran 1,5-2 liter per hektar. Penyemprotan herbisida dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam.
Panen dan Pengeringan
Ciri kedelai yang siap dipanen yaitu daun dan polong menguning. Panen dilakukan
dengan cara membabat pangkal batang di atas permukaan tanah dengan menggunakan sabit atau alat khusus. Berangkasan dijemur sampai kering. Setelah kering, dipukul-pukul dengan alat pemukul, sampai biji terpisah dari berangkasannya. Setelah biji
terpisah, biasanya dibersihkan dan dijemur sampai kering betul (mencapai kadar air 10-12 %).
Jika panen dilakukan saat musim hujan maka dapat dilakukan cara pengeringan seperti
berikut:
berangkasan kedelai, kemudian pangkal ikatan (bagian tengahnya) diselipkan
pada tiang-tiang bambu.