• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Psikometri Subtes Santzerganzung (SE) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Psikometri Subtes Santzerganzung (SE) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES SATZERGANZUNG

(SE) PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

RENA ELVIRA

061301042

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Karakteristik Psikometri Subtes Santzerganzung (SE) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

Rena Elvira1 dan Etty Rahmawati2

ABSTRAK

IST merupakan salah satu tes intelegensi yang sering digunakan di Indonesia. Saat ini IST masih mengunakan norma asli dari Jerman dan belum pernah dievalusi di Sumatera Utara. Peneliti bahkan menemukan salah satu soal IST subtes SE yang bocor di internet dan bahkan pertanyaan subtes SE sudah tidak relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes SE yang dilihat dari proses analisis karakteristik psikometri subtes SE pada IST, meliputi analisis indeks kesukaran aitem, indeks daya beda aitem, efektivitas distraktor, reliabilitas tes dan validitas konstrak.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan menggunakan data yang didokumentasikan oleh P3M Fakultas Psikologi USU berupa lembar jawaban IST yang diperoleh dari 2011 subjek. Hasil analisis berdasarkan pendekatan teori skor murni klasik (CTT) menemukan bahwa dari total 20 aitem pada subtes SE, tidak terdapat aitem yang baik, namun semua aitem tersebut masih dapat direvisi. Berdasarkan nilai reliabilitas tes intelegensi menurut Murphy dan Davidshofer (2003) yaitu 0.9, maka reliabilitas subtes SE kurang memuaskan karena melalui perhitungan KR-20 menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0.73. Menurut Azwar (2005) Koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi 0.30, sehingga berdasarkan korelasi antara SE dengan delapan subtes lainnya dapat disimpulkan bahwa subtes SE cenderung konvergen dengan delapan subtes lainnya.

Pada akhirnya penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya peninjauan ulang terhadap aitem-aitem subtes SE sebelum digunakan dalam proses seleksi yang dilakukan oleh P3M Fakultas Psikologi USU.

(3)

PSYCHOMETRIC PROPERTIES OF SATZEGANZUNG SUBTEST

IN INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)

Rena Elvira1 dan Etty Rahmawati ABSTRACT

IST is one of intelligence tests are often used in this Indonesia. IST still using the original norm of Germany and has never been evaluated in North Sumatra. Researchers even found one about IST, SE subtest leaked on the internet and even questions of SE subtest not relevant to the development of science.

The purpose of this study was to determine if IST is still functioning according to the IST objectives are prepared, particularly in SE subtest as seen from the analysis of psychometric characteristics subtes SE at IST, includes analysis index of difficulty, index of power difference, effectiveness of distractor, reliability, and validity construct.

The method of data collection that is used in this study is a documentation method, by using the data documented by the P3M USU Faculty of Psychology IST answer sheets obtained from 2011 subjects. The results of analysis based on Classical Test Theory (CTT) found that out of a total of 20 aitem on SE subtest, there is no good item, but all item may still be revised. Based on the reliability of intelligence tests according to Murphy and Davidshofer (2003) is 0.9, then the reliability SE subtest is less satisfactory because the calculation of KR-20 shows the reliability value of 0.73. According to Azwar (2005) validity coefficient can be considered satisfactory if it exceeds 0:30, so that based on the correlation between the SE subtest with eight other subtest can be concluded that subtest SE tend to convergent with eight other subtes.

In the end, this study showed that the necessary for a review of the item of SE subtest before being used in the selection process that conducted by Faculty of Psychology the Uneversity of North Sumatera, P3M.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karuniaNya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada orang tua saya, Ramli dan Janisah yang tidak pernah berhenti mencintai dan memberikan kasih sayang kepada saya.

Judul skripsi ini adalah “Karakteristik Psikometri Subtes Satzeganzung (SE) pada Intelligenz Struktur Test (IST)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

(5)

terutama untuk Bapak Ari Widiyanta, S.Psi., M.Si., Psikolog selaku ketua P3M atas izinnya untuk membantu dalam penelitian ini.

3. Ibu Etty Rahmawati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sangat sabar membimbing penulis hingga selesai. Ucapan terimaksih tidak pernah cukup untuk menggambarkan rasa terimaksih saya kepada ibu, saya bersyukur menjadi anak bimbingan ibu

4. Ibu Eka Ervika, Msi, psikolog selaku dosen pembimbing akademik sekaligus orangtua bagi saya selama kuliah di Fakultas Psikologi USU. Terima kasih atas segala bimbingan dan semangat yang Ibu berikan kepada saya..

5. Abang, Kakmong, Nike dan Bang Son, sangat bersyukur kepada Allah karena ditakdirkan menjadi adik bungsu kalian. Dua jagoanku “Attahya Elshirazy”

dan “Muhammad Arya” yang selalu memberikan semangat baru, umi sayang bang jiji dan dek ya.

6. Teman seperjuangan, fitri, kiki, mika, princen, yang selalu bersedia berbagi ilmu dengan penulis.

7. Teman seangkatan 2006 khususnya sahabat-sahabatku D’8 (Beriyanti Sunita, Spsi. Retnata Ofelia, Spsi. Tisa Muharani, Fitri Andriani, Putri Aulia Rahman, Novalina Tiur, Alrendia Syafrizka) rindu kalian, adik-adik angkatan 2007 (Nana, Lenny) terima kasih karena telah menjadi adik sekaligus teman bagi penulis.

(6)

Rahmi Rulianti.S.Farm, Heru Pramana Lanang, Sthephani Notarissa, Bambang Zulmaheri S.E, Riska Aulia Putri Amd.kep).

9. Kakdina dan Liza yang telah bersedia menjadi tempat cerita, tempat bertanya selama kurang lebih lima tahun ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta maaf dan mengharapkan masukan yang berarti sehingga pelaporan hasil penelitian ini menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……..………i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR…...………..iv

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR TABEL………..xi

DAFTAR RUMUS………...xii

DAFTAR LAMPIRAN……….…xiii DAFTAR GAMBAR………...……….……xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...8

C. Rumusan Masalah ...10

D.Tujuan Penelitian...11

E.Manfaat Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Teori Tes Klasik ...14

(8)

2. Asumsi Teori Tes Klasik………...15

B.Analisis Karakteristik Psikometri……...17

1. Indeks Kesukaran Aitem...17

a. Pengertian Indeks Kesukaran Aitem...17

b. Analisis Indeks Kesukaran Aitem…...19

2. Indeks Daya Beda Aitem...21

a. Pengertian Indeks Daya Beda Aitem...21

b. Analisis Indeks Daya Beda Aitem…...25

3. Efektivitas Distraktor…...26

a. Pengertian Efektivitas Distraktor.…...26

b. Analisis Efektivitas Distraktor...…...27

4. Reliabilitas Alat Ukur…...29

a. Pengertian Reliabilitas…...….…...28

b. Bentuk Estimasi Reliabilitas..…...29

c. Formula Estimasi Reliabilitas Konsistensi Internal………32

d. Interpretasi Koefisien Reliabilitas……...37

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas...39

5. Validitas………..…...40

a. Pengertian Validitas .………..…...40

(9)

c. Interpretasi Koefisien Validitas………...45

6. Analisis Karakteristik Psikometri …………...46

C.Intelligenz Strukture Test...47

1. Sejarah dan Perkembangan...47

2. Subtes IST...51

3. Satzerganzung (SE) ...53

BAB III METODE PENELITIAN A.Data yang Digunakan ………...57

B. Subjek Penelitian...57

C. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian...58

1. Persiapan Izin Penelitian ...58

2. Pelaksanaan Penelitian ...58

D. Metode Pengumpulan Data...58

E. Software yang Digunakan………...58

F. Cara Analisis Data...59

1. Analisis Indeks Kesukaran Aitem ...59

2. Analisis Indeks Daya Beda Aitem ...60

3. Analisis Efektivitas Distraktor...61

4. Analisis Reliabilitas...61

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..………..64

A. Deskripsi Hasil ………...64

1.Analisis Indeks Kesukaran Aitem ………..65

2.Analisis Indeks Daya Beda Aitem ……….65

3.Analisis Efektivitas Distraktor……….66

4.Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesukaran, daya beda, dan Efektivitas Distraktor ………...………..68

5.Analisis Reliabilitas Instrumen IST ………...70

6.Analisis Validitas Konstrak………70

B. Pembahasan ………71

1. Analisis Indeks Kesukaran Aitem Subtes SE……….71

2. Analisis Indeks Daya Beda Aitem Subtes SE ………...72

3. Analisis Efektifitas Distraktor Subtes SE………73

4. Analisis Berdasarkan Indeks Kesukaran, daya beda, dan Efektivitas Distraktor……… ...73

5.Analisis Reliabilitas Instrumen IST ……….74

6.Analisis Validitas Konstrak……….74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………75

A. Kesimpulan ………..76

B. Saran ………...76

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategorisasi Batasan Nilai P ... 20

Tabel 2. Kategorisasi Batasan Nilai P Berdasarkan Jumlah Pilihan Jawaban...20

Tabel 3. Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem. ...26

Tabel 4. Tingkat Reliabilitas untuk Berbagai Tipe Tes…..………...39

Tabel 5. Perbandingan Nilai Flexibilit………... 55

Tabel 6 Presentase Jenis Kelamin Responden.………..57

Tabel 7 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Aitem Subtes SE……….64 Tabel 8 Hasil Analisis Indeks Daya Beda Aitem Subtes SE ………...…………66

Tabel 9 Hasil Analisis Efektivitas Distraktor Subtes SE..………....67

Tabel 10 Hasil analisis Indeks Kesukaran Aitem, Indeks Daya Beda Aitem dan Efektivitas Distraktor ………....………69

(12)

DAFTAR RUMUS

Rumus 1 Asumsi I……….………15

Rumus 2 Asumsi II………15

Rumus 3 Asumsi III………..………15

Rumus 4 Asumsi IV……….……….16

Rumus 5 Asumsi V……….…………..16 Rumus 6 Indeks Kesukaran Aitem………18 Rumus 7 Indeks Diskriminasi Aitem……….22

Rumus 8 Indeks Diskriminasi Aitem dengan nilai p………...22

Rumus 9 Korelasi Point Biserial………....24

Rumus 10 Spearman-Brown……….….33

Rumus 11 Rulon…..………..33

Rumus 12 Koefisien Alpha………...34

Rumus 13 Koefisien Alpha untuk Tes Belah Dua………35

Rumus 14 Kuder-Richardson 20………...35

Rumus 15 Kuder-Richardson 21………...36

Rumus 16 Kuder-Richardson 21 dengan rata-rata………....37

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Data Penelitian

A. Tabulasi Respon Subjek terhadap Subtes SE………...………79 B. Z-skor pada 9 Subtes IST…………...……….……..127

LAMPIRAN II Analisis Karakteristik Psikometri Aitem

Dengan Program Itema………..……….…171

LAMPIRAN III Output Analisis Korelasi Subtes Se Dengan 8 Subtes

(15)

Karakteristik Psikometri Subtes Santzerganzung (SE) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

Rena Elvira1 dan Etty Rahmawati2

ABSTRAK

IST merupakan salah satu tes intelegensi yang sering digunakan di Indonesia. Saat ini IST masih mengunakan norma asli dari Jerman dan belum pernah dievalusi di Sumatera Utara. Peneliti bahkan menemukan salah satu soal IST subtes SE yang bocor di internet dan bahkan pertanyaan subtes SE sudah tidak relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes SE yang dilihat dari proses analisis karakteristik psikometri subtes SE pada IST, meliputi analisis indeks kesukaran aitem, indeks daya beda aitem, efektivitas distraktor, reliabilitas tes dan validitas konstrak.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan menggunakan data yang didokumentasikan oleh P3M Fakultas Psikologi USU berupa lembar jawaban IST yang diperoleh dari 2011 subjek. Hasil analisis berdasarkan pendekatan teori skor murni klasik (CTT) menemukan bahwa dari total 20 aitem pada subtes SE, tidak terdapat aitem yang baik, namun semua aitem tersebut masih dapat direvisi. Berdasarkan nilai reliabilitas tes intelegensi menurut Murphy dan Davidshofer (2003) yaitu 0.9, maka reliabilitas subtes SE kurang memuaskan karena melalui perhitungan KR-20 menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0.73. Menurut Azwar (2005) Koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi 0.30, sehingga berdasarkan korelasi antara SE dengan delapan subtes lainnya dapat disimpulkan bahwa subtes SE cenderung konvergen dengan delapan subtes lainnya.

Pada akhirnya penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya peninjauan ulang terhadap aitem-aitem subtes SE sebelum digunakan dalam proses seleksi yang dilakukan oleh P3M Fakultas Psikologi USU.

(16)

PSYCHOMETRIC PROPERTIES OF SATZEGANZUNG SUBTEST

IN INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)

Rena Elvira1 dan Etty Rahmawati ABSTRACT

IST is one of intelligence tests are often used in this Indonesia. IST still using the original norm of Germany and has never been evaluated in North Sumatra. Researchers even found one about IST, SE subtest leaked on the internet and even questions of SE subtest not relevant to the development of science.

The purpose of this study was to determine if IST is still functioning according to the IST objectives are prepared, particularly in SE subtest as seen from the analysis of psychometric characteristics subtes SE at IST, includes analysis index of difficulty, index of power difference, effectiveness of distractor, reliability, and validity construct.

The method of data collection that is used in this study is a documentation method, by using the data documented by the P3M USU Faculty of Psychology IST answer sheets obtained from 2011 subjects. The results of analysis based on Classical Test Theory (CTT) found that out of a total of 20 aitem on SE subtest, there is no good item, but all item may still be revised. Based on the reliability of intelligence tests according to Murphy and Davidshofer (2003) is 0.9, then the reliability SE subtest is less satisfactory because the calculation of KR-20 shows the reliability value of 0.73. According to Azwar (2005) validity coefficient can be considered satisfactory if it exceeds 0:30, so that based on the correlation between the SE subtest with eight other subtest can be concluded that subtest SE tend to convergent with eight other subtes.

In the end, this study showed that the necessary for a review of the item of SE subtest before being used in the selection process that conducted by Faculty of Psychology the Uneversity of North Sumatera, P3M.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Alat tes telah digunakan di Cina sejak tahun 2200 sebelum masehi, alat tes digunakan untuk seleksi pegawai negeri dan pada abad ke 19 pemerintah Inggris, Perancis, dan Jerman mulai mencontoh ujian pegawai negeri seperti di Cina (Aiken, 2006). Perkembangan tes psikologi sebagai alat penilai mendapat perhatian khusus pada awal abad 19 ketika pemerintah Amerika Serikat meminta para ahli untuk menyusun alat-alat penilai dan alat-alat ukur yang bisa dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan anggota tentara yang akan menghadapi Perang Dunia I. Tahun 1980-an pengembangan tes psikologi baru dimulai dan meningkat hingga tahun 1990-an, hal ini dapat dilihat dari pengembangan-pengembangan tes yang menggunakan pendekatan baru, revisi terhadap tes-tes sebelumnya serta penelitian lebih lanjut terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

Penggunaan alat tes psikologi di Indonesia, khususnya alat tes intelegensi baru dimulai pada awal tahun 1950-an dan sekarang bisa dilihat banyaknya biro konsultasi yang menjamur di kota-kota besar, hal ini menandakan bahwa masyarakat mulai mempercayai biro-biro konsultasi untuk mengukur aspek psikologis dalam dirinya (Gunarsa, 2000).

(18)

adalah untuk mengukur perbedaan antara individu atau reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda. Semua tes psikologi didesain untuk dapat mengukur tingkah laku manusia (Anastasi & Urbina, 2006). Berdasarkan tujuan alat tes psikologi menurut Aiken maka dapat ditarik kesimpulan bahwa alat tes psikologi memiliki empat tujuan utama yaitu, diagnosa, prediksi, dekripsi dan pemahaman diri. Berdasarkan keempat tujuan ini tampak jelas bahwa alat tes psikologi memiliki tujuan yang sangat penting, maka tes psikologi haruslah dijaga dengan baik, agar dalam pelaksanaannya tujuan ini dapat tercapai (Aiken, 2008)

Jenis tes psikologi sangat beragam sehingga fungsi dan kegunaannya juga berbeda. Berikut jenis-jenis tes psikologi yaitu, tes intelegensi, tes bakat, tes kreativitas, tes kepribadian, tes prestasi, inventori minat, prosedur tingkah laku, tes neuropsikologi (Gregory, 2004). Intelegenz Struktur Test (selanjutnya disebut IST) merupakan salah satu tes intelegensi yang banyak dipakai saat ini. IST adalah tes intelegensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953 dan telah beberapa kali mengalami revisi. Revisi pertama dilakukan pada tahun 1973, dan kemudian disebut sebagai IST 70, Revisi kedua pada tahun 1999, Amthauer, break, Liepman dan Beuducel kembali merevisi IST menjadi IST 2000., dan revisi ketiga pada tahun 2007, ketiga tokoh tersebut merevisi lagi IST 2000 menjadi IST 2000R.

(19)

Gemeinsamkeiten (selanjutnya disebut GE), Merkaufgaben (selanjutnya disebut ME), Rechenaufgaben (selanjutnya disebut RA), Zahlenreinhen (selanjutnya disebut ZR), Figurenauswahl (selanjutnya disebut FA), Wuerfelaufgaben (selanjutnya disebut WU).

IST yang digunakan di Indonesia merupakan hasil adaptasi dari IST revisi pertama yakni IST 70, pengadaptasian IST dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (selanjutnya disebut UNPAD) pada tahun 1973, dan pertama kali digunakan oleh psikologi Angkatan Darat, hingga saat ini IST merupakan tes intelegensi yang sering digunakan oleh biro-biro psikologi salah satunya adalah Unit Pelayanan Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (selanjutnya disebut P3M) Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara (selanjutnya disebut USU). Tercatat dari bulan April 2010 hingga bulan agustus 2010 di Unit P3M Fakultas Psikolog USU, IST telah digunakan oleh lebih dari lima perusahaan besar untuk seleksi penerimaan karyawan (Berdasarkan komunikasi personal, Novi dan Nina, 20 Agustus 2010, 12.15, ruang P3M), sehingga karena terlalu sering digunakan pada individu yang sama dikhawatirkan terjadi proses belajar dalam mengikuti tes IST ini.

(20)

budaya) harus menyadari akan adanya kemungkinan variasi budaya dalam respon sets dan harus siap untuk mengevaluasi dan mengkompensasi untuk kemungkinan perbedaan, namun faktanya sepanjang pengamatan yang telah peneliti lakukan, peneliti belum menemukan adanya revisi pada tes IST yang telah dilakukan di Sumatera Utara.

Norma IST yang digunakan di Indonesia masih merupakan norma IST 70 dari Jerman, padahal sebagaimana pengertian adaptasi tes, variasi budaya dapat mempengaruhi individu dalam merespon alat tes, sehingga norma asli alat tes tidak dapat langsung digunakan untuk alat tes yang akan digunakan di negara lain, namun harus ikut diadaptasi berdasarkan budaya dimana alat tes tersebut diadaptasi. Norma alat tes juga seharusnya diperbaharui setiap tiga sampai lima tahun sekali hal ini dikarenakan karakteristik populasi yang terus berkembang seiring dengan perkembangan waktu, namun faktanya IST bahkan masih menggunakan norma asli dari Jerman dan tidak pernah diperbaharui.

Menurut Handayani dalam jurnal Penyusunan Alat Ukur Intelegensi (IST-versi LP3TUNAIR) “tingkat pengawasan terhadap kerahasiaan pada alat tes IST

(21)

(Berdasarkan komunikasi personal, Eka Danta Ginting, 20 Agustus 2010, 12.05, ruang departemen psikologi industri & organisasi).

Masalah kebocoran IST ditemukan oleh peneliti sendiri ketika mencari bahan yang terkait dengan psikotes. Peneliti menemukan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada seorang dokter spesialis anak di blog pribadi yang dimiliki oleh dokter tersebut. Pertanyaan tersebut merupakan salah satu pertanyaan yang terdapat dalam IST subtes SE dan dengan jujur sipenanya mengatakan bahwa pertanyaan diajukan untuk menjawab pertanyaan psikotes yang akan diikuti, selain itu peneliti juga menemukan pertanyaan yang diajukan didalam forum yahoo answer yang menanyakan salah satu pertanyaan yang terdapat di dalam IST subtes SE.

Universitas Atma Jaya pada tahun 1997 telah melakukan uji validitas prediktif pada tes IST. Universitas Atma Jaya menggunakan IST dalam ujian saringan masuk mahasiswa baru angkatan tahun tersebut, untuk Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Psikologi. Penggunaan IST dalam ujian saringan masuk mahasiswa baru tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan dilakukannya uji validitas prediktif IST dengan kriteria IP semester 1 untuk mengevaluasi efektivitas tes tersebut sebagai alat seleksi pada tahun 1998. Hasil pengujian menunjukkan bahwa IST kurang baik dalam memprediksi keberhasilan prestasi mahasiswa pada semester pertama. Hanya beberapa tes yang berkorelasi signifikan (p≤0.05) dengan

(22)

RA dengan r =0,251; ZR dengan r = 0,176; GE dengan r = 0,152 ( Santosa dalam Widianti, 2008).

Empat tahun berikutnya Fakultas Psikologi Universitas Airlangga melakukan uji validitas dan reliabilitas pada alat tes IST tepatnya pada tahun 2001, penelitian ini menggunakan populasi siswa SMU Negeri maupun swasta Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 176 aitem tes terdapat 131 aitem yang dinyatakan valid dan 45 aitem yang dinyatakan gugur dan dari sembilan subtes, satu subtes yakni ZR (dengan jumlah aitem 20) dinyatakan semua aitemnya valid, sedangkan untuk reliabilitas dari sembilan subtes tersebut semuanya dinyatakan reliabel dengan besar koefisien sebesar 0,463-0,821 pada taraf signifikansi 0,01. Beberapa penelitian yang telah dilakukan ini, masih dirasa kurang untuk meneliti validitas dan reliabilitas tes IST, karena mengingat masih seringnya tes ini digunakan dan juga untuk memenuhi syarat alat tes yang baik adalah alat tes yang harus terus dievaluasi penggunaannya (Hamidah, 2001).

(23)

sampai sekarang, tentu hal ini akan menimbulkan pertanyaan apakah alat tes ini masih bisa digunakan untuk mengukur pengetahuan yang kita tahu merupakan sesuatu yang terus berkembang. (Polhaupessy dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

Tahun 2004 pernah dilakukan penyusunan alat ukur intelegensi (IST versi LP3T UNAIR) oleh Universitas Airlangga. Berdasarkan penelitian ini, Handayani mengatakan bahwa beberapa soal yang ada didalam IST sudah tidak relevan dengan perkembangan yang ada (Handayani, 2004). Hal diperkuat dengan penemuan peneliti yang terlihat jelas pada soal IST subtes SE no 12 ,15, dan 20. Pertanyaan yang diajukan pada soal tersebut menanyakan tentang informasi yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

(24)

B.Identifikasi Masalah

Tahun 1973 IST diadaptasi di Bandung oleh Fakultas Psikologi UNPAD, dalam melakukan adaptasi tes harus disadari adanya kemungkian variasi budaya sehingga alat tes juga harus siap untuk dievaluasi, begitu juga dengan norma yang dipakai, yakni norma asli yang berasal dari Negara tempat alat tes tersebut dibuat tidak dapat begitu saja digunakan sebagai acuan di Indonesia, namun berdasarkan pengamatan peneliti penggunaan IST di Sumatera Utara belum pernah dievaluasi, dan norma yang saat ini digunakan adalah norma asli Jerman yang seharusnya diperbaharui setiap tiga tahun sampai lima tahun sekali karena seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan karakteristik pada populasi tentu hal ini akan berpengaruh dengan hasil yang didapat, sehingga hasil yang didapat tidaklah menunjukkan hasil yang sebenarnya sehingga juga berakibat kepada validitas hasil tes.

IST sampai saat ini masih sering digunakan oleh biro-biro psikologi salah satunya P3M USU, sehingga karena terlalu sering digunakan dikhawatirkan terjadi proses belajar ketika individu mengikuti tes ini.

(25)

subtes SE aitem no 15, penemuan ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu dosen Fakultas Psikologi USU. Dilihat dari soal tes IST subtes SE peneliti juga menemukan permasalahan lain, yakni soal tersebut sudah tidak sesuai untuk dipertanyakan mengingat ilmu pengetahuan yang ada terus berkembang. Misalnya pada soal no 12,15 dan 20.

Berbagai macam permasalahan yang telah peneliti kemukakan, mulai dari IST yang terlalu sering digunakan, IST yang masih mengunakan norma asli dari Jerman, norma yang belum pernah diperbaharui, tingkat kebocoran yang sangat parah, hingga pertanyaan subtes SE yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman tentu semua hal ini berdampak terhadap kualitas aitem yang menyusun alat tes IST sehingga juga akan berdapat pada validitas dan reliabilitas tes IST, sehingga peneliti merasa perlu untuk menganalisa parameter aitem IST khususnya subtes SE.

(26)

konvergen dan diskriminan yang dilihat dari korelasi SE dengan delapan subtes IST lainnya, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU dan ME.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa besarkah nilai indeks kesukaran aitem pada IST subtes SE? 2. Seberapa besarkah nilai indeks daya beda aitem pada IST subtes SE? 3. Bagaimanakah efektivitas distraktor pada IST subtes SE?

4. Seberapa besarkah nilai reliabilitas IST subtes SE?

5. Bagaimana validitas konstrak IST subtes SE dilihat dari validitas diskriminan dan validitas konvergen?

6. Bagaimanakah kualitas alat tes IST subtes SE berdasarkan hasil analisis karakteristik psikometri?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes SE yang dilihat dari karakteristik psikometri yang dimilikinya.

(27)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah manfaat keilmuan dalam bidang psikologi mengenai karakteristik psikometri IST subtes SE sehingga dapat memberikan informasi apakah IST masih sesuai dengan tujuan IST disusun.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan:

1. Informasi kepada para praktisi sejauhmana IST dapat digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(29)

Teori Tes Klasik disebut juga dengan Classical True-Score Theory, dinamakan Teori Tes Klasik karena unsur-unsur teori ini sudah dikembangkan dan diaplikasikan sejak lama, namun tetap bertahan hingga sekarang (Suryabrata, 2005).

Teori Tes Modern disebut juga dengan Latent-Trait Theory karena teori ini berasumsi bahwa performansi subjek dalam mengerjakan suatu tes dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten atau menetap. Teori Tes Modern juga sering disebut dengan Item Response Theory, artinya respon subjek terhadap suatu aitem menunjukkan kemampuan kognitifnya.

(30)

A. Teori Tes Klasik

1. Pengertian Teori Tes Klasik

Teori Tes klasik berkembang sedikit demi sedikit melalui unsur-unsur yang kemudian secara akumulatif merupakan bangunan teori yang utuh. Inti Teori Tes Klasik adalah asumsi-asumsi yang dirumuskan secara sistematis serta dalam jangka waktu yang lama. Skor tampak disimbolkan dengan huruf X merupakan nilai performansi individu pada alat tes yang dinyatakan dalam bentuk angka, skor murni yang dilambangkan dengan huruf T merupakan performansi individu sesungguhnya yang tidak pernah dapat kita ketahui besarnya karena tidak dapat diungkap secara lansung oleh alat tes, dan eror pengukuran yang diberi simbol huruf E (Azwar, 2005).

2. Asumsi-Asumsi dalam Teori Tes Klasik

Allen & Yen (dalam Azwar, 2005) menguraikan asumsi-asumsi teori klasik sebagai berikut:

a. Asumsi 1

X = T + E (1)

Asumsi ini menjelaskan bahwa sifat aditif berlaku pada hubungan antara skor tampak, skor muni, dan eror. Skor tampak (X) merupakan jumlah skor murni (T) dan eror (E), jadi besar skor tampak akan tergantung oleh besarnya eror pengukuran, sedangkan besarnya skor murni individu pada setiap pengukuran yang sama diasumsikan selalu tetap.

(31)

ε(X) = T (2)

Asumsi ini menyatakan bahwa skor murni merupakan nilai harapan dari skor tampaknya, jadi T merupakan harga rata-rata distribusi teoretik skor tampak apabila orang yang sama dikenai tes yang sama berulang kali dengan asumsi pengulangan tes itu dilakukan tidak terbatas banyaknya dan setiap pengulangan tes adalah tidak bergantung satu sama lain.

c. Asumsi 3:

= 0 (3)

Asumsi ini menyatakan bahwa bagi populasi subjek yang dikenai tes, distribusi eror pengukuran dan distribusi skor murni tidak berkorelasi. Implikasinya, skor murni yang tinggi tidak selalu berarti mengandung eror yang selalu positif ataupun selalu negatif.

d. Asumsi 4:

= 0 (4)

Bila E1 melambangkan eror pada pengukuran atau tes pertama dan E2 melambangkan eror pada tes yang kedua maka asumsi ini menyatakan bahwa eror pengukuran pada dua tes yang berbeda, yaitu E1 dan E2 tidak berkorelasi satu sama lain.

e. Asumsi 5

(32)

Asumsi ini menyatakan bahwa eror pada suatu tes (E1) tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes lain (T2). Asumsi ini tidak dapat bertahan apabila tes yang kedua mengukur aspek yang mempengaruhi eror pada pengukuran yang pertama.

Selain dua asumsi yang telah disebutkan, dalam buku Suryabrata (2005) menuliskan dua asumsi sebagai berikut:

f. Asumsi 6

Asumsi ini menyatakan jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama mempunyai skor tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1

sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T = T’ serta varians eror kedua tes tersebut sama, kedua tes tersebut disebut sebagai tes yang paralel.

g. Asumsi 7

Asumsi ini menyatakan jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama mempunyai skor tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T1 = T2 + C, dengan C sebagai suatu bilangan konstan, maka kedua tes tersebut dapat disebut sebagai tes yang setara (equivalent test).

(33)

B. Analisis Karakteristik Psikometri

Alat tes yang efektif dan bermanfaat tergantung kepada kualitas aitem yang terdapat di dalam alat tes tersebut (Kumar, 2009). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Anwar (2006) bahwa kualitas tes bergantung kepada kualitas aitem yang menyusunnya yang dapat diketahui melalui beberapa parameter diantaranya adalah, taraf kesukaran aitem, daya pembeda aitem dan untuk tes objektif jawaban selain kunci haruslah dapat berfungsi secara efektif (efektivitas distraktor).

1. Indeks Kesukaran Aitem

a. Pengertian Indeks Kesukaran Aitem

Indeks kesukaran aitem adalah proporsi jumlah subjek yang menjawab benar pada suatu aitem berbanding jumlah subjek yang menjawab pada aitem tersebut (Azwar, 2007). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Tate (dalam Kumar, 2009) indeks kesukaran aitem dapat diukur dengan mengetahui proporsi jumlah subjek yang menjawab aitem dengan benar dengan jumlah subjek yang menjawab aitem tersebut. Berdasarkan dari pengertian ini dapat dilihat bahwa indeks kesukaran aitem sama dengan nilai rata-rata subjek dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Suryabrata (2005) bahwa presentase subjek yang menjawab benar suatu aitem itu sama dengan nilai rata-rata kelompok subjek yang dites, karena itu indeks kesukaran aitem sering juga disebut indeks kesukaran rata-rata.

(34)

semakin mudah aitem tersebut. Begitu juga sebaliknya semakin sedikit peserta menjawab dengan benar, maka semakin sulit aitem tersebut. Indeks kesukaran aitem disimbolkan dengan p. Rumusan ini dituangkan dalam formula.

p =

(6)

Keterangan: p = Indeks kesukaran aitem

ni = Banyak peserta tes yang menjawab benar N = Banyak peserta tes yang menjawab aitem

Indeks kesukaran aitem dapat membantu dalam menyusun aitem, aitem mana yang harus diletakkan di awal, di tengah hingga di akhir (Kumar, 2009). Pernyataan ini didukung oleh Murphy & Davidshofer (2003) disarankan untuk menyusun aitem-aitem dalam tes secara sistematis, dengan menempatkan aitem-aitem-aitem-aitem berdasarkan tingkat kesukarannya, mulai dari aitem yang paling mudah hingga yang paling sulit. Sehingga pola penyusunan aitem-aitem dalam tes dimulai dari aitem dengan harga p yang paling tinggi hingga aitem dengan harga p yang paling rendah (Murphy & Davidshofer, 2003).

b. Analisis Indeks Kesukaran Aitem

(35)

Menurut Azwar (2005), tingkat kesukaran yang terbaik bergantung pada tujuan dari tes tersebut, untuk tes prestasi yang bertujuan untuk evaluasi formatif misalnya, tidak jarang diperlukan aitem-aitem yang mudah atau aitem-aitem dengan harga p tinggi, namun demikian untuk tes yang bertujuan untuk proses seleksi masuk, terlebih dalam tes masuk yang bertujuan untuk proses pendidikan, harus diusahakan tes yang memiliki harga p yang rendah atau aitem yang sulit, sehingga individu yang dinyatakan lulus selanjutnya adalah individu yang benar-benar menguasai serta mampu untuk mengikuti proses pendidikan selanjutnya (Suryabrata, 2005).

Tabel 1. Kategorisasi Batasan Nilai p

No P Kategori

1 P<0,3 Sulit

2 0.3<P<0,7 Sedang

3 P>0,7 Mudah

Umumnya pada penyusunan instrumen tes disarankan untuk menggunakan aitem dengan taraf kesukaran sedang (p= 0,50) tidak disarankan untuk menggunakan aitem yang memiliki taraf kesukaran ekstrim, baik yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah.

Aiken (2008) menambahkan bahwa nilai p juga dipengaruhi oleh jumlah pilihan jawaban.

(36)

5 Jawaban terbuka 0,50

Nilai p dipengaruhi oleh jumlah pilihan jawaban, Sehingga akan berbeda indeks kesukaran aitem yang memiliki dua pilihan jawaban dengan aitem yang memiliki tiga atau lebih pilihan jawaban, karena jika hanya ada dua pilihan jawaban berarti hanya terdapat dua kemungkinan apakah subjek menjawab benar atau salah, sehingga seharusnya indeks kesukaran aitem bernilai tinggi.

2. Indeks Daya Beda Aitem

a. Pengertian Indeks Daya Beda Aitem

Daya beda aitem merupakan kemampuan aitem dalam membedakan antara individu yang memiliki atribut psikologis yang diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut psikologis yang diukur sehingga dalam penelitian ini daya beda aitem pada IST subtes SE dapat diartikan sebagai kemampuan aitem dalam membedakan individu yang memiliki pengetahuan umum dengan individu yang tidak memiliki pengetahuan umum.

(37)

Daya beda aitem dilakukan untuk memenuhi tujuan pengukuran psikologis yaitu untuk mengukur perbedaan individu atau reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997).

Murphy dan Davidshofer (2003) mengatakan bahwa aitem yang baik seharusnya dapat membedakan kelompok individu yang mampu mengerjakan tes dengan individu yang tidak, atau dengan kata lain antara kelompok yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok yang memiliki kemampuan rendah. Indeks daya beda aitem disimbolkan dengan d.

d = - (7)

Keterangan: nit = Jumlah peserta dari kelompok tinggi yang menjawab aitem

dengan benar

Nt = Jumlah peserta dari kelompok tinggi

nir = Jumlah peserta dari kelompok rendah yang menjawab aitem dengan benar

Nr = Jumlah peserta dari kelompok rendah

Karena = p, maka d dapat juga diformulasikan dengan:

d = pt-pr (8)

(38)

Menurut Murphy dan Davidshofer (2003) ada tiga cara statsistik yang dapat digunakan untuk mengestimasi daya beda aitem, yaitu:

1. Metode Kelompok Ekstrim

Metode kelompok ekstrim dapat digunakan untuk mengukur daya beda aitem pada kelompok yang besar. Daya beda aitem dapat dihitung dengan cara membagi kelompok menjadi dua, kelompok tinggi yakni kelompok yang memiliki skor yang tinggi (25-35 % nilai tertinggi didalam kelompok) dan kelompok rendah yakni kelompok yang memiliki nilai yang rendah (25-35 % nilai terendah dalam kelompok). Aitem yang memiliki indeks daya beda aitem yang baik akan dijawab benar oleh kelompok tinggi dan dijawab salah oleh kelompok rendah.

2. Korelasi aitem-total

Korelasi aitem-total memberikan informasi tentang apakah aitem mengukur hal yang sama dengan tes, korelasi aitem-total dapat dihitung menggunakan korelasi point biserial. Korelasi point biserial digunakan jika variabel kontinu dihubungkan dengan variabel dikotomi yang sesungguhnya. Contoh variabel dikotomi sesungguhnya adalah benar-salah, psikotik-normal, buta warna-normal (Kumar, 2009).

(39)

menunjukkan bahwa aitem tidak mengukur hal yang sama dengan alat tes. Korelasi poin biserial diformulasikan sebagai berikut:

(9)

Keterangan: bis = Korelasi poin biserial

µ

+

=

Rata-rata skor kriteria bagi individu yang menjawab jawaban dengan benar

µ =

Rata-rata skor kriteria kelompok

Standar deviasi skor kriteria kelompok P = Indeks Kesulitan aitem

Q = 1-P

3. Korelasi inter-aitem

Korelasi inter-aitem digunakan untuk memahami pengukuran daya beda aitem. Korelasi inter-aitem tidak menjelaskan mengapa beberapa aitem menunjukkan nilai yang tinggi ataupun rendah karena sangat jelas bahwa aitem yang memiliki nilai korelasi aitem-total yang positif akan menunjukkan nilai yang positif juga pada kebanyakan aitemnya, namun korelasi aitem-total tidak dapat menjelaskan mengapa korelasi aitem total dapat bernilai negatif dan dalam hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan korelasi inter-aitem.

(40)

yang tidak memiliki kemampuan, dalam artian kelompok tinggi dapat menjawab dengan salah dan subjek dari kelompok rendah dapat menjawab dengan benar.

Korelasi inter-aitem yang bernilai rendah dapat memiliki dua arti, kemungkinan pertama adalah aitem tidak mengukur hal yang sama dengan tes, sehingga aitem harus dibuang atau dibuat ulang, kemungkinan kedua adalah aitem memang mengukur atribut yang berbeda dengan tes dikarenakan tes memang disusun untuk mengukur dua atribut yang berbeda.

Daya beda aitem dalam penelitian dapat diestimasi dengan korelasi aitem total dengan menggunakan korelasi point biserial.

b. Analisis Indeks Daya Beda Aitem

Indeks daya beda aitem secara matematis akan berkisar mulai dari -1 sampai dengan +1, namun demikian hanya harga d yang bernilai positif saja yang memiliki arti dalam analisis aitem.

Harga d yang berada disekitar 0 menunjukkan bahwa aitem yang bersangkutan mempunyai daya beda yang rendah sedangkan harga d yang negatif menunjukkan bahwa aitem yang bersangkutan tidak berguna sama sekali bahkan bisa menyesatkan.

(41)

subjek yang menguasai materi yang diujikan dan subjek yang tidak tahu apa-apa (Azwar, 2007).

Ebel (dalam dalam Azwar, 2007) terdapat suatu panduan dalam evaluasi indeks daya beda aitem, yaitu :

Tabel 3. Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem

Indeks

Daya Beda Evaluasi

0,4 atau lebih Bagus sekali

0,3 - 0,39 Lumayan bagus, tidak membutuhkan revisi 0,2 – 0,29 Belum memuaskan, perlu revisi

Kurang dari 0,20 Jelek dan harus dibuang

Thorndike (dalam Azwar, 2007) bahwa dalam proses seleksi aitem, aitem-aitem yang memiliki nilai daya beda aitem-aitem di atas 0,50 akan langsung dianggap baik sedangkan aitem-aitem dengan indeks daya beda di bawah 0,20 dapat langsung dibuang dan dianggap jelek.

3. Efektivitas Distraktor

a. Pengertian Efektivitas Distraktor

(42)

(Murphy & Davidshofer, 2003), jadi dapat disimpulkan karakteristik kedua adalah efektivitas distraktor.

Efektivitas distraktor diperiksa untuk melihat apakah semua distraktor atau semua pilihan jawaban yang bukan kunci jawaban telah berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu apakah distraktor-distraktor tersebut telah dipilih lebih banyak (atau semua) individu dari kelompok rendah sedangkan individu dari kelompok tinggi hanya sedikit (atau tidak ada) yang memilihnya. Pengaruh yang jelas ketika distraktor yang digunakan tidak popular adalah tingkat kesukaran aitem menjadi rendah. b. Analisis Efektivitas Distraktor

(43)

1. Distraktor dipilih oleh individu dari kelompok rendah

2. Pemilih distraktor yang tersebar relatif proporsional pada masing-masing distraktor yang ada.

Penelitian ini melihat efektivitas distraktor berdasarkan distraktor yang dipilih oleh individu dari kelompok rendah, dan distraktor yang menyebar secara proporsional pada masing-masing distraktor yang ada.

4. Reliabilitas Alat Ukur a. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability. Ada banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan reliabilitas, seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun pada intinya konsep reliabilitas memiliki makna sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2007), karena konsepsi mengenai reliabilitas berkaitan dengan indeks konsistensi antara dua perangkat skor tes, maka formula reliabilitas selalu dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Azwar, 2007).

(44)

Crocker dan Algina (2005) menjelaskan bahwa pada dasarnya reliabilitas menggambarkan indeks konsistensi, yaitu :

”a reliability term refers to the degree to which individuals deviation scores, or z-scores, remain relatively consistent over repeated administration of the same test or alternate test forms”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas menunjukkan pada indeks konsistensi penyimpangan skor individu.

Menurut Kumar (2009) ada dua pengertian reliabilitas yang hampir mirip yaitu: 1. Reliabilitas adalah proporsi varians skor murni dengan varians skor tampak 2. Reliabilitas adalah proporsi varians eror skor murni dengan varians eror skor

tampak.

b. Bentuk Estimasi Reliabilitas

Teori Tes Klasik mengasumsikan bahwa varians skor observasi kelompok orang sama dengan varians skor sesungguhnya ditambah dengan varians karena eror pengukuran sistematis, karena varians skor sesungguhnya tidak dapat langsung dihitung, reliabilitas di estimasi dengan menganalisa dampak variasi pada skor penyelenggara dan isi tes pada skor yang diobservasi. Beberapa metode untuk mengesitimasi reliabilitas:

1. Pendekatan tes ulang

(45)

Komputasi koefisien korelasi antara kedua distribusi skor kelompok tersebut akan menghasilkan koefisien reliabilitas.

Mengingat bahwa dalam prakteknya pendekatan ini mengandung kelemahan yaitu kondisi subjek pada tes kedua tidak lagi sama dengan kondisi subjek pada tes pertama baik dari proses belajar, perubahan motivasi, pengalaman, sehingga pendekatan ini lebih baik digunakan bila objek ukur berupa keterampilan, terutama keterampilan fisik.

2. Pendekatan tes paralel

Pendekatan reliabilitas bentuk paralel dilakukan dengan memberikan sekaligus dua bentuk tes yang paralel kepada sekelompok subjek, dalam pelaksanaannya kedua tes yang paralel tersebut dapat digabungkan sehingga seakan-akan merupseakan-akan satu bentuk tes, setelah dijawab subjek barulah aitem-aitem masing-masing tes semula dipisahkan, sehingga diperoleh dua distribusi skor. Keuntungan cara ini adalah subjek tidak merasa berat untuk menjawab pertanyaan dalam tes sehingga dapat mengurangi efek carry-over namun kelemahan pendekatan ini adalah sulitnya menyusun perangkat tes yang paralel.

3. Pendekatan konsistensi internal

(46)

mengusahakan agar antar belahan memiliki jumlah aitem sama banyak, taraf kesukaran seimbang, isi sebanding, dan memenuhi ciri-ciri paralel . Berikut beberapa pilihan cara untuk membelah tes menjadi lebih dari dua bagian.

1. Pembelahan cara random

Membelah tes menjadi dua bagian secara random dapat dilakukan dengan cara undian sederhana guna menentukan aitem-aitem nomor berapa sajakah yang dimasukkan menjadi belahan pertama dan yang mana menjadi belahan kedua. Pembelahan secara random hanya boleh dilakukan bila tes yang akan dibelah berisi aitem-aitem yang homogen baik dari segi konten maupun segi taraf kesukaran aitem, namun jika aitem tersebut heterogen dapat juga menggunakan cara pembelahan ini asalkan aitem tersebut jumlahnya sangat besar.

2. Pembelahan gasal-genap

Pembelahan gasal-genap dilakukan dengan cara mengelompokkan seluruh aitem yang bernomor urut gasal menjadi belahan pertama dan seluruh aitem yang bernomor urut genap dijadikan satu kelompok belahan kedua. Cara pembelahan ini selain mudah dilakukan juga dapat menghindari kemungkinan terjadinya pengelompokkan aitem-aitem tertentu ke dalam salah satu belahan saja.

3. Pembelahan matched-random Subtes

(47)

berdasarkan harga indeks kesukaran aitem dan korelasi antara aitem yang bersangkutan dengan skor tes.

Keuntungan menggunakan pendekatan konsistensi internal adalah, dapat menghindari masalah-masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan pendekatan tes paralel.

c. Formula Estimasi Reliabilitas Konsistensi Internal

Formula estimasi yang berbeda, walaupun dikenakan pada data yang sama, pada umumnya tidak akan menghasilkan koefisien yang serupa. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap hasil komputasi koefisien reliabilitas adalah:

1. Perbedaan konsep dan dasar pikiran yang melandasi ide dasar terbentuknya suatu formula.

2. Sifat distribusi skor kelompok subjek. 3. Homogenitas aitem-aitem dalam tes.

4. Homogenitas isi dan varians antar belahan tes.

5. Indikasi yang ditunjukkan oleh hasil teknik perhitungan tertentu.

Berikut beberapa formula estimasi yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas:

1. Spearman-Brown

(48)

S-B = rxx’=

(10)

Keterangan:

r

xx’ = Koefisien reliabilitas Spearman-Brown

r

12 = Koefisien korelasu antara dua belahan

Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, pembelahan tes dilakukan dengan cara gasal-genap dan matched-random subtes dan menghasilkan dua bagian yang paralel satu sama lain dan korelasi antara kedua belahan paralel tersebut cukup tinggi.

2. Rulon

Rulon (1939) mempersoalkan reliabilitas tes yang dibelah menjadi dua belahan, jika sekiranya belahan tersebut setara maka secara teori skor subjek pada perangkat belahan pertama dan skor perangkat belahan kedua akan sama. Jika skor-skor pada kedua perangkat itu tidak sama, maka itu terjadi karena kesalahan pengukuran. Berdasarkan atas pemikiran ini maka diusulkan rumus reliabilitas tes sebagai berikut (Suryabrata, 2005):

= Varians perbedaan skor kedua belahan

s

x2 = Varians skor tes

(49)

Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi τ-equivalent.

3. Koefisien alpha belah dua

Formula koefisien alpha untuk estimasi reliabilitas belah dua dirumuskan sebagai berikut:

r

xx’

= 2

(12)

Keterangan: = Varians pada belahan 1 = Varians pada belahan 2 = Varians total skor tes

Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi τ-equivalent, aitem-aitem

dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait.

4. Koefisien alpha belah lebih dari dua

(50)

Tes yang dibelah menjadi lebih dari dua belahan yang masing-masing berisi aitem yang berjumlah sama banyak kita dapat menggunakan formula alpha dengan rumus:

=

(13)

Keterangan : = banyaknya belahan tes = varians belahan j; j = 1, 2…k = varians skor tes

Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, setiap belahan memiliki aitem yang relatif setara, paralel setidaknya memenuhi asumsi τ

-equivalent, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait.

5. Kuder-Richardson 20 (KR-20)

KR 20 merupakan rata-rata estimasi reliabilitas dari semua cara belah-dua yang mungkin dilakukan. Koefisien ini juga mencerminkan sejauhmana kesetaraan isi aitem-aitem dalam tes. Rumusan formula KR-20 adalah:

(14)

(51)

p = Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu aitem, yaitu banyaknya subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab aitem tersebut.

Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi, jumlah aitem sedikit dan membelahan tes sebanyak jumlah aitem, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait, dan tingkat kesukaran aitem haruslah bervariasi.

6. Kuder-Richardson 21 (KR-21)

Perhitungan KR-21 menggunakan rata-rata harga p dari keseluruhan aitem. hal inilah yang membedakan antara KR-20 dengan KR-21. Rumusan formula KR-21 adalah:

(15)

Keterangan : = Banyaknya aitem dalam tes

= Rata-rata p yaitu,

= Varians skor tes

Untuk mempermudah komputasi, formula KR-21 dapat pula dinyatakan sebagai:

(52)

Keterangan : Mx = Harga rata-rata means skor tes

Formula ini dapat digunakan jika aitem dikotomi, jumlah aitem sedikit dan membelahan tes sebanyak jumlah aitem

Estimasi koefisien reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal dengan formula estimasi koefisien reliabilitas yang digunakan adalah KR-20.

d. Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi performa relatif subjek pada tes-tes yang diadminstrasikan ulang atau paralel, namun ketidakkonsistenan skor dapat terjadi terutama disebabkan oleh eror yang mempengaruhi performa subjek yang mengikuti tes.Terdapat dua jenis eror yang mempengaruhi performa subjek, yaitu:

1. Eror yang sistematik yaitu kecendrungan subjek untuk memperoleh skor yang semuanya tinggi atau sebaliknya semuanya rendah. Eror ini akan secara konsisten mempengaruhi performa individu dalam mengerjakan tes. Sumber eror ini biasanya berkaitan dengan karakteristik subjek atau alat tes.

2. Eror tidak sistematik yaitu kecendrungan subjek memperoleh skor yang tidak tetap. Eror ini secara tidak sengaja muncul dan mempengaruhi skor individu. Eror ini bersifat acak. Sumber eror ini seperti kelelahan memori, situasi tes (misalnya suhu ruangan yang terlalu dingin atau terlalu panas), dan suasana hati subjek.

(53)

dari performansi subjek terhadap kriteria tertentu, oleh karena skor murni tidak dapat diperoleh secara langsung, koefisien reliabilitas merupakan salah satu bentuk pendekatan yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai ini, melalui koefisien ini dapat diestimasi letak skor murni tersebut dalam suatu wilayah interval tertentu.

Penafsiran terhadap koefisien reliabilitas harus dilakukan melalui penafsiran standard eror pengukuran, dengan rumusan sebagai berikut:

SEm = Sx (17)

Keterangan: SEm = Standar eror pengukuran Sx = Standar deviasi skor

Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi akan semakin kecil, jadi tidak ada harga mati dalam koefisien reliabilitas. Tingi rendahnya koefisien reliabilitas sangat bergantung kepada tujuan penerapan tes (Suryabrata, 2005).

Murphy dan Davidshofer (2003) menyatakan bahwa reliabilitas yang rendah dapat diterima jika tes digunakan untuk membuat keputusan awal, tidak untuk keputasan akhir dan tes yang digunakan untuk mengelompokkan individu kedalam krlompok yang kecil berdasarkan perbedaan yang mencolok.

Reliabilitas yang tinggi diperlukan untuk tes yang digunakan untuk membuat keputusan akhir dan tes yang digunakan untuk mengelompokkan individu kedalam kategori yang beragam yang berdasarkan perbedaan yang kecil antara individu.

(54)

Estimasi Reliabilitas

Bentuk Tes

Interpretasi

0.95 Pengukuran eror sebenarnya memiliki efek yang rendah

0.90 Tes Intelegensi Reliabilitas tinggi-sedang 0.85

Skor murni dan eror memiliki efek yang sama dalam pengukuran

Berdasarkan tabel diatas maka IST harus memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.9.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Reliabilitas

Crocker & Algina (2005) menjelaskan bahwa ada 3 hal utama yang secara tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya koefisien reliabilitas suatu instrumen, yaitu:

1. Homogenitas Kelompok

Homogenitas kelompok harus diperhatikan ketika menyusun alat tes karena dalam suatu kondisi tes, semakin besar homogenitas kelompok berkaitan dengan trait-trait tertentu yang diukur maka indeks reliabilitas akan semakin rendah bila dibandingkan dengan kondisi ketika kelompok sampel lebih heterogen.

(55)

Tes yang memiliki waktu yang lebih panjang cenderung akan memiliki indeks reliabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tes yang memiliki waktu yang lebih pendek.

3. Panjang Tes

Panjang dari suatu tes sangat bergantung dengan seberapa banyaknya aitem-aitem yang menyusun tes tersebut. Semakin banyak aitem-aitem yang memiliki kualitas baik dalam suatu tes, maka semakin tinggi pula indeks reliabilitas instrumen tersebut.

5. Validitas

a. Pengertian Validitas

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannnya pengukuran tersebut, sehingga disini tampak bahwa bahwa pengertian validitas juga sangat erat kaitannya dengan tujuan pengukuran, oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik, dengan demikian, pernyataan valid terhadap suatu pengukuran harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan awal pengukuran serta kelompok subjek yang mana (Azwar, 2007).

(56)

menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain.

b. Jenis-Jenis Validitas 1. Content related validation

Validitas isi menunjukkan sejauhmana tes yang merupakan seperangkat aitem-aitem dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (sesuai dengan kawasan ukur). Ukuran sejauhmana ini ditentukan berdasar indeks representatifnya isi tes tersebut bagi isi hal yang akan diukur. Validitas berdasarkan estimasi isi merupakan bentuk validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professionaljudgement.

2. Criterion related validation

Validitas berdasar kriteria merupakan validitas yang diperlihatkan oleh adanya hubungan skor pada tes yang bersangkutan dengan skor suatu criteria, dalam validasi tes berdasar kriteria, umumnya tes yang akkan diuji validitasnya disebut sebagai prediktor. Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu :

a). Validitas prediktif

(57)

b). Validitas konkuren

Estimasi validitas konkuren dilakukan apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama. Azwar (2007) mengatakan bahwa sebagian besar faktor kriteria dalam estimasi validitas konkuren ialah skor tes lain yang biasanya sudah teruji dan terstandar dengan baku.

3. Construct related validation

Ada baiknya diketahui pengertian konstrak terlebih dahulu, Sebelum membahas tentang validitas konstrak, konstrak psikologis adalah suatu konsep yang dengan kesadaran penuh sengaja diciptakan bagi tujuan ilmiah khusus, dan konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk melalui generalisasi dari hal-hal khusus (Kerlinger, 1973). Konstrak terdiri dari dua proposisi, yaitu:

1. Definisi dan spesifikasi mengenai suatu konsep secara sistematis dan terencana sehingga memungkinkan dilakukannya observasi an pengukuran terhadapnya. Dalam hal ini konstrak dapat berupa petunjuk kegiatan-kegiatan atau tindakan yang diperlukan dalam pengukuran suatu konstrak.

2. Konstrak tersebut dimasukkan kedalam bagan teori yang dengan berbagai cara akan dikaitkan dengan konstrak-konstrak lain. Dengan kata lain merumuskan hipotesis yang mengaitkan konstrak baru tersebut dengan konstrak-konstrak lain kedalam jalinan teoritis yang kompak.

(58)

suatu tes mengukur trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya (Azwar, 2007). Fokus pengujian validitas konstrak tersebut adalah:

1. Apakah data yang dikumpulkan dari alat ukur yang disusun telah mendukung konstruksi teorinya.

2. Apakah bukti-bukti empiris yang dikumpulkan dari berbagai pengujian relasi telah mendukung hipotesis dalam bagan teorinya.

Berdasarkan kedua fokus pengujian validitas konstrak tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pengujian pertama adalah analisis faktor dan fokus pengujian yang kedua adalah analisis multitrait multimethode.

1. Analisis faktor

Analisis faktor merupakan kumpulan prosedur matematik yang kompleks guna menganalisis hubungan diantara variable-variabel dan menjelaskan hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variable yang terbatas yang disebut faktor.

2. Analisis multitrait multimethode

Campbell dan Fiske (dalam Murphy & Davidshofer, 2003) menguraikan tentang cara mengukur validitas konstrak dan menjelaskan bahwa jika ingin mengukur dua konstrak atau lebih menggunakan dua macam metode atau lebih dapat menggunakan pendekatan multitrait multimethode.

(59)

harus berkorelasi tinggi dengan variabel-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi inilah yang disebut validitas konvergen dan tidak berkorelasi dengan variable-variabel yang secara teori tidak berkorelasi (validitas diskriminan).

Teknis penerapan pendekatan multitrait multimethode adalah sebagai berikut. Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu konstrak dengan menggunakan lebih dari satu metode, kemudian diari interkorelasi antara hasil pengukuran itu. Interkorelasi itu adalah antara hal-hal berikut:

1. Konstrak yang sama diukur dengan alat yang sama (monotrait-monomethode). 2. Konstrak yang sama diukur dengan alat yang berbeda (

monotrait-heteromethode).

3. Konstrak yang berbeda diukur dengan alat yang sama ( heterotrait-monomethode).

4. Konstrak yang berbeda diukur dengan alat yang berbeda ( heterotrait-heteromethode).

Teori koefisien korelasi untuk keempat hal yang telah dijelaskan adalah: 1. Konstrak yang sama diukur dengan alat yang sama (monotrait-monomethode)

koefisien korelasinya akan tinggi karena menjelaskan tentang unsur konvergen

(60)

Penelitian ini akan menggunakan validitas konstruk tes dengan metode multitrait-multimethode meliputi validitas diskriminan dan validitas konvergen. c. Interpretasi Koefisien Validitas

Interpretasi koefisien validitas bersifat relatif, tidak ada batasan pasti mengenai koefisien terendah yang harus dipenuhi agar validitas dinyatakan memuaskan. Estimasi validitas pada umumnya tidak dapat dituntut koefisien yang tinggi sekali.

Koefisien validitas yang dianggap memuaskan akan dikembalikan kepada para penguji validitas dan pemakai tes itu sendiri, terutama pemakai alat tes yang akan memanfaatkan keputusan yang didasari hasil pengukuran yang bersangkutan (Azwar, 2005). Koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi 0,30. Angka ini ditetapkan sebagai konvensi yang didasarkan pada asumsi distribusi skor dari kelompok subjek yang berjumlah besar.

6. Analisis Karakteristik Psikometri

(61)

dan informasi tentang daya beda aitem. Tiga informasi ini berbeda namun saling terkait satu dan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam keterkaitan antara distraktor dengan kesukaran aitem, kesukaran aitem dengan diskriminasi dan distraktor dengan diskriminasi.

Tingkat kesukaran aitem sangat dipengaruhi oleh tingkat keterpercayaan distraktor, jika semua distraktor tidak masuk akal maka subjek akan dengan mudah untuk memilih jawaban yang benar tanpa harus memiliki pengetahuan tentang hal yang ditanyakan, tentu hal ini mempengaruhi tingkat kesukaran aitem, sehingga tingkat kesukaran aitem menjadi rendah.

Tingkat kesukaran aitem secara langsung mempengaruhi diskriminasi aitem. Aitem yang sangat susah (p = 0) dan aitem yang sangat mudah (p = 1) tidak dapat membedakan antara subjek yang memiliki pengetahuan dan subjek yang tidak memiliki pengetahuan sehingga indeks daya beda bernilai rendah.

Aitem yang memiliki distraktor yang buruk tentu memiliki indeks daya beda aitem yang buruk juga, karena sebagaimana yang telah dijelaskan tadi, distraktor yang buruk akan membuat subjek dengan mudah menjawab pertanyaan atau sebaliknya membuat subjek susah untuk menjawab pertanyaan sehingga juga berpengaruh terhadap diskriminasi aitem karena tidak dapat membedakan subjek yang memiliki pengetahuan dengan subjek yang tidak memiliki pengetahun.

(62)

yang berkualitaslah yang dapat meningkatkan reliabilitas. Tes yang meningkat reliabilitasnya akan meningkat pula validitasnya, karena semakin tinggi proporsi varians skor tampak yang merupakan varians skor murni maka semakin tinggi reliabilitasnya maka semakin besar pula varians yang sama-sama dimiliki oleh tes dan kriterinya sehingga validitasnya akan semakin tinggi juga. Alat tes yang baik haruslah reliabel dan valid.

C.Intelligenz Strukture Test

1. Sejarah dan Perkembangan

Amthauer mendefinisikan intelegensi sebagai sebuah bagian khusus dalam keseluruhan struktur kepribadian manusia. Intelegensi tidak hanya identik dengan proses intelektual, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan dorongan, kemampuan, dan perasaan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, intelegensi merupakan keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes. Dari pemikirannya tersebut, Amthauer berasumsi bahwa hasil tes dan kemampuan yang disimpulkan dari hasil tes memiliki kaitan satu sama lain dan membentuk suatu struktur tidak hanya hasil tes nya, begitu pula dengan pemeriksaannya. Dari asumsi inilah, Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut :

(63)

Pandangan Amthauer pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori dua faktor, teori bifaktor, teori multifaktor, model struktur intelek Guilford dan teori hierarki faktor. Berdasarkan teori faktor yang menyatakan bahwa untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari sembilan subtes.

Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r = 0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang rendah pula ( r = 0.60). Rendahnya interkorelasi antara subtes menunjukkan bahwa alat ukur tersebut lebih cenderung mengukur kemampuan-kemampuan spesifik inteligensi individu.

Tes IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an:

a. IST 1953

Gambar

Tabel 1. Kategorisasi Batasan Nilai p No P  Kategori
Tabel 3. Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem           Indeks
Tabel 5. Perbandingan Nilai Festingung & Flexibilitat
Tabel 6. Presentase Jenis Kelamin Responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas

Metode kedua yang digunakan untuk melihat daya diskriminasi aitem adalah dengan metode korelasi aitem-total dengan menggunakan bantuan program Iteman Version 3,00 MicroCAT

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri subtes Wortauswahl (WA) pada Intelegenz Struktur Test (IST) yang digunakan di P3M

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti memilih untuk mengevaluasi karakteristik psikometri subtes ZR pada IST dengan cara mengestimasi indeks

Kurva Fungsi Informasi Aitem Subtes RA Versi Revisi5. Kurva Fungsi Informasi Tes Subtes RA

Reliabilitas subtes ZR juga memiliki nilai yang tidak.. memuaskan, yaitu hanya sebesar 0.882 (Princen &amp;

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri subtes Wortauswahl (WA) pada Intelegenz Struktur Test (IST) yang digunakan di P3M

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes SE yang dilihat dari proses analisis