• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Psikometri Subtes Rechenaufgaben (RA) Versi Revisi pada Intelligenz Struktur Test (IST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Psikometri Subtes Rechenaufgaben (RA) Versi Revisi pada Intelligenz Struktur Test (IST"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Sarjana Psikologi

Oleh

WINDA LYDIA SARI

111301067

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2014 / 2015

(2)

ii

Dipersiapkan dan disusun oleh:

WINDA LYDIA SARI

111301067

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 23 April 2015

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog NIP. 19530131980032001

Tim Penguji

1. Etti Rahmawati, M.Si. Penguji I/Pembimbing NIP. 198107252008012013

2. Lili Garliah, M. Si. Penguji II

NIP. 196006041986032002

(3)

iii sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Karakteristik Psikometri Subtes Rechenaufgaben (RA)

Versi Revisi pada Intelligenz Struktur Test (IST)

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapaun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015

(4)

iv

ABSTRAK

Sebuah tes psikologi diharapkan memiliki karakteristik psikometri yang baik agar mampu mengungkap aspek psikologis dengan tepat. Subtes RA pada alat ukur IST telah dievaluasi secara psikometri mengenai indeks kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan Differential Item Functioning yang dimiliki keduapuluh aitemnya. Evaluasi tersebut menunjukkan bahwa subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik dan perlu direvisi. Penelitian ini bertujuan untuk merevisi subtes RA dan menguji karakteristik psikometri subtes RA versi revisi tersebut menggunakan model Rasch yang mencakup analisis indeks kesukaran aitem, fungsi informasi aitem, dan fungsi informasi tes. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 396 orang berusia 13 sampai 23 tahun. Hasil analisis mengidentifikasi 45% aitem subtes RA versi revisi memiliki indeks kesukaran yang dianggap baik, 55% aitem masih memerlukan peninjauan ulang, serta mampu memberikan total informasi sebesar 76.46% mengenai kemampuan berpikir praktis tentang bilangan individu berusia 13 sampai 23 tahun.

Kata kunci : revisi aitem, karakteristik psikometri, model Rasch, IST, subtes RA

1

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2

(5)

v

ABSTRACT

A psychology test that psychometrically good is one of necessary condition that must be met for revealing psychological aspects accurately. Subtest RA of IST has been psychometrically evaluated on the item difficulty, the item dicrimination, and the Differential Item Functioning. The evaluations showed that subtest RA had to be revised as having poor psychometric properties. The aim of this study was to revise subtest RA and evaluate psychometrically the revised test using Rasch model analizing the item difficulty, the item information curve, and the test information function. There were 396 samples aged 13 to 23. This study showed that 45% subtest RA revised version’s items having good item difficulty, 55% of the items still have to be reconsidered, and giving 76.46% information about number’s practical thinking ability for someone aged 13 to 23.

Keyword : item revision, psychometric properties, Rasch model, IST, subtest RA

1

Student of Psychology Faculty, Sumatera Utara University 2

(6)

vi

Nya saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian saya yang berjudul “Karakteristik Psikometris Subtes Rechenaufgaben (RA) Versi Revisi Pada

Intelligenz Struktur Test (IST)”. Skripsi ini saya ajukan untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Psikologi.

Saya sebagai peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah, ibu, abang, dan adik saya yang selalu memberikan dukungan secara

psikologis maupun materi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Etti Rahmawati, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian saya di Departemen Psikologi Umum dan Eksperimen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang terus mendukung saya dengan sabar, selalu memberikan bantuan informasi, dan memberi saran dan kritik selama proses penyusunan skripsi ini. Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

3. Dosen-dosen yang ada di Departemen Psikologi Umum dan Eksperimen yaitu Ibu Lil Garliah, M.Si, Kak Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi, psikolog, Kak Dina Nazriani, M.Si, dan Bu Ika Sari Dewi, S.Psi, psikolog yang turut mendukung penyelesaian skripsi ini.

(7)

vii

6. Teman-teman Fakultas Teknik Sipil USU angkatan 2011, Zulfa, Haifa, Bang

Yustian, dan Kak Sasa yang telah membantu proses pengumpulan data. Saya menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pihak yang berkaitan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap semoga penelitian ini kelak dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2015

(8)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Rumusan Masalah ... 8

3. Tujuan Penelitian ... 8

4. Manfaat Penelitian ... 8

5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

1. Revisi Tes ... 10

a. Definisi Revisi Tes ... 10

b. Prosedur Revisi Tes ... 11

2. Evaluasi Karakteristik Psikometris ... 15

a. Teori Respon Butir ... 15

(9)

ix

3. Subtes Rechenaufaben (RA) ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 31

1. Jenis Penelitian ... 31

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi dan Sampel ... 31

b. Teknik Pengambilan Sampel... 32

3. Proses Revisi ... 33

4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 36

5. Metode Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

1. Gambaran Sampel Penelitian ... 39

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

a. Hasil Uji Asumsi ... 40

1) Unidimensionalitas Data ... 40

2) Independensi Lokal ... 40

b. Hasil Uji Karakteristik Psikometri ... 41

1) Analisis Kecocokan Model dengan Data ... 41

2) Estimasi Parameter ... 41

3) Kurva Karakteristik Aitem ... 42

(10)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 50

a. Saran Praktis ... 50

b. Saran Metodologis ... 51

(11)

xi

Tabel 2. Dasar Penetapan Aitem yang Direvisi ... 34

Tabel 3. Hal yang Direvisi dari Setiap Aitem ... 35

Tabel 4. Proporsi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia ... 39

Tabel 5. Indeks Kesukaran Aitem Subtes RA Versi Revisi ... 41

Tabel 6. Fungsi Informasi Aitem Subtes RA Versi Revisi ... 44

(12)

xii

(13)

xiii

1. Data Subjek ... 55

2. Tabulasi Respon Subjek terhadap Subtes RA Versi Revisi ... 56

LAMPIRAN II Analisa Faktor dengan Program SPSS Versi 17 1. Hasil Analisa Faktor Subtes RA Versi Revisi... 65

LAMPIRAN III Analisa Karakteristik Psikometri dengan Program R 1. Hasil Analisa Kecocokan Model dengan Data... 66

2. Hasil Analisa Indeks Kesukaran Aitem Subtes RA Versi Revisi ... 67

3. Kurva Karakteristik Aitem Subtes RA Versi Revisi ... 68

4. Kurva Fungsi Informasi Aitem Subtes RA Versi Revisi ... 73

5. Kurva Fungsi Informasi Tes Subtes RA Versi Revisi ... 73

(14)

iv

ABSTRAK

Sebuah tes psikologi diharapkan memiliki karakteristik psikometri yang baik agar mampu mengungkap aspek psikologis dengan tepat. Subtes RA pada alat ukur IST telah dievaluasi secara psikometri mengenai indeks kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan Differential Item Functioning yang dimiliki keduapuluh aitemnya. Evaluasi tersebut menunjukkan bahwa subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik dan perlu direvisi. Penelitian ini bertujuan untuk merevisi subtes RA dan menguji karakteristik psikometri subtes RA versi revisi tersebut menggunakan model Rasch yang mencakup analisis indeks kesukaran aitem, fungsi informasi aitem, dan fungsi informasi tes. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 396 orang berusia 13 sampai 23 tahun. Hasil analisis mengidentifikasi 45% aitem subtes RA versi revisi memiliki indeks kesukaran yang dianggap baik, 55% aitem masih memerlukan peninjauan ulang, serta mampu memberikan total informasi sebesar 76.46% mengenai kemampuan berpikir praktis tentang bilangan individu berusia 13 sampai 23 tahun.

Kata kunci : revisi aitem, karakteristik psikometri, model Rasch, IST, subtes RA

1

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2

(15)

v

ABSTRACT

A psychology test that psychometrically good is one of necessary condition that must be met for revealing psychological aspects accurately. Subtest RA of IST has been psychometrically evaluated on the item difficulty, the item dicrimination, and the Differential Item Functioning. The evaluations showed that subtest RA had to be revised as having poor psychometric properties. The aim of this study was to revise subtest RA and evaluate psychometrically the revised test using Rasch model analizing the item difficulty, the item information curve, and the test information function. There were 396 samples aged 13 to 23. This study showed that 45% subtest RA revised version’s items having good item difficulty, 55% of the items still have to be reconsidered, and giving 76.46% information about number’s practical thinking ability for someone aged 13 to 23.

Keyword : item revision, psychometric properties, Rasch model, IST, subtest RA

1

Student of Psychology Faculty, Sumatera Utara University 2

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes psikologi memberikan sumbangsih yang efektif dalam berbagai bidang kehidupan. Perkembangan tes psikologi juga didorong oleh kebutuhan-kebutuhan yang hadir di dalam masyarakat. Maka, sebuah tes psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan tepat. Anastasi & Urbina (2007) mendefisinikan tes psikologi sebagai pengukuran yang objektif dan terstandarisasi mengenai sampel perilaku.

Tes psikologi memiliki dua jenis yaitu tes kemampuan dan tes kepribadian (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Tes kemampuan adalah tes yang mengukur keahlian individu dalam hal kecepatan dan ketepatan. Tes jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu tes prestasi, tes bakat, dan tes inteligensi. Sedangkan, tes kepribadian adalah tes yang mengukur trait ataupun temperamen individu. Tes kepribadian dibagi menjadi dua jenis yaitu tes objektif dan tes proyektif.

(17)

Praktiknya, proses seleksi tersebut menggunakan kedua jenis tes psikologi. Namun, ditemukan bahwa banyak institusi yang mengutamakan salah satu jenis tes psikologi sebagai seleksi awal proses seleksi, yaitu tes inteligensi. Tes inteligensi adalah tes yang pertama kali diberikan dalam proses seleksi karyawan, sehingga menjadi seleksi awal bagi para calon karyawan (komunikasi personal dengan psikolog Biro P3M Fakultas Psikologi USU, Rika, 20 Mei 2014, pukul 11.00 WIB di ruang P3M).

Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan kognisi individu yang terlihat dari perilaku-perilaku yang ditunjukkan (Anastasi & Urbina, 2007). Tes inteligensi juga dapat memprediksi performa karyawan di masa depan dan menemukan bakat-bakat yang dimiliki karyawan (Gardner dkk, 1996).

Beberapa contoh tes inteligensi yang digunakan untuk penseleksian yaitu Advance Progressive Matrices, TIU-5, Tintum, Culture Fair Intelligence Test, dan Intelligenz Struktur Test (IST). Namun, umumnya lebih banyak perusahaan yang menggunakan tes inteligensi IST karena lebih mudah dan praktis (komunikasi personal dengan psikolog Biro Humanika Medan, Rola, 19 Juni 2014, pukul 13.00 WIB di Fakultas Psikologi USU). Walaupun beberapa tes inteligensi lain juga digunakan, namun yang paling sering digunakan adalah IST (komunikasi personal dengan staff Biro P3M Fakultas Psikologi USU, Adlin, 14 Mei 2014, pukul 10.00 WIB di ruang P3M).

(18)

merupakan keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa dan rohani yang akan tampak jelas dalam hasil tes (Polhaupessy, 2009). Hingga kini IST banyak digunakan di Indonesia, khususnya dalam melakukan seleksi karyawan. IST yang digunakan di Indonesia merupakan IST-70 hasil adaptasi oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung tahun 1973.

Tetapi, IST ini memiliki karakteristik psikometris yang kurang baik. Elvira & Rahmawati (2011) melakukan pengujian psikometris pada subtes SE dan menemukan bahwa subtes ini memiliki reliabilitas hanya sebesar 0.73. Padahal, seharusnya sebuah hasil tes inteligensi yang digunakan untuk penseleksian haruslah memiliki nilai reliabilitas ≥ 0.90 (Murphy & Davidshofer, 2003).

Sirait & Garliah (2011) juga menemukan bahwa selain memiliki reliabilitas sebesar 0.65, subtes WA juga sudah tidak valid dalam mengukur konstrak yang seharusnya karena memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya. Padahal, kesembilan subtes IST sebenarnya mengukur kemampuan inteligensi yang berbeda sehingga seharusnya memiliki interkorelasi antarsubtes yang rendah pula, yaitu di bawah 0.25.

(19)

Berdasarkan evaluasi konten, peneliti melihat bahwa terdapat aitem yang masih menggunakan hitungan dengan nominal rupiah yang tidak lagi digunakan ataupun ditemukan di masyarakat Indonesia. Sehingga, aitem-aitem tertentu tidak lagi sesuai dengan perkembangan yang terjadi di masa sekarang. Namun, berdasarkan pengamatan peneliti, IST yang digunakan di P3M belum pernah direvisi. Padahal, suatu alat tes akan mampu menjalankan fungsi ukurnya apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang cermat dan akurat (Azwar, 2010).

Kualitas alat ukur yang baik sangat diperlukan dalam penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan validitas dan reliabilitas yang dimiliki oleh hasil dari sebuah alat ukur. Validitas menyangkut apa dan seberapa baik tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Anastasi & Urbina, 2007). Jika hasil tes tidak valid, maka akan memberikan informasi yang salah. Hal ini tentunya akan merugikan para pengguna khususnya perusahaan karena karyawan yang terseleksi bukanlah orang yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Selain validitas, sebuah tes juga harus reliabel.

(20)

Subtes RA telah memiliki data-data analisis psikometris yang cukup lengkap. Sari dan Rahmawati (2011) menemukan bahwa subtes ini memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya, berkisar dari 0.417 sampai 0.999. Hal ini menunjukkan bahwa subtes RA tidak lagi berfungsi sebagaimana tes ini disusun oleh Amthauer pada tahun 1953.Reliabilitas subtes RA juga tidak mencapai nilai 0.90 seperti yang seharusnya karena hanya sebesar 0.851.

Analisis indeks kesukaran aitem memperlihatkan bahwa terdapat 15 aitem memiliki nilai p mendekati 0 maupun 1. Padahal, Murphy & Davidshofer (2003) mengungkapkan bahwa nilai p yang baik berada pada rentang 0.30 < p < 0.70. Analisis indeks daya beda aitem menunjukkan terdapat 4 aitem yang memiliki d < 0.40, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96. Hal ini mencerminkan bahwa aitem tersebut kurang mampu membedakan kemampuan berpikir praktis mengenai perhitungan, berpikir matematis, logis-induktif, penalaran, serta daya pengambilan keputusan individu.

Rahmawati (2014) menganalisa DIF subtes ini dan menemukan terdapat 4 aitem menguntungkan kelompok perempuan yaitu aitem nomor 81, 82, 85, dan 88 dan 4 aitem menguntungkan kelompok laki-laki yaitu aitem nomor 78, 80, 87, dan 96. Adanya DIF pada 8 aitem dalam subtes RA mencerminkan bahwa tes tidak dapat menunjukkan perbedaan kemampuan antarindividu yang sesungguhnya. Sebaliknya, tes justru menunjukkan perbedaan kemampuan antarkelompok perempuan dan laki-laki.

(21)

kategori kurang baik yaitu aitem nomor 84, 85, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, dan 95 serta terdapat 5 aitem memiliki indeks kesukaran aitem yang kurang baik yaitu aitem nomor 77, 93, 94, 95, dan 96.

Walaupun secara teoritik subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik, namun sampai saat ini tidak ada keluhan dari perusahaan-perusahaan mengenai karyawan yang berhasil lolos. Hal ini mungkin dikarenakan adanya beberapa tes lain yang juga dijadikan bahan pertimbangan (komunikasi personal dengan psikolog Biro P3M Fakultas Psikologi USU, Ginting, 29 April 2015, pukul 13.00 WIB di Fakultas Psikologi USU). Akan tetapi, hal ini tidak menutup kepentingan bahwa subtes RA perlu direvisi agar kelak tidak menimbulkan kerugian bagi para pengguna IST.

Beberapa subtes lain juga telah dievaluasi karakteristik psikometrinya, yaitu subtes SE, WA, AN, dan ZR dan menunjukkan bahwa subtes-subtes tersebut juga perlu direvisi. Namun, subtes RA memiliki data evaluasi karakteristik psikometri yang lebih lengkap dibandingkan keempat subtes lainnya meliputi indeks kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan deteksi DIF berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti subtes RA dengan melakukan perevisian pada subtesnya dan menganalisa karakteristik psikometri subtes RA versi revisi tersebut.

(22)

berpikir matematis, logis-induktif, penalaran, serta daya pengambilan keputusan (Polhaupessy, 2009).

Reich dkk (dalam Gardner, 1996) mengungkapkan bahwa kemampuan individu dalam mengambil keputusan dan berpikir secara logis merupakan kemampuan-kemampuan yang sering dituntut dalam sebuah pekerjaan. Sehingga, penseleksian karyawan berdasarkan hal tersebut adalah hal yang kerap dilakukan (Gardner, 1996). Nyimas (2007) juga mengungkapkan bahwa kemampuan berhitung merupakan kemampuan yang penting dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia, termasuk pula dalam hal pekerjaan. Hal-hal ini menunjukkan bahwa subtes RA merupakan subtes yang penting dalam proses penseleksian karyawan dalam sebuah organisasi sehingga alangkah baiknya jika memiliki kualitas yang baik pula.

(23)

2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu: apakah aitem-aitem subtes RA versi revisi pada IST memiliki karakteristik psikometri yang baik?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas subtes RA pada IST sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur daya pikir praktis bilangan yang dimiliki individu dengan lebih cermat dan akurat.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan maanfaat teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk revisi subtes RA selanjutnya berdasarkan hasil uji karakteristik psikometri subtes RA versi revisi.

2. Manfaat Praktis

(24)

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan

Bab ini menggambarkan tentang subtes RA pada IST yang memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik sehingga memerlukan revisi, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan tujuan serta manfaat yang diharapkan dari penelitian.

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi teori revisi tes yang digunakan sebagai landasan dalam merevisi aitem subtes RA, teori respon butir yang digunakan dalam analisa karakteristik psikometri subtes RA versi revisi, serta teori mengenai subtes RA dalam IST.

c. Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, karakteristik populasi, dan teknik pengambilan sampel. Selain itu juga berisi mengenai proses revisi aitem-aitem subtes RA.

d. Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi deksripsi data sampel, hasil uji asumsi, hasil uji karakteristik psikometri, serta pembahasan indeks kesukaran aitem subtes RA versi revisi.

e. Bab V Kesimpulan dan Saran

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Revisi Tes

a. Definisi Revisi Tes

Revisi sebuah tes dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Butcher (2000) mengungkapkan bahwa merubah isi tes seperti, perubahan tampilan

booklet, perubahan manual tes, menghapus aitem yang kurang baik, menambah aitem, mengganti aitem, ataupun mengembangkan norma baru dianggap sebagai perevisian sebuah tes. Beberapa tipe tes psikologi berkemungkinan berisi aitem yang ketinggalan zaman ataupun membutuhkan revisi yang lebih sering dibandingkan tes yang lain. Contohnya seperti tes inteligensi, tes prestasi, ataupun tes minat yang aitem-aitemnya berpatokan pada informasi yang berkembang di masa itu sehingga tentunya lebih sering membutuhkan revisi dibandingkan tes kepribadian yang kontennya lebih konstan sepanjang waktu (Butcher, 2000).

(26)

Kedua, popularitas tes. Tes yang populer cenderung menjadi subjek penelitian yang akhirnya memberikan informasi-informasi bermakna mengenai sebuah tes. Informasi tersebut dapat berupa evaluasi karakteristik psikometris, makna skor tes, ataupun generalisasi tes. Berdasarkan data-data yang diperoleh, penelitian-penelitian tersebut sering menyarankan untuk melakukan modifikasi konten, perubahan prosedur administrasi, ataupun perubahan skoring tes (Murphy, 2003).

b. ProsedurRevisi Tes

(27)

Gambar 1. Alur Kerja Penyusunan Skala Psikologi

Proses penyusunan skala psikologi diawali dengan memilih suatu definisi dan mengenai teori yang mendasari konstrak psikologis atribut yang hendak diukur, atau disebut juga dengan identifikasi tujuan ukur. Setelah teridentifikasi, perlu dilakukan pembatasan domain ukur berdasarkan konstrak yang bersangkutan dengan menguraikan komponen atau dimensi yang ada dalam atribut tersebut. Lalu, komponen atau dimensi tersebut dioperasionalisasikan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku.

Tahap dalam Proses Revisi

Identifikasi Tujuan Ukur

Menetapkan Konstrak Psikologis

Pemilihan Format Stimulus Operasionalisasi Aspek

Indikator Perilaku

Penskalaan

Penulisan Aitem

Review Aitem

Uji Coba

Validasi

Kompilasi II Format Final Analisis Aitem

Kompilasi I

(28)

Proses dilanjutkan dengan menentukan format stimulus yang akan digunakan dengan mempertimbangkan kelebihan teoritis dan manfaat praktis format yang hendak dipilih. Apabila indikator perilaku telah dirumuskan dengan benar lalu disajikan dalam bentuk blue-print. Dalam penelitian, keempat tahap tersebut tidak lagi dilakukan karena menggunakan aspek-aspek yang telah ada sebelumnya.

Proses perevisian alat tes dalam penelitian ini dimulai dari tahap kelima, yaitu penulisan aitem. Peneliti menulis aitem-aitem yang perlu diubah ataupun diganti. Setiap aitem yang telah ditulis perlu diperiksa ulang oleh penulis aitem apakah aitem tersebut telah sesuai dengan indikator yang hendak diungkap dan sesuai pedoman penulisan aitem. Setelah seluruh aitem ditulis, aitem akan di-review oleh beberapa orang yang kompeten mengenai konstruksi skala dan masalah atribut yang diukur. Aitem-aitem yang tidak sesuai perlu diperbaiki atau ditulis ulang sehingga aitem-aitem yang diloloskan ke tahap uji coba hanyalah aitem-aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik.

(29)

Selanjutnya, akan dilakukan analisis aitem yang merupakan pengujian parameter-parameter aitem apakah sudah memenuhi persyaratan psikometris untuk dimasukkan ke dalam skala. Hasil analisis aitem ini akan dijadikan dasar dalam menseleksi aitem-aitem. Aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan psikometris akan disingkirkan atau diperbaiki terlebih dahulu.

Pengujian reliabilitas skala dilakukan terhadap aitem-aitem yang telah lolos yang jumlahnya disesuaikan dengan blue-print. Proses validasi umumnya merupakan proses yang berkelanjutan. Pada skala-skala yang akan digunakan secara terbatas biasanya dilakukan uji validitas kriteria sedangkan pada skala-skala yang akan digunakan secara luas biasnya dilakukan analisis faktor.

Terakhir, format final skala harus disusun dengan tampilan yang menarik dan mudah untuk dibaca oleh subjek. Skala juga harus dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan. Pemilihan huruf dan ukuran kertas juga harus dipertimbangkan agar membuat subjek nyaman dalam menjawab aitem-aitem.

(30)

Apabila data telah diperoleh, aitem-aitem akan dianalisis mengenai persyaratan psikometerisnya. Jika belum memenuhi, maka aitem akan kembali ke tahap penulisan aitem hingga akhirnya memenuhi persyaratan psikometris seperti yang diinginkan oleh peneliti. Aitem-aitem yang telah lolos adalah aitem-aitem yang dimasukkan ke dalam format final skala.

2. Evaluasi Karakteristik Psikometris

a. Teori Respon Butir

Pendekatan teori respon butir didasarkan pada sifat-sifat atau kemampuan laten yang mendasari respon subjek terhadap aitem tertentu. Teori respon butir, atau dikenal juga dengan latent trait theory, mengestimasi tingkat trait berdasarkan respon subjek serta karakteristik aitem yang diberikan (Embretson, 2000).

Teori respon butir diperkenalkan oleh Lord dan Novick pada tahun 1968 dan mulai mendominasi dasar teoritis sebuah pengukuran. Hal ini dikarenakan teori respon butir memiliki prinsip pengukuran yang lebih seimbang secara teoritis dan mampu mengatasi masalah-masalah pengukuran dengan lebih baik. Prinsip-prinsip teori respon butir dapat digunakan untuk menseleksi aitem mana yang paling tepat diberikan untuk seorang subjek dan menghitung skor antar subset aitem yang berbeda (Embretson, 2000).

(31)

gangguan prilaku, sikap, dan trait kognitif seperti inteligensi (Embretson, 2000).

1) Asumsi Teori Respon Butir

Teori Respon Butir memiliki beberapa asumsi kunci, yaitu Kurva Karakteristik Aitem (KKA), independensi lokal, dan unidimensionalitas (Embretson, 2000).

a) Kurva Karakteristik Aitem. Bentuk KKA menunjukkan bagaimana

hubungan antara perubahan kemampuan subjek dan perubahan responnya terhadap aitem. Pada aitem dikotomi, yaitu sebuah respon tertentu akan dianggap benar, KKA meregresi kemungkinan kesuksesan suatu aitem pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk aitem politomi, seperti skala rating, KKA meregresi kemungkinan respon masing-masing kategori pada tingkat kemampuan.

b) Asumsi independensi lokal. Hal ini menyangkut tentang kecukupan model

teori respon butir terhadap data. Independensi lokal diperoleh ketika hubungan antar aitem atau antar subjek dikarakteristikkan sepenuhnya oleh model teori respon butir. Independensi lokal juga dapat diperoleh ketika kemungkinan menyelesaikan suatu aitem tidak beketergantungan dengan aitem-aitem lainnya, adanya pengontrolan terhadap parameter subjek dan parameter aitem.

(32)

subjek hanya pada satu dimensi. Namun, independensi lokal juga bisa dicapai dengan data multidimensi jika masing-masing dimensi memiliki parameter subjek ataupun dengan data yang mana setiap aitem saling beketergantungan.

2) Model Teori Respon Butir

Model teori respon butir dapat dikategorikan berdasarkan jumlah respon yang diskor, yaitu dikomotomi dan politomi. Pada model dikotomi, respon aitem diskor ke dalam dua kelompok yang menunjukkan sukses (1) atau gagal (2). Aitem pilihan berganda juga termasuk ke dalam model dikotomi karena walaupun memiliki banyak pilihan jawaban, namun jawaban tetap di skor sebagai benar atau salah (Embretson, 2000).

Pada model politomi, sebuah aitem memiliki lebih dari dua pilihan respon jawaban. Masing-masing respon tersebut memiliki nilai skor yang berbeda-beda pula. Contohnya seperti aitem model Likert yang mana setiap pilihan jawaban di skor dari rentang 1 sampai 5 (Embretson, 2000).

(33)

adalah adalah respon dikotomi (sukses atau gagal, benar atau salah) dari orang tertentu tentang suatu aitem. Terdapat dua versi variabel dependen, yaitu log odds dan probability (Embretson, 2000).

Pada log odds dalam Rasch model, odds menunjukkan rasio jumlah benar dengan jumlah berhasil (Embretson, 2000). Rasio ini terlihat dari perbedaan antara trait score (Өs) dengan tingkat kesulitan aitem (βi).

Sehingga rasio kemungkinan berhasil untuk subjek s pada aitem i, yaitu Pis, terhadap kemungkinan gagal, yaitu 1- Pis, ditunjukkan seperti di bawah ini.

In [Pis / (1 - Pis)] = Өs - βi (1)

Ketika tingkat kesulitan aitem meningkat, maka log odds akan menurun. Ketika tingkat kesulitan aitem sama dengan trait level, log odds

akan bernilai 0. Jika trait level lebih besar daripada tingkat kesulitan aitem, maka orang tersebut akan lebih mungkin untuk berhasil. Sebaliknya, jika tingkat kesulitan aitem lebih besar daripada trait level, maka orang tersebut lebih berkemungkinan untuk gagal (Embretson, 2000).

Terdapat beberapa ciri dari Rasch model seperti di bawah ini (Embretson, 2000).

1. Estimasi trait level dapat dilakukan pada aitem manapun yang telah diketahui tingkat kesulitan aitemnya.

2. Kedua properti aitem dan trait level berkaitan dengan perilaku karena pada subjek dan aitem terdapat parameter-parameter yang terpisah. 3. Trait level dan properti aitem merupakan variabel independen yang

(34)

4. Probabilitas respon akan meningkat dengan menjumlahkan nilai konstan ada trait level atau dengan membagi kesulitan aitem dengan nilai konstan tersebut.

Pada versi probability, variabel dependen merupakan probabilitas subjek s untuk berhasil pada aitem i, P(Xis=1). Fungsi logistik ini memberikan prediksi sebagai berikut (Embretson, 2000).

Ө β ӨӨβ β (2)

Perbedaan versi ini dengan versi sebelumnya adalah variabel dependen diprediksi sebagai probabilitas daripada sebagai log odds. Versi ini juga dikenal sebagai model pengukuran 1 parameter. Salah satu kelebihan versi ini yaitu probabilitas merupakan variabel dependen yang lebih familiar dibandingkan rasio log odds. Dengan model ini karakter yang mempengaruhi performansi subjek diasumsikan adalah hanya kesulitan aitem.

Model logistik 2 parameter memiliki dua elemen dalam bentuk matematikanya, yaitu parameter daya beda (a) dan parameter kesulitan aitem (b). Sedangkan, model logistik 3 parameter ditujukan pada aitem pilihan berganda karena adanya tambahan parameter peluang tebakan (c).

(35)

panjang tes maupun sampel dengan asumsi bahwa distribusi kemampuan adalah normal.

3) Parameter Teori Respon Butir

Pada teori respon butir terdapat tiga unsur parameter yaitu paramater aitem, parameter peserta dan parameter respon (Naga, 1992). Ketiga unsur ini berhubungan sehingga menghasilkan fungsi atau Kurva Karakteristik Aitem. Hal ini tampak dari respon peserta terhadap aitem yang berhubungan dengan atau dapat ditentukan oleh ciri aitem atau ciri peserta yang bersangkutan. Dalam hubungan ini, ciri peserta dinyatakan melalui parameter peserta (Ө),

ciri aitem dinyatakan melalui tiga parameter aitem a, b, dan c, serta ciri respon dinyatakan dalam bentuk probabilitas jawaban benar (P(Ө)).

Parameter peserta (Ө) hanya bisa diukur melalui respon subjek

terhadap suatu aitem yang membentuk suatu kontinum. Secara teoritis, nilai baku untuk parameter peserta membentang dari minus tak terhingga sampai positif tidak terhingga. Namun secara praktis, nilai baku yang dianggap berguna hanya terletak antara -4 sampai +4.

Parameter aitem a adalah parameter aitem yang berkaitan dengan daya beda yaitu kemampuan aitem untuk mempertegas perbedaan subjek yang mampu menjawab dengan benar dan yang tidak. Nilai parameter aitem a

bergerak daru 0 sampai dengan +2. Kemudian, parameter aitem b adalah parameter aitem yang berkaitan dengan kesulitan aitem yaitu sulit atau mudahnya aitem tersebut untuk dijawab oleh subjek. Nilai parameter aitem b

(36)

berkaitan dengan peluang tebakan semu subjek yakni peluang yang dapat menyebabkan subjek secara kebetulan menjawab aitem tersebut dengan benar. Nilai responsi atau jawaban benar dari subjek terhadap aitem tersebut terletak di antara 0 dan 1.

4) Fungsi Informasi Aitem dan Tes

Konsep informasi psikometri merupakan ciri penting dalam teori respon butir. Melalui hal ini sebuah item-response curve (IRC) pada model dikotomi atau category-response curve pada model politomi dapat diubah menjadi item information curve (IIC). IIC mengindikasikan jumlah informasi psikometris yang dimiliki sebuah aitem di sepanjang kontinum latent-trait

(Embretson, 2000).

Formula informasi aitem pada 1PL ditunjukkan seperti di bawah ini.

I(Ө) = Pi(Ө)(1- Pi(Ө)) (3)

Terdapat beberapa aturan dalam formula ini, yaitu sebagai berikut. a) Jumlah informasi dari sebuah aitem dimaksimalkan pada parameter

kesulitan aitem, sehingga aitem yang memiliki kesulitan yang sama dengan kemampuan subjek akan sangat informatif.

b) Jumlah informasi yang disediakan sebuah aitem ditentukan dari parameter diskriminasinya. Semakin tinggi diskriminasi aitemnya, maka semakin banyak informasi aitem yang akan diberikan menyangkut parameter kesulitan aitem (Embretson, 2000).

(37)

measurement subjek. Dengan mengetahui fungsi informasi tes, peneliti dapat menentukan seberapa baik sebuah tes dalam rentang latent trait. Perlu diketahui pula bahwa informasi tes merupakan suatu hal yang independen pada subjek tertentu yang mengikuti tes (Embretson, 2000).

Terdapat banyak pengunaan informasi aitem dan informasi tes dalam teori respon butir. Pertama, informasi tes digunakan untuk menentukan aitem mana yang akan diberikan pada subjek tertentu ketika melakukan

computerized adaptive test. Kedua, informasi tes dapat digunakan untuk membandingkan dua pengukuran konstrak yang sama. Terakhir, informasi aitem dapat dimanfaatkan untuk desain tes dasar, seperti memilih aitem yang akan dimasukkan ke dalam sebuah pengukuran (Embretson, 2000).

Perbedaan versi ini dengan versi sebelumnya adalah variabel dependen diprediksi sebagai probabilitas daripada sebagai log odds. Versi ini juga dikenal sebagai model pengukuran 1 parameter. Salahsatu kelebihan versi ini yaitu probabilitas merupakan variabel dependen yang lebih familiar dibandingkan rasio log odds (Embretson, 2000).

3. Subtes Rechenaufgaben (RA)

(38)

praktis dalam masalah hitungan, daya nalar, dan kemampuan mengambil kesimpulan.

[image:38.595.123.517.257.339.2]

Polhaupessy (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek dalam subtes RA. Pembagian aspek-aspek di dalam keduapuluh aitem subtes RA dijelaskan dalam tabel 1.

Tabel 1. Aspek Aitem Subtes RA

No Aspek Nomor Aitem

1 Berpikir praktis dalam masalah hitungan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11 2 Berpikir logis indukif 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17

3 Daya nalar 18, 19, 20

4 Kemampuan mengambil keputusan 18, 19, 20

Berpikir praktis dalam masalah hitungan artinya adalah berhitung dengan cara-cara yang efisien dan mudah (Alwi, 2005). Aspek ini diungkap oleh 9 aitem atau 45% aitem subtes RA. Aspek berpikir logis induktif yaitu berpikir dengan logika yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum (Alwi, 2005). Kesimpulan yang ditarik dari hal yang diteliti akan juga berlaku bagi hal yang sejenis namun belum diteliti. Aspek ini terungkap dari 8 aitem atau 40% aitem subtes RA.

(39)

Subtes RA memiliki waktu pengerjaan 10 menit tanpa menggunakan alat bantu kalkulator. Hasil subtes RA sendiri bisa digunakan terpisah sebagai alat ukur kemampuan berpikir praktis mengenai bilangan seseorang. Hal ini dikarenakan subtes-subtes IST memiliki interkorelasi yang rendah antar subtes.

IST dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1953. Amthauer mengungkapkan bahwa inteligensi adalah keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali atau dilihat melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes (Polhaupessy, 2009).

Amthaeuer (dalam Polhaupessy, 2009) menyatakan bahwa untuk mengukur intelegensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tetapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masing subtes mengukur faktor khusus (special factor).

(40)

a. IST 1953

IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.

b. IST 1955

IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.

c. IST 70

(41)

d. IST 2000

Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan.

e. IST 2000-Revised

Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut :

1) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes :

SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.

2) Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural

3) Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes

Wissentest (tes pengetahuan)

IST yang sekarang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi ini dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, 2009).

IST terdiri dari sembilan subtes dengan total 176 aitem. Masing-masing subtes memiliki durasi pengerjaan yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, 2009). Kesembilan subtes tersebut antara lain:

a. Satzeranzung (SE) : melengkapi kalimat

(42)

mandiri. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 6 menit.

b. Wortauswahl (WA) : melengkapi kalimat

Subtes ini mengukur kemampuan bahasa, berpikr verbal secara induktif, kemampuan berempati, dan memahami pengertian bahasa. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 6 menit.

c. Analogien (AN) : persamaan kata

Subtes ini mengukur kemampuan pengkombinasian, fleksibilitas dalam berpikir, mendeteksi dan memindahkan hubungan-hubungan, kejelasan dan kekonsuenan dalam berpikir, serta pertentangan terhadap penjelasan yang mengira-ngira. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 7 menit.

d. Gemeinsamkeiten (GE) : sifat yang dimiliki bersama

Subtes ini mengukur kemampuan abstraksi verbal, kemampuan menyatakan pengertian sesuatu dalam bahasa, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 8 menit.

e. Merk Aufgaben (ME) : latihan simbol

(43)

f. Rechen Aufgaben (RA) : berhitung

Subtes ini mengukur kemampuan berpikir praktis dalam melakukan hitungan, berpikir secara logis-induktif, berpikir secara matematis, daya nalar, dan kemampuan mengambil kesimpulan. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 10 menit.

g. Zahlen Reihen (ZR) : deret angka

Subtes ini mengukur kemampuan berpikir teoritis dalam masalah hitungan, berpikir secara induktif dengan angka-angka, serta fleksibilitas dalam berpikir. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 10 menit.

h. Form Auswahl (FA) : memilih bentuk

Subtes ini mengukur kemampuan membayangkan, kemampuan mengkonstruksi, berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 7 menit.

i. Wurfel Aufgaben (WU) : latihan balok

Subtes ini mengukur daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 9 menit.

(44)

psikometrinya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik sehingga perlu direvisi.

Sari dan Rahmawati (2011) menemukan bahwa subtes ini memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya, berkisar dari 0.417 sampai 0.999. Hal ini menunjukkan bahwa subtes RA tidak lagi berfungsi sebagaimana tes ini disusun oleh Amthauer pada tahun 1953.

Reliabilitas subtes RA juga tidak mencapai nilai 0.90 seperti yang seharusnya karena hanya sebesar 0.851. Analisis indeks kesukaran aitem memperlihatkan bahwa terdapat 15 aitem memiliki nilai p mendekati 0 maupun 1. Padahal, Murphy & Davidshofer (2003) mengungkapkan bahwa nilai p yang baik berada pada rentang 0.30 < p < 0.70. Analisis indeks daya beda aitem menunjukkan terdapat 4 aitem yang memiliki d < 0.40, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96. Hal ini mencerminkan bahwa aitem tersebut kurang mampu membedakan kemampuan berpikir praktis mengenai perhitungan, berpikir matematis, logis-induktif, penalaran, serta daya pengambilan keputusan individu.

(45)

(2014) menemukan bahwa berdasarkan pendekatan Item Response Theory

terdapat 10 aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem dalam kategori kurang baik yaitu aitem nomor 84, 85, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, dan 95 serta terdapat 5 aitem memiliki indeks kesukaran aitem yang kurang baik yaitu aitem nomor 77, 93, 94, 95, dan 96.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian revisi subtes RA pada IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi UNPAD pada tahun 1970-an ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Metode ini dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses revisi aitem-aitem subtes RA pada IST serta analisis karakteristik psikometris subtes yang telah direvisi tersebut secara sistematis, faktual, dan akurat. Hal ini akan membantu peneliti untuk menjelaskan karakteristik subtes RA versi direvisi pada IST dan menawarkan ide pengujian ataupun penelitian selanjutnya. Penelitian ini akan merevisi 17 aitem subtes RA pada IST kemudian melakukan analisis psikometris melalui pendekatan IRT untuk menguji validitas struktur internalnya.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi dan Sampel

(47)

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Medan. Menurut Amthaeur bahwa tes IST-70, yang juga digunakan dalam penelitian ini, diperuntukkan pada individu yang berusia 12 sampai 60 tahun. Namun, dikarenakan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, maka sampel yang berhasil dikumpulkan terbatas pada sampel yang berusia 13 hinga 23 tahun. Oleh karena itu, nantinya hasil penelitian ini juga hanya akan digeneralisasikan terbatas pada usia tersebut saja.

b. Teknik Pengambilan Sampel

(48)

3. Proses Revisi

Proses revisi dalam penelelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Penulisan aitem. Proses revisi aitem ini dilakukan dengan menulis aitem

yang baru atau mengganti beberapa kata pada 17 aitem yang direvisi berdasarkan aspek-aspek subtes RA pada IST. Pemilihan ketujuh belas aitem ini berdasarkan hasil beberapa penelitian sebelumnya yang memberikan kesimpulan bahwa aitem nomor 77, 78, 80, 81, 82, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, dan 96 perlu direvisi.

Adapun untuk aitem-aitem yang memiliki permasalahan DIF, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2, peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi kata-kata yang dianggap menjadi penyebabnya yang selanjutnya dievaluasi oleh ahli yaitu salah satu dosen Departemen Psikologi Umum dan Eksperimen Fakultas Psikologi USU.

Lalu, peneliti melakukan survey terhadap 126 sampel yang terdiri dari 38 sampel laki-laki dan 98 sampel perempuan yang bertujuan untuk mencari kata-kata yang netral untuk menggantikan kata yang diidentifikasi menjadi penyebab DIF. Setelah itu, pemilihan kata dievaluasi oleh ahli yaitu salah satu dosen Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi USU.

(49)
[image:49.595.140.484.200.526.2]

dievaluasi oleh beberapa orang ahli yaitu satu orang dosen Departemen Psikologi Industri dan Organisasi dan dua orang dosen Departemen Psikologi Umum dan Eksperimen.

Tabel 2. Dasar Penetapan Aitem yang Direvisi

Nomor IKA-

CTT DDA- CTT IKA- IRT DDA- IRT DIF-

Gender Kesimpulan

77 0,93 0,23 -2.95 1.075 - Revisi

78 0,72 0.46 -0.85 1.376 DIF Laki-laki Revisi

79 0,41 0.54 0.38 1.31 Tidak Tetap

80 0,27 0.57 0.90 1.516 DIF Laki-laki Revisi

81 0,65 0.55 -0.52 1.978 DIF Perempuan Revisi

82 0,32 0.63 0.62 1.99 DIF Perempuan Revisi

83 0,52 0.49 -0.10 1.07 Tidak Tetap

84 0,33 0.67 0.55 2.388 Tidak Revisi

85 0,20 0.60 1.15 2.076 DIF Perempuan Revisi

86 0,08 0.46 1.90 1.985 Tidak Tetap

87 0,26 0.61 0.88 1.934 DIF Laki-laki Revisi

88 0,15 0.66 1.19 3.829 DIF Perempuan Revisi

89 0,10 0.61 1.44 3.407 Tidak Revisi

90 0,14 0.63 1.27 3.21 Tidak Revisi

91 0,07 0.55 1.61 4.064 Tidak Revisi

92 0,07 0,56 1.63 3.883 Tidak Revisi

93 0,01 0,30 2.37 3.72 Tidak Revisi

94 0,02 0.39 2.13 3.622 Tidak Revisi

95 0,03 0,40 2.13 2.899 Tidak Revisi

96 0,01 0,24 3.08 1.984 DIF Laki-laki Revisi

Keterangan :

IKA-CTT = Indeks Kesukaran Aitem berdasarkan Classical Test Theory bergerak dari rentang 0.3 – 0.7

DDA-CTT = Daya Diskriminasi Aitem berdasarkan Classical Test Theory bergerak dari rentang 0.4

IKA-IRT = Indeks Kesukaran Aitem berdasarkan Teori Respon Butir bergerak dari rentang -2 hingga +2

DDA-IRT = Daya Diskriminasi Aitem Berdasarkan Teori Respon Butir bergerak dari rentang 0 hingga +2

DIF = Differential Item Functioning

(50)
[image:50.595.146.564.112.458.2]

Tabel 3. Hal yang Direvisi dari Setiap Aitem

Nomor Aitem Hal yang Direvisi

1 Pengubahan konten dan angka yang dipersoalkan 2 Pengubahan kata yang teridentifikasi DIF

3 Tidak direvisi

4 Pengubahan kata yang teridentifikasi DIF

5 Pengubahan kata yang teridentifikasi DIF dan pengubahan nominal rupiah agar lebih sesuai dengan zaman sekarang 6 Pengubahan konten dan angka yang dipersoalkan

7 Tidak direvisi 8 Pengubahan konten 9 Pengubahan konten 10 Tidak direvisi

11 Pengubahan kata yang teridentifikasi DIF dan pengubahan konten 12 Pengubahan kata yang teridentifikasi DIF

13 Pengubahan konten, pengubahan angka yang dipersoalkan, dan menghapus konten mata uang.

14 Pengubahan konten

15 Pengubahan konten dan menghapus konten mata uang. 16 Pengubahan konten

17 Pengubahan konten 18 Pengubahan konten 19 Pengubahan konten 20 Pengubahan konten

b. Uji coba. Peneliti melakukan preeliminary research keduapuluh aitem

subtes RA pada 11 sampel dari rentang usia 17-52 tahun. Setelah para sampel mengerjakan tes, mereka diminta untuk memberikan feedback

mengenai pemahamannya terkait konten aitem. Terdapat 1 buah aitem yang kemudian direvisi kembali karena sebagian besar sampel kesulitan memahami konten aitem.

(51)

penulisan aitem agar dapat diperbaiki dan dianalisa kembali karakteristik psikometrinya. Namun dalam penelitian ini hanya berakhir pada tahap analisis aitem yang pertama.

4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah:

a. Melakukan revisi

Revisi mencakup proses penulisan ulang aitem dan meminta pendapat ahli untuk melihat validitas kontennya. Sebelum aitem disebar, aitem disusun sedemikian rupa dan disajikan dalam bentuk selebaran. Aitem disajikan dalam bentuk dikotomi yaitu respon subjek tersebut akan diskor satu (1) jika benar dan nol (0) jika salah. Subjek diminta untuk menuliskan jawabannya pada lembar jawaban yang disediakan.

b. Mengumpulkan data

Pengumpulan data dilakukan secara mandiri dan bekerja sama dengan sarjana psikologi untuk dapat mengadministrasikan tes secara klasikal.

c. Pengujian karakteristik psikometri

Data akan diuji dengan analisis faktor eksploratori melalui bantuan program SPSS for windows versi 17.0 untuk menguji unidimensionalitas data.

(52)

d. Pembahasan hasil revisi

Hasilnya terkait dengan karakteristik psikometri subtes RA versi revisi pada IST yaitu analisis validitas struktur internal.

5. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Uji Unidimensionalitas

Subtes RA versi revisi akan dianalisis dengan metode analisis faktor eksploratori untuk melihat apakah aitem-aitem yang disusun memenuhi asumsi unidimensionalitas melalui total varians explained yang diperoleh. Analisis pada tahap ini akan dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0.

b. Analisis Aitem Menggunakan Teori Respon Butir 1) Analisis kecocokan model dengan data

Pada tahap ini aitem-aitem akan dianalisis dengan menggunakan model Rasch untuk menguji kecocokan data dengan model tersebut melalui bantuan program R.

2) Estimasi parameter

(53)
(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis karakteristik psikometri berupa gambaran sampel, deskripsi hasil, dan pembahasan hasil penelitian subtes RA versi revisi pada IST akan dideskripsikan dalam bab ini.

1. Gambaran Sampel Penelitian

[image:54.595.160.464.452.651.2]

Sampel penelitian merupakan penduduk Kota Medan dengan karakteristik berusia 13-23 tahun. Jumlah keseluruhan sampel penelitian ini adalah 396 orang. Jumlah sampel berdasarkan usianya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 4. Proporsi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

13 1 0.2

14 5 1.3

15 101 25.5

16 53 13.4

17 26 6.6

18 51 12.9

19 77 19.4

20 38 9.6

21 26 6.6

22 17 4.3

23 1 0.2

(55)

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Hasil Uji Asumsi

1) Unidimensionalitas Data

Pengujian unidimensionalitas data dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Pada penelitian ini, varians yang bisa diterangkan oleh principal component yang pertamaadalah sebesar 20.4%. Reckase (dalam Deng dkk, 2008) mengungkapkan bahwa data sudah dianggap unidimensi apabila principal component yang pertama pada total variance explained sudah mencapai 20% atau lebih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini bersifat unidimensi. Hal ini dapat diartikan bahwa subtes RA versi revisi memang mengungkap kemampuan berhitung praktis dalam bilangan. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 1.

2) Independensi Lokal

(56)

b. Hasil Uji Karakteristik Psikometri

1) Analisis Kecocokan Model Dengan Data

Kecocokan model dengan data dapat diuji dengan membandingkan nilai p dengan nilai kritis pada distribusi probabilitas chi square. Apabila nilai p berada di bawah nilai kritis, maka data cocok dengan model yang dipilih (Naga, 1992). Dalam penelitian ini, nilai p yang diperoleh sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p berada di bawah nilai kritis sehingga data yang dimiliki cocok dengan model Rasch. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 2.

2) Estimasi Parameter

[image:56.595.94.533.496.722.2]

Estimasi parameter yang dilakukan dengan model Rasch meliputi parameter aitem b atau indeks kesukaran aitem pada subtes RA versi revisi. Dalam penelitian ini, indeks kesukaran aitemyang diperoleh dari subtes RA versi revisi disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 5. Indeks Kesukaran AitemSubtes RA Versi Revisi

Aitem b Ket Aitem b Ket Aitem b Ket

1 -2.94 Kurang

Baik 8 0,31 Baik 15 3,24

Kurang Baik

2 -1,38 Baik 9 -0,76 Baik 16 2,59 Kurang

Baik

3 0,49 Baik 10 2,82 Kurang

Baik 17 5,19

Kurang Baik

4 1,03 Baik 11 0,40 Baik 18 5,19 Kurang

Baik

5 -0,92 Baik 12 2,97 Kurang

Baik 19 3,78

Kurang Baik

6 -0,09 Baik 13 2,06 Kurang

Baik 20 5,19

Kurang Baik

7 -0,37 Baik 14 2,33 Kurang

(57)

Indeks kesukaran aitem subtes RA versi revisi bergerak dari rentang -2,94 hingga 5,19 yang dimulai dari aitem termudah dan diakhiri dengan aitem tersulit. Menurut Gard (1986) dan Princen dan Rahmawati (2011) sebuah tes inteligensi diharapkan memiliki indeks kesukaran yang semakin bertambah sesuai urutan. Namun, indeks kesukaran aitem subtes RA versi revisi tidak meningkat secara berurutan. Sehingga sebaiknya aitem-aitem subtes RA versi revisi diurutkan dari aitem yang termudah hingga aitem tersulit. Sebuah aitem dianggap memiliki indeks kesukaran yang baik apabila berada pada rentang -2 hingga +2. Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 45% aitem memiliki indeks kesukaran yang dianggap baik.

3) Kurva Karakteristik Aitem

[image:57.595.160.460.511.727.2]

Kurva karakteristik aitem subtes RA versi revisi seperti Gambar 2. Kurva untuk masing-masing aitem dapat dilihat pada Lampiran 2.

(58)

Gambar 2 menunjukkan kurva karakteristik keduapuluh aitem subtes RA versi revisi. Beberapa hal dapat terlihat. Pertama, tiap kurva menyerupai bentuk S, artinya probabilitas jawaban benar akan meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan peserta. Kedua, walaupun seluruh kurva memiliki bentuk yang hampir sama, namun memiliki lokasi yang berbeda. Perbedaan lokasi ini menunjukkan perbedaan probabilitas setiap aitem di sepanjang tingkat kemampuan peserta.

4) Fungsi Informasi Aitem

Fungsi informasi aitem mampu mengindikasikan kekuatan atau sumbangan suatu aitem di sepanjang kontinum latent-trait, dalam hal ini adalah kemampuan berhitung praktis dalam bilangan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk desain tes dasar, seperti memilih aitem yang akan dimasukkan ke dalam sebuah pengukuran (Embretson, 2000).

(59)
[image:59.595.169.456.122.429.2]

Tabel 6. Fungsi Informasi Aitem Subtes RA Versi Revisi Nomor Total Informasi Kemampuan Subjek

1 74.1 % -2.94

2 92.75 % -1.38

3 95.99 % -0.49

4 94.47 % 1.03

5 94.89 % -0.90

6 96.39 % -0.09

7 96.17 % -0.37

8 96.24 % 0.31

9 95.37 % -0.76

10 76.35 % 2.82

11 96.13 % 0.40

12 73.5 % 2.97

13 87.19 % 2.06

14 83.97 % 2.33

15 68.06 % 3.24

16 80.27 % 2.59

17 76.35 % 2.82

18 76.35 % 2.82

19 55.53 % 3.78

20 76.35 % 2.82

Aitem nomor 1 memiliki total informasi sebesar 74.1% dan probabilitas jawaban benar akan maksimal jika subjek memiliki kemampuan sebesar -2.94. Aitem nomor 2 memiliki total informasi sebesar 92.75% yang akan maksimal jika subjek memiliki kemampuan sebesar -1.38. Aitem nomor 3 sebesar 95.99% dengan kemampuan subjek sebesar -0.49. Aitem nomor 4 sebesar 94.47% dengan kemampuan subjek sebesar 1.03. Aitem nomor 5 sebesar 94.89% dengan kemampuan subjek sebesar -0.9.

(60)

9 sebesar 95.37% dengan kemampuan subjek sebesar -0.76. Aitem nomor 10 sebesar 76.35% dengan kemampuan subjek sebesar 2.82.

Aitem nomor 11 memiliki total informasi sebesar 96.13% dan probabilitas jawaban benar akan maksimal jika subjek memiliki kemampuan sebesar 0.40. Aitem nomor 12 sebesar 73.5% dengan kemampuan subjek sebesar 2.97. Aitem nomor 13 sebesar 87.19% dengan kemampuan subjek sebesar 2.06. Aitem nomor 14 sebesar 83.97% dengan kemampuan subjek sebesar 2.33. Aitem nomor 15 sebesar 68.06% dengan kemampuan subjek sebesar 3.24.

Aitem nomor 16 memiliki total informasi sebesar 80.27% dan probabilitas jawaban benar akan maksimal jika subjek memiliki kemampuan sebesar 2.59. Aitem nomor 19 sebesar 55.53% dengan kemampuan subjek sebesar 3.78. Aitem nomor 17,18 dan 20 sebesar 76.35% dengan kemampuan subjek sebesar 2.82. Kurva fungsi informasi aitem yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

5) Fungsi Informasi Tes

Fungsi informasi tes merupakan gabungan seluruh fungsi informasi aitem yang dapat menjelaskan seberapa baik subtes RA versi revisi dalam rentang kemampuan berhitung. Fungsi informasi tes akan tinggi jika aitem-aitem mempunyai fungsi informasi yang tinggi pula.

(61)

76.46% kemampuan berhitung praktis dalam bilangan seseorang dengan usia 13 sampai dengan 23 tahun. Hasil analisa fungsi informasi tes dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. Pembahasan

Secara umum, aitem-aitem subtes RA versi revisi memiliki karakteristik psikometri yang cukup baik. Empat puluh lima persen aitem subtes RA memiliki indeks kesukaran aitem yang dikategorikan baik dan 55% aitem masih memerlukan peninjauan ulang. Aitem-aitem tersebut juga perlu disusun ulang berdasarkan urutan tingkat kesukaran aitemnya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa urutan aitem suatu tes inteligensi hendaknya dimulai dari aitem yang paling mudah hingga aitem yang paling sulit (Murphy & Davidshofer, 2003).

[image:61.595.82.546.570.711.2]

Tabel 5 menunjukkan perbandingan indeks kesukaran aitem subtes RA versi asli dengan versi revisi. Analisa versi asli merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel dengan jumlah dan proporsi usia yang berbeda.

Tabel 7. Perbandingan Indeks Kesukaran AitemSubtes RA Versi Asli dan Revisi

Aitem b Aitem B Aitem B

asli revisi Asli revisi asli revisi

1 -2.95 -2.94 8 0,55 0,31 15 1,61 3,24

2 -0,85 -1,38 9 1,15 -0,76 16 1,63 2,59

3 0,38 0,49 10 1,90 2,82 17 2,37 5,19

4 0,90 1,03 11 0,88 0,40 18 2,13 5,19

5 -0,52 -0,92 12 1,19 2,97 19 2,13 3,78

6 0,62 -0,09 13 1,44 2,06 20 3,08 5,19

(62)

Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 55% aitem subtes RA versi revisi memiliki indeks kesukaran yang lebih kecil dari -2 dan lebih besar dari 2. Sedangkan, Hambleton dkk (1991) mengungkapkan bahwa indeks kesukaran yang dianggap baik berada dari rentang -2 hingga +2. Aitem nomor 1 merupakan aitem yang terlalu mudah sedangkan aitem nomor 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 merupakan aitem-aitem yang terlalu sulit. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 11 aitem yang masih memerlukan peninjauan ulang.

Aitem nomor 1 merupakan aitem yang terlalu mudah. Awalnya, proses revisi aitem nomor 1 didasari oleh indeks kesukaran aitem yang dianggap terlalu mudah. Kemudian, hasil revisi menunjukkan terjadinya peningkatan indeks kesukaran namun kecil. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya perbedaan yang signifikan antara versi asli dengan versi revisi dari segi perhitungan matematis yang dipersoalkan. Kedua versi menggunakan angka puluhan dalam perhitungannya. Hal ini menunjukkan bahwa perhitungan matematis dalam aitem nomor 1 merupakan perhitungan yang terlalu sederhana, sehingga sangat mudah untuk diselesaikan, khususnya pada sampel berusia 13-23 tahun.

(63)

Hasil analisa juga menunjukkan bahwa aitem nomor 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 memiliki indeks kesukaran yang dianggap kurang baik. Kesepuluh aitem tersebut merupakan aitem yang terlalu sulit karena memiliki indeks kesukaran lebih besar dari +2. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan sampel penelitian yang tidak mencakup seluruh rentang usia populasi. Sehingga hasil analisa kurang komprehensif dalam menggambarkan karakteristik psikometrinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan dengan melibatkan sampel yang lebih representatif.

Aitem-aitem subtes RA versi revisi memberikan kontribusi informasi psikometri dari rentang 74.1% hingga 96.39%. Sehingga, aitem-aitem subtes RA versi revisi dapat dikatakan cukup informatif dalam mengungkap kemampuan berhitung praktis mengenai bilangan individu dari usia 13 sampai dengan 23 tahun. Adapun subtes RA versi revisi ini dapat menjelaskan 76.46% kemampuan berhitung praktis mengenai bilangan individu berusia 13 hingga 23 tahun. Hal ini sesuai dengan Reeve & Fayers (2005) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi nilai informasi yang diberikan maka semakin dapat dipercaya pula tes tersebut.

(64)
(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subtes RA versi revisi pada IST memiliki karakteristik psikometri yang

cukup baik, yaitu memiliki nilai informasi aitem dan tes yang cukup informatif dan 45% aitem memiliki indeks kesukaran aitem yang baik.

2. Lima puluh lima persen aitem subtes RA versi revisi masih memerlukan peninjauan ulang karena dianggap merupakan aitem yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Hal ini dapat disebabkan karena rentang usia sampel kurang representatif terhadap populasi sehingga tidak mampu memberikan gambaran tingkat kesulitan aitem yang memuaskan.

2. Saran

a. Saran Praktis

(66)

b. Saran Metodelogis

Penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya dilakukan pada rentang usia yang tidak terlalu besar. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengembangan subtes RA versi revisi dengan cara-cara yang lebih baik, antara lain:

1) Menggunakan sampel yang lebih representatif dari populasi, yaitu berusia 12-60 tahun, guna mendapatkan karakteristik psikometri yang lebih komprehensif.

2) Melakukan uji karakteristik psikometri dari segi daya diskriminasi aitem dan

deteksi DIF berdasarkan jenis kelamin guna mendapatkan analisa yang lebih mendalam.

3) Aitem-aitem subtes RA sebaiknya disusun berdasarkan urutan tingkat

(67)

52

Aisyah, Nyimas. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Alwi, Hasan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes Psikologi; Edisi Ketujuh. Jakarta: PT

Indeks.

Azwar, Saifuddin. (2005). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. (2005). Reliabilitas & Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

---. (2010). Tes Prestasi; Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Butcher, J. N. (2000). Revising Psychological Tests Lesson Learned From the Revision of the MMPI. Psychological Assessment , 263-271.

Crocker, L. & Algina, J. (2005). Introduction to Classical and Modern Test Theory. Florida: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Deng, N., dkk. (2008). A Confirmatory Factor Analytic Study Examining The Dimensionality of Educational Achievement Tests. NERA Conference Proceedings 2008, Paper 31.

Elvira, R., & Rahmawati, E. (2011). Karakteristik Psikometri Subtes Santzerganzung (SE) Pada Intelligenz Struktur Test (IST).

Embretson, S.E. & Reise S.P. (2009). Item Response Theory For Psychologists.

New Jersey: Psychology Press.

Erlina. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Field, A. (2009). Discovering Statistics Using SPSS. New York: Mc Graw Hill. Gard, B.K. (1986). Analysisi of Item Characteristic of The Slosson Intellligence

(68)

53

Gregory, R. J. (2004). Psychological Testing; History, Principles, and Applications; Fourth Edition. USA: Pearson.

Hambleton, R.K., Swaminathan, H., & Rogers, H.J. (1991). Fundamentals of Item Response Theory. California: Sage Publications.

Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological Testing; Principles, Applications, and Issues; Sixth Edition. USA: Thomson Learning.

Murphy, K. R., & Davidshofer, C. O. (2003). Psychological Testing: Principles and Application. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Naga, D.S. (1992). Pengantar Teori Sekor Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma.

Osterlind, S. J. (2010). Modern Measurement; Theory, Priciples, and Applications of Mental Appraisal Second Edition. USA: Allyn and Bacon.

Papalia, D.E, Olds S.W., & Feldman R.D. (2007). Human Development; Tenth Edition. New York: McGraw Hill.

Polhaupessy, F. L. (2009). Intelligenz-Struktur-Test (IST)-70 dari Rudolf Amthauer: Suatu Pengantar. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Diktat kuliah. Tidak Diterbitkan.

Princen & Rahmawati, E. (2011). Karakteristik Psikometri Subtes Zahlenreihen (ZR) pada Intelligenz Struktur Test (IST).

Rahmawati, Etti. (2014). Deteksi Differential Item Functioning Subtes Rechenaudgaben Pada Intelligenz Struktur Test Versi Indonesia.

---. (2014). Evaluasi Karakteristik Psikometris Intelligenz Struktur Test (IST); proceeding Seminar Nasional Psikometri Fakultas Psikologi UMS.

Reeve, B.B., & Fayers, P. (2005). Applying Item Response Theory Modelling for Evaluating Quistionnaire Item and Scale Properties, 55-73.

Eliana, R. (Komunikasi Personal, 20 Mei 2014). Informasi Mengenai Penggunaan IST di P3M Fakultas Psikologi USU.

(69)

54

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Siregar, F. S., & Rahmawati, E. (2011). Karakteristik Psikometri Subtes

(70)

55

Kategori Subkategori Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Pria 148 37.4 %

Wanita 248 62.6 %

Usia 13 Tahun 1 0.25 %

14 Tahun 5 1.3 %

15 Tahun 101 25.5

Gambar

Tabel 1. Aspek Aitem Subtes RA
Tabel 2. Dasar Penetapan Aitem yang Direvisi
Tabel 3. Hal yang Direvisi dari Setiap Aitem
Tabel 4. Proporsi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah subtes RA masih mampu mengungkap fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan subtes RA disusun melalui analisis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri subtes Wortauswahl (WA) pada Intelegenz Struktur Test (IST) yang digunakan di P3M Fakultas

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas

Metode kedua yang digunakan untuk melihat daya diskriminasi aitem adalah dengan metode korelasi aitem-total dengan menggunakan bantuan program Iteman Version 3,00 MicroCAT

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri subtes Wortauswahl (WA) pada Intelegenz Struktur Test (IST) yang digunakan di P3M

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, peneliti merasa masih kurangnya penelitian mengenai validitas dan reliabilitas terhadap IST, mengingat tes ini merupakan

Reliabilitas subtes ZR juga memiliki nilai yang tidak.. memuaskan, yaitu hanya sebesar 0.882 (Princen &amp;

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas