• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Psikometri Subtes ZAHLENREIHEN (ZR) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Psikometri Subtes ZAHLENREIHEN (ZR) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES ZAHLENREIHEN (ZR) PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

PRINCEN 071301126

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Karakteristik Psikometri Subtes ZAHLENREIHEN (ZR) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2011

Princen

(3)

Karakteristik Psikometri Subtes ZAHLENREIHEN (ZR) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

Princen1 dan Etty Rahmawati2

ABSTRAK

Tes psikologi yang berkualitas baik secara psikometri merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar suatu proses pengukuran serta penggunaan hasil pengukuran tepat dan dapat dipercaya. Akan tetapi, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari suatu tes, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan revisi terus menerus terhadap tes psikologi yang digunakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri tes inteligensi Intelligenz Struktur Test (IST) yang digunakan di Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang merupakan hasil adaptasi UNPAD tahun 1973. Karena adaptasi yang dilakukan sudah lama tetapi masih digunakan di P3M, maka dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes Zahlenreihen (ZR). Prosesnya dengan menganalisis karakteristik psikometri subtes ZR pada IST, meliputi analisis indeks kesukaran aitem, indeks daya beda aitem, reliabilitas tes, dan validitas konstrak.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan menggunakan data yang berupa respon jawaban dari 2011 peserta yang pernah mengikuti tes seleksi kerja masuk ke perusahaan yang didokumentasikan oleh P3M. Subtes ZR terdiri dari 20 soal. Jawaban benar akan diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Analisis terhadap subtes ZR dilakukan berdasarkan teori tes klasik dan ditemukan bahwa dari 20 aitem subtes ZR hampir semua aitem atau 19 aitem memiliki indeks kesukaran dan indeks diskriminasi yang sangat baik. Nilai reliabilitas IST dicari dengan menggunakan perhitungan KR-20 dan menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0,882. Hasil ini menunjukkan IST subtes ZR kurang reliabel karena berdasarkan Murphy dan Davidshofer (2003) nilai reliabilitas tes inteligensi yang baik adalah 0,900. Hasil uji validitas konstrak menunjukkan bahwa subtes ZR memiliki hubungan yang konvergen dengan subtes RA. Hasil akhir menunjukkan kualitas IST khususnya subtes ZR yang digunakan di P3M cukup baik.

Kata Kunci: Karakteristik Psikometri, Teori Tes Klasik, IST, subtes ZR

(4)

Psychometric Charateristics of Zahlenreihen (ZR) Subtest In Intelligenz Struktur Test (IST)

Princen1 and Etty Rahmawati2

1Student, Faculty of Psychology, University of North Sumatera

2Lecturer, Department of General and Experimental Psychology, Unversity Of North Sumatera

ABSTRACT

Pscyhological test that has good quality from psychometric view is a must in a measurement process to ensure a precise result and can be trusted. But many factors can affect the quality of a test, so a constantly evaluation and revision is needed.

The purpose of this study is to analyze the psychometric characteristics of intelligence test Intelligenz Struktur Test (IST) used at Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Faculty of Psychology, University of North Sumatera that adapted by UNPAD in 1973. Because it is an old adaptation but still used in P3M, we want to determine if the IST is functionin according to the IST objectives, especially in Zahlenreihen (ZR) subtest. It is done by analyzing the psychometric characteristics of ZR subtest, including the item difficulty index, the item discrimination index, reliability and construct validity of the subtest.

Data was collected by documentation. The data was the answer of 2011 participants who attended at selection test held by P3M. ZR subtest consists of 20 questions. Correct answer will be scored 1 and incorrect answers were scored 0. This subtest is analyzed based on classical test theory and as a result, from 20 items, ZR subtest has 19 item that is good in item discrimination index and has a varied item difficulty index. The reliability is calculated using KR-20 and the reliability value is 0,882. This result showed that subtest ZR of IST is not reliable, based on Murphy and Davidshofer (2003), that a good reliability of a intelligence test must be 0,900 or more. Construct validity analysis shows that ZR subtest in IST had significant convergent correlation with RA subtest. The final result showed that ZR subtest is quite good to be used.

Kata Kunci: Psychometric Characteristics, Classical Test Theory,, IST, ZR

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerah-Nya selama peneliti berusaha menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah memberikan saya orangtua yang terus mendukung saya dalam proses pendidikan ini, Siloam dan Betty Intan, yang tidak pernah lelah untuk mendorong saya untuk terus maju.

Judul skripsi ini adalah “Karakteristik Psikometri Karakteristik Psikometri Subtes ZahlenReihen (ZR) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan. Tidak dapat disangkal butuh kerja keras dan kesabaran untuk dapat menyelesaikannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar – besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Etty Rahmawati, M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sangat sabar memberikan bimbingan, saran, dan meluangkan waktu sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. 3. Ibu Debby Anggraini, M. Psi, selaku dosen pembimbing akademik

(6)

USU. Terima kasih atas segala bimbingan dan semangat yang Ibu berikan kepada saya. Maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan. 4. Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk mengadakan penelitian di lingkungan institusinya, terutama untuk Bapak Ari Widiyanta, S. Psi, M. Psi., Psikolog selaku ketua P3M atas izinnya untuk membantu dalam penelitian ini

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama proses perkuliahan di Fakultas Psikologi

6. Teman – teman seperjuangan, Kak Rena, Fitri, Kiki, Dermika. Diskusi yang telah kita lakukan sangat banyak membantu saya.

7. Teman – teman seangkatan stambuk 2007 (Trisa, Junias, Max, Armen,

Agus, Tuwa, Aslam, Ramon, Erni, dan seluruh bagian stambuk 2007.). Sahabat – sahabatku di d’plastic (Ikbal, Dannish, Tira, Icut, dan Amanda).

8. Abang dan kakak senior Psikologi USU dan adik – adik angkatan serta komunitas parkir.

(7)

10. Seluruh penulis buku dan peneliti yang namanya tercantum dan menjadi sumber referensi dalam skripsi ini.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian proposal penelitian ini, peneliti menyampaikan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara – saudara semua.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga pelaporan hasil penelitian ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR RUMUS ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Teori Tes Klasik ... 9

1. Pengertian Teori Tes Klasik ... 9

2. Asumsi-Asumsi dalam Teori Tes Klasik ... 9

B. Analisis Karakteristik Psikometri ... 12

1. Indeks Kesukaran Aitem ... 12

(9)

3. Efektivitas Distraktor ... 17

4. Reliabilitas Alat Ukur ... 18

5. Validitas... 25

6. Analisis Karakteristik Alat Ukur ... 29

C. Intelligenz Struktur Test (IST) ... 31

D. Subtes Zahlen Reihen (ZR) ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Data yang Digunakan ... 40

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 40

1. Persiapan Izin Penelitian ... 40

2. Pelaksanaan Penelitian ... 41

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Program Komputer yang Digunakan ... 41

F. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 45

A. Deskripsi Umum Data Penelitian ... 45

B. Deskripsi Hasil ... 46

1. Analisis Indeks Kesukaran Aitem ... 46

2. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem ... 47

(10)

4. Analisis Reliabilitas ... 49

5. Analisis Validitas ... 49

C. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

1. Saran Praktis ... 54

2. Saran Penelitian ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kategorisasi Batasan Nilai p ... 14

Tabel 2. Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem ... 17

Tabel 3. Daftar Skoring Tes... 36

Tabel 4. Gambaran kecerdasan berdasarkan subtes ... 38

Tabel 5. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 6. Hasil Analisis Indeks Kesukaran Aitem Subtes ZR ... 46

Tabel 7. Hasil Analisis Indeks Diskriminasi Aitem Subtes ... 47

Tabel 8. Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesukaran Aitem dan Indeks Daya beda Aitem ... 48

(12)

DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus (1) Indeks Kesukaran Aitem ... 13

Rumus (2) Indeks Diskriminasi Aitem ... 15

Rumus (3) Formula Spearman Brown ... 21

Rumus (4) Formula Rulon... 21

Rumus (5) Koefisien Alpha ... 22

Rumus (6) Formula KR 20 ... 22

Rumus (7) Formula KR 21 ... 23

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Data Penelitian ... 58

A. Tabulasi Respon Jawaban Subtes Zahlenreihen (ZR) pada Intelligenz Struktur Test (IST) ... 58

Lampiran II. Analisis Karakteristik Psikometri Aitem dengan Program Iteman Versi 3.0 ... 59

A. Penggunaan Program Iteman Versi 3.0 ... 59

B. Langkah-langkah Penggunaan Program Iteman Versi 3.0 ... 59

1. Memasukkan Data ... 59

2. Menggunakan Program Iteman Versi 3.0 ... 61

3. Membaca Hasil ... 62

Lampiran III. Output Analisis Validitas Konstrak Subtes AN ... 65

A. Tabulasi Nilai Z-skor 9 Subtes pada IST ... 65

(14)

Karakteristik Psikometri Subtes ZAHLENREIHEN (ZR) Pada Intelligenz Struktur Test (IST)

Princen1 dan Etty Rahmawati2

ABSTRAK

Tes psikologi yang berkualitas baik secara psikometri merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar suatu proses pengukuran serta penggunaan hasil pengukuran tepat dan dapat dipercaya. Akan tetapi, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari suatu tes, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan revisi terus menerus terhadap tes psikologi yang digunakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri tes inteligensi Intelligenz Struktur Test (IST) yang digunakan di Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang merupakan hasil adaptasi UNPAD tahun 1973. Karena adaptasi yang dilakukan sudah lama tetapi masih digunakan di P3M, maka dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes Zahlenreihen (ZR). Prosesnya dengan menganalisis karakteristik psikometri subtes ZR pada IST, meliputi analisis indeks kesukaran aitem, indeks daya beda aitem, reliabilitas tes, dan validitas konstrak.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan menggunakan data yang berupa respon jawaban dari 2011 peserta yang pernah mengikuti tes seleksi kerja masuk ke perusahaan yang didokumentasikan oleh P3M. Subtes ZR terdiri dari 20 soal. Jawaban benar akan diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Analisis terhadap subtes ZR dilakukan berdasarkan teori tes klasik dan ditemukan bahwa dari 20 aitem subtes ZR hampir semua aitem atau 19 aitem memiliki indeks kesukaran dan indeks diskriminasi yang sangat baik. Nilai reliabilitas IST dicari dengan menggunakan perhitungan KR-20 dan menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0,882. Hasil ini menunjukkan IST subtes ZR kurang reliabel karena berdasarkan Murphy dan Davidshofer (2003) nilai reliabilitas tes inteligensi yang baik adalah 0,900. Hasil uji validitas konstrak menunjukkan bahwa subtes ZR memiliki hubungan yang konvergen dengan subtes RA. Hasil akhir menunjukkan kualitas IST khususnya subtes ZR yang digunakan di P3M cukup baik.

Kata Kunci: Karakteristik Psikometri, Teori Tes Klasik, IST, subtes ZR

1Mahasiswa Fakultas Psikologi Univesitas Sumatera Utara

(15)

Psychometric Charateristics of Zahlenreihen (ZR) Subtest In Intelligenz Struktur Test (IST)

Princen1 and Etty Rahmawati2

1Student, Faculty of Psychology, University of North Sumatera

ABSTRACT

Pscyhological test that has good quality from psychometric view is a must in a measurement process to ensure a precise result and can be trusted. But many factors can affect the quality of a test, so a constantly evaluation and revision is needed.

The purpose of this study is to analyze the psychometric characteristics of intelligence test Intelligenz Struktur Test (IST) used at Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Faculty of Psychology, University of North Sumatera that adapted by UNPAD in 1973. Because it is an old adaptation but still used in P3M, we want to determine if the IST is functionin according to the IST objectives, especially in Zahlenreihen (ZR) subtest. It is done by analyzing the psychometric characteristics of ZR subtest, including the item difficulty index, the item discrimination index, reliability and construct validity of the subtest.

Data was collected by documentation. The data was the answer of 2011 participants who attended at selection test held by P3M. ZR subtest consists of 20 questions. Correct answer will be scored 1 and incorrect answers were scored 0. This subtest is analyzed based on classical test theory and as a result, from 20 items, ZR subtest has 19 item that is good in item discrimination index and has a varied item difficulty index. The reliability is calculated using KR-20 and the reliability value is 0,882. This result showed that subtest ZR of IST is not reliable, based on Murphy and Davidshofer (2003), that a good reliability of a intelligence test must be 0,900 or more. Construct validity analysis shows that ZR subtest in IST had significant convergent correlation with RA subtest. The final result showed that ZR subtest is quite good to be used.

Kata Kunci: Psychometric Characteristics, Classical Test Theory,, IST, ZR

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sehari – hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak di sekolah tersebut. Di sekolah, seorang siswa diberi tes untuk menentukan apakah dia tamat atau tidak. Setelah itu, untuk masuk ke perguruan tinggi seorang calon mahasiswa akan diberi tes lagi. Saat akan memasuki dunia kerja, calon karyawan juga akan diberi tes untuk menentukan apakah dia diterima atau tidak. Di dunia modern, sebagian besar kehidupan dan kesuksesan seseorang tergantung dari hasil tes.

Tes adalah alat untuk mengukur atau teknik yang digunakan untuk mengkuantifikasi perilaku atau bantuan untuk mengerti dan memprediksi tingkah laku (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Sebagai contoh, tes matematika mengukur kemampuan berhitung seseorang atau sejauh mana seseorang menguasai pelajaran matematika yang telah diajarkan.

Kaplan dan Saccuzzo (2005) membagi tes menjadi dua macam,

personality test (tes kepribadian) dan ability test (tes kemampuan). Tes

(17)

untuk menyelesaikan masalah, beradaptasi pada lingkungan yang berubah, dan belajar dari pengalaman.

Berdasarkan kegunaan dari tes inteligensi, yaitu untuk mengukur potensi untuk menyelesaikan masalah, maka banyak pihak seperti sekolah atau perusahaan yang menggunakan tes inteligensi untuk menyeleksi orang yang akan masuk ke sekolah atau perusahaan tertentu. Tujuannya adalah agar orang yang telah lolos dari seleksi akan dapat menunjukkan kinerja yang baik, memecahkan masalah yang akan dihadapi di sekolah atau perusahaan. Jadi, hasil tes inteligensi tersebut dijadikan tolak ukur apakah seseorang berkompeten masuk ke sekolah ataupun memiliki karakter yang diinginkan perusahaan. Melihat penggunaan hasil tes inteligensi yang cukup luas di sekolah dan perusahaan, maka sangatlah penting bahwa instrumen tes tersebut benar – benar berkualitas, yaitu benar – benar sesuai fungsi dasarnya dan dapat dipercaya.

Salah satu alat untuk mengukur inteligensi adalah IST (Intelligenz Struktur

Test). IST adalah alat ukur inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer

pada tahun 1953 dan populer di Jerman. IST telah direvisi beberapa kali yaitu pada tahun 1973 (dikenal dengan nama IST-70) dan pada tahun 1999 (IST 2000) dan yang paling terbaru adalah IST 2000R pada tahun 2007. IST dirancang untuk mengukur kemampuan verbal, numerikal, dan spasial yang dinilai dari 9 subtes.

(18)

IST cukup populer digunakan di Indonesia, salah satunya digunakan di Unit Pelayanan Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (selanjutnya disebut P3M) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (selanjutnya disebut USU). IST diberikan atas permintaan perusahaan tertentu ketika melakukan seleksi (komunikasi personal dengan staff P3M Novi, 15 Oktober 2010, pukul 12.00 WIB di ruang P3M). Akan tetapi, versi IST yang digunakan hingga sekarang adalah versi adaptasi pada tahun 1973, dengan norma yang juga masih sama. Berdasarkan pengamatan peneliti, belum pernah dilakukan evaluasi maupun revisi terhadap IST yang digunakan.

Melihat bahwa IST yang digunakan di Indonesia belum pernah dilakukan revisi, maka akan sangat wajar jika aitem – aitem yang terdapat di dalamnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Bahasa yang digunakan juga tentu sudah mengalami perubahan, yang akan mengakibatkan orang yang mengikuti tes tidak mengerti pertanyaannya, sehingga dia menjawab sembarangan dan skornya menjadi jelek atau tidak merepresentasikan kemampuannya.

(19)

pernah diperbarui, maka akan memberikan hasil skor inteligensi yang lebih tinggi dari seharusnya.

Norma yang tidak sesuai, juga berkaitan dengan validitas sebuah tes. Valid artinya sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009). Jika hasil tes tidak tepat, maka tes tersebut tidak valid. Imbasnya adalah, jika tes tersebut digunakan untuk menyeleksi orang, tentulah orang yang diseleksi bukan merupakan orang yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Jika data yang tidak valid tersebut dievaluasi dengan norma, maka tentu saja salah. Begitu juga sebaliknya, hasil tes yang valid, jika dikaitkan dengan norma yang tidak tepat, maka hasilnya juga pasti menjadi salah. Selain valid, tes diharapkan juga memberikan hasil yang reliabel.

Konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Bila terjadi perbedaan besar dalam hasil pengukuran, maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel. Reliabilitas ini juga berkaitan dengan validitasnya. Jika alat ukur tidak dapat mengukur apa yang diinginkan, maka tentu saja alat ukur tersebut tidak dapat dipercaya.

(20)

ditemukan peneliti di internet. Salah satu situs di internet menyediakan jasa pelatihan psikotest, dan IST termasuk dalam program pelatihan mereka. Jika kunci jawaban telah bocor, maka tentu hasil tes seorang individu bukan menunjukkan kemampuan dari individu tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada subtes ZR (Zahlenreihen) yang memiliki arti deret angka. Dalam subtes ini subyek diminta unuk melanjutkan deret angka dengan mengisi angka pada posisi terakhir dari deret berdasarkan pola yang terlihat dari angka – angka yang tersedia sebelumnya. Subtes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir induktif dengan bilangan serta momen ritmis (ritme dalam pola angka). Pola berpikir induktif cukup penting dalam kehidupan manusia karena manusia umumnya memperoleh pengetahuan dari cara berpikir seperti ini. Oleh karena itu, orang yang dapat berpikir secara induktif dengan baik akan dapat mempelajari sesuatu dengan lebih mudah.

(21)

Melihat pada hal tersebut, maka dilakukan pengujian karakteristik psikometri pada subtes ZR untuk melihat apakah subtes ZR mampu menyeleksi orang yang dapat berpikir secara induktif. Karakteristik psikometri yang dilihat berupa indeks diskriminasi, indeks kesukaran aitem, indeks reliabilitas, dan indeks validitas. Mengingat bahwa ZR digunakan untuk mengukur pemikiran induktif, maka penting bahwa tes tersebut valid, reliabel, dan norma yang digunakan sudah diperbarui.

B. Identifikasi Masalah

IST yang digunakan di Indonesia merupakan hasil adaptasi dari Unpad pada tahun 1973. Hasil adaptasi tersebut masih tetap digunakan hingga sekarang tanpa ada revisi atau bahkan evaluasi. Selain itu, norma yang digunakan untuk dibandingkan dengan skor hasil tes juga belum pernah diperbaharui. Norma suatu tes hendaknya diperbarui secara terus menerus. Karakteristik atau kemampuan dari populasi terus berubah atau berkembang, sehingga diperlukan norma yang terus mengikut perubahan tersebut. Namun berdasarkan pengamatan peneliti, IST yang digunakan di Sumatera Utara belum pernah diperbarui.

IST masih terus menerus digunakan dari tahun 1973. Karena terus menerus digunakan, dikhawatirkan terjadinya kebocoran. Ujian Nasional yang terus diganti saja bisa bocor, apalagi IST yang sudah digunakan bertahun – tahun tanpa adanya revisi.

(22)

reliabilitas dan validitas. Analisis aitem atau parameter aitem secara kuantitatif mencakup analisis diskriminasi, indeks kesukaran aitem, dan efektivitas distraktor dilakukan untuk subtes ZR. Selanjutnya akan diestimasi reliabilitas dan validitas konstruk tes. Reliabilitas aitem menunjukkan sejauh mana perbedaan-perbedaan individu dalam skor tes dapat dianggap sebagai yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang sesungguhnya dalam karakteristik yang dipertimbangkan dan sejauhmana dapat dianggap disebabkan oleh kesalahan peluang (Anastasi & Urbina, 2006). Selanjutnya adalah uji validitas, dengam menggunakan metode multitrait-multimethod meliputi validitas diskriminan dan validitas konvergen.. Pada validasi konvergen ZR akan dikorelasikan dengan RA, karena kedua subtes ini mengukur hal yang hampir sama yakni kemampuan berpikir induktif dan pada validasi diskriminan dilakukan dengan mengkorelasikan subtes ZR dengan WU karena kedua subtes ini mengukur hal yang berbeda. WU mengukur daya bayang ruang dan ZR mengukur pemikiran induktif.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa besarkah indeks diskriminasi aitem subtes ZR pada IST? 2. Seberapa besarkah indeks kesukaran aitem subtes ZR pada IST? 3. Seberapa besarkan nilai reliabilitas subtes ZR pada IST?

4. Bagaimanakah validitas konstrak IST subtes ZR dilihat dari validitas

(23)

5. Bagaimanakah kualitas alat tes IST subtes ZR berdasarkan hasil analisis karakteristik psikometri?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah IST masih memiliki karakteristik psikometri yang baik dan masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes ZR.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah manfaat keilmuan dalam bidang Psikologi mengenai karakteristik IST subtes ZR sehingga dapat memberikan informasi apakah IST masih sesuai dengan fungsi IST ketika disusun.

2. Manfaat Praktis

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ada dua macam teori dalam ilmu pengukuran, yakni Teori Tes Modern, yang lebih dikenal dengan item response theory (IRT), dan Teori Tes Klasik. IRT dapat memberikan informasi yang lebih mendetil dan lebih fleksibel daripada teori tes klasik. Akan tetapi, perhitungan dalam teori tes klasik lebih mudah untuk dilakukan, sehingga penelitian ini akan menggunakan pendekatan Teori Tes Klasik dalam proses analisis yang dilakukan.

A. Teori Tes Klasik

1. Pengertian Teori Tes Klasik

Pendekatan teori tes klasik ini sering disebut model skor murni (true score model). Pendekatan inilah yang telah berhasil meletakkan dasar – dasar konsepsi

dalam analisis karakteristik psikometri perangkat ukur psikologis (Crocker & Algina, 2005). Inti Teori Tes Klasik adalah asumsi-asumsi yang dirumuskan secara matematis. Asumsi – asumsi tersebut pada prinsipnya merupakan hubungan matematis dari skor tampak, skor murni, dan eror pengukuran.

2. Asumsi-Asumsi dalam Teori Tes Klasik

(25)

a. Asumsi 1 X = T + E

Asumsi ini menjelaskan bahwa sifat aditif berlaku pada hubungan antara skor tampak, skor muni, dan eror. Skor tampak (X) merupakan jumlah skor murni (T) dan eror (E), jadi besar skor tampak akan tergantung oleh besarnya eror pengukuran, sedangkan besarnya skor murni individu pada setiap pengukuran yang sama diasumsikan selalu tetap.

b. Asumsi 2:

ε(X) = T

Asumsi ini menyatakan bahwa skor murni merupakan nilai harapan dari skor tampaknya. Jadi, T merupakan harga rata-rata distribusi teoretik skor tampak apabila orang yang sama dikenai tes yang sama berulang kali dengan asumsi pengulangan tes itu dilakukan tidak terbatas banyaknya dan setiap pengulangan tes adalah tidak bergantung satu sama lain.

c. Asumsi 3:

= 0

(26)

d. Asumsi 4:

= 0

Bila E1 melambangkan eror pada pengukuran atau tes pertama dan E2

melambangkan eror pada tes yang kedua maka asumsi ini menyatakan bahwa eror pengukuran pada dua tes yang berbeda, yaitu E1 dan E2 tidak berkorelasi satu sama

lain.

e. Asumsi 5

= 0

ρ

e1t2

=

0

Asumsi ini menyatakan bahwa eror pada suatu tes (e1) tidak berkorelasi

dengan skor murni pada tes lain (T2). Asumsi ini tidak dapat bertahan apabila tes

yang kedua mengukur aspek yang mempengaruhi eror pada pengukuran yang pertama.

Selain dua asumsi yang telah disebutkan, Suryabrata (2005) menuliskan lagi dua asumsi sebagai berikut:

f. Asumsi 6

Jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama mempunyai skor tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T = T’ serta varians eror kedua tes tersebut sama, kedua tes tersebut disebut sebagai tes yang paralel.

g. Asumsi 7

(27)

konstan, maka kedua tes tersebut dapat disebut sebagai tes yang setara (equivalent

test). Dua tes yang setara dapat memiliki varians eror yang berbeda karena

keduanya belum tentu merupakan tes yang parallel, namun dua tes yang parallel tentu memenuhi syarat sebagai tes yang setara (Azwar, 2009).

Asumsi-asumsi teori klasik sebagaimana disebutkan di atas memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan berbagai formula yang berguna dalam melakukan pengukuran psikologis. Indeks diskriminasi, indeks kesukaran, efektivitas distraktor, reliabilitas dan validitas adalah formula penting yang disarikan dari teori tes klasik.

B. Analisis Karakteristik Psikometri

Alat tes yang baik memiliki aitem yang baik (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Aitem yang baik dapat dilihat melalui analisis terhadap beberapa parameter diantaranya adalah, taraf kesukaran aitem dan daya diskriminasi aitem. Murphy & Davidshofer (2003) menambahkan analisis terhadap efektivitas distraktor untuk melihat kualitas aitem.

1. Indeks Kesukaran Aitem

a. Pengertian Indeks Kesukaran Aitem

(28)

N

n

p

=

i

/

(1)

Keterangan : p = Indeks kesukaran aitem

ni = banyaknya individu yang menjawab aitem dengan benar

N = banyaknya individu yang menjawab aitem

Selain dinyatakan dalam bentuk proporsi p, indeks kesukaran aitem dapat dinyatakan dalam bentuk persentase dengan cara mengalikan p dengan 100%. Aitem yang mempunyai p = 0,75 adalah sama pengertiannya dengan mempunyai indeks kesukaran 0,75 x 100% = 75%.

Menurut Bradfield dan Moredock (dalam Kumar, 2009) indeks kesukaran aitem dapat diperoleh dari indeks diskriminasi. Sebuah aitem yang dapat dijawab oleh 90 persen subjek akan dianggap aitem yang mudah. Namun penentuan indeks kesukaran aitem tidak penting untuk indeks diskriminasi dari tes. Indeks kesukaran aitem perlu ditentukan ketika akan membagi tes menjadi dua bentuk yang paralel.

Indeks kesukaran optimum dari aitem berkisar antara 0.625 (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Akan tetapi, dalam tes haruslah terdapat aitem – aitem dengan indeks kesukaran yang berbeda – beda.

b. Analisis Indeks Kesukaran Aitem

(29)

semua dapat menjawab pertanyaan dengan benar (p = 1) tentu tujuan alat tes tidak dapat dipenuhi (Murphy & Davidshofer, 2003).

Tabel 1 Kategorisasi Batasan Nilai p

P Kategori

p < 0,3 Sulit 0,3 < p < 0,7 Sedang p > 0,7 Mudah

Tingkat kesukaran aitem tergantung bentuk dari tes (Kumar, 2009). Dalam tes kecepatan, semua aitem memiliki tingkat kesukaran yang sama, sedangkan dalam tes kekuatan, tingkat kesukarannya semakin bertambah sesuai urutan. Akan tetapi, untuk hasil tes IST yang digunakan untuk mengukur inteligensi sebaiknya memiliki rentang nilai p yang bervariasi, dari mudah hingga sulit.

2. Indeks Diskriminasi Aitem

a. Pengertian Indeks Diskriminasi Aitem

(30)

Murphy dan Davidshofer (2003) mengatakan bahwa aitem yang baik seharusnya mampu membedakan kelompok individu yang mampu mengerjakan suatu tes dengan baik dan yang tidak mampu mengerjakan dengan baik, atau dengan kata lain antara kelompok yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok yang memiliki kemampuan rendah. Indeks diskriminasi aitem disimbolkan dengan d.

d =

l u n

L n U

− (2)

Keterangan: U = Upper group = Jumlah peserta dari kelompok tinggi yang menjawab aitem dengan benar

nu = Jumlah peserta dari kelompok tinggi

L = Lower group = Jumlah peserta dari kelompok rendah yang menjawab aitem dengan benar

ni = Jumlah peserta dari kelompok rendah

Menurut Murphy dan Davidshofer (2003) ada tiga cara statistik yang dapat digunakan untuk mengestimasi daya beda aitem, yaitu:

1) Metode kelompok ekstrem

(31)

2) Korelasi aitem – total

Statistik ini merepresentasikan korelasi sederhana antara skor pada sebuah aitem dengan skor secara keseluruhan. Korelasi ini biasanya disebut korelasi

point-biserial. Korelasi aitem-total yang positif menunjukkan bahwa aitem

tersebut dapat mendiskriminasi antara yang mampu mengerjakan tes dengan yang tidak. Selain itu, korelasi yang positif juga menunjukkan bahwa aitem mengukur hal yang sama dengan tes.

3) Korelasi inter – aitem

Kegunaan korelasi inter - aitem adalah untuk mengerti pengukuran diskriminasi aitem. Pengukuran korelasi inter – aitem dapat membantu kita untuk mengerti mengapa beberapa aitem gagal untuk mendiskriminasikan orang yang mampu mengerjakan tes dengan baik dan orang yang tidak mampu mengerjakan tes.

b. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem

(32)
[image:32.595.115.509.178.284.2]

Ebel (dalam dalam Azwar, 2010) menyarankan kriteria evaluasi indeks diskriminasi dalam empat kategori yaitu:

Tabel 2 Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem Indeks

Daya Beda Evaluasi

0,4 atau lebih Bagus sekali

0,3 – 0,39 Lumayan bagus, tidak membutuhkan revisi 0,2 – 0,29 Belum memuaskan, perlu revisi

Kurang dari 0,20 Jelek dan harus dibuang

3. Efektivitas Distraktor

a. Pengertian Efektivitas Distraktor

Aitem tes yang sempurna akan memiliki dua karakteristik. Pertama, orang yang mengetahui jawaban terhadap suatu pertanyaan akan selalu memilih jawaban yang benar. Kedua, orang yang tidak mengetahui jawabannya akan memilih jawaban secara acak dari jawaban yang ada (Murphy & Davidshofer, 2003). Ini artinya beberapa orang akan dapat menebak dengan benar. Selain itu, dapat juga berarti setiap jawaban yang salah akan sering dipilih juga.

b. Analisis Efektivitas Distraktor

(33)

4. Reliabilitas Alat Ukur a. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas sebuah tes adalah stabilitas dari hasil tes ketika diberikan lagi, yaitu, jika seorang individual diberikan tes dengan cara yang sama maka akan menghasilkan hasil yang konsisten jika atribut yang diukur itu tidak berubah (Kumar, 2009). Selain itu, jika sebuah tes memiliki reliabilitas yang tinggi, maka secara relatif eror pengukurannya akan semakin berkurang sehingga alat tes tersebut dapat dipercaya.

Reliabilitas alat ukur juga menunjukkan sejauh mana perbedaan – perbedaan skor tampak mencerminkan perbedaan atribut yang sebenarnya. Karena konsepsi mengenai reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi antara dua perangkat skor tes, maka formula reliabilitas selalu dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Azwar, 2009).

Secara praktis, Kumar (2009) menyebutkan dua pengertian reliabilitas: 1) Reliabilitas adalah proporsi dari varians skor dengan varians skor tampak 2) Reliabilitas adalah proporsi dari varians eror terhadap varians total

b. Bentuk Estimasi Reliabilitas

(34)

beberapa sampel individu yang merespon beberapa aitem. Beberapa prosedur yang disebutkan oleh Crocker dan Algina (1986) untuk mengestimasi reliabilitas adalah sebagai berikut

1) Prosedur yang memerlukan dua kali administrasi tes a) Metode tes paralel

Metode ini menggunakan dua bentuk dari tes yang paralel yang diberikan pada subjek yang sama. Kedua bentuk tes tersebut harus diberikan dalam waktu yang dekat untuk menghindari kelelahan. Koefisien korelasi kedua bentuk tes tersebut kemudian dihitung.

b) Metode tes ulang

Metode ini menyajikan tes dua kali pada kelompok yang sama dan kemudian mengkomputasikan koefisien korelasi antara kedua penyajian tes. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah kondisi subjek pada penyajian tes yang kedua belum tentu sama dengan kondisinya pada saat penyajian tes yang pertama.

c) Metode tes ulang dengan tes paralel

(35)

2) Metode yang memerlukan administrasi tes hanya sekali

Jika tes hanya dapat diadministrasi sekali saja, koefisien reliabilitas dapat diestimasi dengan melihat seberapa konsisten performa subjek diseluruh aitem. Prosedur ini disebut metode konsistensi internal. Berikut dua metode digunakan untuk mengestimasi konsistensi internal.

a) Pembelahan

Menggunakan metode pembelahan, penguji mengadministrasi satu bentuk dari tes kepada sekelompok subjek. Sebelum menskor tes, penguji membagi aitem tersebut menjadi dua subtes, dengan tiap – tiap bagian merupakan setengah dari tes aslinya. Jadi, jika tes yang diberikan berisi 20 aitem, maka akan dibagi menjadi dua subtes dengan 10 aitem tiap subtes. Tujuannya adalah untuk membuat dua tes yang mendekati paralel sebisa mungkin. Empat metode yang populer untuk membagi tes adalah:

i) Membagi berdasarkan aitem dengan nomor ganjil dan aitem dengan nomor genap.

ii) Mengurutkan berdasarkan tingkat kesukaran yang dilihat dari respon subjek; kemudian membagi dalam peringkat dengan nomor ganjil dan genap.

iii) Membagi secara acak.

iv) Membagi aitem sehingga keduanya ”sesuai” dalam isinya.

(36)

b) Metode berdasarkan kovarians aitem

Metode ini menggunakan beberapa cara dalam menentukan reliabilitas, yaitu Kuder Richardson 20, alpha Cronbach, dan analisis varians Hoyt.

c. Formula Estimasi Reliabilitas

Berikut beberapa formula estimasi yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas:

1) Formula Spearman Brown

Koefisien korelasi yang didapat dari pembelahan tes umumnya akan lebih rendah dari koefisien reliabilitas untuk tes dengan panjang yang sebenarnya. Untuk mengatasi ini dapat digunakan formula Spearman Brown.

AB AB xx

ρ

ρ

ρ

+ = 1 2 ' (3)

Keterangan: ρxx'= koefisien reliabilitas

AB

ρ = korelasi antara kedua belahan tes

2) Rulon

Alternatif lain untuk mengestimasi koefisien reliabilitas dari tes yang dibelah dua adalah metode yang diajukan oleh Rulon pada tahun 1939 :

2 2

1

'

x D

xx

σ

σ

ρ

=

(4)

Keterangan: σD2= Varians perbedaan skor kedua belahan

2

x

σ = Varians skor tes

(37)

3) Koefisien Alpha

Cronbach, pada tahun 1951, menyajikan metode untuk mengestimasi konsistensi internal dan membuat sebuah formula umum yang dikenal dengan koefisien alpha Cronbach.

        − −

=

2

2 1 1 x i k k σ σ α (5)

Keterangan: k = jumlah aitem

2

i

σ = varians dari aitem i

2

x

σ = varians total tes

Alpha dapat digunakan untuk mengestimasi konsistensi internal dari aitem yang dikotomi.

4) Formula Kuder Richardson

Salah satu metode yang cukup dikenal selain koefisien alpha adalah Kuder Richardson 20. KR 20 hanya dapat digunakan untuk aitem dikotomi. Formula ini berasal dari usaha Kuder dan Richardson ketika mencari solusi terhadap metode pembelahan tes yang gagal untuk memberi hasil yang unik untuk sebuah tes. Dalam tulisan mereka terdapat dua formula untuk mengestimasi, yaitu KR 20 dan KR 21. Formula untuk KR 20 adalah

        − − =

2 20 1 1 x pq k k KR σ (6)

Keterangan : k = banyaknya aitem dalam tes pq = varians dari aitem i

2

x

(38)

Jika asumsinya semua aitem memiliki kesukaran yang sama, Kuder dan Richardson merumuskan formula yang lebih sederhana, yang tidak memerlukan penghitungan varians tiap aitem. Formula KR 21 adalah sebagai berikut:

(

)

      − − = 2 21 1

1 k x

k k k KR σ µ µ (7)

Keterangan : k = banyaknya aitem dalam tes

µ= mean skor total

2

x

σ = varians total tes

Jika semua aitem memiliki tingkat kesukaran yang sama, formula KR 20 dan KR 21 akan menghasilkan estimasi reliabilitas yang setara; akan tetapi, jika tingkat kesukaran tiap aitem berbeda, estimasi reliabilitas dari KR 21 akan lebih rendah dari KR 20.

5) Metode Hoyt

Hoyt pada tahun 1941 mengembangkan suatu pendekatan untuk mengestimasi reliabilitas yang juga menghasilkan hasil yang identik dengan hasil yang diperoleh dari koefisien alpha. Metode Hoyt didasarkan atas analisis varians. Menggunakan analisis varians standar, dia mendefinisikan estimasi reliabilitasa sebagai beriku: persons residual persons MS MS MS

xx'= −

ρ

Keterangan: MSpersons = mean square term for persons (kuadrat rata – rata untuk

orang dari analisis varians)

MSresidual = mean square term for the residual variance (kuadrat

(39)

Hoyt menghubungkan formulanya dengan definisi teoritis dari koefisien reliabilitas dengan menyatakan bahwa MSpersons merepresentasikan varians skor

tampak dan MSresidual merepresentasikan varians eror dalam ekspresi reliabilitas

teoritis

2 2 2

'

X E X xx

σ σ σ

ρ = − (8)

Keterangan: σ2X = varians skor tampak

2

E

σ = varians eror

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Reliabilitas

Crocker & Algina (1987) menjelaskan bahwa ada 3 hal utama yang secara tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya koefisien reliabilitas suatu instrumen, yaitu:

1) Homogenitas Kelompok

Homogenitas kelompok perlu diperhatikan ketika menyusun alat tes karena dalam suatu kondisi tes, semakin besar homogenitas kelompok maka akan berkaitan dengan trait-trait tertentu yang diukur dan berdampak pada indeks reliabilitas yang akan semakin rendah bila dibandingkan dengan kondisi ketika kelompok sampel lebih heterogen.

2) Batasan Waktu dalam Tes

(40)

3) Panjang Tes

Panjang dari suatu tes sangat bergantung pada banyaknya aitem-aitem yang menyusun tes tersebut. Semakin banyak aitem yang memiliki kualitas baik dalam suatu tes, maka semakin tinggi pula indeks reliabilitas instrumen tersebut.

e. Analisis Reliabiliatas

Sebuah alat tes yang sangat reliabel tentu akan lebih dipilih dibandingkan alat tes yang kurang reliabel. Reliabilitas yang tinggi diperlukan ketika tes tersebut digunakan untuk menjatuhkan keputusan tentang orang dan ketika menyeleksi individu dalam kategori – kategori tertentu yang didasarkan pada perbedaan individu yang relatif kecil. Alat tes dengan reliabilitas yang rendah dapat diterima ketika tes tersebut digunakan untuk seleksi awal, bukan ketika akan menjatuhkan keputusan akhir dan ketika membagi individu berdasarkan perbedaan individu yang jelas besar.

Tes – tes inteligensi yang terstandarisasi kebanyakan melaporkan estimasi reliabilitas sebesar 0,90. Kisaran sebesar ini dianggap sebagai reliabilitas yang tinggi. Estimasi reliabilitas sebesar 0,70 dianggap sudah rendah untuk alat tes inteligensi.

5. Validitas

a. Pengertian Validitas

(41)

masalah ada atau tidak. Validasi juga merupakan proses yang tidak ada henti – hentinya. Sesungguhnya, validasi bukan pada intrumen pengukuran akan tetapi melihat bagaimana instrumen tersebut dipakai. Tes yang digunakan untuk menyeleksi mahasiswa perguruan tinggi harus valid untuk tujuan tersebut, tapi tidak perlu valid untuk tujuan lain, seperti tingkat pemahaman pelajaran di sekolah.

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009). Artinya adalah bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil – kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain.

b. Jenis-Jenis Validitas

Jenis validitas secara umum ada tiga tipe yaitu predictive validity (validitas prediktif), content validity (validitas isi), dan construct validity (validitas konstruk).

a) Validitas prediktif

(42)

instrumen itu sendiri, yang disebut kriteria. Validitas prediktif diindikasikan dari korelasi antara hasil pengukuran dan kriterianya.

Kata prediksi akan digunakan dengan mengartikannya sebagai hubungan fungsional antara sebuah instrumen dan kejadian yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah instrumen digunakan. Beberapa ahli menyatakan prediksi ini dalam tiga poin waktu, secara berurutan, sebagai postdiction, concurrent validity, dan

prediction. Walaupun istilahnya berbeda, akan tetapi ketiganya adalah sama.

Dalam setiap prosedur itu, sebuah prediktor dihubungakan dengan kriteria. Beberapa orang menyebut validitas prediktif sebagai validitas kriteria. Validitas kriteria menunjukkan pada kita sejauh mana sebuah tes sesuai dengan kriteria tertentu (Kaplan & Saccuzzo, 2004). Sebuah kriteria adalah standar atau patokan yang dibandingkan dengan tes.

b) Validitas isi

Validitas ini bergantung pada apakah suah memenuhi kawasan ukur tertentu. Validitas isi ini biasanya diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Professional

judgement artinya tes tersebut dinilai oleh orang yang berkompeten dalam bidang

(43)

c) Construct related (validitas berdasarkan estimasi konstrak)

Allen & Yen (dalam Azwar, 2009) menjelaskan bahwa validitas konstrak adalah tipe estimasi validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.

Crocker dan Algina (1987) menyebutkan empat pendekatan yang sering digunakan dalam validitas konstruk.

1) Korelasi antara pengukuran konstruk dan tujuan

Contoh klasik untuk pendekatan ini adalah usaha untuk membuat bukti korelasional dari hubungan antara skor pada tes inteligensi dan pengukuran performansi di sekolah atau tempat kerja. Walaupun inteligensi dan pencapaian di sekolah bukan merupakan konstruk yang sama, akan tetapi dapat diperdebatkan bahwa paling tidak ada hubungan antara keduanya.

2) Perbedaan antara kelompok – kelompok

(44)

3) Analisis faktor

Pendekatan ini secara umum melibatkan beberapa kumpulan alat pengukuran yang diberikan pada subjek yang sama. Dengan mengkalkulasikan korelasi antara alat pengukuran tersebut kemudian menggunakan teknik analisis faktor untuk mengidentifikasi beberapa variabel yang mendasari ( disebut faktor ) yang menyebabkan variasi pada variabel asli dari alat ukur.

4) Analisis multitrait - multimethod

Campbell dan Fiske (dalam Murphy & Davidshofer, 2003), menguraikan pendekatan yang sering digunakan dalam menilai validitas konstruk. Mereka mendapati bahwa jika menggunakan beberapa metode untuk mengukur beberapa konstrak, korelasi antara pengukuran tersebut akan menghasilkan sebuah matriks

multitrait – multimethod. Melalui pendekatan multitrait – multimethod ini dapat

dilihat dua macam validitas, yaitu validitas konvergen dan validitas diskriminan.

6. Analisis Karakteristik Alat Ukur

(45)

dengan tujuan alat itu dikonstruksi. Oleh karena itu, validitas dan reliabilitas tidaklah dapat dipisah dalam menganalisis alat ukur.

Koefisien reliabilitas juga dapat mempengaruhi koefisien validitas. Bila aitem dalam tes bertambah banyak, maka sampai batas tertentu reliabilitasnya juga akan meningkat. Tes yang meningkat reliabilitasnya akan meningkatkan juga validitasnya. Semakin tinggi varians skor tampak yang merupakan varians skor murni (artinya, semakin tinggi reliabilitas) maka semakin besar pula proporsi varians yang sama – sama dimiliki oleh tes dan kriterianya yang artinya, semakin tinggi validitasnya (Azwar, 2009)

Analisis terhadap aitem dapat meningkatkan pemahaman kita tentang alat tes. Analisis aitem dapat menunjukkan mengapa sebuah tes itu reliabel (atau tidak reliabel) dan dapat membantu dalam memahami mengapa skor tes dapat digunakan untuk memprediksi beberapa kriteria tertentu dan tidak bisa untuk kriteria yang lain. Melalui analisis aitem juga dapat menemukan cara untuk meningkatkan kualitas hasil pengukuran dari tes tersebut. (Murphy & Davidshofer, 2003)

(46)

tersebut memiliki efektivitas yang terlalu efektif. Dapat kita lihat bahwa ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain, yang pada akhirnya akahn mempengaruhi reabilitas dan validitas alat ukur.

C. Intelligenz Struktur Test (IST)

Amthauer mendefinisikan intelegensi sebagai sebuah bagian khusus dalam keseluruhan struktur kepribadian manusia. Intelegensi tidak hanya identik dengan proses intelektual, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan dorongan, kemamuan, dan perasaan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, intelegensi merupakan keseluruhan tertruktur dari kemampuan jiwa-rohani yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya—misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.

Amthauer berasumsi dari dasar pemikiran tersebut, bahwa hasil tes dan kemampuan yang disimpulkan dari hasil tes memiliki kaitan satu sama lain dan membentuk suatu struktur—tidak hanya hasil tes nya, begitu pula dengan pemeriksaannya.

Amthauer kemudian menyusun sebuah tes berdasarkan asumsi tersebut. Tes yang disusunnya dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut :

“komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang lainnya.”

(47)

reliabilitas, dan analisis item); sedangkan studi psikologis untuk temuan yang sifatnya intuitif.

Tes IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga 2000-an. a. IST 1953

IST yang pertama ini pada awalnya hanya diperuntukan untuk usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.

b. IST 1955

IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 range untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.

c. IST 70

(48)

jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.

d. IST 2000

IST 2000 tidak mengandung soal kalimat pada soal hitungan sebagai koreksi dari IST 70.

e. IST 2000-Revised

IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut :

1) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes :

Satzergänzung (SE), (AN), Gemeinsamkeiten (GE),

Rechenaufgaben (RE), Zahlenreihen (ZR), Rechenzeichen (RZ),

Figurenauswahl (FA), Würfelaufgaben (WÜ), dan Matrizen (MA)

2) Modul Merkaufgaben; terdiri dari subtes Merkaufgaben Verbal dan

Merkaufgaben Figural

3) Erweiterungmodul (Modul "menguji pengetahuan"); terdiri dari subtes

Wissentest (tes pengetahuan)

Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat ukur inteligensi terstruktur

yang disusun oleh Rudolf Amthauer pada tahun 1953. IST yang kini digunakan di Indonesia merupakan hasil adaptasi yang telah dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung (UNPAD). Adaptasi dilakukan kepada IST-70.

(49)

untuk tiap subtes. Kecuali subtes GE (Gemeinsamkeiten / Pengelompokan Kata) yang memiliki kata kunci khusus dengan ketentuan penilaian dengan rentang antara 0 sampai 2 tergantung dengan jawaban yang diberikan subjek, sedangkan subtes lain hanya memiliki jawaban benar atau salah. Skor inteligensi diperoleh dengan cara menjumlahkan skor masing – masing subtes dan mengkonversikan skor total keseluruhan yang masih berupa raw score ke dalam nilai atau taraf inteligensi (weighted score) dengan membandingkan dengan norma. Taraf inteligensi ini bila dibandingkan dengan norma umum akan menunjukkan kelompok taraf inteligensi tertentu.

Sembilan subtes yang terdapat dalam IST adalah:

1) SE (Satzeranzung) : mengukur sense of reality (rasa realitas / menilai sesuatu mendekati realitas), common sense, berpikir konkrit praktis (yang dialami sehari – hari)

2) WA (Wortauswahl) : mengukur kemampuan menghayati masalah bahasa atau perasaan empati, berpikir induktif dengan menggunakan bahasa

3) AN (Analogien) : mengukur kemampuan menyusun kombinasi,

fleksibilitas berpikir, berpikir logis / menggunakan pikiran sebagai dasar berpikir (kedalaman berpikir), dan kemauan untuk berpikir eksploratif.

4) GE (Gemeinsamkeiten) : mengukur kemampuan abstraksi, pembentukan pengertian, kemampuan menyatakan / pengertian dalam bahasa,

membentuk pengertian / mencari inti masalah.

(50)

6) RA (rechen Aufgaben) : mengukur kemampuan berpikir matematis, berpikir induktif dan berpikir praktis dengan angka.

7) ZR (Zahlen Reihen) : mengukur kemampuan berpikir induktif dengan angka, fleksibilitas berpikir dalam memecahkan masalah, dan berpikir teoritis dengan disertai momen ritmis.

8) FA (Form Auswahl) : mengukur kemampuan membayangkan, kemampuan berpikir visual, dan kemampuan berpikir konstruktif.

9) WU (Wurfel Aufgaben) : mengukur kemampuan membayangkan ruang, kemampuan tiga dimensi, aspek teknis-konstruktif serta kemampuan analitis.

D. Subtes Zahlen Reihen (ZR)

Subtes ZR merupakan subtes yang terdiri atas aitem yang berbentuk deret angka. Subtes ini terdiri dari 20 aitem dengan waktu administrasi selama 10 menit. Pada subtes ini, subjek diminta melanjutkan deret dengan mengisi angka pada posisi terakhir dari deret.

(51)

lincah dan mudah beralih dari satu cara ke cara lain yakni dengan mengubah atau menggantikan cara ataupun pendekatan dalam menghadapi hambatan dan menyelesaikan permasalahan soal.

Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk subtes ZR, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah atau kosong diberi nilai 0.

Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap

[image:51.595.238.385.484.675.2]

selanjutnya—yaitu interpretasi. Adapun norma yang digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek. Berikut ini adalah contoh tabel skoring IST :

Tabel 3. Daftar Skoring IST

Subtes RW SW

SE 20 127

WA 19 130

AN 16 116

GE 17 117

ME 19 118

RA 11 105

ZR 17 117

FA 18 124

WU 19 126

156 127

(52)

a. Interpretasi

Tahap interpretasi dapat dilakukan setelah didapatkan Standardized Score. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer). Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut :

1. Taraf Kecerdasan

Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.

2. Dimensi Festigung – Flexibilitat

Dimensi Festigung-Flexibilitas menggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang ekstrim, keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia.

(53)

3. Profil M – W

Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil M atau W ini dapat dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik menunjukan bentuk M pada empat subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit).

4. Struktur Kecerdasan

Struktur kecerdasan menggambarkan kecerdasan subjek berdasarkan masing-masing subtes.

[image:53.595.111.511.465.732.2]

Contoh :

Tabel 4 Gambaran kecerdasan berdasarkan subtes

Subtes Skor Norma Keterangan

SE 127 TS Sangat baik dalam kemandirian berpikir, mengambil pertimbangan atas dasar pengalaman yang dimilikinya tergolong baik sekali

WA 130 TS Memiliki kemampuan empati yang sangat baik, dan sangat baik dalam menangkap pengertian/isi dari bahasa

AN 116 T Memiliki kemampuan menghubungkan yang baik, disamping itu kelincahan dan fleksibilitas berpikirnya juga baik

GE 117 T Baik dalam kemampuan abstraksi serta memiliki kemampuan membangun istilah yang baik pula

ME 118 T Daya ingat subjek tergolong baik, kemampuan menghafal dan mempelajari yang dimilikinya juga baik

(54)

Subtes Skor Norma Keterangan

ZR 117 T Kemampuan berpikir teoritis dalam hitungan tergolong baik, subjek juga memiliki kelincahan berpikir matematis yang baik pula

FA 124 TS Subjek sangat baik dalam mengamati dan memikirkan secara menyeluruh, memiliki kemampuan konstruktif yang baik sekali.

WU 126 TS Kemampuan daya bayang ruang yang sangat baik, serta memiliki kemampuan analitis yang baik sekali

Keterangan: TS = Tinggi Sekali T = Tinggi C = Cukup

5. Kesesuaian terhadap Jurusan / Pekerjaan

Interpretasi yang kelima adalah kesesuaian dengan jurusan atau pekerjaan (sesuai dengan kepentingan). Tes IST biasanya digunakan dalam proses seleksi, baik seleksi jurusan di SMU, seleksi perguruan tinggi, maupun seleksi pekerjaan. Untuk melihat kesesuaian terhadap jurusan/pekerjaan, perlu ditinjau norma untuk masing-masing jurusan/pekerjaan yang berisi nilai SW sebagai batas yang dibutuhkan untuk jurusan/pekerjaan tersebut.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban dari peserta terhadap tes IST pada subtes ZR. Skor berbentuk dikotomi, yaitu jika benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Tiap aitem dalam subtes ini terdapat empat pilihan jawaban yang berfungsi sebagai distraktor

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah respon jawaban peserta yang pernah mengikuti tes IST di P3M USU selama tahun 2008 hingga tahun 2010.

C. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Izin Penelitian

a. Mengurus surat permohonan untuk melakukan penelitian di bagian

administrasi pendidikan Psikologii USU yang ditujukan kepada Ketua P3M USU

(56)

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan ketika seluruh data hasil tes IST yang pernah dilakukan oleh P3M telah berhasil dikumpulkan. Data tersebut kemudian akan ditabulasikan dalam Microsoft Excel. Setelah data hasil tes IST ditabulasi, hasil tabulasi ini selanjutnya dipindahkan ke dalam lembar kerja SPSS. Analisis indeks diskriminan, indeks kesukaran aitem, dan efektivitas distraktor akan dilakukan dengan menggunakan program Iteman pada hasil tabulasi tersebut. Dan kemudian kembali menggunakan SPSS untuk menganalisis validitas diskriminan dan konvergen serta reliabilitas tes.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Dokumen yang digunakan berupa data yang didokumentasikan oleh P3M. Data yang dimaksud merupakan data berupa skor atas jawaban peserta yang menggunakan IST.

E. Program Komputer yang Digunakan

(57)

1. Microsoft Excel diproduksi oleh Microsoft Corp. yang diintegrasikan dalam paket Microsoft Office System 2003. Aplikasi ini digunakan untuk proses tabulasi skor tes IST dari P3M USU.

2. SPSS for Windows yang diproduksi oleh SPPS, Inc., digunakan untuk analisis validitas hasil pengukuran dan reliabilitas instrumen tes.

3. Program Iteman, digunakan untuk analisis indeks diskriminan aitem, indeks kesukaran aitem dan efektivitas distraktor.

F. Analisis Data

Proses analisis akan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Analisis indeks kesukaran aitem

Indeks kesukaran aitem merupakan rasio antara penjawab aitem dengan benar dan banyaknya penjawab aitem tersebut. Formula yang akan digunakan adalah

N

n

p

=

i

/

Keterangan : p = Indeks kesukaran aitem

ni = banyaknya individu yang menjawab aitem dengan benar

N = banyaknya individu yang menjawab aitem

(58)

2. Analisis indeks diskriminasi aitem

Formula yang akan digunakan untuk menganalisis indeks diskriminasi aitem

adalah korelasi poin biserial

(

)

q

p

X X

pbis

σ

/

µ

µ

ρ

=

+

Keterangan : µ+ = rata – rata skor yang menjawab aitem dengan benar

X

µ = rata – rata skor seluruh kelompok

X

σ = standar deviasi

p = indeks kesulitan q = 1 – p

Analisis indeks diskriminan akan dilakukan dengan menggunakan program Iteman.

3. Analisis efektivitas distraktor

Efektivitas distraktor akan dianalisa dengan melihat jumlah orang menjawab salah dan jumlah distraktor yang ada. Suatu aitem dikatakan memiliki efektivitas distraktor yang baik ketika proporsi orang yang memilih jawaban yang salah sama. Analisis efektivitas ditraktor akan dilakukan dengan menggunakan progam Iteman.

4. Analisis reliabilitas

Reliabilitas alat ukur akan diukur dengan menggunakan formula berikut

        − −

=

2
(59)

Keterangan : k = banyaknya aitem dalam tes pq = varians dari aitem i

2

x

σ = varians total tes

Reliabilitas dalam tes seleksi dikatakan baik jika indeks reliabilitasnya di atas 0,9. Analisis reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS

for Windows.

5. Analisis validitas konstrak

(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis karakteristik psikometri subtes ZR pada IST yang dilakukan berdasarkan pendekatan CTT yang dilakukan dengan program Iteman™ Version 3.00 akan dideskripsikan dalam bab ini. Diawali dengan pembahasan mengenai

deskripsi umum data penelitian yang dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Umum Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan dokumentasi P3M Fakultas Psikologi USU. Data ini berupa respon subjek terhadap subtes ZR pada IST dalam lembar jawaban subjek terhadap IST. Respon subjek diberi skor satu (1) jika benar dan nol (0) jika salah. Sedangkan untuk aitem yang tidak dijawab dikosongkan. Respon subjek ini dilihat dari 20 aitem yang terdapat dalam subtes ZR.

[image:60.595.149.461.689.750.2]

Jumlah lembar jawaban subjek terhadap IST yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2011 dengan rincian 1273 laki-laki, 669 perempuan dan 69 lembar jawaban subjek tidak disertai dengan jenis kelaminnya. Gambaran lengkap subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 1273 63,30 %

Perempuan 669 33,27 %

(61)

Dari Tabel 5 tersebut dapat dilihat bahwa dari 2011 lembar respon subjek, jumlah jenis kelamin laki – laki lebih banyak daripada jumlah perempuan, yaitu 63,30% untuk laki – laki dan 33,27% untuk perempuan.

B. Deskripsi Hasil

1. Analisis Indeks Kesukaran Aitem

[image:61.595.175.450.419.586.2]

Proses analisis indeks kesukaran aitem dilakukan terhadap subtes ZR dalam IST dengan pertimbangan bahwa deret angka telah pernah dipelajari di sekolah. Bahkan belum pernah dianalisis secara psikometri dari awal digunakan oleh P3M Fakultas Psikologi USU.

Tabel 6. Hasil Analisis Indeks Kesukaran Aitem Subtes ZR

Aitem p Ket Aitem p Ket

97 0.933 Mudah 107 0.547 Sedang 98 0.843 Mudah 108 0.481 Sedang 99 0.811 Mudah 109 0.428 Sedang 100 0.843 Mudah 110 0.273 Sulit 101 0.602 Sedang 111 0.325 Sedang 102 0.713 Mudah 112 0.247 Sulit 103 0.434 Sedang 113 0.214 Sulit 104 0.336 Sedang 114 0.172 Sulit 105 0.392 Sedang 115 0.126 Sulit 106 0.606 Sedang 116 0.166 Sulit Keterangan :

p = indeks kesukaran aitem

Analisis indeks kesukaran aitem dilakukan dengan menggunakan program

Iteman (tm) Version 3.00. Hasil analisis indeks kesukaran aitem dapat dilihat

(62)

sulit. Dalam tabel 6 dapat kita lihat bahwa ada 6 aitem yang memiliki nilai p < 0,3 atau sulit, 9 aitem dengan nilai p di antara 0,3 dan 0,7 atau sedang, serta 5 aitem dengan p > 0,7 atau mudah.

2. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem

[image:62.595.168.456.374.543.2]

Proses analisis indeks diskriminasi aitem pada subtes ZR dari IST dilakukan dengan cara yang relatif sama dengan proses analisis indeks kesukaran aitem ZR, yaitu dengan menggunakan bantuan program Iteman (tm) Version 3.00. Hasil analisis dapat dilihat dalam tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Indeks Diskriminasi Aitem Subtes

Aitem d Ket Aitem d Ket

97 0.352 Cukup bagus 107 0.664 Bagus 98 0.482 Bagus 108 0.557 Bagus 99 0.506 Bagus 109 0.612 Bagus 100 0.526 Bagus 110 0.658 Bagus 101 0.503 Bagus 111 0.634 Bagus 102 0.565 Bagus 112 0.626 Bagus 103 0.593 Bagus 113 0.535 Bagus 104 0.620 Bagus 114 0.493 Bagus 105 0.495 Bagus 115 0.528 Bagus 106 0.611 Bagus 116 0.520 Bagus

(63)

3. Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesukaran Aitem Dan Indeks Diskriminasi Aitem

[image:63.595.144.481.306.613.2]

Sebuah alat tes yang baik tentu memiliki aitem yang baik. Aitem dapat dikatakan baik apabila memiliki indeks kesukaran aitem dan indeks diskriminasi yang baik pula. Analisis terhadap kedua kriteria tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 8. Seleksi Aitem Berdasarkan Indeks Kesukaran Aitem dan Indeks Daya beda Aitem

Aitem P d Status

97 0.933 0.352 Revisi

98 0.843 0.482 Diterima

99 0.811 0.506 Diterima

100 0.843 0.526 Diterima

101 0.602 0.503 Diterima

102 0.713 0.565 Diterima

103 0.434 0.593 Diterima

104 0.336 0.620 Diterima

105 0.392 0.495 Diterima

106 0.606 0.611 Diterima

107 0.547 0.664 Diterima

108 0.481 0.557 Diterima

109 0.428 0.612 Diterima

110 0.273 0.658 Diterima

111 0.325 0.634 Diterima

112 0.247 0.626 Diterima

113 0.214 0.535 Diterima

114 0.172 0.493 Diterima

115 0.126 0.528 Diterima

116 0.166 0.520 Diterima

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Tabel 9. Kesimpulan Analisis Aitem Subtes ZR pada IST

Keterangan Parameter Aitem

Diterima p < 0,3 dan d > 0,4 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116

(64)

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa dari seluruh aitem dalam subtes ZR, hampir seluruh aitem, yaitu 19 aitem termasuk dalam kategori diterima, sedangkan hanya 1 aitem membutuhkan revisi.

4. Analisis Reliabilitas

Analisis reliabilitas subtes ZR pada IST dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal dengan formula estimasi koefisien reliabilitas KR-20. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program Iteman (tm) Version 3.00 yang prosesnya relatif sama dalam proses indeks kesukaran aitem dan analisis indeks diskriminasi aitem. Hasil perhitungan yang didapat dari Iteman diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.882.

5. Analisis Validitas

Analisis validitas konstrak subtes ZR dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap aitem yang terdapat pada subtes ZR dengan skor tiap aitem yang ada pada RA sebagai konvergennya dan dengan skor tiap aitem yang ada pada WU

Gambar

Tabel 1 Kategorisasi Batasan Nilai p
Tabel 2 Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem
Tabel 3. Daftar Skoring IST
Tabel 4 Gambaran kecerdasan berdasarkan subtes
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah subtes RA masih mampu mengungkap fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan subtes RA disusun melalui analisis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri subtes Wortauswahl (WA) pada Intelegenz Struktur Test (IST) yang digunakan di P3M Fakultas

Metode kedua yang digunakan untuk melihat daya diskriminasi aitem adalah dengan metode korelasi aitem-total dengan menggunakan bantuan program Iteman Version 3,00 MicroCAT

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik psikometri subtes Wortauswahl (WA) pada Intelegenz Struktur Test (IST) yang digunakan di P3M

Kurva Fungsi Informasi Aitem Subtes RA Versi Revisi5. Kurva Fungsi Informasi Tes Subtes RA

mudahnya aitem tersebut untuk dijawab oleh subjek. Lalu, parameter aitem c adalah parameter yang.. berkaitan dengan peluang tebakan semu subjek yakni peluang yang

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas

Salah satu tes intelegensi yang masih digunakan di Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara untuk tujuan