• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate adalah baik sebanyak 91,7% dan cukup sebanyak 8,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadaniati (2008) tentang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah tangga RW04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan dan didapatkan hasil bahwa sebanyak 124 (71,3%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang PHBS sebanyak 95 (54,6%).

Pengetahuan merupakan faktor pemudah (predisposising factor) untuk terlaksananya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan demikian faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakanya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi (Notoadmodjo, 2007).

Artini (2010) menyatakan, ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam upaya penerapan PHBS. Meningkatnya pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti untuk memperbaiki perilaku, hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan/ kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan orangtua tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah baik yakni 100% begitu juga tentang penimbangan berat badan bayi/balita setiap bulan adalah baik

yakni 97,9%. Pengetahuan orang tua tentang penggunaan air bersih dan penggunaan jamban yang sehat berada pada kategori baik yakni 97,7% dan 83,3%. Pengetahuan orang tua tentang memberantas jentik nyamuk di dalam rumah seminggu sekali dan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari adalah baik yakni 83,3% dan 97,9%. Demikian halnya dengan pengetahuan tentang tidak merokok di dalam rumah adalah baik yakni 86,6%.

Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi. Sebanyak 37,5% dari 48 responden adalah lulusan SMA dan melanjutkan keperguruan tinggi atau diploma (10,4%). Hal ini sesuai pernyataan Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan bagi seorang individu merupakan pengaruh yang dinamis dalam memberikan informasi dan pendidikan yang berbeda akan memberikan jenis pengetahuan yang berbeda pula. Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah faktor pengalaman. Sebanyak 91,7% responden berada di tahap perkembangan dewasa awal dengan rentang usia 21-40 tahun. Pengalaman yang dimaksudkan disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Semakin bertambahnya umur dan pendidkan yang tinggi maka pengalaman juga akan semakin luas yang berarti pengetahuan juga akan semakin baik (Notoatmodjo, 2003). Sehingga pengetahuan orang tua tentang tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, penimbangan berat badan bayi/balita setiap bulan, penggunaan air bersih dan penggunaan jamban yang sehat, memberantas jentik nyamuk di dalam rumah seminggu sekali dan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dikategorikan baik.

Dilihat dari jawaban responden atas pernyataan kuesioner terlihat bahwa terdapat 3 pernyataan yakni pernyataan nomor 3, 13, 22 yang lebih banyak dijawab salah oleh responden. Pada pernyataan nomor 3 tentang waktu pemberian ASI untuk pertama kalinya, sebagian besar responden menjawab salah (64,6%), hal tersebut dikarenakan orang tua tidak mengetahui waktu yang tepat pemberian ASI untuk pertama kalinya pada bayi baru lahir. Padahal menurut Roesli (2008) bayi yang baru lahir harus segera dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Inisisasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dan lama menyusui sampai dua tahun, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh. Inisiasi menyusu dini juga memberikan kesempatan kepada bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar kaya akan daya tahan tubuh dan penting untuk ketahanan terhadap infeksi.

Kusmawati (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang IMD dengan praktik menyusu dini, hal tersebut diperlihatkan dengan pengetahuan baik yang melakukan IMD sebanyak 72%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat beberapa hal yang menghambat IMD diantaranya takut bayinya kedinginan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusu bayinya pada 1 jam pertama, tenaga kesehatan kurang tersedia dan kurang merespon adanya praktik IMD.

Pernyataan nomor 13 tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kebanyakan responden menjawab salah yaitu (60,4%). Rahmani (2010) menyatakan mencuci tangan menggunakan sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya. Mencuci tangan

dengan sabun adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif jika dibandingkan dengan hasil yang diperolehnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kebanyakan responden menganggap mencuci tangan merupakan hal yang sepele sehingga kebanyakan responden menganggap bahwa mencuci tangan hanya cukup dengan air bersih saja serta kurangnya informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan tentang pentingnya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Padahal menurut Effendy (1990) dalam Luthfianti (2008) bahwa informasi dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Semakin banyak informasi yang didapat oleh seseorang maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Terutama jika informasi tersebut disampaikan dengan cara yang benar, karena penyampaian informasi yang baik dapat merubah perilaku seseorang yang tadinya tidak melakukan sesuatu menjadi melakukan sesuatu.

Penelitian yang dilakukan oleh Lufthiani (2008) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada siswa-siswi di MI AL Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2 Kota Tanggerang menyatakan bahwa kelompok yang mendapatkan informasi tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun memiliki perilaku mencuci tangan yang baik sehingga semakin banyak sumber informasi yang didapat oleh responden tentang perilaku mencuci tangan memakai sabun maka semakin tinggi perilaku mereka dalam mencuci tangan memakai sabun.

Pernyataan nomor 13 tentang melakukan aktifitas fisik setiap hari kebanyakan responden menjawab salah (52,1%). Sudarko (2009) menyatakan bahwa aktifitas olahraga atau aktifitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang

membakar kalori, misalnya menyapu, naik turun tangga, setrika, atau berkebun. Depkes RI (2007) dalam Suriyani (2009) menyatakan bahwa melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot menjadi lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rendahnya pengetahuan orang tentang aktifitas fisik dapat disebabkan pendapatan orang tua yang rendah sehingga orang tua berorientasi pada pendapatan.

Daud (2000, dalam Amalia, 2009) menyatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas PHBS. Pendapatan orang tua dilingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate tergolong berpenghasilan rendah sehingga mengakibatkan kurang terpenuhinya kebutuhan pokok dalam jumlah cukup. Hal ini juga menyebabkan orang tua kurang memperhatikan PHBS karena orang tua lebih berorientasi dengan perbaikan penghasilan. Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai kesehatan (Sumiarto, 1993 dalam Amalia, 2009). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Faturahman dan Mollo (1995, dalam Amalia, 2009) bahwa tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang berpengaruh pada status kesehatan.

Pengetahuan orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari faktor pendidikan atau pengalaman orangtua itu sendiri. Sarwono (2000) menyatakan bahwa salah satunya adalah jenjang pendidikan orang tua dan pengetahuan orang tua. Oleh karena faktor inilah yang menyebabkan orang tua

kurang berfungsi untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate, adalah baik yaitu 91,7%.

Dokumen terkait