• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Nutrisi Pada Balita Usia 1-3 Tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pengetahuan Tentang Kebutuhan Tumbuh Kembang Pada Balita Usia 1-3 Tahun

10 Penilaian tumbuh kembang pada anak usia 1-3 tahun yang normal

5.2.1 Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Nutrisi Pada Balita Usia 1-3 Tahun

Dari hasil penelitian mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang pada balita usia 1-3 tahun yang dilakukan terhadap 38 responden di poli klinik pediatric Rumah Sakit Haji medan, maka didapat hasilnya 100% mayoritas berpengetahuan cukup (71,1%) dan hanya (28,9%) mempunyai pengetahuan baik, dari data ini dapat dilihat bahwa masih ada ibu yang belum mengerti mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang pada balita, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai perawatan Balita karena sebagian besar ibu berada pada kisaran usia 25-30 tahun. menurut pendapat Wahidi (2005) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan formal ibu berhubungan positif dengan pola konsumsi pangan balita, yaitu mempengaruhi nutrisi melalui pemilihan bahan pangan jumlah dan mutu bahan pangan. Sehubungan dengan salah satu fungsi ibu yaitu fungsi perawatan kesehatan,

dimana ibu juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan nutrisi (Setyowati, 2008).

Ibu harus memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik agar ibu dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dalam melaksanakan praktek asuhan kesehatan. Pengetahuan kesehatan yang baik akan mendatangkan perilaku kesehatan yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia

Pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada balita usia 1-3 tahun menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 27 orang (71.1%), dan berpengetahuan baik tentang nutrisi pada balita usia 1-3 tahun sebanyak 11 orang (28,9%). Berdasarkan pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada balita usia 1-3 tahun yaitu tentang asupan gizi yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang adalah nutrisi, responden menjawab benar sebanyak 25 orang (65,8% ), Hal ini disebabkan karena kurangnya kemauan ibu untuk mencari informasi tentang nutrisi pada balita, menurut (Aziz, 2009) Nutrisi adalah suatu komponen yang paling penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air

Kebutuhan zat gizi utama pada balita usia 1-3 tahun adalah kalsium yang menjawab benar sebanyak 17 orang (44,7%), Hal ini disebabkan karena (38,6%) ibu adalah sebagai wira usahawan sehingga kurang perhatian ibu untuk memperhatikan nutrisi balitanya. Supartini (2004) mengatakan bahwa Khusus selama periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa pranatal, usia bayi, atau remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut.

Fungsi protein pada tubuh balita sebagai zat pembangun tubuh yang menjawab benar sebanyak 24 orang (63,2%), hal ini kemungkinan disebabkan karena ibu mempunyai kesibukan dalam pekerjaan, sehingga ibu kurang informasi yang berhubungan dengan zat – zat yang dibutuhkan bayinya seperti protein. Menurut Aziz 2009, Status kesehatan anak dapat dipengaruhi pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatn kurang maka akan terjadi perlambatan

Protein yang dibutuh kan oleh balita adalah 16 kg yang menjawab benar sebanyak 22 orang (57,9%), dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian ibu belum mengerti tentang angka kecukupan gizi bagi Balitanya hal ini disebabkan karena ibu beranggapan bahwa angka kecukupan protein tetap terpenuhi walaupun tidak diperhatikan secara serius. Menurut Erna Francin, 2005 Protein yang diberikan

dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap tubuh, serta harus yang berkualitas tinggi seperti protein hewani.

Bila lemak dalam tubuh balita kurang, kulit akan bersisik yang menjawab benar sebanyak 20 orang (52,6%), dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian ibu beranggapan bahwa kekurangan lemak terlalu berdampak serius terhadap kesehatan balitanya. Hananto, 2002 mengatakan bahwa Lemak mengandung asam lemak esensial. Bila kurang dari 0,1% dapat mengakibatkan gangguan seperti kulit bersisik, rambut rontok, hambatan pertumbuhan. Dianjurkan sekurang-kurangnya 1% dari pada kalori berasal dari asam linoleat.

vitamin A yang dibutuhkan balita usia 1-3 tahun adalah 400g yang menjawab benar sebanyak 27 orang (71,1%), hal ini mungkin disebabkan karena ibu belum pernah mendapatkan informasi sebelumnya tentang angka kecukupan vitamin A. Menurut Santoso (2004) untuk bertumbuh dan berkembang, anak membutuhkan zat gizi yang mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang, dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pada tahapan usianya. Khusus selama periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa pranatal, usia bayi, atau remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut.

Air yang diperlukan balita usia 1-3 tahun adalah 1000-1500 ml yang menjawab benar sebanyak 30 orang (78,9%), dari hasil tersebut membuktikan bahwa

masih ada ibu yang kurang memperdulikan tentang kebutuhan cairan pada balitanya, kemungkinan hal ini disebabkan karena kurangnya sumber informasi tentang angka kecukupan cairan. Menurut Erna 2005 bahwa Pada umumnya anak sehat memerlukan 1000 sampai 1500 ml air setiap harinya. Pada keadaan sakit seperti infeksi dengan suhu tubuh tinggi, diare, atau muntah masukan cairan harus ditingkatkan untuk menghindari kekurangan cairan.

Dampak masukan nutrisi yang berlebihan akan mengakibatkan overnutrition yang menjawab benar sebanyak 22 orang (57,9%), hal ini disebabkan karena sebagian orang tua beranggapan bahwa memberikan asupan nutrisi dalam jumlah yang banyak tidak mempunyai dampak buruk terhadap Balita. Padahal menurut Solihin 2005 Pemberian masukan nutrisi yang berlebihan terus menerus akan menimbulkan gizi lebih (Overnutrition). Masukan energi yang berlebihan menyebabkan keadaan Obesitas

Memberi menu yang menarik pada balita usia 3 tahun dengan cara penyediaan menu berpariasi yang menjawab benar sebanyak 18 orang ( 47,4% ), penambahan nutrisi selain air susu ibu juga dapat dengan bubur tim kasar dan buah yang menjawab benar sebanyak 18 orang ( 47,4% ), Kemungkinan hal ini disebabkan karena sebagian besar orang tua beranggapan bahwa penambahan nutrisi tidak dibutuhkan bagi Balita setelah diberikan ASI padahal menurut Hantono 2002 Kebutuhan hidrat arang belum diketahui dengan pasti. Bayi yang menyusui pada ibunya mendapat 40% dari pada kalori berasal dari laktosa. Pada usia yang lebih tua,

kalori dari hidrat bertambah jika bayi telah diberi makan lain, terutama yang banyak mengandung tepung, misalnya bubur susu, nasi tim

5.2.2 Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Tumbuh Kembang Pada Balita Usia

Dokumen terkait