• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

2.1Sumber Air Utama di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

Berdasarkan hasil penelitian, sumber air utama yang digunakan keluarga, yaitu yang menggunakan air PAM sebanyak 60 keluarga (63,2%) dan yang menggunakan air sumur sebanyak 35 keluarga (36,8%). Air PAM termasuk air permukaan yaitu air yang mengalir di permukaan bumi. Karena mengalir di permukaan bumi maka pada umumnya air permukaan akan mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh lumpur, batang–batang kayu, daun–daun limbah industri kota dan lain sebagainya (Chandra, 2007). Air sumur merupakan air yang berasal dari tanah. Air tanah adalah air yang bersumber dari tanah dan biasanya dilakukan pengeboran maupun penggalian sumur guna memperoleh air bersih (Faisal, 2010). Menurut Suherman (2001) salah satu penyebab dari kurang baiknya kualitas air sumur adalah karena sumur tidak terlindung dari pencemaran, untuk melindungi ini maka sumur harus memenuhi persyaratan, salah satunya dengan memperhatikan jarak sumur dari sumber pencemar.

Penghasilan keluarga berkaitan dengan pemilihan penggunaan sumber air. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi masyarakat dalam membayar biaya penggunaan air yang dikonsumsi sehari-hari, contohnya dalam penggunaan air PAM (Fauzi, 2010). Pekerjaan kepala keluarga juga menentukan pemilihan penggunaan sumber air, karena pekerjaan akan berpengaruh pada penghasilan keluarga.

2.2Kualitas dan Kuantitas Sumber Air Utama di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar keluarga menggunakan kualitas dan kuantitas sumber air yang baik yaitu sebanyak 61 keluarga (64,2%), sedangkan keluarga yang menggunakan kualitas dan kuantitas sumber air yang buruk yaitu sebanyak 34 keluarga (35,8%). Menurut Ginting (2000), air yang sehat adalah air yang tidak merugikan bagi kesehatan pemakainya. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005). Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan, makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas merupakan hal yang penting bagi kesehatan dan kuantitas penting bagi pencukupan jumlah pasokan air bersih (Pardino, 2005).

Penelitian Faisal (2010) menyatakan hasil analisa secara visual air tidak berbau dan tidak berasa. Menurut Hutagaol (2010), air yang dikonsumsi oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari selain harus mencukupi, juga harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia dan bakeriologis. Salah satu persyaratan fisik air yaitu air tidak berasa. Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan organik. Polusi

Air yang baik (normal) sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa biasanya disebabkan adanya pencemaran (Parapat, 2008).

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Secara fisik air harus jernih. Air dikatakan tidak jernih atau keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/ rupa yang berlumpur dan kotor (Panjaitan, 2010). Bila jumlah zat padat terlarut bertambah, maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik, maupun anorganik (Indirawati, 2009).

Hasil penelitian Jumani (2011) bahwa sebanyak 78 responden (92,9%) air yang digunakan dapat memenuhi kebutuhan untuk mandi. Menurut Pardino (2005), kebutuhan pelayanan air bersih untuk masyarakat khususnya keluarga hendaknya memperhatikan kualitas dan kuantitasnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga misalnya untuk mandi. Kekurangan air bersih, sering menimbulkan gangguan kesehatan, seperti penyakit kulit, iritasi, dan gangguan penyakit perut.

2.3Status Kesehatan Keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar status kesehatan keluarga yang tidak terganggu di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 62 keluarga (65,3%) sedangkan status kesehatan keluarga yang terganggu sebanyak 33 keluarga (34,7%). Penelitian

Panjaitan (2010) sebanyak 67 orang (83,8 %) responden yang menggunakan air mengalami keluhan kesehatan (status kesehatan terganggu). Menurut penelitian Jumani (2011), sebanyak 73,3% responden yang menggunakan air dengan tindakan baik tidak mengalami keluhan kesehatan.

Menurut Indirawati (2009), peranan air bersih dalam kehidupan masyarakat begitu penting, karena selain menjadi bahan konsumsi yang dibutuhkan untuk minum dan memasak, air juga dapat menjadi media dalam menimbulkan berbagai gangguan kesehatan misalnya penyakit kulit yang salah satu gejalanya yaitu terasa panas pada kulit.

Penelitian Panjaitan (2010), ada sebanyak 35 responden (43,8%) yang menggunakan air mengalami kulit gatal dan merah-merah disebabkan karena kualitas air yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang akan dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit. Menurut Faisal (2010), water washed disease, cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum, terutama alat-alat dapur, makanan dan kebersihan perorangan. Kelompok penyakit ini adalah penyakit menular saluran pencernaan, kulit dan mata. Hal ini dapat diatasi dengan terjaminnya kebersihan, yaitu tersedianya air yang cukup untuk mencuci, mandi dan kebersihan perorangan.

Penelitian Jumani (2011), sebanyak 23 orang (27,4%) pengguna air di Pondok Pesantren di Kota Dumai mengalami gangguan diare disebabkan karena prilaku tidak bersih dan kualitas air yang tidak memenuhi syarat. Menurut Musran (2009), pada umumnya penyebab utama kasus diare tersebut adalah rendahnya

penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat terpapar dengan agent penyebab penyakit diare. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan tindakan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keluhan kesehatan pengguna air (Jumani, 2011).

Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat pengetahuan, menurut penelitian Felix dalam Jumani (2011) menjelaskan bahwa pengetahuan masyarakat tentang air berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan kesehatan. Demikian juga dengan penelitian Emilijiati dalam Jumani (2011) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang penggunaan air bersih dengan penyakit kulit di Desa Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu tahun 2007.

Bila dihubungkan dengan kualitas dan kuantitas sumber air yang digunakan keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia yang berdasarkan penelitian termasuk dalam kategori baik, maka status kesehatan keluarga tidak akan terganggu. Status kesehatan keluarga yang terganggu dapat disebabkan karena menggunakan sumber air yang kualitas dan kuantitas menurun yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Hutagaol (2010), air sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup, maka manusia berupaya memperoleh air yang cukup bagi dirinya, Namun dalam banyak hal air yang digunakan tidak selalu sesuai dengan

syarat kesehatan, sering ditemukan air tersebut mengandung bibit penyakit atau pun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Walaupun air kelihatan jernih dan bersih, tetapi hanya terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen dapat membahayakan kesehatan, dengan demikian sangat penting menjamin agar air dapat dikonsumsi (Ginting 2000).

Dari sisi pemenuhan kesehatan keluarga, pemenuhan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting. Kekurangan air bersih sering menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat, seperti penyakit kulit, iritasi, dan gangguan penyakit perut misalnya diare. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi air dengan kualitas air yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-hari (Jumani, 2011).

Jadi sumber air yang digunakan keluarga harus diperhatikan sesuai syarat kualitas dan kuantitasnya agar status kesehatan keluarga khususnya di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia tidak terganggu.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan tentang sumber air utama dan status kesehatan keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden mayoritas berusia pada rentang 43-53 tahun sebanyak 41 responden (43,2%), pendidikan terakhir SMA sebanyak 46 responden (48,4%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 30 responden (31,6%), suku batak sebanyak 46 responden (48,4%), agama Islam sebanyak 56 responden (58,9%), berpenghasilan sebesar Rp.1305.000 – Rp.2.610.000 sebanyak 52 responden (54,7%).

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa sumber air utama yang digunakan keluarga yaitu air PAM sebanyak 60 keluarga (63,2%) dan air sumur sebanyak 35 keluarga (36,8%). Kualitas dan kuantitas sumber air yang digunakan keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia termasuk kriteria baik yaitu sebanyak 61 keluarga (64,2%). Dan dapat disimpulkan status kesehatan keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia tidak terganggu yaitu

Dokumen terkait