• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

Waduk Cirata merupakan salah satu dari waduk kaskade Sungai Citarum, dengan kualitas air yang secara eksternal sangat dipengaruhi oleh kualitas air sungai-sungai yang bermuara di Waduk Citara. Di sisi lain, secara internal kualitas air sangat ditentukan oleh besar kecilnya aktivitas budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) (Purnamaningtyas dan Tjahjo 2008). Kegiatan utama yang ada di Waduk Cirata saat ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air

(PLTA) untuk memenuhi kebutuhan listrik Jawa-Bali dan Budidaya ikan menggunakan sistem KJA. Hasil analisis data kualitas air tampak bahwa kondisi perairan Waduk Cirata telah tercemar sedang hingga tercemar berat untuk kegiatan perikanan serta tercemar ringan untuk kegiatan PLTA. Berdasarkan kedalamannya, kualitas air pada permukaan lebih baik dibandingkan dengan kedalaman 5 meter maupun pada kedalaman dekat dasar (p<0.05).

Secara temporal dari tahun 2007-2011 dengan data setiap 3 bulan tampak bahwa ada fluktuasi nilai indeks STORET. Nilai indeks STORET tertinggi secara umum terdapat pada tahun 2010.

Gambar 20. Nilai indeks STORET tahun 2007-2011

Berdasarkan Gambar 20 terlihat bahwa adanya fluktuasi nilai indeks STORET untuk kegiatan perikanan maupun untuk kegiatan PLTA. Fluktuasi tersebut lebih disebabkan oleh periode pengambilan sampel pada tiap tahunnya. Terlihat bahwa adanya pola yang hampir sama setiap tahunnya yaitu nilai indeks STORET terendah terdapat pada periode 3. Rendahnya nilai indeks STORET pada periode 3 diduga disebabkan karena pada periode 3 merupakan musim hujan. Pada saat musim hujan akan terjadi pencampuran massa air pada kolom perairan (upwelling), selain itu Waduk Cirata akan menerima beban pencemaran yang lebih banyak pada musim hujan seperti air sungai yang lebih keruh, erosi, dan limpasan air dari tata guna lahan disekitar waduk. Adapun untuk melihat perbandingan nilai indeks STORET pada tahun 2007-2011 dengan tahun-tahun sebelumnya disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21. Nilai indeks STORET tahun 2000-2011 ( Gol. C) (Sumber: Feriningtyas 2005)

Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa nilai indeks STORET pada tahun 2007-2011 cenderung lebih stabil berada pada kisaran -36 hingga -31, sedangkan pada tahun 2000-2004 terjadi fluktuasi yang cukup signifikan dengan kisaran -52 hingga -28. Kondisi kualitas air pada tahun 2011 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2004. Hal ini diduga karena jumlah KJA pada periode 2000-2004 terjadi peningkatan yang sangat pesat, sedangkan jumlah KJA pada periode 2007-2011 tidak terlalu meningkat (BPWC 2011). Perbedaan nilai indeks STORET pada periode 2000-2004 dengan 2007-2011 juga disebabkan adanya perbedaan jumlah parameter yang dianalisis.

Secara spasial kondisi kualitas air Waduk Cirata berada pada kisaran tercemar sedang hingga tercemar berat untuk kegiatan perikanan, sedangkan kondisi kualitas air Waduk Cirata berada pada kisaran tercemar ringan untuk kegiatan PLTA. Stasiun yang memiliki nilai indeks STORET tertinggi terdapat di stasiun 1B (muara Sungai Cisokan) sedangkan stasiun yang memiliki nilai indeks STORET terendah terdapat di Stasiun 3 (batas zona pemanfaatan Waduk Cirata). Nilai indeks STORET untuk setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 22.

cemar sedang

cemar berat cemar ringan

Gambar 22. Nilai indeks STORET secara spasial di Waduk Cirata

Berdasarkan Gambar 22 terlihat fluktuasi nilai indeks STORET. Adanya peningkatan nilai indeks STORET dari Muara Sungai Citarum menuju daerah tengah waduk, hal ini disebabkan oleh terjadinya pengenceran konsentrasi pencemaran yang berasal dari Sungai Citarum dengan sungai-sungai lainnya di daerah tengah, sehingga konsentrasi setiap parameter pencemaran yang ada di muara Sungai Citarum mengalami penurunan konsentrasi di tengah waduk. Berbeda dengan kondisi Muara Sungai Citarum, hasil pengamatan di Muara Sungai Cisokan menuju tengah waduk mengalami penurunan indeks STORET.

Setelah melewati zona pemanfaatan waduk mengalami penurunan nilai indeks STORET di Stasiun 3 batas zona pemanfaatan Waduk Cirata. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemanfaatan yanag ada di dalam Waduk Cirata seperti KJA, sehingga konsentrasi parameter pencemaran meningkat dibanding di tengah waduk. Namun terjadi peningkatan kembali nilai indeks STORET pada outlet Waduk Cirata setelah melewati batas zona pemanfaatan. Hal ini disebabkan tidak adanya aktivitas apapun dari batas zona pemanfaatan hingga outlet. Kondisi tersebut diduga bahwa terjadi pengendapan bahan-bahan pencemar sehingga pencemaran Stasiun outlet berkurang.

Berdasarkan nilai indeks STORET dan parameter-parameter kualitas air yang melebihi baku mutu di setiap stasiun, terdapat dua sumber pencemaran berbeda yang mencemari perairan Waduk Cirata. Sumber pencemaran secara umum dapat dikategorikan menjadi point source dan non-point source (Effendi

2003). Pengaruh secara eksternal dapat diidentifikasi di Stasiun 1A dan Stasiun 1B yang terdapat di muara sungai, sedangkan secara internal dapat diidentifikasi di Stasiun 3 yang merupakan daerah padat KJA.

Rendahnya nilai indeks STORET pada Stasiun 1A (Muara Sungai Citarum) diduga berasal dari pencemaran yang ada di bagian hulunya. Bagian hulu Sungai Citarum terdapat beberapa tata guna lahan seperti pertanian, pemukiman, dan industri. Berdasarkan citra satelit tahun 1994 dan 2001, membuktikan perubahan tata guna lahan yang cukup signifikan. Luasan sawah dan hutan semakin menurun digantikan dengan pemukiman dan industri (Rohmat 2010). Semakin kecil tutupan hutan dalam sub DAS maka kondisi kualitas air sungai semakin buruk, terutama akibat adanya pertanian dan pemukiman (Supangat 2008).

Sumber pencemaran utama pada Sungai Citarum hulu berasal dari limbah domestik dan industri. Buangan limbah industri menurunkan kualitas air Sungai Citarum mulai dari Majalaya sampai muara Waduk Saguling, sehingga kualitas air tidak sesuai peruntukannya. Beban pencemaran Citarum hulu merupakan beban bagi Waduk Saguling, Cirata, dan Juanda (Bukit 2001). Waduk Cirata menerima masukan air melalui Sungai Citarum dari Waduk Saguling. Kematian masal ikan terjadi di Waduk Saguling akibat tercemarnya perairan oleh limbah industri dan pemukiman (Garno 2001). Buruknya kualitas air yang ada di Waduk Saguling akan terbawa ke Waduk Cirata melalui aliran Sungai Citarum. Kandungan yang terdapat di dalam air seperti logam berat akan terendapkan atau terbawa oleh aliran arus secara gravitasi ke arah yang lebih rendah (Sudarwin 2008). Perubahan keadaan DAS Citarum hulu akan memperngaruhi kondisi dan terkonsentrasi di Waduk Cirata (Poerbandono et al. 2006).

Sepanjang DAS Citarum terdapat sekitar 394 industri yang besar industri- industri tersebut membuang limbahnya langsung ke badan air Sungai Citarum (Lampiran 6). Berdasarkan hasil penelitian, tingginya konsentrasi tembaga, kadmium, timbal, seng, nitrit, serta klorin bebas yang melebihi baku mutu pada stasiun 1A, dapat diduga bahwa Sungai Citarum merupakan salah satu sumber pencemaran di Waduk Cirata. Sungai Citarum memiliki kandungan beberapa logam berat seperti Hg, Cd, Pb, dan Zn yang jauh berada di atas baku mutu yang telah ditetapkan, demikian pula dengan parameter kualitas air lainnya seperti H2S,

nitrit, dan klorin bebas (Garno 2001). Tingginya nilai nitrit di stasiun 1A lebih dipengaruhi oleh aktivitas rumah tangga di sekitar stasiun pengamatan. Konsentrasi nitrit dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di daerah aliran sungai, hal itu akan menyebabkan penurunan kualitas air (Mustapha 2008). Berdasarkan hasil tersebut, Sungai Citarum memberikan pengaruh pencemaran logam berat dan beberapa parameter kualitas air lainnya terhadap perairan Waduk Cirata.

Stasiun yang memiliki pengaruh dari sungai lainnya yaitu stasiun 1B (Muara Sungai Cisokan). Stasiun ini memiliki nilai indeks STORET yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun pengamatan yang lainnya. Kondisi status air di stasiun ini berada pada kisaran tercemar sedang. Tingginya kualitas air dari pada stasiun yang lainnya disebabkan oleh tata guna lahan di sekitar DAS Cisokan masih baik. Walaupun demikian, berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun ini memiliki kandungan konsentrasi timbal tertinggi diantara stasiun lainnya.

Stasiun lain yang diduga terdapat sumber pencemaran bagi Waduk Cirata yaitu Stasiun 3 (batas zona KJA). Rendahnya nilai indeks STORET pada Stasiun 3 diduga karena adanya pencemaran dari berbagai sumber karena stasiun ini merupakan akhir dari zona pemanfaatan Waduk Cirata. Pada lokasi ini terdapat beberapa pemanfaatan yang menyebabkan tercemarnya Waduk Cirata seperti aktivitas KJA, lalu lintas wisata perahu, dan restoran apung. Waduk Cirata tercemat berat oleh limbah organik, yang utamanya dari KJA (Garno 2001).

Waduk Cirata mendapatkan masukan limbah organik langsung yang sangat besar dari pembesaran ikan di KJA yakni sekitar 148.782 ton organik/tahun atau 425 ton organik/perhari (Garno 2001). Tingginya kandungan rata-rata konsentrasi BOD 11,36 mg/L dan rendahnya kandungan DO 2,81 mg/L dibandingkan dengan stasiun pengamatan yang lain, fenomena ini dapat menjelaskan bahwa penurunan kualitas air di stasiun 3 disebabkan oleh pencemaran organik dari kegiatan pembesaran ikan di KJA. Menurut (BPWC 2011), jumlah KJA di Waduk Cirata adalah 51.030 petak, sedangkan yang aktif beroperasi sebanyak 48.591 petak. Jumlah tersebut sudah jauh melebihi batas yang ditetapkan oleh SK Gub. Jawa Barat No. 41 Tahun 2002. Klasifikasi tingkat kesuburan perairan Waduk Cirata berdasarkan konsentrasi fosfat berada pada kisaran eutrofik hingga hipereutrofik (Purnamaningtyas dan Tjahjo 2008). Hal tersebut, berarti usaha pengembangan

ikan dalam KJA telah melebihi daya dukung perairan dan cenderung telah mencemari perairan. Pada peta pengamatan (Gambar 3) dapat dilihat bahwa stasiun 3 terletak pada daerah penyempitan waduk yang akan menuju outlet sehingga besar kemungkinan terjadinya akumulasi pencemaran dari beberapa sumber pencemaran lainnya seperti sungai. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, kegiatan KJA memberikan pengaruh pencemaran bahan organik tehadap perairan Waduk Cirata.

Status mutu air Waduk Cirata secara temporal maupun spasial berada pada kisaran cemar sedang hingga cemar berat untuk kegiatan perikanan dan berada pada kisaran cemar ringan untuk kegiatan PLTA. Perkembangan kondisi kualitas air dari tahun 2000-2011 terlihat masih berada pada kisaran yang sama, tidak terlihat adanya penurunan ataupun peningkatan yang signifikan. Secara eksternal kualitas perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas air Sungai Citarum dan Cisokan sedangkan secara internal kualitas air dipengaruhi oleh kegiatan KJA. Pengaruh pencemaran yang berasal dari Sungai Citarum yaitu pencemaran logam berat dan parameter kualitas air lainnya seperti Cu, Cd, Zn, NO2-N, dan Cl bebas. Pencemaran yang dapat diidentifikasi berasal dari Sungai Cisokan adalah Pb. Pencemaran tersebut diduga karena pada stasiun 1A terdapat nilai konsentrasi parameter-parameter tersebut yang tidak sesuai peruntukannya. Pengaruh pencemaran lain yang berasal dari kegiatan di dalam waduk dapat diidentifikasi bersumber dari aktivitas KJA. Hal ini hal ini disebabkan rendahnya konsentrasi DO dan tingginya konsentrasi parameter organik seperti H2S, DO, BOD, dan COD di Stasiun 3 dibandingakan dengan stasiun lainnya.

DAS Citarum hulu telah tercemar. Beban pencemaran organik dari industri di hulu Citarum telah melampaui daya tampung sungai sehingga kualitas air pada musim kemarau tidak memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan. Sumber pencemaran utama pada Citarum hulu berasal dari limbah domestik dan industri (Bukit 2001). Buruknya kualitas air DAS Citarum hulu terendapkan di Waduk Saguling sebelum mengalir ke Waduk Cirata. Namun, sedikit banyaknya pencemaran yang ada di Waduk Saguling akan berdampak terhadap kondisi kualitas air yang ada di Waduk Cirata, begitu pun dengan dampak yang akan diterima oleh waduk Ir. H Djuanda. Perlu adanya pengelolaan Waduk Cirata

untuk menjaga kelestariannya. Pengelolaan waduk kaskade seperti Waduk Cirata ini tidak bisa terpisahkan dari pengelolaan waduk-waduk lainnya dalam satu kesatuan. Peranan dari setiap stakeholder sangat berpengaruh dalam melakukan pengelolaan waduk secara terpadu seperti intansi pemerintah, badan pengelola, tokoh masyarakat, dan pelaku kegiatan. Waduk-waduk yang berada di DAS Citarum ini memiliki badan pengelolaan yang berbeda-beda sehingga perlu adanya forum yang menjadi penghubung baik badan pengelola Waduk Saguling, Waduk Cirata, Waduk Ir.H. Djuanda maupun pengelola DAS Citarum.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Status mutu air Waduk Cirata secara temporal maupun spasial berada pada kisaran cemar sedang hingga cemar berat untuk kegiatan perikanan dan berada pada kisaran cemar ringan untuk kegiatan PLTA. Secara eksternal kualitas perairan Waduk Cirata sangat dipengaruhi oleh kualitas air Sungai Citarum dan Cisokan, sedangkan secara internal kualitas perairan dipengaruhi oleh kegiatan KJA. Pengaruh pencemaran yang berasal dari Sungai Citarum dan Cisokan adalah pencemaran logam berat dan parameter kualitas air lainnya seperti Cu, Cd, Zn, Pb, NO2-N, dan Cl bebas. Pengaruh pencemaran yang berasal dari KJA adalah pencemaran bahan organik seperti H2S, DO, dan BOD.

5.2. Saran

• Berdasarkan konsentrasi yang sering melebihi baku mutu, maka parameter H2S, NH3, NO2-N, Cl2, DO, BOD, COD, Cu, Zn, Cd, Pb, dan Hg agar tetap dilakukan pengamatan untuk mengetahui perkembangan kualitas air di Waduk Cirata kedepannya.

• Perlu dilakukan kajian kualitas air terhadap aktivitas lain selain KJA dan sungai-sungai yang belum sempat dilakukan pengamatan oleh Penulis untuk megetahui pengaruh pencemaran dari sungai lainnya.

• Nilai indeks STORET akan lebih representatif apabila melibatkan parameter biologi disertai parameter fisika dan kimia dalam perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1989. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 20th edition. American Public Health Association. Washington DC. Bappeda. 2003. Rencana tata ruang wilayah Propinsi Jawa Barat.

Bappenas. 2010. Roadmap untuk Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum. Direktorat Pengairan dan Irigasi.

BPWC. 2011. Laporan Akhir Pemantauan Kualitas Air Waduk Cirata 2011. Badan Pengelola Waduk Cirata. Bandung.

BPWC. 2011. Laporan Sensus Keramba Jaring Apung PT Cikal. Badan Pengelola Waduk Cirata. Bandung.

Bukit NT. 2001. Pengaruh Air Buangan Terhadap Mutu Air Sungai Citarum. Prosiding Loka Karya Selamatkan Air Citarum. Serpong, Indonesia. Cole GA. 1988. Textboox of Limnology. Third Edition. USA. Waveland Press

Inc. Illinois.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Effendi H. 2003. Telaah kualitas air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Feriningtyas D. 2005. Perubahan Spasial dan Temporal Kualitas Air Waduk Cirata, Jawa Barat selama Periode 2000-2004 [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Garno Y Soetrisno. 2001. Status dan Karakteristik Pencemaran di Waduk Kaskade Citarum. Jurnal teknologi lingkungan Vol.2. No.2.

Garno Y Soetrisno. 2002. Kualitas perairan Waduk Cirata : Dinamika Kualitas Air di Dua Lokasi yang Berbeda Jumlah Keramba Jaring Apungnya. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.3. No.1 50-60.

Goldman CR dan Horne AJ. 1983. Limnology. McGraw-Hill. International Book Campany.

Gunawan W, Zahidah, dan Mulyanti D. 2007. Model Eutrofikasi Merancang Kebijakan Pengelolaan Waduk yang Berkelanjutan melalui Pendekatan System Dinamics.

Kepmen LH . 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Kibria Golam, Nugegoda Dayanthi, Lam Paul, dan Fairclough Robert . 1996. Aspect of Phosphorus Pollution from Aquaculture. The Iclarm Quarterly. Naga.

Komarawidjaja W, Sukimin S, dan Arman E. 2005. Status kualitas air Waduk Cirata dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ikan Budidaya. BPPT. Jakarta.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradya Paraminta. Jakarta.

Mustapha MK. 2008. Assaessment of the Water Quality of Oyun Reservoir, Offa, Nigeria, Using Selected Physico-chemical Parameters. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science 8:309-319.

PPRI. 2001. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Perairan.

Oktaviana IS. 2007. Kajian Kualitas Air Waduk Cirata sebagai Area Budidaya Ikan Menggunakan Kolam Jaring Apung [skripsi]. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Perda No. 39 tahun 2000. Tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat.

Poerbandono, Bahsyar Ahmad, Harto Agung B, dan Rallyanti Puteri. 2006. Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum dengan Pemodelan Spasial. Infrastruktur dan Lingkungnan Binaan. Volume II Nomor 2 .

Pratiwi Yuli. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nutrion Value Coeficient Bioindikator. Jurnal teknologi. Volume 3 Nomor 2 129-137.

Purnamaningtyas SE dan Tjahjo DHW. 2008. Pengamatan Kualitas Air untuk Mendukung Perikanan di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.14 No.2 173-180.

Puslitbang SDA. 2004.Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia

Rikardi N. 2008. Evaluasi Kondisi Kualitas Air Waduk Ir. H. Djuanda Purwakarta, untuk Baku Air Minum dan Perikanan pada Bulan Februari – Mei 2007 [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rohmat D. 2010. Upaya Konservasi untuk Kesinambungan Ketersediaan Sumber

Hari Air “air untuk kehidupan manusia”. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Indonesia.

Sudarwin. 2008. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) pada Sedimen Aliran Sungai dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatibarang Semarang [tesis]. Program pascasarjana. Universitas Diponogoro.

Supangat AB. 2008. Pengaruh berbagai penggunaan lahan terhadap kualitas air sungai di kawasan hutan pinus di Gombong, Kebumen, Jawa tengah. Jurnal penelitian hutan dan konservasi alam vol.V No.3 : 267-267.

Tarmidi, LT. 1999. Krisis moneter Indonesia:sebab, dampak, peran IMF dan saran. Ekonomi moneter dan perbankan. Jakarta.

UP Cirata. 2008. Pematokan dan Pengukuran Sedimentasi Waduk Cirata. Unit Pembakitan Cirata.

UU. 2004. Undang-Undang No. 7 Tentang Sumber Daya Air.

Wardhana. WA. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Andi. Yogyakarta. Wetzel RG dan Likens GE. 1991. Limnological analyses. 2nd. Springer-Verlag.

Lampiran 1. Lokasi pengambilan contoh

Stasiun (4) Stasiun (3)

Stasiun (2) Stasiun (1A)

Stasiun (1B) Stasiun (1C)

Lampiran 2. Contoh perhitungan indeks STORET Stasiun 1A (Muara Sungai Citarum)

Tahun 2007

Kedalaman Dekat dasar

Parameter Periode Baku mutu Nilai Pegamatan SKOR

1 2 3 4 C* D* III** IV** Max Min Rata C* D* III** IV**

FISIKA

Temperatur 26,6 27 26,8 26,6 dev 3 n dev 3 dev 5 27,0 26,6 26,8 Residu terlarut 180 144 181 250 1000 1000 1000 2000 250,0 144,0 188,8 Zat tersuspensi 11 32 20 22 400 400 32,0 11,0 21,3 Kekeruhan 12 15 15,0 12,0 13,5 D H L 268 210 264 363 2250 363,0 210,0 276,3 Transparensi 0 - - - 0,0 0,0 0,0 KIMIA pH 7,5 7,4 6,97 7,46 6-9 5-9 6-9 5-9 7,5 7,0 7,3 CO2 bebas 11,9 19,8 63,4 11,9 63,4 11,9 26,7 HCO3 149,6 110,8 199,4 116,3 199,4 110,8 144,0 Kesadahan (CaCO3) 56,045 36 44 48 56,0 36,0 46,0 Sulfida (H2S) 0 0,009 0,037 0,009 0,002 0,002 0,037 0,000 0,014 -8 -8 Ammonia (NH3) 0,004 0,001 0,01 0,005 0,020 0,010 0,001 0,005 Nitrit (NO2-N) 0,089 0,006 0,167 0,031 0,060 0,060 0,167 0,006 0,073 -8 -8 Nitrat (NO3-N) 1,371 0,897 1,073 1,611 20 20 1,611 0,897 1,238 Fosfat (PO4) 0,239 0,205 0,169 0,254 1 5 0,254 0,169 0,217 Klorin bebas (Cl2) 0 0 1,8 0,72 0,003 0,003 1,800 0,000 0,630 -8 -8 Oksigen Terlarut (DO) 3,66 3,19 1 1,1 3 3 3,7 1,0 2,2 -8 -8 C O D 19,03 15,53 23,3 24,56 50 100 50 100 24,6 15,5 20,6 B O D 15,2 12,42 17,48 19,64 6 12 6 12 19,6 12,4 16,2 - 10 - 10 -10 -10 Minyak dan Lemak 0 0 0 0 1000 1000 0,000 0,000 0,000 Fluorida (F) 0,194 0,133 0,126 0,143 1,500 1,500 0,194 0,126 0,149 Besi (Fe) 0,15 0 0,561 0,38 0,561 0,000 0,273 Air Raksa (Hg) (ppb) 0,86 0,23 1,36 0,13 2 5 2 5 1,360 0,130 0,645 Nikel (Ni) 0 0,0171 0 0 0,500 0,017 0,000 0,004 Tembaga (Cu) 0,0082 0 0 0,004 0,020 0,200 0,002 0,200 0,008 0,000 0,003 -8 Seng (Zn) 0,0116 0,132 0,022 0,01 0,020 2,000 0,050 2,000 0,132 0,010 0,044 -8 -2 Krom hexavalen (Cr6+) 0 0 0 0 0,050 1,000 0,050 0,001 0,000 0,000 0,000 Kadmium (Cd) 0 0,0092 0,0006 0 0,010 0,010 0,010 0,010 0,009 0,000 0,002 Timbal (Pb) 0,01 0,00 0 0 0,030 1,000 0,030 1,000 0,009 0,000 0,002 Arsen (As) 0,00 0,00 0 0,0014 1,000 1,000 1,000 1,000 0,001 0,000 0,000 Selenium (Se) 0,001 0 0,005 0 0,050 0,050 0,050 0,050 0,005 0,000 0,002 Surfaktan 0,019 0,019 0 0,025 0,025 0,000 0,016 Fenol 0 0 0 0 0,000 0,000 0,000 Mangan (Mn) 0,0811 0,02 0 0,057 2,000 0,081 0,000 0,040 Natrium (Na) 40 0 0,377 0 40,000 0,000 10,094 BIOLOGI MPN E.coli 240000 90 1100 2400 100 1000 2000 2000 240000 90 60898 MPN Coliform 460000 150 2400 4600 100 1000 10000 10000 460000 150 116788

Nilai Indeks STORET

- 50

-

Stasiun 1B (Muara Sungai Cisokan)

Tahun 2008

Kedalaman Kedalaman 5 meter

Parameter periode C* D* III** IV** Nilai Pengamatan SKOR

1 2 3 4 max min rata C* D* III** IV**

FISIKA

Temperatur 28,7 27,8 27,8 28,4 dev 3 n dev 3 dev 5 28,700 27,800 28,175 Residu terlarut 118 102 123 70 1000 1000 1000 2000 123,000 70,000 103,250 Zat tersuspensi 5,3 0,9 8,4 89 400 400 89,000 0,900 25,900 Kekeruhan 3,73 0,29 10 102 102,000 0,290 29,005 D H L 171 148 178 - 2250 178,000 148,000 165,667 Transparensi - - - 66 66,000 66,000 66,000 KIMIA pH 7,8 7,55 7,25 7,11 6-9 5-9 6-9 5-9 7,800 7,110 7,428 CO2 bebas 23,76 7,92 15,84 11,88 23,760 7,920 14,850 HCO3 83,1 105,26 77,56 88,64 105,260 77,560 88,640 Kesadahan (CaCO3) 28 48 58 44 58,000 28,000 44,500 Sulfida (H2S) 0 0,016 0 0,095 0,002 0,002 0,095 0,000 0,028 -8 -8 Ammonia (NH3) 0,007 0,005 0,010 0,009 0,020 0,010 0,005 0,008 Nitrit (NO2-N) 0,011 0,013 0,072 0,043 0,060 0,060 0,072 0,011 0,035 -2 -2 Nitrat (NO3-N) 0,517 0,92 2,760 3,910 20 20 3,910 0,517 2,027 Fosfat (PO4) 0,194 0,477 0,205 0,495 1 5 0,495 0,194 0,343 Klorin bebas (Cl2) 0 0 0 0 0,003 0,003 0,000 0,000 0,000 Oksigen Terlarut (DO) 3,5 2 7,5 6,6 3,000 3,000 7,500 2,000 4,900 -2 -2 C O D 15,38 14,58 14,76 9,45 50 100 50 100 15,380 9,450 13,543 0 B O D 8,46 7,36 11,81 7,09 6 12 6 12 11,810 7,090 8,680

-

10 -10 Minyak dan Lemak 0 0 0 0 1000 1000 0,000 0,000 0,000 Fluorida (F) 0,085 0,45 0,337 0 1,500 1,500 0,450 0,000 0,218 Besi (Fe) 0,13 0 0,266 1,276 1,276 0,000 0,418 Air Raksa (Hg) (ppb) 0,089 0,08 0 0,05 2,000 5,000 2,000 5,000 0,089 0,000 0,055 Nikel (Ni) 0 0 0 0 0,500 0,000 0,000 0,000 Tembaga (Cu) 0,026 0,009 0,026 0,075 0,020 0,200 0,002 0,200 0,075 0,009 0,034 -8 -10 Seng (Zn) 0,015 0 0,056 0,017 0,020 2,000 0,050 2,000 0,056 0,000 0,022 -8 -2 Krom hexavalen (Cr6+) 0 0 0 0,000 0,050 1,000 0,050 0,001 0,000 0,000 0,000 Kadmium (Cd) 0,001 0,009 0,000 0,007 0,010 0,010 0,010 0,010 0,009 0,000 0,004 Timbal (Pb) 0 0,222 0,000 0,000 0,030 1,000 0,030 1,000 0,222 0,000 0,055 -8 -8 Arsen (As) 0,0003 0,0012 0,0014 0,002 1,000 1,000 1,000 1,000 0,002 0,000 0,001 Selenium (Se) 0,004 0,005 0,001 0 0,050 0,050 0,050 0,050 0,005 0,000 0,003 Surfaktan 0,018 0,042 0 0,027 0,042 0,000 0,022 Fenol 0 0 0 0 0,000 0,000 0,000 Mangan (Mn) 0,05 0,055 0 0,057 2,000 0,057 0,000 0,041 Natrium (Na) 0,1404 0 0,225 0 0,225 0,000 0,091 BIOLOGI MPN E.coli 9 - - 100 1000 2000 2000 9,000 9,000 9,000 MPN Coliform 23 - - 100 1000 10000 10000 23,000 23,000 23,000

Stasiun 2 (Tengah Waduk Cirata)

Tahun 2009

Kedalaman Permukaan

Parameter periode Baku mutu Nilai Pengamatan SKOR

1 2 3 4 C* D* III** IV** max min rata C* D* III** IV**

FISIKA

Temperatur 28 30,7 29,9 30,9 dev 3 n dev 3 dev 5 30,9 28,0 29,9

Dokumen terkait