• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Minat Siswa Untuk Menjadi Guru ditinjau dari Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata ada perbedaan

minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin. Perhitungan

dengan t-test menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 2,244 lebih besar dari

ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,028 lebih kecil dari 0,05 (5%). Dengan

demikian maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin.

Dari hasil perhitungan ini maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan minat untuk menjadi guru antara siswa laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi karena secara psikologis dan fisiologis ternyata

laki-laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Sifat kepribadian yang dimiliki juga berbeda pula. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat maskulin, kasar, dan lebih perkasa. Perbedaan ini akan membawa akibat terhadap cara masyarakat dalam berpikir luas tentang dunia kerja. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada minat seseorang untuk menjadi guru.

Sedangkan nilai mean minat siswa untuk menjadi guru untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 76,79 dan standar deviasinya adalah 8,850 sedangkan nilai mean untuk jenis kelamin perempuan sebesar 81,95 dan standar deviasinya adalah 11,648. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden perempuan lebih berminat untuk menjadi guru dibandingkan responden laki-laki. Ada anggapan bahwa untuk menjadi guru diperlukan kesabaran karena menghadapi siswa yang beraneka ragam karakter. Selain itu, profesi guru lebih cocok untuk perempuan, karena perempuan mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang menyangkut kepribadian atau psikologis siswa. Faktor lain yang berkaitan dengan anggapan bahwa profesi guru merupakan profesi yang cocok bagi perempuan adalah dengan menjadi guru, perempuan sekaligus dapat menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Tugas dari seorang ibu adalah mendidik anak, maka secara

tidak langsung seorang guru perempuan juga bisa mendidik murid- muridnya seperti anaknya sendiri.

Sedangkan profesi guru dianggap tidak cocok untuk laki-laki, karena sifat laki-laki maskulin, kasar, dan lebih perkasa, sehingga kurang peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam pembimbingan masalah-masalah yang terjadi pada pribadi siswa.

2. Minat Siswa Untuk Menjadi Guru ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata tidak ada

perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar

siswa. Perhitungan dengan t-test menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar

0,864 lebih kecil dari ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,390 lebih besar

dari 0,05 (5%). Dengan demikian maka Ho diterima, berarti tidak ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa.

Sedangkan berdasarkan deskripsi minat siswa untuk menjadi guru diperoleh hasil sebagai berikut: tidak ada minat siswa untuk menjadi guru yang terkategorikan sangat tinggi, terkategorikan tinggi sebanyak 10 orang (12,5%), terkategorikan cukup sebanyak 26 orang (32,5%), terkategorikan rendah sebanyak 28 orang (35,0%), terkategorikan sangat rendah sebanyak 16 orang (20,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berminat rendah untuk menjadi guru. Hal ini didukung

oleh hasil persentase tertinggi minat siswa untuk menjadi guru terletak pada kategori rendah.

Siswa yang berprestasi tinggi maupun siswa yang berprestasi rendah mempunyai minat yang sama untuk menjadi guru, yaitu sebagian besar responden berminat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tidak menyebabkan adanya perbedaan minat siswa untuk menjadi guru. Siswa tidak tertarik untuk menjadi guru, mungkin karena gaji dan tunjangan hidup yang rendah, profesionalitas yang semakin luntur, sampai penghargaan dan status sosial guru yang semakin merosot di mata masyarakat. Banyak keluhan muncul bahwa guru tidak profesional, guru tidak bertanggung jawab mengajar tetapi justru nyambi cari ojekan. Mereka menganggap balas jasa yang didapatkan seorang guru tidak sesuai dengan pengorbanan yang diberikan. Padahal tugas seorang guru sangat berat, karena guru memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan terciptanya tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan kunci pokok bagi keberhasilan anak didiknya. Selain harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup, guru juga dituntut untuk memiliki integritas kepribadian yang tinggi dan ketrampilan mengajar yang dapat diandalkan, sehingga mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta menyenangkan bagi anak didiknya.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua.

Perhitungan dengan t-test menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 2,224

lebih besar dari ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,029 lebih kecil dari 0,05

(5%). Dengan demikian maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua.

Dari hasil perhitungan ini maka dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan minat menjadi guru antara siswa yang pendapatan orang tuanya tinggi dan siswa yang pendapatan orang tuanya rendah. Pendapatan yang diperoleh orang tua akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang. Salah satu tugas orang tua adalah membimbing dan mendidik anak- anaknya dalam menentukan masa depan.

Sedangkan nilai mean minat siswa untuk menjadi guru untuk

responden yang pendapatan orang tuanya tinggi (>Rp2.000.000,00) sebesar 76,26 dan standar deviasinya adalah 11,699 sedangkan nilai mean

untuk responden yang pendapatan orang tuanya rendah (≤Rp2.000.000,00)

sebesar 81,43 dan standar deviasinya adalah 9,096. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang pendapatan orang tuanya rendah lebih berminat untuk menjadi guru dibandingkan responden yang orang tuanya berpendapatan tinggi. Karena, keluarga yang kemampuan ekonominya tinggi akan menganggap status guru dipandang ”kurang baik” karena gaji guru yang rendah, tertindas birokrasi, sulit berkembang, serta merosotnya status sosial di masyarakat. Maka itu jabatan guru tidak menarik bagi

mereka yang golongan ekonominya tinggi, dan mereka lebih memilih profesi lain yang kesejahteraannya lebih terjamin. Sedangkan keluarga yang kemampuan ekonominya rendah lebih memilih profesi guru karena dengan harapan mereka bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri. Menurut mereka gaji seorang guru lebih dari cukup untuk memperbaiki keadaan ekomoni keluarganya. Apalagi sekarang pemerintah mengeluarkan UU Guru dan Dosen dimana penghargaan guru mulai diperhatikan tingkat kesejahteraannya. Selain itu, kuliah di FKIP biayanya lebih ringan dibandingkan dengan jurusan yang lainnya.

Dokumen terkait