viii
ABSTRAK
MINAT SISWA UNTUK MENJADI GURU DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN
PENDAPATAN ORANG TUA
Studi Kasus: Siswa Kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari: (1) jenis kelamin; (2) prestasi belajar siswa, (3) pendapatan orang tua.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Tiga Maret Yogyakarta pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta yaitu sebanyak 87 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin (thitung 2,244 > ttabel 1,991 dan nilai
probabilitas 0,028 < taraf signifikansi 0,05); (2) Tidak ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa (thitung 0,864 < ttabel 1,991
dan nilai probabilitas 0,390 > taraf signifikansi 0,05); (3) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua (thitung 2,224 > ttabel
ix
ABSTRACT
THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TO
BE TEACHERS ANALYZED FROM SEX, STUDENTS’
LEARNING ACHIEVEMENT AND THE INCOME OF
PARENTS
A Case Study: at the Last Class Students of Tiga Maret Senior High School Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether there is different interest among Senior High School students to be teachers analyzed from: (1) sex; (2) students’ learning achievement, and (3) the income of parents.
The research was conducted at “Tiga Maret Senior High School Yogyakarta” from October to November 2008. The population of this research was 87 students of the last class of Tiga Maret Senior High Shcool Yogyakarta. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. The technique of analysing the data was t-test.
The result shows that: (1) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from sex (tcount 2,244 > ttable 1,991 and the probability is
0,028 < 0,05); (2) there isnt any different interest to be teachers perceived from students’ learning achievement (tcount 0,864 < ttable 1,991 and the probability is
0,390 < 0,05); (3) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from the income of parent (tcount 2,224 > ttable 1,991 and the probability
MINAT
JENI
SPR
JURUS
FAK
T SISWA U
IS KELAM
PE
Studi Kasus: Diaju M PROGRAM
SAN PEND
KULTAS K
UNIV
UNTUK M
MIN, PRE
ENDAPA
Siswa Kelaukan untuk M Memperoleh G rogram Stud
Indra W
0
M STUDI P
DIDIKAN
KEGURU
VERSITA
YOG
iMENJADI
ESTASI BE
ATAN ORA
as XII SMA
SKRIPSI Memenuhi Sa Gelar Sarjan di Pendidika oleh: Wahyu Pusp 041334061
PENDIDI
N ILMU PE
UAN DAN
AS SANAT
GYAKAR
2009
I GURU D
ELAJAR
ANG TUA
Tiga Maret Y
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus atas segala berkahNya
Bapak & Ibu
Mba Ambar n’ mba Ita
Semua yang telah membantu perjuangan ini
v
MOTTO
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai
senantiasa sampai kepada akhir zaman
(Mateus 27; 20)
“Setiap orang yang kepadanya banyak diberi,
Daripadanya akan banyak dituntut, dan
Kepada siapa banyak dipercayakan,
Daripadanya akan lebih banyak lagi dituntut”
vi
viii
ABSTRAK
MINAT SISWA UNTUK MENJADI GURU DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN
PENDAPATAN ORANG TUA
Studi Kasus: Siswa Kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari: (1) jenis kelamin; (2) prestasi belajar siswa, (3) pendapatan orang tua.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Tiga Maret Yogyakarta pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta yaitu sebanyak 87 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin (thitung 2,244 > ttabel 1,991 dan nilai
probabilitas 0,028 < taraf signifikansi 0,05); (2) Tidak ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa (thitung 0,864 < ttabel 1,991
dan nilai probabilitas 0,390 > taraf signifikansi 0,05); (3) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua (thitung 2,224 > ttabel
ix
ABSTRACT
THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TO
BE TEACHERS ANALYZED FROM SEX, STUDENTS’
LEARNING ACHIEVEMENT AND THE INCOME OF
PARENTS
A Case Study: at the Last Class Students of Tiga Maret Senior High School Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether there is different interest among Senior High School students to be teachers analyzed from: (1) sex; (2) students’ learning achievement, and (3) the income of parents.
The research was conducted at “Tiga Maret Senior High School Yogyakarta” from October to November 2008. The population of this research was 87 students of the last class of Tiga Maret Senior High Shcool Yogyakarta. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. The technique of analysing the data was t-test.
The result shows that: (1) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from sex (tcount 2,244 > ttable 1,991 and the probability is
0,028 < 0,05); (2) there isnt any different interest to be teachers perceived from students’ learning achievement (tcount 0,864 < ttable 1,991 and the probability is
0,390 < 0,05); (3) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from the income of parent (tcount 2,224 > ttable 1,991 and the probability
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “MINAT SISWA UNTUK MENJADI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN,
PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PENDAPATAN ORANG TUA”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P.,M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu, dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.
5. Bapak Drs.F.X.Muhadi, M.Pd. dan ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.
8. Kepala sekolah SMA GAMA Yogyakarta Ibu Dra. SUN LESTARI (terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA GAMA), ibu Dian (yang telah meluangkan waktunnya dalam membantu penulis untuk melakukan penelitian sampai selesai...terimakasih atas pengorbannya, maaf ya bu....sempat ada sedikit problem).
9. Bapak dan Ibu, terima kasih atas pengorbanan, perjuangan selama ini
xii
10.Mbk ambar n’ mz Narto dan juga Mbk ita n’ mz Wawan
(akhire aku lulus ki....hehehe!!!!!! Makasih buat nasehat, semangat dan dorongan kepada penulis, serta omelan-omelannya. Tak lupa juga terimakasih atas bantuan materialnya. Hehehe...) dan juga keponakan
kecilQ Versel dan calon dedek (ojo nakal yow....!!!!!).
11.Boeat Mz’ iR_oNe (engkaulah penyemangatQ...hehehehehehee.
MakaciH yapz daH menjadi bagian dalam Hidup aku...moGa bisa aBaDi seperti yaNg Qt inginkan...amien).
12.Sahabat-sahabat seperjuangan: mamie (ayo bu lek lulus...arep ngoyak IP piro??????? Hehehe...trim’s atas bantuannya, masukan-masukan dan untuk merangkai kata-kata”), embenk (trim’s atas sarannya dan buat
gambaran sekolah....kamu baex’ duech), lasmek (ayo berjuang Brow....!!! nuwun wis nunut ngepRinT....hehe), lintux (ojo pacaran terus bu...garap skripsine). Semoga persahabatan ini tetap ABADI yaw!!!!!!!!!!!!!!!!!!.
13.Temen2 selama kuliah: exo (nuwun buozt...kamu emang konsultan yang baek. Hehehehe...Akhirnya lulus bareng nech!!); GARET
(perjuangan Qt ga sia-sia buuuu...makasih ya atas semuanya), Ranie
(trim’s yaw), niah, YANITA, nuki (thank’s atas maZukan’nya yaaaah...selalu setia bales sms setiap ada pertanyaan yang aku ga mudeng); galuh, dono (ayoooooo berjuang).
xiii
15.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2004...terima kasih atas kerjasamanya selama ini!!!!!!!.
16.“PEJUANG” kamu memang baek n’ sangat berjasa banget...makasih yaw atas semua yang telah kamu berikan selama ini.
17. Maz “BeNcReaTive” trims yaw power point’NYA.
18.Anak-anak kost “Amelia”: gogiel (trim’s dah mau nganter kemanapun aku pergi...ga bisa shoping2 lagi nech!!! Hehehehe); rizka
(ayo,,,semangat bu. Digarap skripsine....ben rampung bareng!!!!). Santy
(makasih ya....dah bantu angkat2 barang. Hehehe...). buat semua penghuni “AMELIA 20 F” dah ga bisa gosip2 lagi nech.
19.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 5 Februari 2009 Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
xv
1. Minat ... 9
2. Profesi Guru ... 17
3. Jenis Kelamin ... 20
4. Prestasi Belajar Siswa ... 21
5. Pendapatan Orang Tua ... 23
B. Kerangka Berpikir ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 29
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 34
1. Pengujian Validitas ... 34
2. Pengujian Reliabilitas ... 36
G. Prasyarat Analisis ... 38
1. Uji Normalitas ... 38
2. Uji Homogenitas ... 39
H. Pengujian Hipotesis ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA GAMA ... 43
B. Visi, Misi dan Tujuan SMA Gama ... 44
xvi
D. Organisani SMA Gama ... 46
E. Sumber Daya Manusia SMA Gama ... 51
F. Siswa SMA Gama ... 52
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Gama ... 53
H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 55
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 58
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 58
2. Deskripsi Minat Siswa untuk Menjadi Guru ... 60
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ... 64
1. Uji Normalitas ... 64
2. Uji Homogenitas ... 67
C. Pengujian Hipotesis ... 68
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77
B. Keterbatasan Penelitian ... 77
C. Saran ... 78
xvii
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel Operasional Variabel minat siswa untuk menjadi guru ... 31
3.2 Tabel Skoring berdasarkan skala likert ... 32
3.3 Tabel Skor jenis kelamin ... 33
3.4 Tabel skor prestasi belajar ... 33
3.5 Tabel skor tingkat pendapatan ... 33
3.6 Tabel Rangkuman hasil pengujian validitas ... 35
3.7 Tabel Rangkuman hasil pengujian Reliabilitas ... 38
4.1 Tabel Jumlah siswa SMA GAMA ... 52
5.1 Tabel Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
5.2 Tabel Responden Berdasarkan Prestasi Belajar ... 59
5.3 Tabel Responden Berdasarkan Pendapatan Orang Tua ... 60
5.4 Tabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru ... 60
5.5 Tabel Minat Siswa Untuk menjadi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin .... 61
5.6 Tabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa ... 62
5.7 Tabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau dari Pendapatan Orang tua ... 63
5.8 Tabel Pengujian Normalitas Jenis Kelamin ... 65
5.9 Tabel Pengujian Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 65
5.10 Tabel Pengujian Normalitas Pendapatan Orang Tua ... 66
5.11 Tabel Pengujian Homogenitas ... 67
5.12 Tabel Pengujian Hipotesis dinjau dari jenis kelamin ... 69
5.13 Tabel Pengujian Hipotesis ditinjau dari prestasi belajar ... 70
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 83
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 90
Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 94
Lampiran 4 Deskripsi Data ... 100
Lampiran 5 Uji Normalitas dan uji homogenitas ... 107
Lampiran 6 Uji t ... 110
Lampiran 7 Tabel r dan tabel t ... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan
menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi.
Perkembangan dan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia tidak
terlepas dari jasa yang diberikan oleh guru. Guru adalah satu-satunya
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan.
Guru merupakan ujung tombak dari sebuah proses pendidikan yang
berhubungan langsung dengan siswa sebagai subyek dan obyek belajar.
Sedangkan pendidikan merupakan proses pendewasaan terhadap siswa yang
merupakan tahap perkembangan dari sebuah kehidupan manusia. Proses
pendewasaan yang dialami anak didik ketika memperoleh pendidikan di
antaranya adalah pendewasaan intelektual, pendewasaan moral, dan
pendewasaan sosial. Menjadi guru itu bukanlah hal yang mudah, suatu
pekerjaan yang menuntut kompetensi luar dalam. Maksud luar dalam di sini
adalah guru itu selain harus bisa mengajar (transfer ilmu) juga dituntut untuk
bisa mendidik (transfer moral). Begitu berat tanggung jawab seorang guru,
sehingga keliru jika ada orang yang mengatakan semua orang bisa menjadi
Citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah-ubah dari waktu
ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi
(penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk
kerja para guru yang telah berkarya dan adanya perubahan persyaratan
jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta tehnologi era
profesionalisasi dan spesialisasi (Samana, 1994:113).
Citra dan wibawa guru pada masa kolonial lebih tinggi dibandingkan
dengan guru sekarang ini. Masa itu, guru adalah profesi yang
diidam-idamkan. Karena guru menerima gaji 40 gulden, padahal seorang inlander
hanya perlu segobang (2,5 sen) untuk hidupnya. Tak heran jika sekolah
keguruan menjadi incaran lulusan sekolah terbaik. Di samping fasilitas dan
kemudahan yang diperoleh, status guru akan membawanya menuju strata atas
dalam kelas masyarakat. Tidak sedikit guru yang kemudian sampai di puncak
sebagai pimpinan masyarakat (http://debrito.net/isi).
Mutu pendidikan Indonesia sekarang ini sangat rendah. Ketika mutu
pendidikan itu dinilai rendah, maka sasaran tombak pertama adalah guru.
Guru sebagai pelaku utama pendidikan adalah kambing hitam persoalan.
Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan
langsung dengan rendahnya mutu guru. Berbagai dakwaan muncul: guru
tidak profesional, guru tidak bertanggung jawab mengajar tapi justru mencari
obyekan. Berbagai persoalan yang dihadapi guru-guru Indonesia hampir
profesionalitas yang semakin luntur, sampai penghargaan dan status sosial
guru yang semakin merosot di mata masyarakat.
Persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru.
Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang non material
misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan
perlindungan hukum. Adapun yang termasuk aspek material adalah gaji,
tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang
harus secara jujur diakui masih minim. Walaupun secara langsung tidak
berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan
memang tak terpisahkan.
Salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional
adalah terbatasnya sumber daya tenaga pengajar (guru). Keterbatasan sumber
daya ini, antara lain dipengaruhi terbatasnya jumlah siswa berprestasi yang
bersedia menjadi guru. Cukup jarang siswa berprestasi waktu di sekolah,
setelah lulus kuliah kemudian menjadi guru. Mayoritas siswa dengan prestasi
baik melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi cenderung memilih fakultas
nonkeguruan. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan di sebagian masyarakat
bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi. Tidak
sedikit siswa berprestasi kemudian direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari
bangku kuliah. Selain itu, perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan
dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh
mempengaruhi perbedaan minat siswa untuk bekerja menjadi guru (Gilarso,
1995:5)
Lembaga pendidikan guru (FKIP), bukanlah idola para siswa dan orang
tua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi
sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang ”kurang baik” karena
pendapatannya rendah. Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon
guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu secara
akademis. Mayoritas mahasiswa FKIP adalah berasal dari masyarakat desa,
pinggiran, atau kota lapisan bawah. Mereka memilih FKIP dengan harapan
bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun
kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat di angkat
lantaran kemampuannya juga rendah.
Jika kita amati, dalam dasawarsa terakhir terungkap bahwa minat
masuk fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) terus merosot, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Berita surat kabar akhir-akhir ini terungkap
bahwa beberapa daerah mulai kekurangan guru. Ini berarti antara kebutuhan
guru dan mendidik calon guru belum seimbang. Dalam upaya mengatasi
ketimpangan dalam menyiapkan tenaga kependidikan itu, diperlukan daya
tarik untuk menjadi guru. Karena negara kita sedang membutuhkan guru yang
berkompetensi, pemerintah berusaha menarik minat siswa SLTA. Di samping
itu, pemerintah juga terus mencari cara supaya dapat memiliki siswa yang
Keinginan menjadi guru itu harus datang dari diri sendiri, nggak bisa
dipaksa-paksa. Kebanyakan jaman sekarang ini orang menjadi guru karena
terpaksa. Hal ini menyebabkan banyak guru tidak bisa mentransfer ilmu
mereka kepada siswanya, karena pada dasarnya mereka menjadi guru bukan
karena keinginan mereka, tetapi karena terpaksa.
Lahirnya UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 diharapkan mampu
meningkatkan minat siswa untuk menjadi guru. Dalam UU Guru dan Dosen
tersebut dijelaskan bahwa pengakuan dan kedudukan guru dan dosen
mempunyai misi yaitu :a) mengangkat martabat seorang guru dan dosen, b)
menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen, c) meningkatkan kompetensi
guru dan dosen, d) meningkatkan mutu pendidikan, e) mengurangi
kesenjangan ketersedian guru dan dosen antar daerah dari segi mutu, jumlah,
kualitas akademik dan kompetensi, f) meningkatkan pelayanan yang
bermutu.
Di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, pemerintah daerah
memberikan insentif tambahan yang cukup signifikan kepada para guru
pegawai negeri sipil (PNS). Dengan tunjangan dari pemerintah daerah sekitar
Rp 2 juta per bulan, penghasilan seorang guru PNS minimal Rp 3 juta.
Undang-Undang Guru dan Dosen juga memberikan sinyal bahwa
kesejahteraan guru akan ditingkatkan. Guru yang memenuhi kualifikasi
akademik dan mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan
mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Belum lagi tambahan
kesejahteraan guru yang sempat menjadi topik yang sangat hangat
dibicarakan di kalangan masyarakat mengubah minat siswa terpanggil untuk
menjadi seorang guru.
Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen membuat posisi guru
sebagai sebuah profesi semakin terlindungi, serta kesejahteraan guru semakin
terjamin. Tidak hanya program sertifikasi saja yang menyebabkan semakin
banyak orang yang menginginkan untuk berprofesi menjadi guru. Belum
lama ini pemerintah telah mengeluarkan PP No 10 tahun 2008 tentang gaji
PNS, yang menyatakan bahwa mulai April 2008 gaji PNS naik 20% dari gaji
pokoknya. Dengan demikian, secara tidak langsung kesejahteraan guru negeri
juga akan semakin meningkat.
Berdasarkan dari fenomena-fenomena di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Minat Siswa Untuk Menjadi Guru
Ditinjau dari Jenis Kelamin, Prestasi belajar Siswa dan Pendapatan
Orang Tua” di SMA Tiga Maret Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk menjadi guru, baik
faktor yang berasal dari diri sendiri (instrinsik) dan faktor yang berasal dari
luar individu (ekstrinsik). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui
minat siswa untuk menjadi guru yang ditinjau dari jenis kelamin, prestasi
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis
kelamin?
2. Apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari
prestasi belajar siswa?
3. Apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari
pendapatan orang tua?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah;
a. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan minat siswa berprofesi menjadi
guru ditinjau dari jenis kelamin.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan minat siswa berprofesi menjadi
guru ditinjau dari prestasi belajar siswa.
c. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan minat siswa berprofesi menjadi
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak:
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi/gambaran
sejauh mana minat mereka untuk berprofesi menjadi guru.
2. Bagi Pemerintah
Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih memperhatikan
nasib guru.
3. Bagi Guru
Untuk memberikan semangat kepada para guru agar tetap semangat dalam
menjalankan profesinya.
4. Bagi Penulis
Pelaksanaan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menambah pengetahuan dan menerapkan teori selama mengikuti kuliah
terutama dalam bidang pendidikan.
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Diharapkan dapat menambah referensi penelitian di perpustakaan yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan
orang. Minat pada hakekatnya merupakan perhatian, keinginan, rasa suka
dan rasa terikat dengan suatu obyek walaupun tidak ada yang menyuruh
(Kartono, 1980:109). Secara sederhana minat (interest) merupakan
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada
objek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung pada bidang itu (Winkel, 1983:30). Seseorang yang
mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat sebelumnya, pada
umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang
tidak berminat sebelumnya.
Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan,
pengalaman pada diri individu. Pernyataan tersebut didukung oleh Walgito
(1997:38) yang mengatakan, bahwa minat merupakan suatu keadaan
dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu objek disertai dengan
adanya keinginan untuk berhubungan lebih aktif dengan objek tersebut.
Menurut pendapat Witherintong (Buchori, 1978:125), minat adalah
kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu
situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Disini minat dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Minat primitif (biologis), timbul karena jaringan-jaringan tubuh. Ini
berkisar pada soal makan dan kebebasan aktivitas.
b. Minat kultural (sosial), berasal dari perbuatan belajar yang tarafnya
lebih tinggi. Minat ini merupakan hasil pendidikan.
Sedangkan menurut Mappiare (1982:64), minat dipengaruhi oleh
latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman.
Selanjutnya Mappiare (1982:78) menjelaskan bahwa minat remaja dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Minat pribadi, yaitu kecenderungan untuk mengejar hal-hal yang
menjadi keinginannya. Minat yang timbul dari individu dapat
menimbulkan kepuasan. Minat pribadi meliputi minat memperoleh
pengakuan, penghargaan, minat mengembangkan diri, minat untuk
sukses, minat untuk sekolah, minat untuk jabatan dan sebagainya.
b. Minat terhadap reaksi, yaitu kecenderungan yang ada pada diri individu
terhadap hal-hal yang dapat mengembangkan individu pada kondisi
semula, dari ketegangan-ketegangan setelah individu melakukan
aktivitas sehingga pikiran, jiwa serta jasmaninya menjadi segar
kembali.
c. Minat terhadap kelanjutan studi dan jabatan. Dengan tercapainya suatu
tingkat pendidikan tinggi bagi individu, maka terbuka peluang untuk
pada gilirannya memudahkan bagi individu untuk meningkatkan
statusnya.
Minat seseorang dapat diukur melalui kegiatan-kegiatan yang sering
dilakukan dan melalui pertanyaan mengenai senang atau tidak senang
terhadap suatu obyek. Super dan Crites (Yahny Kils, 1988:33)
mengemukakan bahwa ada 4 cara untuk mengetahui minat seseorang,
yaitu:
a. Melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang disenangi dan
yang tidak disenangi.
b. Melalui pengamatan mengenai hal-hal yang sering dilakukan.
c. Melalui tes obyektif.
d. Melalui tes minat yang telah dipersiapkan secara baku.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat
(Sukardi, 1998:63):
a. Minat yang diekspresikan / Expressed Interest
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata
tertentu. Contoh : seseorang mengatakan bahwa dirinya suka dengan
profesi guru.
b. Minat yang diwujudkan / Manifest Interest
Seseorang dapat mengekpresikan minat bukan melalui kata-kata, tetapi
melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu
c. Minat yang diinventarisasikan / Inventoried Interest
Seseorang dapat diukur minatnya dengan menjawab terhadap
sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok
aktivitas tertentu.
Guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat peserta
didiknya. Adapun tujuan mengadakan pengukuran terhadap minat peserta
didik (Nurkancana, 1983:225) sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan minat peserta didik
Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat
peserta didiknya. Minat merupakan komponen yang paling penting
dalam kehidupan pada umumnya, dan dalam dunia pendidikan
khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil dalam
pekerjaan mengajar.
b. Memelihara minat yang baru timbul
Apabila peserta didik menunjukkan minat yang kecil, maka
merupakan tugas guru untuk membangkitkan dan mengembangkan
minat tersebut.
c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik.
Tugas guru di sini adalah menghindarkan hal-hal yang tidak baik
pada peserta didiknya, sehingga diharapkan mereka tidak tertarik
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kapada anak tantang
study atau pekerjaan yang cocok baginya.
Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang
sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam
jabatan, namun intrest merupakan pertimbangan yang cukup berarti
kalau dihubungkan dengan data-data yang lain.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat
berbeda dengan kesenangan. Bila orang melihat bahwa sesuatu akan
menguntungkan, biasanya orang merasa berminat untuk memperolehnya.
Minat lebih bersifat menetap, tetapi minat bisa padam bila tidak disalurkan
karena berbagai hambatan, sedangkan kesenangan merupakan minat yang
bersifat sementara atau tidak menetap (Hurlock, 1978:114). Minat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, kesempatan, lingkungan dan apa saja yang
menjadi minat teman sebayanya (Surachmad, 1978:84).
Menurut Giyatama (1990:6), minat digolongkan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
a. Secara intrinsik
Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam
individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul
karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin
1) Sikap
Sikap adalah cara bertingkahlaku yang khas, yang tertuju
terhadap orang-orang, rombongan-rombongan atau
persoalan-persoalan ( Buchori, 1978:126). Sikap merupakan kemampuan
internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan,
lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang
yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu
obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga
baginya atau tidak. Bila obyek dinilai ”baik”, maka mempunyai
sikap positif dan sebaliknya bila obyek dinilai ”jelek”, maka
mempunyai sikap negatif (Winkel, 1987:77).
2. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan
terhadap rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran
rangsang sehingga individu mengerti rangsang yang diinderanya.
(Walgito, 1993:53).
3. Prestasi belajar
Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dan
menghasilkan perubahan yang khas, yaitu perubahan dalam sikap
dan tingkah laku yang tercapai dan dapat dilihat secara nyata serta
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes (Winkel,
4. Bakat
Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang
umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang
melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan
orang lain.
5. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah suatu komponen yang kritis dalam
identitas seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan.
6. Intelegensi
Menurut pendapat Wechsler (Winkel, 1987:85), Intelegensi
adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan,
untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan
lingkungan secara efektif.
b. Secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat
pengaruh dari luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara lain karena
latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
1. Latar belakang ekonomi
Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas
minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu
mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat
mereka.
2. Minat orang tua
Sikap orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap
pekerjaan dalam dua hal. Pertama, orang tua mendesak anak untuk
tertarik pada pekerjaan yang mereka anggap bagus dan bergengsi,
tanpa mempedulikan minat dan sikap anak, dan kedua, mereka
menganjurkan anaknya untuk menghindari pekerjaan tertentu
karena dianggap tidak menguntungkan (Elizabeth B. Hurlock,
1978:144).
3. Minat teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian
remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan
cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai
dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan
ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya
memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola
kepribadian remaja, karena remaja lebih sering berada di luar
rumah bersama dengan teman-teman sebaya pada sikap,
pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada
keluarga (Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
gairah pada individu untuk mengerjakan dan berkecimpung dalam sesuatu
bidang tertentu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat
adalah faktor intrinsik (bersumber dari diri) dan faktor ekstrinsik
(bersumber dari lingkungan sosial).
2. Profesi Guru
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan arti guru
sebagai orang yang pekerjaanya atau profesinya mengajar. Sementara itu,
Ametembun (1973:3), mengemukakan guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, individual
maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah. Guru yang
dimaksud di sini mencakup semua guru dari tingkat pra sekolahan (TK)
sampai guru besar (Dosen) di perguruan tinggi, baik yang berstatus negeri
maupun swasta.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 mengemukakan, bahwa Guru adalah tenaga profesional
yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama
menjadi agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik,
membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia
berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara
optimum, pada jalur pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan
Profesi guru memilki arti jabatan atau pekerjaaan sebagai guru yang
membutuhkan pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan
(Ametembun, 1973:11). Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang
begitu kompleks, maka profesi ini tidak bisa dimiliki sembarang orang.
Untuk menjadi seorang guru, mereka harus memiliki pendidikan dan
latihan-latihan khusus sebelumnya, sehingga mampu menjalankan profesi
mengajar tersebut secara professional. Seperti yang dijelaskan C. V. Good
(Samana, 1987:69) bahwa pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki
ciri-ciri tertentu, memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon
pelakunya (membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), memiliki
kecakapan prasyarat yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang
(misal : organisasi profesional ataupun pemerintah) dan jabatan
profesional tersebut harus mendapat pengakuan dari masyarakat atau
negara.
Menurut Supriyadi (1993), untuk menjadi seorang guru yang
profesional harus dituntut untuk memiliki lima hal sebagai berikut.
1. Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang
diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa.
2. Guru harus memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini
berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswa. Bagi seorang guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi. Mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes
hasil belajar.
4. Guru mampu berfikir secara sistematis tentang apa yang dilakukan, dan
belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk
mengadakan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa
belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan mana yang
salah, serta baik dan buruknya pada proses belajar siswa.
5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi lainnya.
Kematangan profesional guru ditandai dengan perwujudan guru yang
memiliki keahlian, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan yang tinggi
(Surya, 2003:30). Selain harus menjalankan tugasnya secara profesional,
seorang guru juga harus memiliki kompetensi. Kompetensi merupakan
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
Pendapat di atas sejalan dengan B. J Chandler (Sahertian, 1994:27)
yang menjelaskan tentang profesi mengajar. Dikatakannya bahwa profesi
mengajar merupakan suatu jabatan yang mempunyai kekhususan.
Memerlukan kelengkapan mengajar dan ketrampilan yang
menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar yaitu
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi guru
merupakan suatu jabatan atau pekerjaaan sebagai guru yang membutuhkan
pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan, sehingga mampu
mengerjakan tugas mengajarnya secara profesional, dan mendapatkan
pengakuan dari masyarakat dan negara.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah suatu komponen yang kritis dalam identitas
seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan. Sejak lahir, anak laki-laki dan
perempuan dibiasakan berperilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan
masyarakat sehubungan dengan perilaku mana yang semestinya untuk
laki-laki dan perilaku mana yang seharusnya bagi anak perempuan. Secara
psikologis dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan mempunyai
perkembangan yang berbeda. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat
feminim, yaitu lemah lembut, ramah, berperasaan dan empatik. Sedangkan
laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, yaitu logis, bebas dan agresif.
Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku mutlak. Perbedaan sifat antara
laki-laki dan perempuan ini dapat menimbulkan perbedaan minat untuk
menjadi guru antara siswa laki-laki dan perempuan dalam hal pandangan,
cara berfikir, perhatian dan perasaan (Gilarso, 1993:5).
Ada anggapan bahwa tekanan-tekanan untuk berperilaku sesuai
masa remaja, khususnya terhadap remaja putri. John Mill dan Mary Allen
Lynch (Mahmud, 1990:63):
a. remaja putri menjadi lebih self-conscious (perasa terhadap diri sendiri)
dan lebih banyak mengalami gangguan dalam citra diri ketimbang
remaja-remaja pria
b. remaja-remaja putri lebih menonjol dalam prestasinya di bidang
ketrampilan-ketrampilan verbal (kata-kata), sedangkan remaja-remaja
pria di bidang ketrampilan spasial (ruang)
c. remaja-remaja putri menjadi lebih suka membentuk
persahabatan-persahabatan kental.
Sedangkan menurut Kartono (1981:20), perbedaan pria dan wanita
adalah:
a. pada umumnya kemampuan intelektual wanita lebih rendah daripada
kemampuan intelektual laki-laki.
b. wanita lebih menyenangi pekerjaan yang bersifat sosial seperti juru
rawat dan guru, sedangkan pria lebih menyenangi pekerjaan yang
membutuhkan pemikiran.
4. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1983:1659) prestasi
adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan). Prestasi merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari
perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang tercapai dan dapat dilihat
secara nyata serta dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes
(Winkel, 1986:48).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan prestasi belajar antara
lain sebagai berikut (Usman, 1993:9):
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa:
1) faktor jasmani meliputi seluruh hal yang berkaitan dengan keadaan
jasmani atau fisik siswa, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dari pengalaman.
2) faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang terdiri atas:
a) faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki
b) faktor non intelektif, yaitu faktor unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi, dan penguasaan diri.
3) faktor kematangan fisik maupun psikis
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
berpengaruh terhadap perolehan prestasi belajar siswa:
1) faktor lingkungan sosial di mana siswa tinggal, yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
2) faktor budaya yang ada di sekitar lingkungan hidup siswa seperti
adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian.
3) faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar
4) faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil dari proses psikis yang berlangsung dalam interaksi
subjek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan berupa
pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan di mana hasil perubahan
tersebut dapat dilihat dan juga dapat diukur.
5. Pendapatan
Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai
imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses
produksi (Gilarso, 1991:63). Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter
Evers (1982:122), tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan
yang diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok,
pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang maupun
barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Penghasilan keluarga menurut Gilarso (1991:63) dapat bersumber pada:
a. Usaha sendiri(wiraswasta), misalnya berdagang, mengerjakan sawah
b. Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau perusahaan
c. Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah disewakan
Menurut Mulyanto Sumardi dan Dieter Evers (1982:92) ada tiga
macam pendapatan:
a. pendapatan berupa uang
pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang
sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau
kontra prestasi. Sumber yang utama adalah gaji dan upah dan lain-lain.
b. pendapatan berupa barang
pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang bersifat
reguler dan biasa, tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam
bentuk barang dan jasa. Misalnya : beras, pengobatan, transportasi.
c. pendapalan lain-lain
pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang berasal dari penerimaan
uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman bahwa segala
penerimaan bersifat transfer atau redistribusi, biasanya membawa
perubahan dalam keuangan rumah tangga, misalnya: barang-barang
yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang,
kiriman uang, dan judi.
Selain itu, Mulyanto Sumardi dan Dieter Evers (1982:323) membedakan
pendapatan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
a. pendapatan formal adalah penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan
b.pendapatan informal adalah penghasilan yang diperoleh melalui
pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokok
c.pendapatan subsistem adalah penghasilan yang diperoleh dari sektor
produksi yang dinilai dengan uang.
B. Kerangka Berpikir
1. Minat Siswa untuk menjadi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan.
Secara psikologis dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan
mempunyai perkembangan yang berbeda. Sifat kepribadian yang dimiliki
juga berbeda. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan, lemah
lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai
sifat maskulin, kasar, dan lebih perkasa. Perbedaan ini akan membawa
akibat terhadap cara masyarakat dalam berpikir luas tentang dunia kerja.
Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian,
pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada minat
seseorang untuk menjadi guru. Ada anggapan bahwa profesi guru lebih
cocok untuk perempuan, karena perempuan mempunyai sifat keibuan,
lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih
peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang
menyangkut kepribadian atau psikologis siswa. Sedangkan profesi guru
dianggap tidak cocok untuk lai-laki, karena sifat laki-laki maskulin, kasar,
pendampingan belajar maupun dalam pembimbingan masalah-masalah
yang terjadi pada pribadi siswa.
Ha1 : Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis
kelamin.
2. Minat Siswa untuk menjadi Guru Ditinjau dari Prestasi Belajar
Antara siswa yang satu dengan yang lain akan mempunyai prestasi
belajar yang berbeda-beda. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil
prestasi belajar siswa yang dicapai pada semester tertentu, yang dilihat
pada nilai raport semester yang diperoleh siswa. Cukup jarang siswa
berprestasi baik waktu di sekolah, setelah lulus kuliah kemudian menjadi
guru. Mayoritas siswa dengan prestasi baik melanjutkan kuliah ke
perguruan tinggi cenderung memilih fakultas nonkeguruan. Siswa yang
berprestasi baik menganggap bahwa profesi guru tidak memberikan
kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta
kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup. Hal ini dipengaruhi dengan
anggapan di sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup
menjanjikan dari sisi ekonomi. Tidak sedikit siswa berprestasi kemudian
direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari bangku kuliah. Sedangkan siswa
yang kemampuan akademiknya kurang atau berprestasi rendah lebih
memilih berprofesi menjadi guru karena peluang kerjanya lebih banyak,
dan jika mau mencari pekerjaan lain membutuhkan berbagai macam
Ha2 : Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi
belajar siswa.
3. Minat Siswa unruk menjadi Guru Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua.
Pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh suatu
keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan
pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Setiap siswa tentunya mempunyai orang tua yang
berbeda-beda tingkat pendapatannya. Pendapatan yang diperoleh orang tua
akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang. Salah satu tugas dari
orang tua adalah membimbing dan mendidik anak-anaknya dalam
menentukan masa depannya. Keluarga yang kemampuan ekonominya
tinggi akan menganggap status guru dipandang ”kurang baik” karena gaji
guru yang rendah, tertindas birokrasi, sulit berkembang, serta merosotnya
status sosial di masyarakat. Maka itu jabatan guru tidak menarik bagi
mereka yang golongan ekonominya tinggi, dan mereka lebih memilih
profesi lain yang kesejahteraannya lebih terjamin. Sedangkan keluarga
yang kemampuan ekonominya rendah lebih memilih profesi guru karena
dengan harapan mereka bisa kuliah dengan biaya yang rendah dan dengan
cepat mendapatkan pekerjaan karena pada saat ini profesi guru banyak
dibuthkan yang kemudian mereka bisa diangkat menjadi pegawai negeri.
keadaan ekomoni keluarganya. Apalagi setelah dikeluarkannya UU Guru
dan Dosen yang menjamin kesejahteraan guru.
Ha3 : Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau pendapatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Penelitian
komparatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan
dan menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel (Sugiyono, 2004:11).
Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan minat siswa
untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin, prestasi belajar dan pendapatan
orang tua.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober s/d November 2008
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Tiga Maret Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004: 72).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XII SMA Tiga
Maret Yogyakarta yang berjumlah 87 siswa, yang terdiri dari tiga kelas yaitu
kelas XII IPA = 29 siswa, kelas XII IPS1 = 28 siswa, kelas IPS2 = 30 siswa.
Mengingat jumlah populasi tidak terlalu banyak maka seluruh populasi diambil
menjadi sampel dalam penelitian populasi ini.
Seperti disampaikan Suharsimi Arikunto ( 1989;107), menyatakan bahwa
“untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.
Pada penelitian ini digolongkan sebagai penelitian populasi karena jumlah
siswa kurang dari 100.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:32), variabel adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Variabel yang diteliti meliputi:
a. Variabel bebas (independen variabel) yaitu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen(terikat). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel
bebas adalah:
1) Jenis Kelamin
2) Prestasi belajar siswa
b. Variabel terikat (dependen variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah minat siswa untuk
menjadi guru.
2. Pengukuran Variabel Penelitian
a. Minat Siswa untuk Menjadi Guru
Untuk mengukur minat siswa untuk menjadi guru, cara yang
digunakan adalah menggolongkan minat siswa untuk menjadi guru
menjadi dua, yaitu secara intrinsik dan secara ekstrinsik (Giyatama,
1990:6).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru
Variabel Sub Variabel Sub-sub Variabel Indikator Pertanyaan positif negatif Minat Secara Intrinsik a. Sikap b. Persepsi c. Prestasi belajar d. Bakat
e. Jenis kelamin
- Memiliki sikap tertarik terhadap profesi guru.
- Merupakan cita-cita sejak kecil - Senang bergaul dengan banyak
orang
- Situasi kerja yang nyaman
- Siswa memiliki pandangan yang positif terhadap profesi guru. - Peluang kerja guru
- Jenjang karier guru jelas - Jam kerja singkat
- Guru memerlukan kesabaran.
- Ingin berbagi ilmu kepada orang lain
- Memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar
- Mempunyai penilaian bahwa profesi guru layak diduduki oleh
f.Intelegensi
kaum perempuan maupun laki-laki.
- Mampu mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya tentang keguruan. 20 Secara Ekstrinsik a. Latar belakang ekonomi. b.Minat orang tua. c.Minat teman sebaya.
- Penghasilan yang diperoleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarga.
- siswa memperoleh dukungan penuh untuk menjadi guru dari orangtua atau keluarganya.
- siswa memiliki teman-teman yang banyak berminat menjadi guru.
- siswa memperoleh dukungan dari teman-temannya untuk menjadi guru.
22
23
24,25 21
Pengukuran variabel minat siswa untuk menjadi guru didasarkan
pada indikator-indikatornya. Masing-masing dari indikator dijabarkan
dalam bentuk pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, persepsi dan minat seseorang atau kelompok orang tentang
suatu fenomena sosial. Skor jawaban setiap item instrumen tersaji
dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Skoring Berdasarkan Skala Likert Kriteria Jawaban Skor
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
Sangat Setuju ( SS ) 5 1
Setuju ( S ) 4 2
Ragu-Ragu (R) 3 3
Tidak Setuju ( TS ) 2 4
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis
yaitu laki-laki dan perempuan, yang kemudian diberi skor sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Jenis kelamin
Jenis Kelamin Skor
Laki-laki Perempuan
1 2
c. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata hasil raport, yang
kemudian diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa Skor
Rata-rata tinggi > 69,6 Rata-rata rendah ≤ 69,6
1 2
d. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua siswa atau responden dalam penelitian ini
digolongkan menjadi dua jenis, yang kemudian diberi skor sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Skor
Pendapatan tinggi > Rp.2.000.000,00
Pendapatan rendah ≤ Rp.2.000.000,00
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004:135). Kuesioner ini
digunakan untuk mengumpulkan data jenis kelamin, minat siswa untuk
menjadi guru dan pendapatan orang tua.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik yang dimungkinkan oleh peneliti
untuk memperoleh informasi tentang sejarah sekolah dan
bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada tentang responden, yaitu
jumlah siswa yang masih aktif di sekolah. Selain itu juga untuk megetahui
data prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai raport.
F. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Validitas instrumen adalah taraf sampai dimana suatu instumen
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242).
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui
apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur
(sahih) atau tidak. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus
teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson
rxy =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 22 X n Y Y
X n Y X XY n Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
Y = skor total item
X = skor item
n = jumlah responden
Pelaksanaan perhitungan uji validitas item pada penelitian ini
penulis menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social
Science). Kemudian mencari r tabel yaitu dengan dk= n-2 dengan taraf
signifikasi 5%. Kriteria pengujian adalah apabila rhitung lebih besar dari
pada rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya
apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir soal tersebut tidak valid.
Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada
siswa-siswi kelas X SMA GAMA Yogyakarta dengan jumlah responden
30 orang. Dari hasil uji coba tersebut diketahui derajat kebebasan sebesar
28 (30 - 2), dengan harga kritik Product Moment tabel (rtabel) sebesar 0,239
dengan taraf signifikansi 5%. Adapun hasil uji coba validitas sebagai
berikut :
Tabel 3.6
Rangkuman Hasil Pengujian Validitas
Butir No.
Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,542 Valid
2 0,239 0,593 Valid
3 0,239 0,576 Valid
4 0,239 0,366 Valid
5 0,239 0,399 Valid
7 0,239 0,486 Valid
8 0,239 0,711 Valid
9 0,239 0,706 Valid
10 0,239 0,276 Valid
11 0,239 0,323 Valid
12 0,239 0,561 Valid
13 0,239 0,566 Valid
14 0,239 0,724 Valid
15 0,239 0,704 Valid
16 0,239 0,587 Valid
17 0,239 0,524 Valid
18 0,239 0,442 Valid
19 0,239 0,752 Valid
20 0,239 0,643 Valid
21 0,239 0,400 Valid
22 0,239 0,592 Valid
23 0,239 0,330 Valid
24 0,239 0,308 Valid
25 0,239 0,563 Valid
Sumber : Data Prapenelitian
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa keseluruhan nilai r hitung
menunjukkan angka yang lebih besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,239).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
variabel minat siswa untuk menjadi guru adalah valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) reliabilitas
(keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan
yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk
kuesioner.
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa suatu
angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien yang tinggi menunjang reliabilitas
yang tinggi pula. Untuk pengujian ini digunakan rumus koefisien alpha
cronbach (Arikunto, 2002:193).
11
r = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
22 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2
t
σ = varian total
2
b
σ = jumlah varian butir
Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut
2 σ =
(
)
n n X X∑
2∑
2Keterangan :
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor butir
pertanyaan)
Pengujian reliabilitas ini dilakukan penulis dengan menggunakan
komputer program SPSS 12.0. Menurut pendapat Nunnaly (Ghozali, 2001)
jika rhitung lebih besar dari0,60 maka butir soal dapat dikatakan reliabel.
Sebaliknya, jika rhitung lebih kecil 0,60 maka butir soal tersebut tidak
reliabel.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi
Tabel 3.7
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Minat siswa untuk menjadi guru
0,6 0,911 Reliabel
Dari dua puluh lima pertanyaan pada variabel minat siswa untuk
menjadi guru ini diperoleh nilai rhitung sebesar 0,911 .Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel (0,911 > 0,6).
Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel minat siswa untuk
menjadi guru dapat dikatakan andal.
G. Prasyarat Analisis
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat diperlukan analisis data
yang benar. Sebelum data dianalisis maka terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk
mengetahui hal tersebut digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov
(Sugiyono, 1999:255) yang dinyatakan dengan rumus:
D= maksimum[ Sn1 (X) – Sn2 (X) ]
Keterangan :
Sn1 (X) : Distribusi kumulatif yang ditentukan
Kriteria penerimaan:
− Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka distribusi data
normal
− Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data
tidak normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians sampel
yang akan dikomparasikan tersebut homogen atau tidak. Varians adalah
standar deviasi yang dikuadratkan. Uji homogenitas varians digunakan uji
F (Sudjana, 2002:250).
F =
terkecil Varians
terbesar Varians
Harga Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan
dk pembilang n - 1 dan dk penyebut n - 1. Dalam hal ini berlaku ketentuan
bila harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel (Fhitung ≤ Ftabel), maka
dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan dianalisis homogen.
H. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t-test,
karena hipotesis dalam penelitian ini adalah komparatif dua sampel. Teknik ini
digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan dalam Bab II
prestasi menggun Terdapat kompara • S • P Kete Terdapat
1. Ap
at
2. Ap
belajar dan
nakan SPSS
t dua rumu
atif 2 sampel
Separated V
Polled Varia
erangan:
X1 =
X2 =
S1 =
S2 =
S12 =
S22 =
t perbedaan
pakah dua r
au tidak?
pakah varian
pendapatan
versi 12.
us t-test yan
l independen Varians ans Rata-r Rata-r Simpa Simpa Varian Varian pertimbanga
ata-rata itu b
ns data dari d
n orang tua.
ng dapat dig
n (Sugiyono
rata sampel 1 rata sampel 2 angan baku s angan baku s ns sampel 1 ns sampel 2
an dalam me
berasal dari
dua sampel i
Pengolahan gunakan un o, 2007:138) 1 2 sampel 1 sampel 2 emilih rumus dua sampel itu homogen
n data akan
ntuk menguj
:
s t-test yaitu
yang jumla
n atau tidak?
n dilakukan
i hipotesis
u:
Berdasarkan dua hal tersebut, maka berikut ini diberikan petunjuk untuk
memilih rumus t-test:
1. Bila jumlah anggota sampel n1= n2 dan varians homogen (δ12 = δ22), maka
dapat digunakan rumus t-test, baik untuk separated maupun polled varians.
Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya dk = n1+ n2 – 2.
2. Bila n1 ≠ n2 , varians homogen (δ12 = δ22) dapat digunakan rumus t-test
polled varians.
3. Bila n1= n2 varians tidak homogen (δ12 ≠ δ22) dapat digunakan dengan
rumus t-test baik untuk separated maupun polled varians, dengan dk = n1-
1 atau dk = n2 – 1.
4. Bila n1 ≠ n2 dan varians tidak homogen (δ12 ≠ δ22). Untuk ini digunakan
rumus separated varians, harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung
dari selisih harga t tabel dengan dk = n1- 1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan
kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil.
Untuk mengetahui apakah hipotesis ditolak atau diterima, maka harus
membandingkan harga T dengan derajat kebebasan pada taraf signifikan 5%.
1. Hipotesis 1
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Thitung dengan T tabel
sebagai berikut :
Jika T hitung ≤ T tabel maka Ho diterima
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:
Jika nilai probabilitas (Sig) > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai probabilitas (Sig) < 0,05 maka Ho ditolak
Catatan: Pengujian hipotesis 2 dan 3 dilakukan dengan cara yang sama
dengan pengujian hipotesis 1.
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah SMA GAMA Yogyakarta
Sejak tahun 1980/1981 daya tampung sekolah di Daerah Istimewa
Yogyakarta semakin menurun. Keadaan ini menggugah dosen-dosen
Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mendirikan sekolah. Pada saat itu
kebutuhan akan Sekolah Menengah Tingkat Atas begitu mendesak dan
beberapa dosen Universitas Gajah Mada (UGM) setuju untuk mendirikan
SMTA.
Pada tahun 1981 beberapa dosen UGM mendirikan yayasan yang
bernama Yayasan Pendidikan Gama, dengan akte notaris tanggal 13 Januari
1982. Yayasan Pendidikan Gama mendirikan sebuah SMTA pada tanggal 3
Maret 1982 dan diberi nama SMA Tiga Maret atau disingkat SMA GAMA.
Pendirian SMA GAMA disahkan oleh kepala wilayah Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan surat persetujuan sementara
No. 089/I.3.I/I.82 tertanggal 12 Juni1982 dan diresmikan oleh Kepala Daerah
Tingkat II Sleman yakni Bapak Sutojo Prodjosujoto pada tanggal 29 Juli 1982.
Per