DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilakukan pada 80 siswa kelas plus SMA Al-Ulum Medan dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0.061 (>0.05) sehingga menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan termasuk dalam kategori sedang. Namun, hal ini tidak mempengaruhi perilaku kecuranganakademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.
Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti karena kurang memperhitungkan jadwal atau ketentuan yang telah dibuat SMA
Al-Ulum Medan, siswa kelas XII yang fokus belajar untuk menghadapi UN dan kelas X dan XI yang akan diliburkan untuk persiapan ujian semester. Hal ini juga dipicu karena peneiti melakukan pengambilan data penelitian bersamaan dengan pengambilan data uji coba sehingga beban yang dirasakan siswa dalam mengisi skala yang diberikan peneliti dapat mempengaruhi hasil skala. Kurangnya kontrol peneliti dalam pengisian skala oleh siswa dapat mempengaruhi hasil penelitian.
SMA Al-Ulum Medan merupakan sekolah yang berlatar belakang agama Islam. Sekolah Al-Ulum menuntut agar siswa-siswanya menjadi SDM yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan berakhlak al-karimah. Menurut Drajat (1991) kehidupan moral tidak dapat dipisahkan dari agama. Agama memberikan seperangkat nilai yang tinggi dalam mendasari moralitas individu. Menurut penelitian Rettinger dan Jordan (2005) ditemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan perilaku kecurangan akademik dibandingkan kelas liberal.
Menurut Hendricks (2000) dan Davis (2009) perilaku kecurangan akademik dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor moralitas. Hendricks (2000) mengatakan faktor kepribadian seperti moralitas pada siswa yang memiliki level kejujuran yang rendah lebih sering melakukan perilaku kecurangan akademik. Selain itu, siswa dengan tingkat religiusitas yang rendah cenderung lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik. Menurut Davis dkk (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan moral individu berkaitan dengan perilaku kecurangan akademik adalah negatif, tingkat perkembangan moral yang lebih rendah dikaitkan dengan tingkat kecurangan
yang tinggi. Sehingga hal ini menjadi salah satu landasan mengapa hipotesa penelitian ini ditolak.
Fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan cenderung sedang. Hal ini dikarenakan subjek penelitian ini adalah siswa kelas plus, yaitu siswa yang memiliki beban pembelajaran dan tuntutan pembelajaran yang cenderung lebih banyak daripada kelas reguler. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat fear of failure yang terjadi pada siswa SMA Al-Ulum Medan.
Berdasarkan kategori skor subjek pada skala perilaku kecurangan akademik, subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik rendah sebanyak 45 subjek (56%), subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik sedang sebanyak 35 subjek (44%), dan subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik tinggi sebanyak 0 subjek (0%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suparman (2011) bahwa siswa dengan pendidikan berlatarbelakang agama memiliki kualitas perilaku jujur lebih tinggi daripada siswa dengan pendidikan umum. Hal ini karena pada sekolah yang berlatar belakang agama memiliki waktu lebih banyak belajar agama dan pembinaan akan akhlak sehingga mempengaruhi perilaku kejujuran pada siswa.
Berdasarkan kategorisasi skor subjek pada skala fear of failure, subjek dengan kategori fear of failure rendah sebanyak 3 subjek (4%), subjek dengan kategori fear of failure sedang sebanyak 67 subjek (84%), dan subjek dengan kategori fear of failure tinggi sebanyak 10 subjek (12,5%). Menurut Hurlock (2007) perasaan siswa akan fear of failure pada siswa SMA mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siswa SMP. Hal ini terjadi karena tekanan akademik lebih besar pada siswa SMA daripada siswa SMP.
Hasil analisa tambahan perilaku kecurangan akademik yang ditinjau dari jenis kelamin bahwa perilaku kecurangan akademik pada pria (x=51.50) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku kecurangan akademik pada wanita (x=42.73). Menurut Davis, dkk (2009) bahwa perbedaan antar pria dan wanita dalam perilaku kecurangan akademik tidak terlalu besar. Dalam Davis (2009) hal ini karena pria lebih mau jujur mengenai perilaku kecurangan akademik yang dilakukannya daripada wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Braid (dalam Anderman&Midgley, 2004) bahwa pria cenderung lebih sering melakukan perilaku kecurangan akademik, karena wanita cenderung merasa bersalah saat melakukannya.
Hasil analisa tambahan fear of failure yang ditinjau dari jenis kelamin bahwa fear of failure pada mean pria (x=40.50) sedangkan fear of failure pada wanita (x=41.70). Hal ini menunjukkan bahwa fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan wanita lebih tinggi daripada pria. Hal ini sejalan dengan pendapat Rothblum (1990) bahwa wanita umumnya melaporkan lebih mengalami
fear of failure dan berperilaku dengan cara lebih terhadap fear of failure
dibandingkan pria. Hal inl karena wanita lebih takut terhadap konsekuensi interpersonal daripada akademis.
Hasil analisa tambahan mengenai perilaku kecurangan akademik yang ditinjau berdasarkan tingkatan kelas. Pada siswa kelas X dengan mean 45.39, pada siswa kelas XI dengan mean 45.21, sedangkan pada kelas XII dengan mean 49.29.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik yang paling tinggi pada siswa kelas XII. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh McCabe, Trevino & Butterfield (2001) bahwa siswa yang lebih muda cenderung melakukan perilaku kecurangan akademik lebih sering daripada usia yang lebih tua. Akan tetapi, berdasarkan faktor kontekstual seperti keanggotaan perkumpulan siswa, perilaku teman sebaya, keinginan membantu teman yang menjadikan landasan perilaku kecurangan akademik pada siswa kelas XII lebih tinggi dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini dikarenakan adanya proses belajar dan sosial yang lebih panjang pada siswa kelas XII terhadap perilaku teman sebaya daripada siswa kelas X dan XI SMA Al-Ulum Medan.
Hasil analisa tambahan mengenai fear of failure yang ditinjau berdasarkan tingkatan kelas. Pada kelas X fear of failure memperoleh mean sebesar 39.52, pada kelas XI fear of failure memperoleh mean sebesar 41.72, sedangkan pada kelas XII fear of failure memperoleh mean sebesar 41.93. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan paling tinggi pada kelas XII sehingga menghasilkan fear of failure.
Hal ini karena tuntutan dan tekanan pada kelas XII SMA Al-Ulum Medan semakin besar, seperti menghadapi ujian nasional, persiapan untuk memasuki tahapan selanjutnya (kuliah/kerja), pemikiran akan masa depan.