SKALA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, maka saya ingin
mengadakan penelitian. Untuk itu, saya memerlukan sejumlah data yang akan
saya peroleh melalui kerjasama dan kesediaan saudara dalam mengisi skala ini.
Penelitian ini terdiri dari dua buah skala. Skala pertama terdiri dari
pernyataan sebanyak 35 butir dan skala kedua terdiri dari 25 butir, yang
menggambarkan diri saudara. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda dan
tidak ada penilaian benar atau salah, jawaban yang seharusnya adalah jawaban
yang tepat dengan diri saudara masing-masing. Data dan jawaban yang saudara
berikan akan dijamin kerahasiaannya.
Bantuan saudara dalam menjawab pertanyaan dalam skala ini adalah
bantuan yang sangat berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas segala
kerjasama saudara, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
LEMBAR IDENTITAS
Inisial :
Jenis Kelamin : Pria / Wanita*
Usia :
Kelas :
Ranking :
Gelombang Ujian : I / II*
*Coret yang tidak perlu
Surat Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: __________________
Tanda tangan : __________________
PETUNJUK PENGISIAN SKALA I
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Dalam skala ini tidak ada
penilaian benar atau salah, jawaban yang paling baik adalah yang sesuai dengan
diri anda. Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling sesuai
dengan diri anda. Dengan interval 0 (tidak pernah) hingga 9 (selalu).
Contoh Pengisisan:
NO. PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN
1 Saya akan meminta jawaban pada teman ketika tidak bisa menjawab soal ujian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
Jika Anda ingin mengubah jawaban anda, berikan tanda = pada jawaban yang
salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Anda anggap paling
sesuai:
NO. PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN
1 Saya akan meminta jawaban pada teman ketika tidak bisa menjawab soal ujian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
MENGERJAKAN-SKALA I
NO PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN
1 Saya akan meminta jawaban pada teman ketika
6 Saya merayu guru agar memberi nilai yang tinggi
10 saya mencontek dalam menyelesaikan tugas
13 Saya melihat contekkan yang sudah dipersiapkan sebelum ujian berlangsung.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
14 Saya berusaha mengerjakan apapun dengan usaha sendiri
16 Saya melirik jawaban teman saat ujian berlangsung
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
18 Saya memalsukan tanda tangan orang tua di dalam surat keterangan tidak hadir
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
19 Saya memberi contekkan tugas kepada teman
Tidak Pernah Selalu
20
Ketika ada tugas makalah, saya menyalin beberapa kalimat dari buku tanpa memasukkan sumbernya di daftar pustaka
22 Saya melihat PR teman tanpa izin terlebih dahulu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
25 Saya memanfaatkan kedekatan dengan guru, untuk medapatkan soal yang akan di ujiankan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
26 Saya tidak menyalahgunakan karya oranglain untuk kepentingan pribadi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
27 Saya bertanya kepada kelas lain yang telah ulangan mengenai soal yang diujikan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
28 Saya tidak bersedia jika teman meminta saya untuk membuatkan surat keterangan tidak hadirnya
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
sendiri
Tidak Pernah Selalu
30 Saya menyelesaikan tugas, sekalipun harus berbuat curang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
31
Saya tidak mencari tahu tentang soal ujian kepada teman yang telah mengikutinya
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
32
Ketika saya tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, saya membuat alasan palsu untuk mendapatkan toleransi pengumpulan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
33 Saya membayar seseorang untuk mengerjakan tugas sekolah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
34 Saya tidak memberitahukan soal pada kelas yang belum ulangan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Pernah Selalu
35 Dalam tugas makalah, saya mencantumkan referensi yang digunakan dalam daftar pustaka
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PETUNJUK PENGISIAN SKALA II
Anda diminta untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban yang
tersedia dengan cara memberikan tanda silang (X). Dalam skala ini tidak ada
penilaian benar atau salah, jawaban yang paling baik adalah yang sesuai dengan
diri anda.
Adapun pilihan jawaban yang tersedia yaitu:
STS : Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan
TS : Tidak Sesuai dengan pernyataan
N : Netral atau ragu-ragu dengan pernyataan
S : Sesuai dengan pernyataan
SS : Sangat Sesuai dengan pernyataan
Contoh Pengisisan:
NO. PERNYATAAN STS TS N S SS
1. Sulit bagi saya untuk serius dalam belajar X
Jika Anda ingin mengubah jawaban anda, berikan tanda = pada jawaban yang
salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Anda anggap paling
sesuai:
NO. PERNYATAAN STS TS N S SS
1. Sulit bagi saya untuk serius dalam belajar X X
SKALA II
NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN
1. Karena malu, saya menyembunyikan hasil ujian yang tidak memenuhi standar kelulusan
STS TS N S SS
2. Saya tidak mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
STS TS N S SS
3. Saya khawatir akan dijauhi teman-teman karena kegagalan saya di ujian
STS TS N S SS
4. Jika nilai jelek, saya kesulitan untuk mendapatkan jalur undangan untuk kuliah
STS TS N S SS
5. Saya mengecewakan orang tua ketika mendapatkan nilai buruk dalam ujian
STS TS N S SS
6. orang akan memandang negatif ketika saya mendapatkan nilai yang jelek
STS TS N S SS
7. Sulit bagi saya untuk serius dalam belajar STS TS N S SS
8. Harga diri saya akan menurun di mata orang lain bila tahu saya tidak lulus dalam ujian
STS TS N S SS
9. cita-cita saya tidak akan tercapai jika mendapatkan nilai jelek
STS TS N S SS
10. Saya khawatir keluarga akan sepele jika gagal dalam pelajaran
STS TS N S SS
tentang saya
12.
Saya sulit membagi waktu antara belajar dan bermain STS TS N S SS
13. Teman-teman tidak mau berteman dengan saya yang memiliki nilai rendah
STS TS N S SS
14. Kegagalan akan mengganggu cita-cita saya STS TS N S SS
15. Kepercayaan saudara akan menurun jika saya gagal STS TS N S SS
16. Saya percaya diri menghadapi ujian dengan kemampuan sendiri
STS TS N S SS
17. Saya tidak memiliki potensi yang cukup untuk mengerjakan sendiri tugas-tugas yang diberikan guru
STS TS N S SS
18. Bukan masalah bagi saya jika orang lain mulai menjauh karena ketidakmampuan saya dalam pelajaran
STS TS N S SS
19. Kegagalan saat ini dapat membuat masa depan yang saya rencanakan berubah
STS TS N S SS
20. Kegagalan tidak menurunkan semangat saya untuk membahagiakan orangtua
STS TS N S SS
21. Pandangan negatif orang lain terhadap ketidaklulusan dalam ujian membuat kepercayaan diri saya hilang
STS TS N S SS
22. Saya yakin saya memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas saya sendiri
23. Orang lain akan meremehkan saya ketika nilai standar kelulusan tidak tercapai
STS TS N S SS
24. Kegagalan tidak membuat saya khawatir dengan masa depan
STS TS N S SS
25. Saya takut dikritik orang terdekat karena mendapatkan nilai yang rendah
PENGOLAHAN II a. Listwise deletion based on all variables in the
VAR00010 35.1500 67.339 .452 .775 VAR00011 35.1250 67.640 .469 .774 VAR00012 35.5000 68.202 .363 .784 VAR00014 35.0417 67.788 .411 .779 VAR00015 35.5000 67.277 .507 .771 VAR00021 35.8250 70.532 .343 .785 VAR00022 35.5000 68.118 .366 .784 VAR00023 35.5583 67.476 .551 .768 VAR00025 35.6333 71.411 .302 .788
Scale Statistics
DATA MENTAH PENELITIAN
DAN HASIL OLAH DATA
Data Mentah Fear of Failure
SUBJEK Nomor Aitem TOTAL
UJI NORMALITAS
Normal Parametersa,,b Mean 46.6750 41.1625 Std. Deviation 16.40143 6.99085 Most Extreme Differences Absolute .081 .116
38.00 43.0000 1 . Deviation from Linearity 11033.825 27 408.660 2.246 .006 Within Groups 9278.988 51 181.941
1
Regression 938.737 1 938.737 3.605 .061a Residual 20312.813 78 260.421
Total 21251.550 79
Interquartile Range 27
a. There are no valid cases for CH when JK = ,000. Statistics cannot be computed for this level.
Minimum 25
a. There are no valid cases for FOF when JK = ,000. Statistics cannot be computed for this level.
Gambaran Skor Perilaku Cheating Akademik berdasarkan Tingkatan Kelas Case Processing Summary
kelas Statistic Std. Error
a. There are no valid cases for CH when kelas = ,000. Statistics cannot be computed for this level.
Gambaran Skor Fear of Failure berdasarkan Tingkatan Kelas Case Processing Summary
kelas Statistic Std. Error
Range 29 Interquartile Range 10
Skewness -.462 .434
Kurtosis -.209 .845
XII IPA Mean 41.93 1.144
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 39.58 Upper Bound 44.28 5% Trimmed Mean 42.13
Median 41.50
Variance 36.661
Std. Deviation 6.055
Minimum 25
Maximum 54
Range 29
Interquartile Range 7
Skewness -.458 .441
Kurtosis 1.270 .858
DAFTAR PUSTAKA
Anderman, E. M., & Midgley, C. (2004). Changes in Self-reported Academic Cheating Across the Transition from Middle School to High School.
Contemporary Educational Psychology. Vol. 29 p. 499-517.
Anderman, E.M, & Murdock, T.B (2007) Psychology of Academic Cheating In Anderman & Murdock (Eds.), The Psychology of Academic Cheating. Academic Press
Anderman,L. H., Freeman, T. M., & Mueller, C. E. (2007) Psychology of Academic Cheating. In Anderman & Murdock (Eds.), The “Social” Side of Social Context: Interpersonal and Affiliative Dimensions of Student’ Experience and Academic Dishonesty. Academic Press
Azwar, S. (2000). Validitas dan reliablitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
---. (2000).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
---. (2010).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
---. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
---. (2012).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Baird, J.S. (1980). Current trends in college cheating. Psychology in the school. 17, 515-522
Budiardjo, A. (1991). Kamus psikologi. Semarang: Dahara Prize.
Burka, J. B. & Yuen, L. M. (2008). Procrastination: Why you do it, what to do about it now. USA: Da Capo Press.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Alih Bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.
Conroy, D.E., Kaye, M.P., & Fifer, A.M. (2007). Cognitive links between fear of failure and perfectionism. Journal of rational-emotive & cognitive-behavior therapy, 25, 239-240.
Davis, S. F., Grover, C. A., Becker, A. H., & McGregor, L. N. (1992). Academic dishonesty: Prevalence, determinants, techniques, and punishments.
Teaching of Psychology, 19(1), 16–20.
Davis, S.F., Drinan, P.F., & Gallant, T.B. (2009). Cheating in School: What we know and what we can do.Wiley-Blackwell.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Derajat, Z 1991 .Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1982, Pendidikan Agama Islam.Jakarta:
Dewanti, R.R. (2011). Menyontek di Kelas sebagai Awal dari Kejahatan Korupsi [online]: https://riadewanti.wordpress.com/2011/08/
Elliot, A J & Thrash, T M. (2004). The intergenerational transmission of fear of failure. PSPB Journal.Vol. 30 No. 8.Agustus 2004.
Gitanjali, B. (2004). Academic dishonesty in Indian medical colleges. Journal of Postgraduate Medicine, 50, 281-284.
Hadi, S (2000). Metodologi research :Jilid 1. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Hardiansyah, H. (2011) Ketakutan akan kegagalan (fear of failure) sebagai bentuk kepercayaan irasional (irrational Belief) pada mahasiswa senior yang melakukan prokastinasi akademik dengan cara menunda pengerjaan skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya.
Hendricks, B. (2004). Academic Dishonesty: A Student in The Magnitude of and Justification for Academic Dishonesty among College Undergraduate and Graduate Students. Journal of Student Development. 35, 212-260
Hurlock, Elizabeth, B. (1993). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Jaffe, D.L. (20015). Academic Cheating Fact Sheet. [online]:
https://web.stanford.edu/class/engr110/cheating.html
Lambert, E. G. Hogan, N. L., & Barton, S. M (2003) Collegiate Academic Dishonesty Revisited: What Have They Done, How Often Have They Done It. Who Does It and Why Did They Do it?. Electronic Journal of Sociology.[Online].Sumber;
McCabe, D.L,. Trevino, L.K,. & Butterfield, K.D,. (2001). Cheating in Academic Institutions: A Decade of Research. Faculty of Management, Rutgers University, Newark
Nainggolan, Lisdu. (2007). Hubungan antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa program studi psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.
Newstead, S.E., Stokes, A.F., & Armstead, P. 1996. ”Individual Difences in
Student cheating". Journal of Educational Psychology, 88, (2), 229-241.
Papalia, Diane, Old, S. W., Feldman, R. D. (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rettinger, D.A., Jordan, A.E. (2005). The Relations Among Religion, Motivation, and College Cheating: A Natural Experiment. Journal Ethics & Behavior. Yeshiva College: New York
Sandy. (2014). Daftar Terbaru Negara Terkorup di Dunia, Indonesia? [online]:
http://www.dream.co.id/news/indonesia-masuk-daftar-negara-terkorup-di-dunia-141208l.html
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono.(2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Veronikha, M. T., Yusuf, M., & Machmuroch. (2011). Hubungan antara Moral Judgment Maturity Perilaku Menyontek pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran: Universitas Sebelas Maret.
Weinraub, C. J. (Producer), Gibson, C. (Writer), & Paul, G. (Director). (2004, April 29). Primetime: Cheating crisis in America’s schools New Hudson, MI: ABC News Productions
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut
tentang cara yang tepat dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan
kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini menekankan analisisnya pada data-data
numerikal yang diolah dengan metode statistika.
A.IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Identifikasi variabel-variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a) Variabel bebas (independent variable) : Fear of Failure
b) Variabel Tergantung (dependent variable) :Perilaku Kecurangan Akademik
B.DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional setiap variabel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Fear of failure
Fear of failure adalah perasaan takut pada situasi yang mengakibatkan
terjadinya kegagalan dan menghindari perasaan malu yang mungkin terjadi.
Dalam penelitian ini fear of failure diukur dengan menggunakan skala fear
disampaikan oleh Conroy (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007) dengan beberapa
aspeknya sebagai berikut: ketakutan akan penghinaan dan rasa malu, ketakutan
akan penurunan estimasi diri individu, ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial,
ketakutan akan ketidakpastian masa depan, dan ketakutan akan mengecewakan
orang yang dianggap penting baginya.
Tinggi rendahnya fear of failure subyek dilihat dari skor total yang
diperoleh pada skala fear of failure. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh
akan semakin menunjukkan subyek memiliki fear of failure yang tinggi dan
sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dari skala maka menunjukkan
semakin rendah fear of failure yang dimiliki oleh subyek.
2. Perilaku Kecurangan Akademis
Perilaku kecurangan akademis adalah strategi untuk menipu, menyesatkan
atau membodohi orang lain dengan berfikir bahwa karya akademik yang
diajuakannya adalah hasil pekerjaannya sendiri.
Kecurangan akademis dapat diketahui dengan menggunakan Skala
Perilaku Kecurangan Akademik yang disusun oleh peneliti berdasarkan
bentuk-bentuk kecurangan akademis yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) yaitu:
a. Mencontek yaitu Memberi, menerima, mengambil, menjiplak, atau
mencontoh bantuan atau informasi kepada/dari oranglain yang melanggar
aturan akademis
b. Plagiarisme yaitu mengambil dan menggunakan dengan sengaja hasil
pemikiran, metode dan kalimat orang lain tanpa izin, dan mengakuinya
c. Mencuri yaitu mengambil hasil karya/ide (berupa data/bentuk fisik) milik
orang lain tanpa izin pemilik hasil karya/ide
d. Pemalsuan yaitu perilaku curang, tidak sah, tidak jujur dengan sengaja atau
tanpa izin yang berwenang, meniru, mengubah, atau membuat alasan palsu
yang berkaitan dalam hal akademik
Tingkat perilaku kecurangan akademis dilihat dari skor yang diperoleh
dari skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala model likert dan diberikan
kepada subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi pula
perilaku kecurangan akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang
diperoleh, maka semakin rendah pula perilaku kecuranganakademiknya.
C.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian
Sugiyono (2012) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jumlah siswa SMA Al-Ulum Medan berjumlah 555 siswa. Akan
tetapi yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa kelas plus yang
berjumlah 92 siswa.
PROGRAM PENDIDIKAN
KELAS
X IPA X IPS XI IPA XI IPS XII IPA XII IPS
FULL DAY 26 - 32 - 34 -
REGULER 84 88 91 78 45 77
2. Jumlah Sampel Penelitian
Tidak ada batasan mengenai jumlah sampel yang harus digunakan dalam
sebuah penelitian. Azwar (2010) menyatakan bahwa secara tradisional statistika
jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sudjana (1992;
161-163) mengemukakan enam alasan melakukan sampling adalah karena
pertimbangan mengenai ukuran populasi, faktor biaya, faktor waktu, percobaan
yang sifatnya merusak/mengganggu, faktor dalam kecermatan penelitian, dan
faktor ekonomis. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 siswa (23 siswa
kelas X; 29 siswa kelas XI; dan 28 siswa kelas XII) SMA Al-Ulum Medan.
D.TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil
sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang
sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000). Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
sampling jenuh, yaitu tekhnik penentuan sample yang menggunakan seluruh
populasi sebagai sample (Sugiyono, 2001)
E.METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tujuan
penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi,2000). Data
1. Metode Self Report
Metode ini digunakan untuk memperoleh data identitas diri yaitu
mengenai nama/inisial, usia, kelas,jenis kelamin. Dalam hal ini subjek diminta
untuk menuliskannya pada kolom yang telah disediakan pada skala.
2. Skala Perilaku Kecurangan Akademis
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku
kecurangan akademis yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) yang terdiri dari
penggunaaan catatatan saat ujian, menyalin jawaban orang lain ketika ujian,
menggunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui apa yang akan
diujiankan, menyalin jawaban ujian dari orang lain tanpa sepengetahuan orang
tersebu, membantu orang lain dalam berlaku curang, berlaku curang dengan
berbagai cara, menyalin tugas karya ilmiah orang lain dan mengaku sebagai
kerjaan sendiri, memalsukan daftar pustaka, melakukan kerja sama dengan
pengajar untuk menyelesaikan tugas individu, menyalin beberapa kalimat
(termasuk internet) tanpa memasukkan keterangannya ke dalam daftar pustaka,
membeli karya ilmiah dari orang lain dan menggunakan berbagai alasan palsu
untuk memperpanjang pengumpulan tugas.
Model skala yang digunakan adalah penskalaan model likert dengan
menggunakan interval jawaban dari 0 (tidak pernah) hingga 9 (selalu). Untuk
pernyataan yang mendukung pilihan 0 (tidak pernah) mendapatkan skor kosong,
hingga pilihan 9 (selalu) mendapatkan skor sembilan. Sedangkan untuk
pernyataan yang tidak mendukung, pilihan 0 (tidak pernah) mendapatkan skor
menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi perilaku
kecurangan akademis.
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Skala Perilaku KecuranganAkademik Bobot Nilai 0(Tidak
Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Kecurangan Akademis sebelum Uji Coba
NO
Aspek-aspek Perilaku Kecurangan
Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total
1 Mencontek - Bertukar jawaban dengan teman ketika ulangan atau ujian berlangsung.
- Melihat catatan, atau sumber lain (browsing
menggunakan handphone) ketika ujian
berlangsung.
- Memberi jawaban kepada teman saat ulangan atau ujian
- Berusaha mencari tahu soal dan jawaban yang akan diujikan pada teman yang telah
internet tanpa menuliskan sumber atau daftar pustaka
- Menggunakan cara curang untuk
menyelesaikan tugas dan mengakui sebagai hasil karya sendiri
-2, 8, 20, 24, 30, 33
14, 35 8
3 Mencuri - Mengambil tugas atau pekerjaan teman tanpa izin, dan digunakan untuk kepentingan pribadi.
- Mengcopy secara utuh tugas yang dikerjakan oleh teman.
- Menggunakan metode yang tidak jujur untuk mendapatkan jawaban yang diujikan
- Membuat alasan palsu dalam pengumpulan tugas
6, 12, 18, 32
28 5
3. Skala Fear of Failure
Skala fear of failure disusun disusun dengan menggunakan aspek-aspek
dari Conroy (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007). Butir-butir pernyataan disusun
berdasarkan aspek-aspek dalam fear of failure, yang terdiri dari 25
pernyataan-pernyataan yang bersifat positif (favorable) dan bersifat negatif (unfavorable).
Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan Favorable
(mendukung) dan Unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak
dari bobot penilaian untuk setiap pernyataan, apakah favorable atau unfavorable.
Untuk item yang favorable, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi
skor 3, TS diberi skor 2, dan skor 1 untuk STS.Sedangkan item unfavorable,
jawaban STS diberi skor 5, TS diberi skor 4, N diberi skor 3, S diberi skor 2, dan
skor 1 untuk SS (Azwar, 2012).
Tabel 4. Skor Alternatif Jawaban Skala Fear of Failure
Favorable Unfavorable
Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor
Sangat setuju 5 Sangat setuju 1
Setuju 4 Setuju 2
Netral 3 Netral 3
Tidak setuju 2 Tidak setuju 4
Tabel 5. Blue Print Skala Fear of Failure Sebelum Uji Coba
No.
Aspek-aspek Perilaku Kecurangan
Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total
1
Ketakutan akan penghinaan dan
rasa malu
- Takut mempermalukan diri sendiri. kemampuan serta potensi yang dimilikinya.
Untuk memilih aitem-aitem yang memiliki validitas dan reliabilitas yang
baik diperlukan adanya uji coba aitem. Uji coba dalam penelitian ini dilakukan
pada tanggal 31 Maret 2015. Dalam uji coba ini peneliti langsung menyajikan
aitem valid dan tidak valid; apakah instrumen cukup andal atau tidak. Jika
hasilnya memenuhi syarat, maka peneliti memperbaikinya dan mengadakan uji
coba ulang pada responden (Hadi, 2000).
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
menjalankan fungsi ukur artinya alat ukur memang mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content
validity, yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat dari segi isi adalah
benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Hadi, 2000). Validitas ini
merupakan validasi yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2000). Professional
judgement dalam penelitian ini merupakan, pendapat profesional yang diperoleh
dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauhmana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut
dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan
dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya
selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2012).
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien
korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan
korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
Pearson Product Moment (Azwar, 2012). Menurut Azwar (2012), prosedur
pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal
dengan indeks daya beda aitem.
Besarnya koefisien kolerasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan
1.00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka
koefisien korelasi minimal 0.25 daya pembeda dianggap bisa digunakan (Azwar,
2010). Batasan nilai indeks daya beda aitem dalam penelitian ini adalah 0.30
untuk skala perilaku kecurangan akademik dan nilai indeks daya beda aitem 0.25
untuk skala fear of failure. Sehingga setiap aitem memiliki harga kritik ≥ 0.03
pada skala perilaku kecurangan akademik saja yang akan digunakan dalam
pengambilan data penelitian dan setiap aitem yang memiliki harga kritik ≥0.25
pada skala fear of failure saja yang akan digunakan dalam pengambilan data
penelitian.
Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur yang dalam
penelitian ini adalah skala fear of failure dengan skala perilaku kecurangan
akademik. Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan Statistical
Packages for Social Science (SPSS) for Windows versi 22.0.
3. Reliabilitas Alat Ukur
Hadi (2000) mengemukakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjukkan
derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan. Reliabilitas alat
ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi
Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan
hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2012).
Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal
dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok
individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan
berefisiensi tinggi. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti
semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati
angka 0,00 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Teknik yang digunakan adalah
teknik reliabilitas Alpha Cronbach (Azwar, 2012). Pengujian reliabilitas
dilakukan dengan mengolah data-data pada program SPSS versi 22.0 for
Windows.
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu skala fear of
failure dan skala perilaku kecurangan akademik pada tanggal 31 Maret 2015.
Pada uji coba ini peneliti menyebarkan kedua skala sekaligus pada 152 siswa.
a. Skala Perilaku Kecurangan Akademik
Hasil analisa skala perilaku kecurangan akademik menunjukkan bahwa 35
aitem terdapat 16 aitem dengan daya beda aitem tinggi. Ada 19 aitem yang gugur
karena memiliki daya beda aitem yang tidak baik yaitu aitem nomor 2, 6, 7, 11,
12, 14, 17, 18, 19, 20, 23, 25, 26, 28, 29, 31, 33, 34, dan 35. Hasil uji daya beda
aitem ini menggunakan batasan ≥0.30, jadi aitem yang memiliki daya beda di
Pada skala perilaku kecurangan akademik menunjukkan hasil reliabilitas
dengan menggunakan tekhnik reliabilitas Alpha Cronbach, maka diperoleh hasil
0.891 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Distribusi aitem-aitem
hasil uji coba skala perilaku kecurangan akademik akan dijelaskan pada tabel 5.
Tabel 6.
Distribusi aitem-aitem setelah hasi uji coba skala perilaku kecurangan akademik
NO
Aspek-aspek Perilaku Kecurangan
Favorable Unfavorable Total
1 Mencontek 1,3,5,9, 13, 15,
21, 27
- 8
2 Plagiarism 8, 24, 30 - 3
3 Mencuri 4,10, 16, 22, - 4
4 Memalsukan 32 - 1
16
b. Skala Fear of Failure
Hasil analisa skala fear of failure menunjukkan bahwa 25 aitem terdapat
13 aitem dengan daya beda aitem tinggi. Ada 12 aitem yang gugur karena
memiliki daya beda aitem yang tidak baik yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 13, 16,
17, 18, 19, 20, dan 24. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan ≥0.25.
jadi aitem yang memiliki daya beda di bawah 0.25 dianggap gugur (Azwar, 2012)
Pada skala perilaku kecurangan akademik menunjukkan hasil reliabilitas
0.792 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Distribusi aitem-aitem
hasil uji coba skala perilaku kecurangan akademik akan dijelaskan pada tabel 6.
Tabel 7. Distribusi aitem-aitem setelah hasi uji coba skala fear of failure
G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahapan. Ketiga tahap
tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti,
yaitu:
a. Perizinan
Hal pertama yang dilakukan dalam proses persiapan melakukan penelitian
adalah mengurus surat izin untuk melakukan penelitian dari Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara ke sekolah yang hendak dituju.
No. Aspek-aspek Perilaku
Peneliti mengajukan surat permohonan pengambilan data penelitian ke
Yayasan Pendidikan Al-Djihad Al-Ulum Medan. Surat Permohonan
diberikan kepada pihak sekolah pada tanggal 26 Maret 2015. Kemudian
peneliti diberikan izin untuk melakukan penelitian di SMA Al-Ulum
Medan.
b. Pembuatan Alat Ukur
Sebelum melakukan penelitian, maka peneliti membuat alat ukur yang
terdiri dari skala perilaku kecurangan akademik dan skala fear of failure.
Peneliti membuat 35 aitem untuk skala perilaku kecurangan akademik dan
25 aitem untuk skala fear of failure. Setelah kedua skala selesai dibuat,
maka aitem-aitem tersebut akan ditelaah dengan analisis rasional dari
professional judgment untuk mengetahui validitas alat ukur tersebut.
c. Uji Coba Alat Ukur
Untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang
memadai maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba terhadap alat
ukur. Uji coba dilakukan bersama dengan pengambilan data penelitian
dikarenakan siswa kelas XII akan segera menghadapi Ujian Nasional.
Sehingga peneliti membagi data uji coba alat ukur kepada siswa kelas X
IPS, XI IPS, dan XII IPS SMA Al-Ulum Medan sebanyak 124 siswa.
2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian dimulai setelah peneliti mendapatkan izin
pengambilan data oleh kepala sekolah SMA Al-Ulum Medan. Akan tetapi, karena
peneliti memutuskan untuk mengambil data untuk uji coba dan pengambilan data
untuk penelitian secara sekaligus. Peneliti diminta kepala sekolah untuk menuju
gedung I dan memasuki kelas dengan didampingi oleh guru BK. Gedung I
merupakan kumpulan kelas-kelas anak IPA dari kelas X hingga kelas XII.
Setelah mendapatkan izin dari guru pengajar di kelas, peneliti
membagikan skala ke kelas X dan dibantu oleh guru BK untuk membagikan skala
penelitian ke kalas XI dan XII. Setelah memberikan penjelasan pengerjaan skala
pada siswa kelas X, peneliti memberikan penjelasan pengerjaan skala pada siswa
kelas XI dan kemudian pada siswa kelas XII.
Setelah pengambilan data selesai di gedung I, peneliti kembali ke gedung
II untuk membagikan skala penelitian ke kelas berikutnya yang telah dipilih oleh
guru BK gedung II dan membagikan skala penelitian kepada para siswa kelas XI
IPS dan siswa kelas XII IPS. Setelah pengambilan data gedung II selesai, peneliti
diminta untuk ke gedung III sekolah untuk pengambilan data pada siswa kela X
IPS. Setelah pengambilan data di gedung III selesai, peneliti kembali ke gedung II
untuk memberikan laporan kepada kepala sekolah bahwa proses pengambilan data
telah selesai.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh data dari masing-masing subjek penelitian, maka
tahapan selanjutnya adalah pengolahan data yang diolah menggunakan SPSS versi
H. METODE ANALISA DATA
Metode analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecuranganakademik pada siswa SMA
Al-Ulum Medan adalah dengan menggunakan person product moment. Analisa
data pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows.
Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian
yaitu uji normalitas dan uji linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis
sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat
digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan
untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor-skor yang
diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada
penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS versi17.0 for windows.
Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian
antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu
distribusi teoritis tertentu.
Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka sebarannya
dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak
2. Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi
penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut
tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
dinyatakan linier.
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan
bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for windows. Kaidah yang digunakan
untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas
dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti
hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Melalui bab ini akan diuraikan terkait analisis data serta pembahasan hasil
penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan ini akan diawali
dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian.
A. ANALISA DATA
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 80 siswa SMA Al-Ulum
Medan. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu diuraikan gambaran
subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.
a) Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, maka dapat digambarkan
penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Subjek (N) Persentase (%)
Pria 36 45.0%
Wanita 44 55.0%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis
kelamin pria sebanyak 45%, sedangkan yang berjenis kelamin wanita sebanyak
55%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini subjek yang
b) Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran
subjek seperti pada tabel.6 di bawah ini.
Tabel 9. Gmbaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Subjek (N) Persentase (%)
14 tahun 5 6.25%
15 tahun 17 21.25%
16 tahun 31 38.75%
17 tahun 20 25%
18 tahun 7 8.75%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa subjek berusia 14-18
tahun merupan periode masa remaja oleh Havighurst (Papalia.dkk, 2008). Dapat
dilihat dari tabel 6 di atas bahwa subjek yang berada pada usia 16 tahun sebesar
38.75% lebih banyak daripada subjek lainnya.
B. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi
Pengujian hipotesis menggunakan analisi regresi sederhana. Sebelum
melakukan analisis regresi sederhana terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang
digunakan untuk mengetahui pengolahan data yang akan dipakai. Uji asumsi
a) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebar secara normal
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10.Normalitas Sebaran Variabel
Perilaku Kecurangan Akademik dengan Fear of Failure One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kecuranga
n FOF
N 80 80
Normal Parametersa,,b Mean 46.6750 41.1625 Std. Deviation 16.40143 6.99085
Most Extreme
Differences
Absolute .081 .116
Positive .081 .055
Negative -.040 -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .726 1.038
Asymp. Sig. (2-tailed) .668 .232
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0.05 maka sebarannya
dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak
normal (Field, 2009). Hasil uji normalitas terhadap variabel perilaku kecurangan
akademik diperoleh nilai Z = 0.726 dan p = 0.668. Hasil menunjukkan bahwa nilai
p (0,668) ≥ 0,05 maka data dari variabel perilaku kecurangan akademik
terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas terhadap variabel fear of failure
diperoleh nilai Z = 1.038 dan p = 0.232. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0.232)
b) Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengambil keputusan model regresi yang
akan digunakan. Uji ini merupakan persyaratan apakah model regresi dapat
digunakan untuk menganalisis data. Untuk menentukan kelinearitasan garis
regresi dapat ditentukan dengan melihat nilai ρ pada kotak Anova. Kriteria yang
digunakan adalah apabila nilai ρ ≤ α (α = 0.05) maka persamaan garis korelasi
disebut linear.
Tabel 11. Hasil Uji Linearitas dengan Uji F
ANOVA Table
Within Groups 9278.988 51 181.941
Total 21251.55
0
79
Berdasarkan tabel 8, diperoleh nilai F = 5.160 dan nilai ρ sebesar 0.027,
nilai ini kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku
kecurangan akademik memiliki hubungan yang linear dengan variabel fear of
failure
2. Hasil Utama Penelitian a. Regresi
Berikut akan dijelaskan mengenai hasil pengolahan data mengenai
Al-Ulum Medan dengan teknik analisa regresi sederhana dengan menggunakan
program SPSS versi 17.0 for windows. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 12. Hasil Uji Nilai F ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 938.737 1 938.737 3.605 .061a
Residual 20312.813 78 260.421
Total 21251.550 79 a. Predictors: (Constant), FOF
b. Dependent Variable: CH
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 3.605 dan ρ = 0.061. Jika
nilai ρ < 0.05 maka Ho ditolak, dan jika ρ > 0.05 maka Ho diterima. Pada
penelitian ini nilai ρ (0.061) > 0.05 maka hipotesa dalam penelitian ini ditolak dan
Ho dalam penelitian ini diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecuranganakademik pada siswa SMA
Al-Ulum Medan.
b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Data Penelitian
1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Perilaku KecuranganAkademik
Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkapkan variabel perilaku
kecurangan akademik adalah sebanyak 16 aitem yang diformat dengan
skala Likert dengan 10 alternatif jawaban yang bergerak dari 0 sampai 9.
Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada
Tabel 15. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Perilaku Kecurangan Akademik
Variabel Empirik Hipotetik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Perilaku Kecurangan
Akademik
12 85 46.67 16.40 0 144 72 24
Berdasarkan tabel di atas diperoleh mean empirik (x) sebesar 46.67
dengan SD empirik (s) sebesar 16.40, sedangkan mean hipotetik (µ)
sebesar 72 dengan SD hipotetik (σ) sebesar 24.
2. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Fear of Failure
Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkapkan variabel perilaku
kecurangan akademik adalah sebanyak 13 aitem yang diformat dengan
skala Likert dengan 5 alternatif jawaban yang bergerak dari 1 sampai 5.
Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 16. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Fear of Failure
Variabel Empirik Hipotetik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Fear of
Failure 23 55 41.16 6.99 13 65 39 9
Berdasarkan tabel di atas diperoleh mean empirik (x) sebesar 41.16
dengan SD empirik (s) sebesar 6.99 sedangkan mean hipotetik (µ) sebesar
39 dengan SD hipotetik (σ) sebesar 9.
c. Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan pengelompokkan yang
skor subjek penelitian terdistribusi secara normal (Azwar, 2012). Kriteria dibagi
atas tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan rumus.
Tabel 17. Rumus Kategori Data
X ≥ mean + 1(SD) Tinggi
Mean –1(SD) ≤ X < mean + 1(SD) Sedang X < mean – 1(SD) Rendah
1. Kategorisasi Data Perilaku KecuranganAkademik
Berdasarkan deskripsi nilai empirik perilaku kecurangan akademik yang
dapat dilihat pada tabel di halaman sebelumnya, maka dapat dihitung
norma kategorisasi jenjang. Hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 18. Kategori Skor Data Perilaku Kecurangan Akademik Variabel Rentang
Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa yang melakukan perilaku kecurangan akademik termasuk ke
dalam kategori rendah sebanyak 45 siswa (56%), kategori sedang
sebanyak 35 siswa (44%), dan kategori tinggi sebanyak 0 siswa (0%).
2. Kategorisasi Data Fear of Failure
Berdasarkan deskripsi nilai empirik fear of failure yang dapat dilihat pada
tabel di halaman sebelumnya, maka dapat dihitung norma kategorisasi
Tabel 19. Kategorisasi Data Fear of Failure Variabel Rentang Nilai Kategori Jumlah
Sampel Presentase
Fear of Failure
x ≥ 48 Tinggi 10 12%
34 ≤ x < 48 Sedang 67 84%
x < 34 Rendah 3 4%
TOTAL 80 100%
Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa yang merasakan fear of failure termasuk ke dalam kategori rendah
sebanyak 3 siswa 4%), kategori sedang sebanyak 67 siswa (84%), dan kategori
tinggi sebanyak 10 siswa (12%).
d. Hasil Tambahan
Peneliti juga berkeinginan untuk melihat lebih jauh tentang perilaku
kecuranganakademik berdasarkan jenis kelamin dan usia.
1. Gambaran Skor Perilaku Kecurangan Akademik Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 20. Gambaran Skor Perilaku Kecurangan Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Mean SD
Pria 36 51.50 18.435
Wanita 44 42.73 13.497
Berdasarkan tabel 20 bahwa perilaku kecurangan akademik dengan mean
pada pria (x=51.50) sedangkan perilaku kecurangan akademik dengan
mean pada wanita (x=42.73). Hal ini menunjukkan bahwa peran jenis
kelamin terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA
2. Gambaran Skor Fear Of Failure berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 21.
Gambaran Skor Fear Of Failure berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Mean SD
Pria 36 40.50 7.50
Wanita 44 41.70 6.57
Berdasarkan tabel 21 bahwa fear of failure dengan mean pria (x=40.50)
sedangkan fear of failure pada wanita (x=41.70). Hal ini menunjukkan
bahwa fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan wanita lebih
tinggi daripada pria.
3. Gambaran skor perilaku kecurangan akademik berdasarkan tingkatan kelas
Tabel 22 Gambaran Skor Perilaku Kecurangan Akademik Berdasarkan Tingkatan Kelas
Kelas N Mean SD
X – IPA 23 45.39 16.188
XI – IPA 29 45.21 14.566
XII – IPA 28 49.29 18.519
Berdasarkan tabel diatas perilaku kecurangan akademik pada kelas X-IPA
memiliki mean sebesar (x=45.39), pada kelas XI-IPA memiliki mean
sebesar (x=45.21), dan pada kelas XII-IPA memiliki mean sebesar
(x=49.29). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik
4. Gambaran skor fear of failure berdasarkan tingkatan kelas.
Tabel 23.
Gambaran Skor Fear Of Failure Berdasarkan Tingkatan Kelas
Kelas N Mean SD
X – IPA 23 39.52 7.971
XI – IPA 29 41.72 7.035
XII – IPA 28 41.93 6.055
Berdasarkan tabel diatas fear of failure pada kelas X-IPA memiliki mean
sebesar (x=39.52), pada kelas XI-IPA memiliki mean sebesar (x=41.72),
dan pada kelas XII-IPA memiliki mean sebesar (x=41.93). Hal ini
menunjukkan bahwa fear of failure terus meningkat seiring dengan
tingkatan kelas. Fear of failure paling tinggi terjadi pada siswa kelas
XII-IPA.
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilakukan pada 80 siswa kelas plus SMA Al-Ulum
Medan dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh fear of
failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.
Tidak adanya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0.061
(>0.05) sehingga menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian, data
yang diperoleh menunjukkan fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan
termasuk dalam kategori sedang. Namun, hal ini tidak mempengaruhi perilaku
kecuranganakademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.
Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti
Al-Ulum Medan, siswa kelas XII yang fokus belajar untuk menghadapi UN dan
kelas X dan XI yang akan diliburkan untuk persiapan ujian semester. Hal ini juga
dipicu karena peneiti melakukan pengambilan data penelitian bersamaan dengan
pengambilan data uji coba sehingga beban yang dirasakan siswa dalam mengisi
skala yang diberikan peneliti dapat mempengaruhi hasil skala. Kurangnya kontrol
peneliti dalam pengisian skala oleh siswa dapat mempengaruhi hasil penelitian.
SMA Al-Ulum Medan merupakan sekolah yang berlatar belakang agama
Islam. Sekolah Al-Ulum menuntut agar siswa-siswanya menjadi SDM yang
berkualitas, beriman, bertaqwa dan berakhlak al-karimah. Menurut Drajat (1991)
kehidupan moral tidak dapat dipisahkan dari agama. Agama memberikan
seperangkat nilai yang tinggi dalam mendasari moralitas individu. Menurut
penelitian Rettinger dan Jordan (2005) ditemukan bahwa kelas religi lebih sedikit
melakukan perilaku kecurangan akademik dibandingkan kelas liberal.
Menurut Hendricks (2000) dan Davis (2009) perilaku kecurangan
akademik dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
moralitas. Hendricks (2000) mengatakan faktor kepribadian seperti moralitas pada
siswa yang memiliki level kejujuran yang rendah lebih sering melakukan perilaku
kecurangan akademik. Selain itu, siswa dengan tingkat religiusitas yang rendah
cenderung lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik. Menurut
Davis dkk (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan moral
individu berkaitan dengan perilaku kecurangan akademik adalah negatif, tingkat
yang tinggi. Sehingga hal ini menjadi salah satu landasan mengapa hipotesa
penelitian ini ditolak.
Fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan cenderung sedang. Hal
ini dikarenakan subjek penelitian ini adalah siswa kelas plus, yaitu siswa yang
memiliki beban pembelajaran dan tuntutan pembelajaran yang cenderung lebih
banyak daripada kelas reguler. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat fear of
failure yang terjadi pada siswa SMA Al-Ulum Medan.
Berdasarkan kategori skor subjek pada skala perilaku kecurangan
akademik, subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik rendah
sebanyak 45 subjek (56%), subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik
sedang sebanyak 35 subjek (44%), dan subjek dengan kategori perilaku
kecurangan akademik tinggi sebanyak 0 subjek (0%). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Suparman (2011) bahwa siswa dengan pendidikan
berlatarbelakang agama memiliki kualitas perilaku jujur lebih tinggi daripada
siswa dengan pendidikan umum. Hal ini karena pada sekolah yang berlatar
belakang agama memiliki waktu lebih banyak belajar agama dan pembinaan akan
akhlak sehingga mempengaruhi perilaku kejujuran pada siswa.
Berdasarkan kategorisasi skor subjek pada skala fear of failure, subjek
dengan kategori fear of failure rendah sebanyak 3 subjek (4%), subjek dengan
kategori fear of failure sedang sebanyak 67 subjek (84%), dan subjek dengan
kategori fear of failure tinggi sebanyak 10 subjek (12,5%). Menurut Hurlock
peningkatan dibandingkan dengan siswa SMP. Hal ini terjadi karena tekanan
akademik lebih besar pada siswa SMA daripada siswa SMP.
Hasil analisa tambahan perilaku kecurangan akademik yang ditinjau dari
jenis kelamin bahwa perilaku kecurangan akademik pada pria (x=51.50) sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku kecurangan akademik pada wanita
(x=42.73). Menurut Davis, dkk (2009) bahwa perbedaan antar pria dan wanita
dalam perilaku kecurangan akademik tidak terlalu besar. Dalam Davis (2009) hal
ini karena pria lebih mau jujur mengenai perilaku kecurangan akademik yang
dilakukannya daripada wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Braid (dalam
Anderman&Midgley, 2004) bahwa pria cenderung lebih sering melakukan
perilaku kecurangan akademik, karena wanita cenderung merasa bersalah saat
melakukannya.
Hasil analisa tambahan fear of failure yang ditinjau dari jenis kelamin
bahwa fear of failure pada mean pria (x=40.50) sedangkan fear of failure pada
wanita (x=41.70). Hal ini menunjukkan bahwa fear of failure pada siswa SMA
Al-Ulum Medan wanita lebih tinggi daripada pria. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rothblum (1990) bahwa wanita umumnya melaporkan lebih mengalami
fear of failure dan berperilaku dengan cara lebih terhadap fear of failure
dibandingkan pria. Hal inl karena wanita lebih takut terhadap konsekuensi
interpersonal daripada akademis.
Hasil analisa tambahan mengenai perilaku kecurangan akademik yang
ditinjau berdasarkan tingkatan kelas. Pada siswa kelas X dengan mean 45.39, pada
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik yang paling tinggi
pada siswa kelas XII. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh
McCabe, Trevino & Butterfield (2001) bahwa siswa yang lebih muda cenderung
melakukan perilaku kecurangan akademik lebih sering daripada usia yang lebih
tua. Akan tetapi, berdasarkan faktor kontekstual seperti keanggotaan perkumpulan
siswa, perilaku teman sebaya, keinginan membantu teman yang menjadikan
landasan perilaku kecurangan akademik pada siswa kelas XII lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini dikarenakan adanya proses belajar dan
sosial yang lebih panjang pada siswa kelas XII terhadap perilaku teman sebaya
daripada siswa kelas X dan XI SMA Al-Ulum Medan.
Hasil analisa tambahan mengenai fear of failure yang ditinjau berdasarkan
tingkatan kelas. Pada kelas X fear of failure memperoleh mean sebesar 39.52,
pada kelas XI fear of failure memperoleh mean sebesar 41.72, sedangkan pada
kelas XII fear of failure memperoleh mean sebesar 41.93. Hal ini menunjukkan
bahwa tekanan paling tinggi pada kelas XII sehingga menghasilkan fear of failure.
Hal ini karena tuntutan dan tekanan pada kelas XII SMA Al-Ulum Medan
semakin besar, seperti menghadapi ujian nasional, persiapan untuk memasuki
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan
akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran baik yang bersifat praktis maupun
metodologis yang mungkin berguna bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang
sama.
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis data maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh fear of failure
terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan
dengan nilai ρ (0.061) < 0.05.
2. Berdasarkan nilai empirik dan nilai hipotetik data penelitian perilaku
kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum termasuk dalam kategori
sedang, dan fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum cenderung sedang.
3. Berdasarkan hasil penelitian tambahan gambaran perilaku kecurangan
akademik pada pria cenderung lebih tinggi daripada wanita.
4. Berdasarkan hasil penelitian tambahan gambaran perilaku kecurangan
akademik berdasarkan tingkatan kelas di SMA Al-Ulum Medan bahwa
perilaku kecurangan akademik lebih besar terjadi pada kelas XII
5. Berdasarkan hasil penelitian tambahan gambaran fear of failure berdasarkan
tingkatan kelas bahwa fear of failure lebih besar terjadi pada kelas XII
dibandingkan kelas X dan XI SMA Al-Ulum Medan.
B. SARAN
1. Saran Metodologis
Berdasarkan hasil penelitian, bagi pihak-pihak yang berminat dengan
penelitian yang sejenis atau untuk mengembangkan penelitian yang lebih
jauh, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a.Melakukan penelitian dengan metode kualitatif untuk melihat seberapa
besar perilaku kecurangan akademik dan fear of failure saling
mempengaruhi
b.Melakukan penelitian di sekolah non religi atau sekolah religi lain agar
memperkaya hasil penelitian mengenai perilaku kecurangan akademik
dan fear of failure
c.Bagi peneliti yang tertarik meneliti mengenai fear of failure, dapat melihat
pada variabel lain agar dapat memperkaya hasil penelitian mengenai fear
of failure.
2. Saran Praktis
a. Bagi peneliti, sebaiknya lebih mempersiapkan segala sesuatu seperti
waktu, alat tes, dan lain sebagainya dengan sebaik-baiknya agar terhindar
b. Bagi sekolah, perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum
cenderung sedang namun sebaiknya tetap memberikan pengawasan agar
siswa terhindar dari perilaku kecurangan akademik, sehingga pihak
sekolah dapat mengukur kecerdasan siswa secara lebih akurat dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK
1. Pengertian Perilaku Kecurangan Akademik
Menurut Oxford Dictionaries (1992) kecurangan merupakan tindakan
tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia karangan Purwadarminta (1967) kecurangan merupakan
ketidakjujuran, tidak lurus hati, tidak adil. Kecurangan menurut Davis, dkk (2009)
adalah strategi menipu atau merampas, mencuri, menyesatkan atau membodohi
orang lain.
Menurut Jaffe (2015) mengatakan bahwa kecurangan akademik
merupakan perwakilan akan karya orang lain sebagai milik diri sendiri. Hal ini
dapat dapat berupa berbagi pekerjaan dengan orang lain, membayar orang lain
untuk mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Menurut Hendricks (dalam Risky,
2009) kecurangan akademik merupakan perilaku yang mendatangkan keuntungan
bagi siswa secara tidak jujur, termasuk menyontek, plagiarisme, mencuri, dan
memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademis.
Perilaku kecurangan akademik (mencontek) menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia karangan Purwadarminta (1967) adalah kegiatan mencontoh, meniru,
atau mengutip tulisan atau pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Perilaku
kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) adalah menipu,
diajuakan siswa adalah hasil pekerjaannya sendiri. Gitanjali (2004)
mengemukakan bahwa perilaku kecurangan akademis merupakan suatu tindakan
penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja pada saat memenuhi
atau menyelesaikan persyaratan dan/atau kewajiban akademis.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kecurangan akademik dapat
disimpulkan bahwa kecurangan akademik merupakan perilaku curang yang dapat
menguntungkan peserta didik seperti menipu, mencontek, plagiarisme,
memalsukan dan mencuri sesuatu yang berkaitan dengan akademik.
2. Faktor-Faktor Perilaku Kecurangan Akademik
Perilaku Kecurangan akademis dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Davis, dkk (1992) yaitu:
1. Faktor Internal
Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi perilaku
kecurangan akademik, yaitu:
a. Usia, siswa yang lebih muda lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik daripada yang lebih tua
b. Jenis Kelamin, siswa pria lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik daripada siswa wanita. Penjelasan utama dari pernyataan ini
dapat dijelaskan dari teori sosialisasi peran jenis gender yakni wanita
bersosialisasi lebih mematuhi peraturan daripada pria.