• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Fear Of Failure Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Pada Siswa SMA Al-Ulum Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Fear Of Failure Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Pada Siswa SMA Al-Ulum Medan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

SKALA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(4)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, maka saya ingin

mengadakan penelitian. Untuk itu, saya memerlukan sejumlah data yang akan

saya peroleh melalui kerjasama dan kesediaan saudara dalam mengisi skala ini.

Penelitian ini terdiri dari dua buah skala. Skala pertama terdiri dari

pernyataan sebanyak 35 butir dan skala kedua terdiri dari 25 butir, yang

menggambarkan diri saudara. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda dan

tidak ada penilaian benar atau salah, jawaban yang seharusnya adalah jawaban

yang tepat dengan diri saudara masing-masing. Data dan jawaban yang saudara

berikan akan dijamin kerahasiaannya.

Bantuan saudara dalam menjawab pertanyaan dalam skala ini adalah

bantuan yang sangat berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas segala

kerjasama saudara, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(5)

LEMBAR IDENTITAS

Inisial :

Jenis Kelamin : Pria / Wanita*

Usia :

Kelas :

Ranking :

Gelombang Ujian : I / II*

*Coret yang tidak perlu

Surat Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

: __________________

Tanda tangan : __________________

(6)

PETUNJUK PENGISIAN SKALA I

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Dalam skala ini tidak ada

penilaian benar atau salah, jawaban yang paling baik adalah yang sesuai dengan

diri anda. Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling sesuai

dengan diri anda. Dengan interval 0 (tidak pernah) hingga 9 (selalu).

Contoh Pengisisan:

NO. PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN

1 Saya akan meminta jawaban pada teman ketika tidak bisa menjawab soal ujian

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

Jika Anda ingin mengubah jawaban anda, berikan tanda = pada jawaban yang

salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Anda anggap paling

sesuai:

NO. PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN

1 Saya akan meminta jawaban pada teman ketika tidak bisa menjawab soal ujian

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

(7)

MENGERJAKAN-SKALA I

NO PERNYATAAN INTERVAL JAWABAN

1 Saya akan meminta jawaban pada teman ketika

6 Saya merayu guru agar memberi nilai yang tinggi

(8)

10 saya mencontek dalam menyelesaikan tugas

13 Saya melihat contekkan yang sudah dipersiapkan sebelum ujian berlangsung.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

14 Saya berusaha mengerjakan apapun dengan usaha sendiri

16 Saya melirik jawaban teman saat ujian berlangsung

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

18 Saya memalsukan tanda tangan orang tua di dalam surat keterangan tidak hadir

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

19 Saya memberi contekkan tugas kepada teman

(9)

Tidak Pernah Selalu

20

Ketika ada tugas makalah, saya menyalin beberapa kalimat dari buku tanpa memasukkan sumbernya di daftar pustaka

22 Saya melihat PR teman tanpa izin terlebih dahulu

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

25 Saya memanfaatkan kedekatan dengan guru, untuk medapatkan soal yang akan di ujiankan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

26 Saya tidak menyalahgunakan karya oranglain untuk kepentingan pribadi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

27 Saya bertanya kepada kelas lain yang telah ulangan mengenai soal yang diujikan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

28 Saya tidak bersedia jika teman meminta saya untuk membuatkan surat keterangan tidak hadirnya

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

(10)

sendiri

Tidak Pernah Selalu

30 Saya menyelesaikan tugas, sekalipun harus berbuat curang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

31

Saya tidak mencari tahu tentang soal ujian kepada teman yang telah mengikutinya

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

32

Ketika saya tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, saya membuat alasan palsu untuk mendapatkan toleransi pengumpulan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

33 Saya membayar seseorang untuk mengerjakan tugas sekolah

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

34 Saya tidak memberitahukan soal pada kelas yang belum ulangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Pernah Selalu

35 Dalam tugas makalah, saya mencantumkan referensi yang digunakan dalam daftar pustaka

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(11)

PETUNJUK PENGISIAN SKALA II

Anda diminta untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban yang

tersedia dengan cara memberikan tanda silang (X). Dalam skala ini tidak ada

penilaian benar atau salah, jawaban yang paling baik adalah yang sesuai dengan

diri anda.

Adapun pilihan jawaban yang tersedia yaitu:

STS : Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan

TS : Tidak Sesuai dengan pernyataan

N : Netral atau ragu-ragu dengan pernyataan

S : Sesuai dengan pernyataan

SS : Sangat Sesuai dengan pernyataan

Contoh Pengisisan:

NO. PERNYATAAN STS TS N S SS

1. Sulit bagi saya untuk serius dalam belajar X

Jika Anda ingin mengubah jawaban anda, berikan tanda = pada jawaban yang

salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Anda anggap paling

sesuai:

NO. PERNYATAAN STS TS N S SS

1. Sulit bagi saya untuk serius dalam belajar X X

(12)

SKALA II

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1. Karena malu, saya menyembunyikan hasil ujian yang tidak memenuhi standar kelulusan

STS TS N S SS

2. Saya tidak mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru

STS TS N S SS

3. Saya khawatir akan dijauhi teman-teman karena kegagalan saya di ujian

STS TS N S SS

4. Jika nilai jelek, saya kesulitan untuk mendapatkan jalur undangan untuk kuliah

STS TS N S SS

5. Saya mengecewakan orang tua ketika mendapatkan nilai buruk dalam ujian

STS TS N S SS

6. orang akan memandang negatif ketika saya mendapatkan nilai yang jelek

STS TS N S SS

7. Sulit bagi saya untuk serius dalam belajar STS TS N S SS

8. Harga diri saya akan menurun di mata orang lain bila tahu saya tidak lulus dalam ujian

STS TS N S SS

9. cita-cita saya tidak akan tercapai jika mendapatkan nilai jelek

STS TS N S SS

10. Saya khawatir keluarga akan sepele jika gagal dalam pelajaran

STS TS N S SS

(13)

tentang saya

12.

Saya sulit membagi waktu antara belajar dan bermain STS TS N S SS

13. Teman-teman tidak mau berteman dengan saya yang memiliki nilai rendah

STS TS N S SS

14. Kegagalan akan mengganggu cita-cita saya STS TS N S SS

15. Kepercayaan saudara akan menurun jika saya gagal STS TS N S SS

16. Saya percaya diri menghadapi ujian dengan kemampuan sendiri

STS TS N S SS

17. Saya tidak memiliki potensi yang cukup untuk mengerjakan sendiri tugas-tugas yang diberikan guru

STS TS N S SS

18. Bukan masalah bagi saya jika orang lain mulai menjauh karena ketidakmampuan saya dalam pelajaran

STS TS N S SS

19. Kegagalan saat ini dapat membuat masa depan yang saya rencanakan berubah

STS TS N S SS

20. Kegagalan tidak menurunkan semangat saya untuk membahagiakan orangtua

STS TS N S SS

21. Pandangan negatif orang lain terhadap ketidaklulusan dalam ujian membuat kepercayaan diri saya hilang

STS TS N S SS

22. Saya yakin saya memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas saya sendiri

(14)

23. Orang lain akan meremehkan saya ketika nilai standar kelulusan tidak tercapai

STS TS N S SS

24. Kegagalan tidak membuat saya khawatir dengan masa depan

STS TS N S SS

25. Saya takut dikritik orang terdekat karena mendapatkan nilai yang rendah

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

PENGOLAHAN II a. Listwise deletion based on all variables in the

(20)
(21)
(22)
(23)

VAR00010 35.1500 67.339 .452 .775 VAR00011 35.1250 67.640 .469 .774 VAR00012 35.5000 68.202 .363 .784 VAR00014 35.0417 67.788 .411 .779 VAR00015 35.5000 67.277 .507 .771 VAR00021 35.8250 70.532 .343 .785 VAR00022 35.5000 68.118 .366 .784 VAR00023 35.5583 67.476 .551 .768 VAR00025 35.6333 71.411 .302 .788

Scale Statistics

(24)

DATA MENTAH PENELITIAN

DAN HASIL OLAH DATA

(25)
(26)
(27)
(28)

Data Mentah Fear of Failure

SUBJEK Nomor Aitem TOTAL

(29)
(30)
(31)

UJI NORMALITAS

Normal Parametersa,,b Mean 46.6750 41.1625 Std. Deviation 16.40143 6.99085 Most Extreme Differences Absolute .081 .116

(32)

38.00 43.0000 1 . Deviation from Linearity 11033.825 27 408.660 2.246 .006 Within Groups 9278.988 51 181.941

(33)

1

Regression 938.737 1 938.737 3.605 .061a Residual 20312.813 78 260.421

Total 21251.550 79

(34)

Interquartile Range 27

a. There are no valid cases for CH when JK = ,000. Statistics cannot be computed for this level.

(35)

Minimum 25

a. There are no valid cases for FOF when JK = ,000. Statistics cannot be computed for this level.

Gambaran Skor Perilaku Cheating Akademik berdasarkan Tingkatan Kelas Case Processing Summary

kelas Statistic Std. Error

(36)
(37)

a. There are no valid cases for CH when kelas = ,000. Statistics cannot be computed for this level.

Gambaran Skor Fear of Failure berdasarkan Tingkatan Kelas Case Processing Summary

kelas Statistic Std. Error

(38)

Range 29 Interquartile Range 10

Skewness -.462 .434

Kurtosis -.209 .845

XII IPA Mean 41.93 1.144

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 39.58 Upper Bound 44.28 5% Trimmed Mean 42.13

Median 41.50

Variance 36.661

Std. Deviation 6.055

Minimum 25

Maximum 54

Range 29

Interquartile Range 7

Skewness -.458 .441

Kurtosis 1.270 .858

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anderman, E. M., & Midgley, C. (2004). Changes in Self-reported Academic Cheating Across the Transition from Middle School to High School.

Contemporary Educational Psychology. Vol. 29 p. 499-517.

Anderman, E.M, & Murdock, T.B (2007) Psychology of Academic Cheating In Anderman & Murdock (Eds.), The Psychology of Academic Cheating. Academic Press

Anderman,L. H., Freeman, T. M., & Mueller, C. E. (2007) Psychology of Academic Cheating. In Anderman & Murdock (Eds.), The “Social” Side of Social Context: Interpersonal and Affiliative Dimensions of Student’ Experience and Academic Dishonesty. Academic Press

Azwar, S. (2000). Validitas dan reliablitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

---. (2000).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

---. (2010).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

---. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

---. (2012).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Baird, J.S. (1980). Current trends in college cheating. Psychology in the school. 17, 515-522

Budiardjo, A. (1991). Kamus psikologi. Semarang: Dahara Prize.

Burka, J. B. & Yuen, L. M. (2008). Procrastination: Why you do it, what to do about it now. USA: Da Capo Press.

Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Alih Bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.

Conroy, D.E., Kaye, M.P., & Fifer, A.M. (2007). Cognitive links between fear of failure and perfectionism. Journal of rational-emotive & cognitive-behavior therapy, 25, 239-240.

(40)

Davis, S. F., Grover, C. A., Becker, A. H., & McGregor, L. N. (1992). Academic dishonesty: Prevalence, determinants, techniques, and punishments.

Teaching of Psychology, 19(1), 16–20.

Davis, S.F., Drinan, P.F., & Gallant, T.B. (2009). Cheating in School: What we know and what we can do.Wiley-Blackwell.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Derajat, Z 1991 .Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1982, Pendidikan Agama Islam.Jakarta:

Dewanti, R.R. (2011). Menyontek di Kelas sebagai Awal dari Kejahatan Korupsi [online]: https://riadewanti.wordpress.com/2011/08/

Elliot, A J & Thrash, T M. (2004). The intergenerational transmission of fear of failure. PSPB Journal.Vol. 30 No. 8.Agustus 2004.

Gitanjali, B. (2004). Academic dishonesty in Indian medical colleges. Journal of Postgraduate Medicine, 50, 281-284.

Hadi, S (2000). Metodologi research :Jilid 1. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Hardiansyah, H. (2011) Ketakutan akan kegagalan (fear of failure) sebagai bentuk kepercayaan irasional (irrational Belief) pada mahasiswa senior yang melakukan prokastinasi akademik dengan cara menunda pengerjaan skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya.

Hendricks, B. (2004). Academic Dishonesty: A Student in The Magnitude of and Justification for Academic Dishonesty among College Undergraduate and Graduate Students. Journal of Student Development. 35, 212-260

Hurlock, Elizabeth, B. (1993). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.

Jaffe, D.L. (20015). Academic Cheating Fact Sheet. [online]:

https://web.stanford.edu/class/engr110/cheating.html

Lambert, E. G. Hogan, N. L., & Barton, S. M (2003) Collegiate Academic Dishonesty Revisited: What Have They Done, How Often Have They Done It. Who Does It and Why Did They Do it?. Electronic Journal of Sociology.[Online].Sumber;

(41)

McCabe, D.L,. Trevino, L.K,. & Butterfield, K.D,. (2001). Cheating in Academic Institutions: A Decade of Research. Faculty of Management, Rutgers University, Newark

Nainggolan, Lisdu. (2007). Hubungan antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa program studi psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.

Newstead, S.E., Stokes, A.F., & Armstead, P. 1996. ”Individual Difences in

Student cheating". Journal of Educational Psychology, 88, (2), 229-241.

Papalia, Diane, Old, S. W., Feldman, R. D. (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rettinger, D.A., Jordan, A.E. (2005). The Relations Among Religion, Motivation, and College Cheating: A Natural Experiment. Journal Ethics & Behavior. Yeshiva College: New York

Sandy. (2014). Daftar Terbaru Negara Terkorup di Dunia, Indonesia? [online]:

http://www.dream.co.id/news/indonesia-masuk-daftar-negara-terkorup-di-dunia-141208l.html

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono.(2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Veronikha, M. T., Yusuf, M., & Machmuroch. (2011). Hubungan antara Moral Judgment Maturity Perilaku Menyontek pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran: Universitas Sebelas Maret.

Weinraub, C. J. (Producer), Gibson, C. (Writer), & Paul, G. (Director). (2004, April 29). Primetime: Cheating crisis in America’s schools New Hudson, MI: ABC News Productions

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut

tentang cara yang tepat dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan

kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini menekankan analisisnya pada data-data

numerikal yang diolah dengan metode statistika.

A.IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi variabel-variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a) Variabel bebas (independent variable) : Fear of Failure

b) Variabel Tergantung (dependent variable) :Perilaku Kecurangan Akademik

B.DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional setiap variabel pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Fear of failure

Fear of failure adalah perasaan takut pada situasi yang mengakibatkan

terjadinya kegagalan dan menghindari perasaan malu yang mungkin terjadi.

Dalam penelitian ini fear of failure diukur dengan menggunakan skala fear

(43)

disampaikan oleh Conroy (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007) dengan beberapa

aspeknya sebagai berikut: ketakutan akan penghinaan dan rasa malu, ketakutan

akan penurunan estimasi diri individu, ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial,

ketakutan akan ketidakpastian masa depan, dan ketakutan akan mengecewakan

orang yang dianggap penting baginya.

Tinggi rendahnya fear of failure subyek dilihat dari skor total yang

diperoleh pada skala fear of failure. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh

akan semakin menunjukkan subyek memiliki fear of failure yang tinggi dan

sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dari skala maka menunjukkan

semakin rendah fear of failure yang dimiliki oleh subyek.

2. Perilaku Kecurangan Akademis

Perilaku kecurangan akademis adalah strategi untuk menipu, menyesatkan

atau membodohi orang lain dengan berfikir bahwa karya akademik yang

diajuakannya adalah hasil pekerjaannya sendiri.

Kecurangan akademis dapat diketahui dengan menggunakan Skala

Perilaku Kecurangan Akademik yang disusun oleh peneliti berdasarkan

bentuk-bentuk kecurangan akademis yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) yaitu:

a. Mencontek yaitu Memberi, menerima, mengambil, menjiplak, atau

mencontoh bantuan atau informasi kepada/dari oranglain yang melanggar

aturan akademis

b. Plagiarisme yaitu mengambil dan menggunakan dengan sengaja hasil

pemikiran, metode dan kalimat orang lain tanpa izin, dan mengakuinya

(44)

c. Mencuri yaitu mengambil hasil karya/ide (berupa data/bentuk fisik) milik

orang lain tanpa izin pemilik hasil karya/ide

d. Pemalsuan yaitu perilaku curang, tidak sah, tidak jujur dengan sengaja atau

tanpa izin yang berwenang, meniru, mengubah, atau membuat alasan palsu

yang berkaitan dalam hal akademik

Tingkat perilaku kecurangan akademis dilihat dari skor yang diperoleh

dari skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala model likert dan diberikan

kepada subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi pula

perilaku kecurangan akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh, maka semakin rendah pula perilaku kecuranganakademiknya.

C.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2012) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jumlah siswa SMA Al-Ulum Medan berjumlah 555 siswa. Akan

tetapi yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa kelas plus yang

berjumlah 92 siswa.

PROGRAM PENDIDIKAN

KELAS

X IPA X IPS XI IPA XI IPS XII IPA XII IPS

FULL DAY 26 - 32 - 34 -

REGULER 84 88 91 78 45 77

(45)

2. Jumlah Sampel Penelitian

Tidak ada batasan mengenai jumlah sampel yang harus digunakan dalam

sebuah penelitian. Azwar (2010) menyatakan bahwa secara tradisional statistika

jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sudjana (1992;

161-163) mengemukakan enam alasan melakukan sampling adalah karena

pertimbangan mengenai ukuran populasi, faktor biaya, faktor waktu, percobaan

yang sifatnya merusak/mengganggu, faktor dalam kecermatan penelitian, dan

faktor ekonomis. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 siswa (23 siswa

kelas X; 29 siswa kelas XI; dan 28 siswa kelas XII) SMA Al-Ulum Medan.

D.TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil

sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang

sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh

sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000). Metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

sampling jenuh, yaitu tekhnik penentuan sample yang menggunakan seluruh

populasi sebagai sample (Sugiyono, 2001)

E.METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tujuan

penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi,2000). Data

(46)

1. Metode Self Report

Metode ini digunakan untuk memperoleh data identitas diri yaitu

mengenai nama/inisial, usia, kelas,jenis kelamin. Dalam hal ini subjek diminta

untuk menuliskannya pada kolom yang telah disediakan pada skala.

2. Skala Perilaku Kecurangan Akademis

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku

kecurangan akademis yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) yang terdiri dari

penggunaaan catatatan saat ujian, menyalin jawaban orang lain ketika ujian,

menggunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui apa yang akan

diujiankan, menyalin jawaban ujian dari orang lain tanpa sepengetahuan orang

tersebu, membantu orang lain dalam berlaku curang, berlaku curang dengan

berbagai cara, menyalin tugas karya ilmiah orang lain dan mengaku sebagai

kerjaan sendiri, memalsukan daftar pustaka, melakukan kerja sama dengan

pengajar untuk menyelesaikan tugas individu, menyalin beberapa kalimat

(termasuk internet) tanpa memasukkan keterangannya ke dalam daftar pustaka,

membeli karya ilmiah dari orang lain dan menggunakan berbagai alasan palsu

untuk memperpanjang pengumpulan tugas.

Model skala yang digunakan adalah penskalaan model likert dengan

menggunakan interval jawaban dari 0 (tidak pernah) hingga 9 (selalu). Untuk

pernyataan yang mendukung pilihan 0 (tidak pernah) mendapatkan skor kosong,

hingga pilihan 9 (selalu) mendapatkan skor sembilan. Sedangkan untuk

pernyataan yang tidak mendukung, pilihan 0 (tidak pernah) mendapatkan skor

(47)

menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi perilaku

kecurangan akademis.

Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Skala Perilaku KecuranganAkademik Bobot Nilai 0(Tidak

Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Kecurangan Akademis sebelum Uji Coba

NO

Aspek-aspek Perilaku Kecurangan

Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total

1 Mencontek - Bertukar jawaban dengan teman ketika ulangan atau ujian berlangsung.

- Melihat catatan, atau sumber lain (browsing

menggunakan handphone) ketika ujian

berlangsung.

- Memberi jawaban kepada teman saat ulangan atau ujian

- Berusaha mencari tahu soal dan jawaban yang akan diujikan pada teman yang telah

internet tanpa menuliskan sumber atau daftar pustaka

- Menggunakan cara curang untuk

menyelesaikan tugas dan mengakui sebagai hasil karya sendiri

-2, 8, 20, 24, 30, 33

14, 35 8

3 Mencuri - Mengambil tugas atau pekerjaan teman tanpa izin, dan digunakan untuk kepentingan pribadi.

- Mengcopy secara utuh tugas yang dikerjakan oleh teman.

- Menggunakan metode yang tidak jujur untuk mendapatkan jawaban yang diujikan

- Membuat alasan palsu dalam pengumpulan tugas

6, 12, 18, 32

28 5

(48)

3. Skala Fear of Failure

Skala fear of failure disusun disusun dengan menggunakan aspek-aspek

dari Conroy (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007). Butir-butir pernyataan disusun

berdasarkan aspek-aspek dalam fear of failure, yang terdiri dari 25

pernyataan-pernyataan yang bersifat positif (favorable) dan bersifat negatif (unfavorable).

Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan Favorable

(mendukung) dan Unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak

dari bobot penilaian untuk setiap pernyataan, apakah favorable atau unfavorable.

Untuk item yang favorable, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi

skor 3, TS diberi skor 2, dan skor 1 untuk STS.Sedangkan item unfavorable,

jawaban STS diberi skor 5, TS diberi skor 4, N diberi skor 3, S diberi skor 2, dan

skor 1 untuk SS (Azwar, 2012).

Tabel 4. Skor Alternatif Jawaban Skala Fear of Failure

Favorable Unfavorable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

(49)

Tabel 5. Blue Print Skala Fear of Failure Sebelum Uji Coba

No.

Aspek-aspek Perilaku Kecurangan

Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total

1

Ketakutan akan penghinaan dan

rasa malu

- Takut mempermalukan diri sendiri. kemampuan serta potensi yang dimilikinya.

Untuk memilih aitem-aitem yang memiliki validitas dan reliabilitas yang

baik diperlukan adanya uji coba aitem. Uji coba dalam penelitian ini dilakukan

pada tanggal 31 Maret 2015. Dalam uji coba ini peneliti langsung menyajikan

(50)

aitem valid dan tidak valid; apakah instrumen cukup andal atau tidak. Jika

hasilnya memenuhi syarat, maka peneliti memperbaikinya dan mengadakan uji

coba ulang pada responden (Hadi, 2000).

1. Uji Validitas

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

menjalankan fungsi ukur artinya alat ukur memang mengukur apa yang

dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content

validity, yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat dari segi isi adalah

benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Hadi, 2000). Validitas ini

merupakan validasi yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2000). Professional

judgement dalam penelitian ini merupakan, pendapat profesional yang diperoleh

dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauhmana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut

dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan

dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya

selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2012).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan

(51)

korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

Pearson Product Moment (Azwar, 2012). Menurut Azwar (2012), prosedur

pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal

dengan indeks daya beda aitem.

Besarnya koefisien kolerasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan

1.00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka

koefisien korelasi minimal 0.25 daya pembeda dianggap bisa digunakan (Azwar,

2010). Batasan nilai indeks daya beda aitem dalam penelitian ini adalah 0.30

untuk skala perilaku kecurangan akademik dan nilai indeks daya beda aitem 0.25

untuk skala fear of failure. Sehingga setiap aitem memiliki harga kritik ≥ 0.03

pada skala perilaku kecurangan akademik saja yang akan digunakan dalam

pengambilan data penelitian dan setiap aitem yang memiliki harga kritik ≥0.25

pada skala fear of failure saja yang akan digunakan dalam pengambilan data

penelitian.

Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur yang dalam

penelitian ini adalah skala fear of failure dengan skala perilaku kecurangan

akademik. Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan Statistical

Packages for Social Science (SPSS) for Windows versi 22.0.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Hadi (2000) mengemukakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjukkan

derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan. Reliabilitas alat

ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi

(52)

Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan

hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2012).

Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal

dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok

individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan

berefisiensi tinggi. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti

semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati

angka 0,00 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Teknik yang digunakan adalah

teknik reliabilitas Alpha Cronbach (Azwar, 2012). Pengujian reliabilitas

dilakukan dengan mengolah data-data pada program SPSS versi 22.0 for

Windows.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu skala fear of

failure dan skala perilaku kecurangan akademik pada tanggal 31 Maret 2015.

Pada uji coba ini peneliti menyebarkan kedua skala sekaligus pada 152 siswa.

a. Skala Perilaku Kecurangan Akademik

Hasil analisa skala perilaku kecurangan akademik menunjukkan bahwa 35

aitem terdapat 16 aitem dengan daya beda aitem tinggi. Ada 19 aitem yang gugur

karena memiliki daya beda aitem yang tidak baik yaitu aitem nomor 2, 6, 7, 11,

12, 14, 17, 18, 19, 20, 23, 25, 26, 28, 29, 31, 33, 34, dan 35. Hasil uji daya beda

aitem ini menggunakan batasan ≥0.30, jadi aitem yang memiliki daya beda di

(53)

Pada skala perilaku kecurangan akademik menunjukkan hasil reliabilitas

dengan menggunakan tekhnik reliabilitas Alpha Cronbach, maka diperoleh hasil

0.891 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Distribusi aitem-aitem

hasil uji coba skala perilaku kecurangan akademik akan dijelaskan pada tabel 5.

Tabel 6.

Distribusi aitem-aitem setelah hasi uji coba skala perilaku kecurangan akademik

NO

Aspek-aspek Perilaku Kecurangan

Favorable Unfavorable Total

1 Mencontek 1,3,5,9, 13, 15,

21, 27

- 8

2 Plagiarism 8, 24, 30 - 3

3 Mencuri 4,10, 16, 22, - 4

4 Memalsukan 32 - 1

16

b. Skala Fear of Failure

Hasil analisa skala fear of failure menunjukkan bahwa 25 aitem terdapat

13 aitem dengan daya beda aitem tinggi. Ada 12 aitem yang gugur karena

memiliki daya beda aitem yang tidak baik yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 13, 16,

17, 18, 19, 20, dan 24. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan ≥0.25.

jadi aitem yang memiliki daya beda di bawah 0.25 dianggap gugur (Azwar, 2012)

Pada skala perilaku kecurangan akademik menunjukkan hasil reliabilitas

(54)

0.792 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Distribusi aitem-aitem

hasil uji coba skala perilaku kecurangan akademik akan dijelaskan pada tabel 6.

Tabel 7. Distribusi aitem-aitem setelah hasi uji coba skala fear of failure

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahapan. Ketiga tahap

tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahapan ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti,

yaitu:

a. Perizinan

Hal pertama yang dilakukan dalam proses persiapan melakukan penelitian

adalah mengurus surat izin untuk melakukan penelitian dari Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara ke sekolah yang hendak dituju.

No. Aspek-aspek Perilaku

(55)

Peneliti mengajukan surat permohonan pengambilan data penelitian ke

Yayasan Pendidikan Al-Djihad Al-Ulum Medan. Surat Permohonan

diberikan kepada pihak sekolah pada tanggal 26 Maret 2015. Kemudian

peneliti diberikan izin untuk melakukan penelitian di SMA Al-Ulum

Medan.

b. Pembuatan Alat Ukur

Sebelum melakukan penelitian, maka peneliti membuat alat ukur yang

terdiri dari skala perilaku kecurangan akademik dan skala fear of failure.

Peneliti membuat 35 aitem untuk skala perilaku kecurangan akademik dan

25 aitem untuk skala fear of failure. Setelah kedua skala selesai dibuat,

maka aitem-aitem tersebut akan ditelaah dengan analisis rasional dari

professional judgment untuk mengetahui validitas alat ukur tersebut.

c. Uji Coba Alat Ukur

Untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang

memadai maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba terhadap alat

ukur. Uji coba dilakukan bersama dengan pengambilan data penelitian

dikarenakan siswa kelas XII akan segera menghadapi Ujian Nasional.

Sehingga peneliti membagi data uji coba alat ukur kepada siswa kelas X

IPS, XI IPS, dan XII IPS SMA Al-Ulum Medan sebanyak 124 siswa.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian dimulai setelah peneliti mendapatkan izin

pengambilan data oleh kepala sekolah SMA Al-Ulum Medan. Akan tetapi, karena

(56)

peneliti memutuskan untuk mengambil data untuk uji coba dan pengambilan data

untuk penelitian secara sekaligus. Peneliti diminta kepala sekolah untuk menuju

gedung I dan memasuki kelas dengan didampingi oleh guru BK. Gedung I

merupakan kumpulan kelas-kelas anak IPA dari kelas X hingga kelas XII.

Setelah mendapatkan izin dari guru pengajar di kelas, peneliti

membagikan skala ke kelas X dan dibantu oleh guru BK untuk membagikan skala

penelitian ke kalas XI dan XII. Setelah memberikan penjelasan pengerjaan skala

pada siswa kelas X, peneliti memberikan penjelasan pengerjaan skala pada siswa

kelas XI dan kemudian pada siswa kelas XII.

Setelah pengambilan data selesai di gedung I, peneliti kembali ke gedung

II untuk membagikan skala penelitian ke kelas berikutnya yang telah dipilih oleh

guru BK gedung II dan membagikan skala penelitian kepada para siswa kelas XI

IPS dan siswa kelas XII IPS. Setelah pengambilan data gedung II selesai, peneliti

diminta untuk ke gedung III sekolah untuk pengambilan data pada siswa kela X

IPS. Setelah pengambilan data di gedung III selesai, peneliti kembali ke gedung II

untuk memberikan laporan kepada kepala sekolah bahwa proses pengambilan data

telah selesai.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari masing-masing subjek penelitian, maka

tahapan selanjutnya adalah pengolahan data yang diolah menggunakan SPSS versi

(57)

H. METODE ANALISA DATA

Metode analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecuranganakademik pada siswa SMA

Al-Ulum Medan adalah dengan menggunakan person product moment. Analisa

data pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows.

Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian

yaitu uji normalitas dan uji linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis

sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat

digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan

untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor-skor yang

diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS versi17.0 for windows.

Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian

antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu

distribusi teoritis tertentu.

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka sebarannya

dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak

(58)

2. Uji Linieritas

Uji linieritas hubungan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan

antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi

penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut

tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung

dinyatakan linier.

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan

bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for windows. Kaidah yang digunakan

untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan

variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas

dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti

hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier

(59)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Melalui bab ini akan diuraikan terkait analisis data serta pembahasan hasil

penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan ini akan diawali

dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 80 siswa SMA Al-Ulum

Medan. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu diuraikan gambaran

subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

a) Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, maka dapat digambarkan

penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Subjek (N) Persentase (%)

Pria 36 45.0%

Wanita 44 55.0%

Total 80 100%

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis

kelamin pria sebanyak 45%, sedangkan yang berjenis kelamin wanita sebanyak

55%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini subjek yang

(60)

b) Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran

subjek seperti pada tabel.6 di bawah ini.

Tabel 9. Gmbaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Subjek (N) Persentase (%)

14 tahun 5 6.25%

15 tahun 17 21.25%

16 tahun 31 38.75%

17 tahun 20 25%

18 tahun 7 8.75%

Total 80 100%

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa subjek berusia 14-18

tahun merupan periode masa remaja oleh Havighurst (Papalia.dkk, 2008). Dapat

dilihat dari tabel 6 di atas bahwa subjek yang berada pada usia 16 tahun sebesar

38.75% lebih banyak daripada subjek lainnya.

B. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi

Pengujian hipotesis menggunakan analisi regresi sederhana. Sebelum

melakukan analisis regresi sederhana terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang

digunakan untuk mengetahui pengolahan data yang akan dipakai. Uji asumsi

(61)

a) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebar secara normal

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10.Normalitas Sebaran Variabel

Perilaku Kecurangan Akademik dengan Fear of Failure One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kecuranga

n FOF

N 80 80

Normal Parametersa,,b Mean 46.6750 41.1625 Std. Deviation 16.40143 6.99085

Most Extreme

Differences

Absolute .081 .116

Positive .081 .055

Negative -.040 -.116

Kolmogorov-Smirnov Z .726 1.038

Asymp. Sig. (2-tailed) .668 .232

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0.05 maka sebarannya

dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak

normal (Field, 2009). Hasil uji normalitas terhadap variabel perilaku kecurangan

akademik diperoleh nilai Z = 0.726 dan p = 0.668. Hasil menunjukkan bahwa nilai

p (0,668) ≥ 0,05 maka data dari variabel perilaku kecurangan akademik

terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas terhadap variabel fear of failure

diperoleh nilai Z = 1.038 dan p = 0.232. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0.232)

(62)

b) Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengambil keputusan model regresi yang

akan digunakan. Uji ini merupakan persyaratan apakah model regresi dapat

digunakan untuk menganalisis data. Untuk menentukan kelinearitasan garis

regresi dapat ditentukan dengan melihat nilai ρ pada kotak Anova. Kriteria yang

digunakan adalah apabila nilai ρ ≤ α (α = 0.05) maka persamaan garis korelasi

disebut linear.

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas dengan Uji F

ANOVA Table

Within Groups 9278.988 51 181.941

Total 21251.55

0

79

Berdasarkan tabel 8, diperoleh nilai F = 5.160 dan nilai ρ sebesar 0.027,

nilai ini kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku

kecurangan akademik memiliki hubungan yang linear dengan variabel fear of

failure

2. Hasil Utama Penelitian a. Regresi

Berikut akan dijelaskan mengenai hasil pengolahan data mengenai

(63)

Al-Ulum Medan dengan teknik analisa regresi sederhana dengan menggunakan

program SPSS versi 17.0 for windows. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 12. Hasil Uji Nilai F ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 938.737 1 938.737 3.605 .061a

Residual 20312.813 78 260.421

Total 21251.550 79 a. Predictors: (Constant), FOF

b. Dependent Variable: CH

Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 3.605 dan ρ = 0.061. Jika

nilai ρ < 0.05 maka Ho ditolak, dan jika ρ > 0.05 maka Ho diterima. Pada

penelitian ini nilai ρ (0.061) > 0.05 maka hipotesa dalam penelitian ini ditolak dan

Ho dalam penelitian ini diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecuranganakademik pada siswa SMA

Al-Ulum Medan.

b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Data Penelitian

1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Perilaku KecuranganAkademik

Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkapkan variabel perilaku

kecurangan akademik adalah sebanyak 16 aitem yang diformat dengan

skala Likert dengan 10 alternatif jawaban yang bergerak dari 0 sampai 9.

Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada

(64)

Tabel 15. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Perilaku Kecurangan Akademik

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Perilaku Kecurangan

Akademik

12 85 46.67 16.40 0 144 72 24

Berdasarkan tabel di atas diperoleh mean empirik (x) sebesar 46.67

dengan SD empirik (s) sebesar 16.40, sedangkan mean hipotetik (µ)

sebesar 72 dengan SD hipotetik (σ) sebesar 24.

2. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Fear of Failure

Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkapkan variabel perilaku

kecurangan akademik adalah sebanyak 13 aitem yang diformat dengan

skala Likert dengan 5 alternatif jawaban yang bergerak dari 1 sampai 5.

Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 16. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Fear of Failure

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Fear of

Failure 23 55 41.16 6.99 13 65 39 9

Berdasarkan tabel di atas diperoleh mean empirik (x) sebesar 41.16

dengan SD empirik (s) sebesar 6.99 sedangkan mean hipotetik (µ) sebesar

39 dengan SD hipotetik (σ) sebesar 9.

c. Kategorisasi Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan pengelompokkan yang

(65)

skor subjek penelitian terdistribusi secara normal (Azwar, 2012). Kriteria dibagi

atas tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan rumus.

Tabel 17. Rumus Kategori Data

X ≥ mean + 1(SD) Tinggi

Mean –1(SD) ≤ X < mean + 1(SD) Sedang X < mean – 1(SD) Rendah

1. Kategorisasi Data Perilaku KecuranganAkademik

Berdasarkan deskripsi nilai empirik perilaku kecurangan akademik yang

dapat dilihat pada tabel di halaman sebelumnya, maka dapat dihitung

norma kategorisasi jenjang. Hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 18. Kategori Skor Data Perilaku Kecurangan Akademik Variabel Rentang

Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa yang melakukan perilaku kecurangan akademik termasuk ke

dalam kategori rendah sebanyak 45 siswa (56%), kategori sedang

sebanyak 35 siswa (44%), dan kategori tinggi sebanyak 0 siswa (0%).

2. Kategorisasi Data Fear of Failure

Berdasarkan deskripsi nilai empirik fear of failure yang dapat dilihat pada

tabel di halaman sebelumnya, maka dapat dihitung norma kategorisasi

(66)

Tabel 19. Kategorisasi Data Fear of Failure Variabel Rentang Nilai Kategori Jumlah

Sampel Presentase

Fear of Failure

x ≥ 48 Tinggi 10 12%

34 ≤ x < 48 Sedang 67 84%

x < 34 Rendah 3 4%

TOTAL 80 100%

Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa yang merasakan fear of failure termasuk ke dalam kategori rendah

sebanyak 3 siswa 4%), kategori sedang sebanyak 67 siswa (84%), dan kategori

tinggi sebanyak 10 siswa (12%).

d. Hasil Tambahan

Peneliti juga berkeinginan untuk melihat lebih jauh tentang perilaku

kecuranganakademik berdasarkan jenis kelamin dan usia.

1. Gambaran Skor Perilaku Kecurangan Akademik Berdasarkan Jenis

Kelamin

Tabel 20. Gambaran Skor Perilaku Kecurangan Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Mean SD

Pria 36 51.50 18.435

Wanita 44 42.73 13.497

Berdasarkan tabel 20 bahwa perilaku kecurangan akademik dengan mean

pada pria (x=51.50) sedangkan perilaku kecurangan akademik dengan

mean pada wanita (x=42.73). Hal ini menunjukkan bahwa peran jenis

kelamin terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA

(67)

2. Gambaran Skor Fear Of Failure berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 21.

Gambaran Skor Fear Of Failure berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Mean SD

Pria 36 40.50 7.50

Wanita 44 41.70 6.57

Berdasarkan tabel 21 bahwa fear of failure dengan mean pria (x=40.50)

sedangkan fear of failure pada wanita (x=41.70). Hal ini menunjukkan

bahwa fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan wanita lebih

tinggi daripada pria.

3. Gambaran skor perilaku kecurangan akademik berdasarkan tingkatan kelas

Tabel 22 Gambaran Skor Perilaku Kecurangan Akademik Berdasarkan Tingkatan Kelas

Kelas N Mean SD

X – IPA 23 45.39 16.188

XI – IPA 29 45.21 14.566

XII – IPA 28 49.29 18.519

Berdasarkan tabel diatas perilaku kecurangan akademik pada kelas X-IPA

memiliki mean sebesar (x=45.39), pada kelas XI-IPA memiliki mean

sebesar (x=45.21), dan pada kelas XII-IPA memiliki mean sebesar

(x=49.29). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik

(68)

4. Gambaran skor fear of failure berdasarkan tingkatan kelas.

Tabel 23.

Gambaran Skor Fear Of Failure Berdasarkan Tingkatan Kelas

Kelas N Mean SD

X – IPA 23 39.52 7.971

XI – IPA 29 41.72 7.035

XII – IPA 28 41.93 6.055

Berdasarkan tabel diatas fear of failure pada kelas X-IPA memiliki mean

sebesar (x=39.52), pada kelas XI-IPA memiliki mean sebesar (x=41.72),

dan pada kelas XII-IPA memiliki mean sebesar (x=41.93). Hal ini

menunjukkan bahwa fear of failure terus meningkat seiring dengan

tingkatan kelas. Fear of failure paling tinggi terjadi pada siswa kelas

XII-IPA.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan pada 80 siswa kelas plus SMA Al-Ulum

Medan dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh fear of

failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.

Tidak adanya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0.061

(>0.05) sehingga menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian, data

yang diperoleh menunjukkan fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan

termasuk dalam kategori sedang. Namun, hal ini tidak mempengaruhi perilaku

kecuranganakademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.

Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti

(69)

Al-Ulum Medan, siswa kelas XII yang fokus belajar untuk menghadapi UN dan

kelas X dan XI yang akan diliburkan untuk persiapan ujian semester. Hal ini juga

dipicu karena peneiti melakukan pengambilan data penelitian bersamaan dengan

pengambilan data uji coba sehingga beban yang dirasakan siswa dalam mengisi

skala yang diberikan peneliti dapat mempengaruhi hasil skala. Kurangnya kontrol

peneliti dalam pengisian skala oleh siswa dapat mempengaruhi hasil penelitian.

SMA Al-Ulum Medan merupakan sekolah yang berlatar belakang agama

Islam. Sekolah Al-Ulum menuntut agar siswa-siswanya menjadi SDM yang

berkualitas, beriman, bertaqwa dan berakhlak al-karimah. Menurut Drajat (1991)

kehidupan moral tidak dapat dipisahkan dari agama. Agama memberikan

seperangkat nilai yang tinggi dalam mendasari moralitas individu. Menurut

penelitian Rettinger dan Jordan (2005) ditemukan bahwa kelas religi lebih sedikit

melakukan perilaku kecurangan akademik dibandingkan kelas liberal.

Menurut Hendricks (2000) dan Davis (2009) perilaku kecurangan

akademik dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor

moralitas. Hendricks (2000) mengatakan faktor kepribadian seperti moralitas pada

siswa yang memiliki level kejujuran yang rendah lebih sering melakukan perilaku

kecurangan akademik. Selain itu, siswa dengan tingkat religiusitas yang rendah

cenderung lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik. Menurut

Davis dkk (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan moral

individu berkaitan dengan perilaku kecurangan akademik adalah negatif, tingkat

(70)

yang tinggi. Sehingga hal ini menjadi salah satu landasan mengapa hipotesa

penelitian ini ditolak.

Fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum Medan cenderung sedang. Hal

ini dikarenakan subjek penelitian ini adalah siswa kelas plus, yaitu siswa yang

memiliki beban pembelajaran dan tuntutan pembelajaran yang cenderung lebih

banyak daripada kelas reguler. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat fear of

failure yang terjadi pada siswa SMA Al-Ulum Medan.

Berdasarkan kategori skor subjek pada skala perilaku kecurangan

akademik, subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik rendah

sebanyak 45 subjek (56%), subjek dengan kategori perilaku kecurangan akademik

sedang sebanyak 35 subjek (44%), dan subjek dengan kategori perilaku

kecurangan akademik tinggi sebanyak 0 subjek (0%). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Suparman (2011) bahwa siswa dengan pendidikan

berlatarbelakang agama memiliki kualitas perilaku jujur lebih tinggi daripada

siswa dengan pendidikan umum. Hal ini karena pada sekolah yang berlatar

belakang agama memiliki waktu lebih banyak belajar agama dan pembinaan akan

akhlak sehingga mempengaruhi perilaku kejujuran pada siswa.

Berdasarkan kategorisasi skor subjek pada skala fear of failure, subjek

dengan kategori fear of failure rendah sebanyak 3 subjek (4%), subjek dengan

kategori fear of failure sedang sebanyak 67 subjek (84%), dan subjek dengan

kategori fear of failure tinggi sebanyak 10 subjek (12,5%). Menurut Hurlock

(71)

peningkatan dibandingkan dengan siswa SMP. Hal ini terjadi karena tekanan

akademik lebih besar pada siswa SMA daripada siswa SMP.

Hasil analisa tambahan perilaku kecurangan akademik yang ditinjau dari

jenis kelamin bahwa perilaku kecurangan akademik pada pria (x=51.50) sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku kecurangan akademik pada wanita

(x=42.73). Menurut Davis, dkk (2009) bahwa perbedaan antar pria dan wanita

dalam perilaku kecurangan akademik tidak terlalu besar. Dalam Davis (2009) hal

ini karena pria lebih mau jujur mengenai perilaku kecurangan akademik yang

dilakukannya daripada wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Braid (dalam

Anderman&Midgley, 2004) bahwa pria cenderung lebih sering melakukan

perilaku kecurangan akademik, karena wanita cenderung merasa bersalah saat

melakukannya.

Hasil analisa tambahan fear of failure yang ditinjau dari jenis kelamin

bahwa fear of failure pada mean pria (x=40.50) sedangkan fear of failure pada

wanita (x=41.70). Hal ini menunjukkan bahwa fear of failure pada siswa SMA

Al-Ulum Medan wanita lebih tinggi daripada pria. Hal ini sejalan dengan

pendapat Rothblum (1990) bahwa wanita umumnya melaporkan lebih mengalami

fear of failure dan berperilaku dengan cara lebih terhadap fear of failure

dibandingkan pria. Hal inl karena wanita lebih takut terhadap konsekuensi

interpersonal daripada akademis.

Hasil analisa tambahan mengenai perilaku kecurangan akademik yang

ditinjau berdasarkan tingkatan kelas. Pada siswa kelas X dengan mean 45.39, pada

(72)

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik yang paling tinggi

pada siswa kelas XII. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh

McCabe, Trevino & Butterfield (2001) bahwa siswa yang lebih muda cenderung

melakukan perilaku kecurangan akademik lebih sering daripada usia yang lebih

tua. Akan tetapi, berdasarkan faktor kontekstual seperti keanggotaan perkumpulan

siswa, perilaku teman sebaya, keinginan membantu teman yang menjadikan

landasan perilaku kecurangan akademik pada siswa kelas XII lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini dikarenakan adanya proses belajar dan

sosial yang lebih panjang pada siswa kelas XII terhadap perilaku teman sebaya

daripada siswa kelas X dan XI SMA Al-Ulum Medan.

Hasil analisa tambahan mengenai fear of failure yang ditinjau berdasarkan

tingkatan kelas. Pada kelas X fear of failure memperoleh mean sebesar 39.52,

pada kelas XI fear of failure memperoleh mean sebesar 41.72, sedangkan pada

kelas XII fear of failure memperoleh mean sebesar 41.93. Hal ini menunjukkan

bahwa tekanan paling tinggi pada kelas XII sehingga menghasilkan fear of failure.

Hal ini karena tuntutan dan tekanan pada kelas XII SMA Al-Ulum Medan

semakin besar, seperti menghadapi ujian nasional, persiapan untuk memasuki

(73)

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan

akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran baik yang bersifat praktis maupun

metodologis yang mungkin berguna bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang

sama.

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis data maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai

berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh fear of failure

terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan

dengan nilai ρ (0.061) < 0.05.

2. Berdasarkan nilai empirik dan nilai hipotetik data penelitian perilaku

kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum termasuk dalam kategori

sedang, dan fear of failure pada siswa SMA Al-Ulum cenderung sedang.

3. Berdasarkan hasil penelitian tambahan gambaran perilaku kecurangan

akademik pada pria cenderung lebih tinggi daripada wanita.

4. Berdasarkan hasil penelitian tambahan gambaran perilaku kecurangan

akademik berdasarkan tingkatan kelas di SMA Al-Ulum Medan bahwa

perilaku kecurangan akademik lebih besar terjadi pada kelas XII

(74)

5. Berdasarkan hasil penelitian tambahan gambaran fear of failure berdasarkan

tingkatan kelas bahwa fear of failure lebih besar terjadi pada kelas XII

dibandingkan kelas X dan XI SMA Al-Ulum Medan.

B. SARAN

1. Saran Metodologis

Berdasarkan hasil penelitian, bagi pihak-pihak yang berminat dengan

penelitian yang sejenis atau untuk mengembangkan penelitian yang lebih

jauh, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

a.Melakukan penelitian dengan metode kualitatif untuk melihat seberapa

besar perilaku kecurangan akademik dan fear of failure saling

mempengaruhi

b.Melakukan penelitian di sekolah non religi atau sekolah religi lain agar

memperkaya hasil penelitian mengenai perilaku kecurangan akademik

dan fear of failure

c.Bagi peneliti yang tertarik meneliti mengenai fear of failure, dapat melihat

pada variabel lain agar dapat memperkaya hasil penelitian mengenai fear

of failure.

2. Saran Praktis

a. Bagi peneliti, sebaiknya lebih mempersiapkan segala sesuatu seperti

waktu, alat tes, dan lain sebagainya dengan sebaik-baiknya agar terhindar

(75)

b. Bagi sekolah, perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum

cenderung sedang namun sebaiknya tetap memberikan pengawasan agar

siswa terhindar dari perilaku kecurangan akademik, sehingga pihak

sekolah dapat mengukur kecerdasan siswa secara lebih akurat dan

(76)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK

1. Pengertian Perilaku Kecurangan Akademik

Menurut Oxford Dictionaries (1992) kecurangan merupakan tindakan

tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia karangan Purwadarminta (1967) kecurangan merupakan

ketidakjujuran, tidak lurus hati, tidak adil. Kecurangan menurut Davis, dkk (2009)

adalah strategi menipu atau merampas, mencuri, menyesatkan atau membodohi

orang lain.

Menurut Jaffe (2015) mengatakan bahwa kecurangan akademik

merupakan perwakilan akan karya orang lain sebagai milik diri sendiri. Hal ini

dapat dapat berupa berbagi pekerjaan dengan orang lain, membayar orang lain

untuk mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Menurut Hendricks (dalam Risky,

2009) kecurangan akademik merupakan perilaku yang mendatangkan keuntungan

bagi siswa secara tidak jujur, termasuk menyontek, plagiarisme, mencuri, dan

memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademis.

Perilaku kecurangan akademik (mencontek) menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia karangan Purwadarminta (1967) adalah kegiatan mencontoh, meniru,

atau mengutip tulisan atau pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Perilaku

kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) adalah menipu,

(77)

diajuakan siswa adalah hasil pekerjaannya sendiri. Gitanjali (2004)

mengemukakan bahwa perilaku kecurangan akademis merupakan suatu tindakan

penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja pada saat memenuhi

atau menyelesaikan persyaratan dan/atau kewajiban akademis.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kecurangan akademik dapat

disimpulkan bahwa kecurangan akademik merupakan perilaku curang yang dapat

menguntungkan peserta didik seperti menipu, mencontek, plagiarisme,

memalsukan dan mencuri sesuatu yang berkaitan dengan akademik.

2. Faktor-Faktor Perilaku Kecurangan Akademik

Perilaku Kecurangan akademis dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Davis, dkk (1992) yaitu:

1. Faktor Internal

Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi perilaku

kecurangan akademik, yaitu:

a. Usia, siswa yang lebih muda lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik daripada yang lebih tua

b. Jenis Kelamin, siswa pria lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik daripada siswa wanita. Penjelasan utama dari pernyataan ini

dapat dijelaskan dari teori sosialisasi peran jenis gender yakni wanita

bersosialisasi lebih mematuhi peraturan daripada pria.

Gambar

Gambaran Skor Perilaku Cheating Akademik berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran Skor Fear of Failure berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran Skor Perilaku Cheating Akademik berdasarkan Tingkatan Kelas
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Skala Perilaku KecuranganAkademik 0(Tidak 9
+7

Referensi

Dokumen terkait

terima terima kasih.. Pengaruh Konseling Kelompok Teknik Assertive Training Dalam Meningkatkan Kejujuran Akademik Siswa Kelas VII-3 SMP Al-Ulum Medan Tahun Ajaran

Dinamika psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama, dapat disimpulkan sebagi berikut: (1) informan memiliki sikap positif terhadap perilaku

Dinamika psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama, dapat disimpulkan sebagi berikut: (1) informan memiliki sikap positif terhadap

: &#34;Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Di Kelas X SMA Swasta Al-Ulum Medan T.P&#34; 20 i

Hasil analisis data menunjukkan, bahwa: (1) Secara umum, Terdapat 40,625% Siswa Kelas X SMA Swasta Al Ulum Medan memiliki kemampuan penalaran formal berada

Metode pencegahan perilaku kecurangan akademik antara lain: menjelaskan mengenai tindakan yang termasuk kecurangan akademik beserta sanksi apabila melakukan

Dinamika psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama, dapat disimpulkan sebagi berikut: (1) informan memiliki sikap positif terhadap

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan pada tahun 2011 terhadap mahasiswa Psikologi Unnes angkatan 2007 hingga 2010, ditemukan bahwa perilaku kecurangan akademik yang paling banyak