• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai R Square 0.815 hal ini berarti 81.5% tingkat kesehatan bank dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel independen yang diteliti yaitu CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, LDR, ROA, NIM dan CAR sedangkan sisanya sebesar 18.5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model penelitian.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara simultan variabel CKPN terhadap Total Kredit, Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, LDR, ROA, NIM dan CAR secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan secara parsial variabel CKPN terhadap Total Kredit, Posisi

Devisa Neto, NPL Bruto, ROA dan CAR berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Variabel LDR dan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank.

Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan Posisi Devisa Neto, NPL Bruto, LDR, ROA dan CAR memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel-variabel tersebut naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami peningkatan. CKPN terhadap Total Kredit dan NIM memiliki pengaruh negatif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel-variabel tersebut naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami penurunan.

Dari hasil pengujian tersebut, maka hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh CKPN terhadap Total Kredit (X1) terhadap Tingkat

Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio CKPN terhadap Total Kredit berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank dan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan CKPN terhadap Total Kredit (X1)

memiliki pengaruh negatif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel CKPN terhadap Total Kredit naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami penurunan sebesar 35.4% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Hal ini sesuai dengan praktek di lapangan dimana bila bank meningkatkan nilai CKPN berarti tingkat kepercayaan bank kepada kreditor

menurun (risiko kredit meningkat) dan berpengaruh negatif terhadap tingkat kesehatan bank.

2. Pengaruh Posisi Devisa Neto(X2) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio Posisi Devisa Neto berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank dan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan Posisi Devisa Neto(X2) memiliki

pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel Posisi Devisa Neto naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum) yang mengatur secara ketat agar bank wajib mengelola dan memelihara PDN pada akhir hari kerja secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal.

3. Pengaruh NPL Bruto (X3) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio NPL Bruto berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya yaitu Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) yang menunjukkan bahwa rasio NPL Bruto merupakan satu-satunya rasio yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan NPL Bruto (X3)

memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel NPL Bruto naik maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami

kenaikan. Hal ini bertentangan dengan kenyataan karena peningkatan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi.

4. PengaruhLDR (X4) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) dan Welthi Sugiarti (2012) yang menyatakan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan LDR (X4) memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan

Bank (Y) dimana bila variabel LDR naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami kenaikan sebesar 17% . Hal ini sesuai karena jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%.

5. Pengaruh ROA (X5) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial rasio ROA berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini bertentangan

dengan penelitian Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) dan Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) yang menyatakan ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan ROA (X5) memiliki

pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y) dimana bila variabel ROA naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami kenaikan sebesar 53.8%. Hal ini sangat sesuai karena semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Yang berarti semakin tinggi ROA maka semakin sehat suatu bank.

6. Pengaruh NIM (X6) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial menyatakan rasio NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) dan Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) yang menyatakan NIM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Tetapi penelitian Welthi Sugiarti (2012) menyatakan NIM berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kesehatan Bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan NIM memiliki pengaruh negatif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel NIM naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami penurunan sebesar 11%.

7. Pengaruh CAR (X7) terhadap Tingkat Kesehatan Bank (Y)

Hasil analisis uji t menyatakan secara parsial menyatakan rasio CAR berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) yang menyatakan rasio CAR berpengaruh secara signifikan untuk menentukan tingkat kesehatan bank tetapi bertentangan dengan penelitian Titik Aryati dan Shirin Balafif (2007) dan Welthi Sugiarti (2012) yang menyatakan CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan hasil analisis regresi linier berganda menyatakan CAR memiliki pengaruh positif terhadap Tingkat Kesehatan Bank dimana bila variabel CAR naik 1% maka Tingkat Kesehatan Bank akan mengalami peningkatan sebesar 19.5% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Hal ini sesuai karena CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan karena menyangkut kecukupan modal bank. Berarti semakin tinggi CAR maka semakin sehat bank tersebut.

Analisis dilanjutkan pada penetapan kesimpulan peringkat komposit tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.14

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI periode 2011-2012

No. BANK TAHUN PERINGKAT KOMPOSIT

1 BNI 2011 2 (sehat) 2012 1 (sangat sehat) 2 BRI 2011 2 (sehat) 2012 2 (sehat) 3 BTN 2011 3 (cukup sehat) 2012 2 (sehat)

4 MANDIRI 2011 1 (sangat sehat)

No. BANK TAHUN PERINGKAT KOMPOSIT

5 BJB 2011 2 (sehat)

2012 2 (sehat)

6 BDKI 2011 3 (cukup sehat)

2012 2 (sehat) 7 BSSB 2011 3 (cukup sehat) 2012 3 (cukup sehat) 8 BSMT 2011 2 (sehat) 2012 1 (sangat sehat) 9 BMLK 2011 2 (sehat) 2012 2 (sehat)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh bank pemerintah yang terdaftar di BEI periode 2011-2012 memiliki peringkat komposit paling rendah 3 (Cukup Sehat). Bahkan di tahun 2012 kebanyakan dari bank pemerintah memiliki peringkat komposit 2 (Sehat) dan tiga bank yaitu BNI, Mandiri dan Bank Sumut memiliki peringkat komposit 1 (Sangat Sehat) yang berarti bank tersebut telah memiliki penanganan risiko yang semakin baik, tata kelola (GCG) yang lebih baik ataupun rentabilitas dan permodalan yang lebih baik.

BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait