• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.5. Pembahasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, didapati sebanyak 17 sampel dari 40 sampel atau 42,5% menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri pada media kultur dan 22,5% atau 9 sampel menunjukkan terdapat petumbuhan flora normal. Terdapat 35% pertumbuhan bakteri berpotensial patogen pada 14 sampel dari 40 sampel. Sedangkan, pada penelitian Thakur (2014), menyatakan bahwa 104 dari 200 sampel atau 52% menunjukkan adanya pertumbuhan mikroorganisme setidaknya pada salah satu sampel, maupun pada lensa kontak sendiri, wadah lensa kontak, cairan pembersih lensa kontak atau botol cairan lensa kontak; dan 46% atau 92 sampel dari 200 sampel menunjukkan kontaminasi bakteri berpotensial patogen.

Terjadinya kontaminasi bakteri pada cairan lensa kontak adalah karena kebanyakan pengguna lensa kontak, masih belum sadar tentang komplikasi yang akan timbul akibat kontaminasi mikroba serta tidak peduli tentang keamanan dalam penggunaan lensa kontak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scott, O. (2015) bahwa sebanyak 80% pemakai lensa kontak tidak sadar tentang resiko pemakaian lensa kontak, khususnya pada pengguna dengan tingkat higienitas yang buruk dalam pengendalian lensa kontak. Selain itu, kejadian kontaminasi mikroba sering terjadi pada pengguna lensa kontak yang rutin/ daily wear. Ini dapat terbukti dari penelitian Thakur (2014) yang menyatakan bahwa tingkat kontaminasi mikroba pada pengguna lensa kontak rutin adalah 83%, sedangkan pada pengguna sesekali/ occasional adalah 65%. Responden dalam penelitian ini adalah pengguna lensa kontak secara rutin diatas 1 bulan; maka ini juga menjadi salah satu faktor terjadinya kontaminasi pada cairan lensa kontak.

Dari 40 sampel yang diperiksa, telah ditemukan flora normal dan potensial patogen dari hasil kultur, pewarnaan Gram dan uji biokimia. Mikroorganisme yang sering ditemui adalah flora normal yaitu Bacillus subtilis sebanyak 22,5% dari 9 sampel, diikuti dengan beberapa jenis potensial patogen yaitu Klebsiella sp. dari 6 sampel (15%), Staphylococcus aureus dari 3 sampel (7,5%), Pseudomonas

sp. dari 2 sampel (5%), Proteus sp. dari 2 sampel (5%) dan E.coli dari 1 sampel

(2,5%).

Penelitian yang sebelumnya menunjukkan terdapat pertumbuhan mikroorganisme yang bervariasi pada peralatan lensa kontak. Pada penelitian ini, terdapat perbedaan pada angka pertumbuhan bakteri dengan penelitian Thakur (2014) yang menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 104 sampel dari 200 sampel, didapati petumbuhan potensial patogen yaitu Staphylococcus aureus (21%), Pseudomonas sp. (19.5%), Klebsiella sp. (5%) dan E.coli (0.5%). Sedangkan pertumbuhan flora normal adalah Bacilus sp. (9.5%), coagulase-

negative staphylococcus (2.5%), Micrococcus (1%), dan Nil fermenter Gram negative Bacilli (0.5%).

Demikian juga, hasil pertumbuhan bakteri pada penelitian ini berbeda dengan penelitian Ibrahim (2008) pada mahasiswa dan karyawan di College of

Education-Ibn AI-Haitham, University of Baghdad menunjukkan bahwa terdapat

pertumbuhan mikroba pada 131 sampel dari 156 sampel dan semua sampel menunjukkan pertumbuhan bakteri potensial patogen yaitu patogen yang sering ditemui adalah Pseudomonas aeruginosa (38,9%), diikuti dengan Citrobacter

freundii (16%), Proteus mirabilis (10.7%), Serratia marcescens (9,2%), E.coli (9.2%), Proteus vulgaris (4.6%), Enterobacter aerogenes (3.8%), Acinetobacter (3.8%), Staphylococcus aureus (2.3%) dan Pseudomonas putida (1.5%).

Mikroorganisme ini (Klebsiella sp., Staphylococcus aureus, Pseudomonas

sp., E.coli) sering terdapat pada air, lingkungan atau kulit manusia yang berperan

sebagai oportunistik dan dapat menimbulkan infeksi pada mata apabila daya tahan tubuh seseorang relatif rendah. Pengendalian lensa kontak yang kurang aman memberikan kesempatan pada mikroorganisme untuk mengkontaminasi cairan lensa kontak dan menyebabkan lensa kontak menjadi vektor yang baik untuk terjadinya infeksi mata (Kamaruddin, 2010).

Lembar kuesioner telah didistribusikan pada pemakai lensa kontak untuk menilai cara penggunaan lensa kontak. Ini dikarenakan oleh, cara penggunaan lensa kontak adalah sangat bergantungan terhadap terjadinya kontaminasi pada cairan lensa kontak. Tabel 5.3 menyatakan bahwa 18 responden atau sebanyak

90% responden membasuh tangan sebelum memegang lensa kontak dan 6 responden atau 1/3 menunjukkan pertumbuhan potensial patogen, sedangkan semua responden yang tidak membasuh tangan sebelum memegang lensa kontak menunjukkan pertumbuhan potensial patogen. Hal ini karena, dari tabel 5.13 mendapati bahwa dari 18 responden yang membasuh tangan sebelum memegang lensa kontak, 5 responden tidak menggantikan cairan lensa kontak pada setiap kali pemakaian. Setiap cara pengendalian lensa kontak saling bergantungan dan turut mempengaruhi terjadinya kontaminasi pada cairan lensa kontak. Ini dapat terbukti pada penelitian Kamaruddin (2010) yang menyatakan bahwa penggantian cairan pembersih lensa kontak adalah sangat penting karena ini mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk terjadinya kontaminasi pada cairan lensa kontak.

Selain daripada itu, tabel 5.4 menjelaskan bahwa dari 18 responden yang mencuci lensa kontak, 6 responden atau 1/3 menunjukkan ada pertumbuhan potensial patogen, sedangkan semua responden yang tidak mencuci lensa kontak menunjukkan ada pertumbuhan potensial patogen. Hal ini karena, dari tabel 5.14 mendapati bahwa dari 18 responden yang mencuci lensa kontak, seramai 7 responden tidak mencuci lensa kontak pada setiap kali pemakaian dan tabel 5.15 menyatakan 7 responden tidak mencuci wadah penyimpanan lensa kontak. Membasuh tangan sebelum memegang lensa kontak, mencuci lensa kontak, kekerapan mencuci, membilas lensa kontak setelah mencuci, menganti cairan pembersih, mencuci wadah penyimpanan lensa kontak dan kekerapan mengganti wadah penyimpanan adalah beberapa cara pengendalian lensa kontak yang dapat menyebabkan kontaminasi pada cairan lensa kontak. Ini terbukti pada penelitian Khan et al (2013) perawatan lensa kontak yang tidak baik, higienitas yang kurang, dan prosedur penggantian lensa kontak adalah hal yang penting dalam terjadinya kontaminasi pada pemakaian lensa kontak. Pada penelitian ini didapati bahwa 60% mahasiswa angkatan 2012 FK USU menunjukkan cara pemakaian lensa kontak yang baik dan 40% mahasiswa menunjukkan cara penggunaan yang sedang. Sedangkan, menurut Kamaruddin (2010) gambaran tindakan penggunaan lensa kontak pada kalangan mahasiswa FK USU rata-rata adalah berada pada

kategori baik dengan skor 90% dan sebanyak 10% pengguna lensa kontak berada pada kategori sedang mempunyai kemungkinan resiko sedang untuk terkena keratitis.

Namun begitu, pada penelitian Habibullah H. (2013) menggambarkan bahwa perilaku pemakaian lensa pada mahasiswa FK USU angkatan 2010-2012 berada pada kategori sedang dengan persentase 63,4% dan 36.6% mahasiswa menunjukkan berperilaku baik. Habibullah H. menyatakan bahwa sebesar 68,8% mahasiswa menganti cairan lensa kontak setelah digunakan dan 69.6% mahasiswa mencuci bekas penyimpanan lensa kontak. Hal ini sejalan dengan penelitian ini dimana 75% mahasiswa menganti cairan pembersih setelah digunakan dan sebesar 65% mahasiswa mencuci bekas penyimpanan lensa kontak. Berdasarkan penelitian ini perilaku mahasiswa melakukan pemeriksaan mata secara rutin ke dokter mata sepanjang pemakaian lensa kontak adalah hanya 40%. Hal ini sejalan dengan penelitian Habibullah H. yang menunjukkan perilaku buruk terutamanya dalam tidak melakukan pemeriksaan mata secara rutin sepanjang pemakaian lensa kontak yaitu sebesar 73,2%. Menurut American Optometric Association hal ini adalah penting sebagai aftercare untuk mendeteksi komplikasi pada mata sepanjang pemakaian lensa kontak. Secara keseluruhan, pada penelitian ini 60% mahasiswa melakukan teknik penggunaan lensa kontak yang baik.

Dokumen terkait